Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN DENGAN CINCIN DU-NOUY

DISUSUN OLEH:
NI PUTU YUNI NARITA DEWI 1913031003
NI KOMANG RATNASARI 1913031015
NI LUH PUTU CITRA DEWI 1913031016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
I. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Tegangan Permukaan dengan Cincin Du-Nouy.
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan tegangan permukaan cairan/gas dan cairan/cairan.
2. Memperhatikan efek surface active agent terhadap γ.
III. DASAR TEORI

Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada


zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan
permukaan zat cair terjadi karena adanya kecenderungan permukaan zat cair
untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis, dalam
hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Sebagai
contoh, akan ditinjau cairan yang berada di dalam sebuah wadah seperti
berikut (Wiratini & Retug, 2014).

Gambar 1. Gaya Tarik Molekul-Molekul dalam Cairan

Molekul-molekul pada permukaan cairan lebih tertarik ke dalam


cairan, sedangkan gaya tarik molekul-molekul dalam cairan adalah sama ke
segala arah. Hal ini disebabkan oleh jumlah molekul dalam fase uap lebih
sering dibandingkan fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan
luas permukaan kecil sehingga cairan selalu mengambil bentuk bulat.
Kecenderungan tersebut terjadi karena bulatan adalah objek geometris dengan
perbandingan atau volume terkecil. Setiap molekul cairan dikelilingi oleh
molekul-molekul lain di setiap sisinya pada bagian dalam cairan. Akan tetapi,
di permukaan cairan hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di
bawah. Hal ini terjadi karena di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya
akibat molekul cairan saling tarik menarik satu sama lain sehingga terdapat
gaya total yang bernilai nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya, molekul cairan yang terletak di permukaan ditarik oleh molekul
cairan yang berada di samping dan bawah. Akibatnya gaya total pada
permukaan cairan memiliki arah ke bawah. Adanya gaya total yang arahnya
ke bawah mengakibatkan cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya dengan cara menyusut sekuat mungkin. Hal
ini mengakibatkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh
selaput elastis yang tipis. Fenomena ini yang dikenal dengan tegangan
permukaan. Tegangan permukaan hanya bekerja pada bidang permukaan dan
besarnya sama di semua titik (Wiratini & Retug, 2014).
Pengukuran tegangan permukaan atau tegangan antar muka dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut.
1. Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang
naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk
mengukur tegangan antar muka (Sukardjo, 1989).
2. Metode tensiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan ataupun tegangan antar muka dengan menggunakan
tensiometer. Suatu cairan platina (Pt) dimasukkan ke dalam cairan yang
diselidiki dan gaya yang diperlukan untuk memisahkan cincin dari
permukaan diukur. Prinsip dari tensiometer adalah gaya yang diperlukan
untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar
muka dari cairan tersebut.
Efek permukaan dapat dinyatakan dalam bahasa fungsi Helmholt dan
Gibbs. Hubungan antara fungsi-fungsi ini dan luas permukaan adalah kerja
yang diperlukan untuk mengubah sejumlah tertentu luas ini dan kenyataan
bahwa pada kondisi berbeda dA dan dG sama dengan kerja yang dilakukan
dalam mengubah energi sistem. Kerja yang dilakukan dalam mengubah sangat
kecil d luas permukaan suatu sampel sebanding dengan d (dw = ).
Koefisien  disebut dengan tegangan permukaan (erg/cm2 atau J/m2) (Wiratini
dan Retug, 2014).
Pada volume dan temperatur tetap, kerja pembentukan permukaan
dapat dikenali dengan perubahan fungsi Helmholtz yang dinyatakan dengan
dA =  d. Dikarenakan fungsi Helmholtz berkurang (d < 0), maka secara
alamiah permukaan cenderung untuk menyusut atau mengkerut dan
menyebabkan permukaan cairan seakan-akan menjadi tegang. Jadi, tegangan
muka adalah gaya (dyne) yang bekerja sepanjang 1 cm pada permukaan zat
cair. Besarnya gaya ke bawah akibat tegangan permukaan diukur dengan
persamaan:
F = 4R
dimana  merupakan tegangan muka; nilai  adalah sebesar 3,14; R adalah
jari-jari cincin; dan F adalah gaya untuk memisahkan permukaan cairan. Pada
saat cincin lepas, dapat dituliskan melalui persamaan:
F1 = F2
F1 = 4R
F
γ=
4π R
Tegangan permukaan merupakan perbandingan antara gaya tegangan
permukaan dengan satuan panjang sehingga satuan tegangan permukaan
adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm) (Wiratini
& Retug, 2014).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
Metode Du-Nouy selain untuk mengukur tegangan muka, juga dipakai
untuk mengukur tegangan muka antara dua fasa cair, misalnya tegangan muka
antara minyak dengan air. Dengan metode Du-Nouy, cincin logam yang
digunakan pada permukaan cairan diangkat ke atas dengan memakai torsion
wire. Gaya yang diperlukan untuk tepat memutuskan film cairan diukur pada
skala yang dihubungkan dengan torsion wire tersebut (Retug & Sastrawidana,
2004).
Faktor Koreksi terhadap Skala yang Dibaca
Pembacaan skala pada tensiometer menghasilkan tegangan permukaan
nyata dan tegangan permukaan nyata antara dua cairan. Untuk mendapatkan
tegangan permukaan yang sebenarnya, dipergunakan rumus:
γ=SxF
Keterangan: γ = tegangan permukaan sebenarnya
S = tegangan permukaan nyata
F = faktor koreksi
Faktor koreksi F tergantung pada ukuran diameter cincin logam, ukuran
diameter logam yang dipergunakan, tegangan permukaan nyata, tegangan
permukaan nyata antara dua cairan, serta berat jenis dari kedua fasa.
Hubungan faktor di atas dapat dinyatakan dalam bentuk, salah satu dari kedua
bentuk tersebut dapat digunakan untuk membuat kurva faktor koreksi:
4b S
( F − a) 2 = x +K
1. (R ) 2
D-d

0.01452 1.679r
F = 0.725 + + 0.04534 −
C (D − d )
2
R
2.
Keterangan:
F = faktor koreksi
R = jari-jari cincin logam (cm)
r = jari-jari logam pembuat cincin (cm)
S = tegangan permukaan nyata (dyne per cm)
D = berat jenis cairan yang di bawah (gram/cm-3)
d = berat jenis cairan yang di atas
K = 0.04534 – 1.679 r/R
C = keliling cincin logam (cm)
a = 0.725
b = 0.0009075
dimana a, b, dan K adalah konstanta yang nilainya tidak bergantung pada
cincin logam yang dipergunakan (Retug & Sastrawidana, 2004).
Untuk sistem ideal, gaya baru bisa memutuskan film cairan bila
besarnya sama dengan 4R. Persamaan ini hanya berlaku untuk cairan yang
mempunyai sudut kontak () sama dengan nol. Dalam praktiknya, bentuk
cairan film yang diangkat lingkaran logam berbeda dari sistem ideal dan
mempengaruhi harga tegangan permukaan yang diperoleh, sehingga
diperlukan faktor koreksi yang berkisar antara 0,75 sampai 1,02 (Retug &
Sastrawidana, 2004).
Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang
mempunyai kemampuan aktivitas pemukaan (surface activity agents)
sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) cairan.
Detergen sintesis modern didesain untuk meningkatkan kemampuan air
membasahi kotoran yang melekat pada pakaian, yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan air. Sebagai contoh, air murni tidak membasahi dan
bentuk butiran air ini tidak banyak berubah, tetapi tetes air yang mengandung
detergen (surfaktan) akan membasahi lilin dan butir air akan menyebar (luas
permukaan bertambah) (Wiratini & Retug, 2014).
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya suhu dan zat terlarut. Keberadaan zat terlarut
dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan
terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan
monomolekular yang disebut dengan molekul surfaktan. Berikut ini beberapa
nilai tegangan permukaan yang diperoleh berdasarkan percobaan (Wiratini &
Retug, 2014).
Tabel 1. Tegangan permukaan beberapa zat cair
Zat cair yang Tegangan Permukaan
Suhu (oC)
bersentuhan dengan udara (mN/m = dyne/cm)
Air 0 75,60
Air 20 72,80
Air 25 72,20
Air 60 66,20
Air 80 62,60
Air 100 58,90
Air sabun 20 25,00
Minyak zaitun 20 32,00
Air raksa 20 465,00
Oksigen -193 15,70
Neon -247 5,15
Helium -269 0,12
Aseton 20 23,70
Etanol 20 22,30
Gliserin 20 63,10
Benzena 20 28,90
(Sumber: Wiratini & Retug, 2014)
Berdasarkan data tegangan permukaan, tampak bahwa suhu
mempengaruhi nilai tegangan permukaan fluida. Umumnya ketika terjadi
kenaikan suhu, nilai tegangan permukaan mengalami penurunan (bandingkan
nilai tegangan permukaan air pada setiap suhu dalam tabel di atas). Hal ini
disebabkan karena ketika suhu meningkat, molekul cairan bergerak semakin
cepat sehingga pengaruh interaksi antar molekul cairan berkurang. Akibatnya
nilai tegangan permukaan juga mengalami penurunan (Wiratini & Retug,
2014).
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan
berikut:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan.
2. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
4. Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih
menarik.
Minyak dan air tidak saling melarutkan sehingga jika ditambahkan deterjen
seolah-olah minyak dan air akan melarut, dimana deterjen akan mengemulsi
atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Hal ini dapat mengakibatkan
tegangan permukaan pada larutan tersebut menurun (Wiratini & Retug, 2014).
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Tabel 2. Daftar Nama Alat

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1 Tensiometer Du-Nouy - 1 set
2 Cawan petri - 1 buah
3 Gelas kimia 100 mL 6 buah
4 Batang pengaduk - 1 buah
5 Spatula - 1 buah
6 Kaca arloji - 1 buah
10 mL 1 buah
7 Gelas ukur
50 mL 1 buah
8 Labu ukur 100 mL 3 buah
9 Pipet tetes - 3 buah

b. Bahan
Tabel 3. Daftar Nama Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah


1 Aquades - 500 mL
2 Detergen 0,05%; 0,10%; 0,5 gram
0,15%
3 Minyak goreng 100 mL
4 Kloroform 100 mL

V. CARA KERJA

No. Cara Kerja


A. Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Murni/Udara
1. Alat tensiometer dirangkai dengan baik.
2. • Aquades dimasukkan ke dalam cawan petri.
• Selanjutnya cincin dimasukkan ke dalam aquades dan cincin
dijaga agar tidak saling bersentuhan dengan dinding cawan.
• Skala pada tensiometer diamati pada tarikan pertama,
kemudian dicatat.
• Pengamatan dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil
yang akurat.
3. Langkah yang sama pada prosedur kerja no.2 di atas dilakukan juga
pada larutan murni lainnya yaitu kloroform dan minyak goreng.
B. Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Detergen
1. • Detergen bubuk yang akan digunakan disiapkan terlebih
dahulu.
• Detergen bubuk tersebut kemudian ditimbang masing-masing
sebanyak 0,05 g; 0,10 g; dan 0,15 g.
2. Setelah ditimbang, masing-masing detergen yang massanya
berbeda tersebut dilarutkan dengan aquades volumenya 100 mL,
sehingga diperoleh larutan detergen dengan lima konsentrasi yang
berbeda yaitu 0,05 %; 0,10 %; 0,15 %.
3. • Masing-masing larutan detergen dimasukkan ke dalam cawan
petri secara bergantian.
• Selanjutnya cincin dimasukkan ke dalam larutan detergen dan
cincin dijaga agar tidak saling bersentuhan dengan dinding
cawan.
• Skala pada tensiometer diamati pada tarikan pertama,
kemudian dicatat.
• Pengamatan dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil
yang akurat.
C. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Minyak Goreng
1. Sebanyak 25 mL minyak ditambahkan ke dalam 60 mL aquades.
2. Cincin aluminium dicelupkan pada campuran aquades dan minyak
pada bagian perbatasan antara lapisan minyak dengan aquades.
Skala yang ditunjukkan dicatat.
D. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Kloroform
1. Sebanyak 30 mL aquades ditempatkan dalam cawan petri.
Kemudian sebanyak 20 mL kloroform ditambahkan pada 30 mL
aquades yang telah ditempatkan pada cawan petri tersebut.
2. Cincin aluminium dicelupkan pada campuran aquades dan
kloroform pada bagian perbatasan antara lapisan aquades dan
kloroform. Skala yang ditunjukkan dicatat.
E. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Minyak
Goreng-Detergen
1. Disiapkan 15 mL air dalam cawan petri.
2. Kedalam air tersebut ditambahkan 10 mL minyak kemudian
ditambahkan 0,1 gram detergen.
3. Larutan yang terbentuk diaduk dan didiamkan beberapa saat.
4. Cincin aluminium dicelupkan pada campuran minyak-air-detergen
pada bagian perbatasan antara lapisan air dengan minyak. Amati
skala awal dari cincin aluminium dan skala yang ditunjukkan saat
pengukuran tegangan permukaan.
F. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Kloroform-
Detergen
1. Disiapkan 15 ml air dalam cawan petri
2. Kedalam air tersebut ditambahkan 10 mL kloroform kemudian
ditambahkan 0,1 gram detergen.
3. Larutan yang terbentuk diaduk dan didiamkan beberapa saat.
4 Cincin aluminium dicelupkan pada campuran kloroform-air-
detergen pada bagian perbatasan antara lapisan air dan minyak.
Amati skala awal dari cincin aluminium dan skala yang ditunjukkan
saat pengukuran tegangan permukaan.

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 4. Hasil Pengukuran Cairan Murni
Hasil Pengukuran (mN/m) Rata-rata
Zat
I II III (mN/m)

Air 32,3 32,8 30,8 31,97

Kloroform 13,6 13,4 13,6 13,53

Minyak Goreng 23,0 20,0 21,4 21,47

Tabel 5. Hasil Pengukuran Larutan Detergen

Konsentrasi Hasil Pengukuran (mN/m) Rata-rata


Detergen I II III (mN/m)

0,05 % 25,4 27,6 22,2 25,06

0,1 % 21,5 24,4 19,0 21,63

0,15 % 20,5 21,4 22,1 21,33

Tabel 6. Hasil Pengukuran Campuran


Hasil Pengukuran (mN/m) Rata-rata
Campuran
I II III (mN/m)

Air-Kloroform 19,1 17,8 19,4 18,76

Air-Minyak
26,8 28,9 26,9 27,53
Goreng

Tabel 7. Hasil Pengukuran Campuran dengan Detergen


Hasil Pengukuran (mN/m) Rata-rata
Campuran
I II III (mN/m)

Air-kloroform-detergen 17,1 17,8 16,9 17,26

Air-minyak-detergen 23,8 22,5 23,2 23,16


VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran tegangan permukaan cairan
dengan menggunakan alat tensiometer. Adapun pengukuran tegangan
permukaan yang diukur adalah tegangan permukaan larutan murni/udara,
larutan detergen, campuran air-minyak goreng, campuran air-kloroform,
campuran air-minyak goreng-detergen, dan campuran air-kloroform-detergen.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tegangan permukaan cairan/gas
dan cairan/cairan serta memperhatikan efek surface active agent terhadap γ.
Langkah pertama pada percobaan ini adalah mengukur tegangan
permukaan pada larutan murni yaitu air, kloroform, dan minyak. Berdasarkan
data yang diperoleh pada tabel data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa
tegangan permukaan (γ) yang dimiliki suatu cairan murni dan campuran tidak
sama antara yang satu dengan yang lainnya. Yang mana besarnya tegangan
permukaan dipengaruhi oleh kekuatan gaya tarik antara molekul-molekulnya.
Dalam hal ini, tegangan permukaan berbanding lurus dengan besarnya gaya
tarik antar molekul, semakin besar gaya tarik antar molekul di permukaan
maka tegangan permukaan juga akan semakin besar. Selain itu, tegangan
permukaan juga dipengaruhi oleh luas permukaan cairan. Dalam hal ini,
tegangan permukaan suatu cairan berbanding terbalik dengan luas permukaan
cairan.
Dari data hasil pengamatan, dapat dibandingkan besarnya tegangan
permukaan antara air, kloroform, dan minyak goreng. Yang mana, tegangan
permukaan air lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya tegangan
permukaan kloroform dan minyak goreng, yaitu dengan nilai tegangan
permukaan air, kloroform, dan minyak goreng secara berturut-turut adalah
sebesar 31,97 mN/m, 13,53 mN/m, 21,47 mN/m. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan luas permukaan antara air, kloroform, dan minyak goreng. Air
memiliki luas permukaan lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan
kloroform dan minyak goreng. Kecilnya luas permukaan air ini disebabkan
karena kuatnya interaksi antara molekul-molekul air. Molekul air adalah
senyawa zat yang bersifat polar dengan rumus kimia H2O, dimana atom O
pada molekul air bersifat sangat elektronegatif dan mampu membentuk ikatan
hidrogen dengan atom H dari molekul air yang lain. Hal ini yang
menyebabkan gaya tarik antar molekul air sangat kuat sehingga luas
permukaannya kecil, karena tegangan permukaan suatu cairan berbanding
terbalik dengan luas permukaan cairan maka dari itu tegangan permukan air
besar.
Molekul kloroform dan minyak merupakan senyawa zat yang bersifat
nonpolar. Molekul minyak memiliki rantai alkil yang panjang, yang mana
rantai alkil panjang ini dapat mengurangi keelektronegatifan atom O pada
gugus karboksil sehingga gaya tarik antar molekul minyak menjadi lebih
lemah. Maka, luas permukaan minyak lebih besar dan tegangan
permukaannya kecil. Begitu pula dengan senyawa kloroform yang bersifat
nonpolar. Pada molekul kloroform terdapat tiga buah atom Cl yang terikat
pada atom C menyebabkan senyawa ini menjadi kurang polar. Sehingga, gaya
tarik antar molekulnya lebih lemah. Dengan demikian luas permukaan
kloroform lebih besar dan tegangan permukaanya menjadi lebih kecil. Selain
karena bersifat nonpolar, tegangan permukaan minyak goreng dan kloroform
bernilai kecil karena tidak adanya ikatan hidrogen antar molekul seperti pada
air, sehingga ikatan antar molekulnya bersifat lebih lemah dibandingkan
dengan ikatan antar molekul yang terjadi pada air.
Setelah pengukuran tegangan permukaan pada larutan murni, juga
dilakukan pengukuran tegangan permukaan larutan detergen dengan
konsentrasi yang bervariasi yaitu konsentrasi 0,05%; 0,10% serta 0,15%.
Berdasarkan data hasil percobaan, dapat diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi detergen, tegangan permukaannya semakin kecil yaitu secara
berturut-turut diperoleh hasil sebesar 25,06 mN/m; 21,63 mN/m; dan 21,33
mN/m. Penggunaan surfaktan sangat berguna terutama dalam hal penggunaan
detergen untuk membersihkan kotoran pakaian. Bila tegangan permukaan air
turun akibat penggunaan surfaktan, maka akan semakin mudah untuk
melarutkan kotoran. Dalam hal ini, semakin besar konsentrasi detergen dalam
larutan maka tegangan permukaan akan semakin menurun. Teori ini sesuai
dengan data yang diperoleh dari percobaan, yang mana larutan detergen
dengan konsentrasi 0,15% memiliki tegangan permukaan yang paling kecil
sedangkan larutan detergen dengan konsentrasi 0,05% memiliki tegangan
permukaan paling besar. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya
konsentrasi surfaktan yang berfungsi sebagai emulsifier. Semakin banyak
emulsifier, maka semakin banyak gugus aktif yang berikatan dengan molekul
air sehingga gaya kohesi antar molekul air semakin berkurang. Maka dari itu
turunnya tegangan permukaan inilah detergen dapat digunakan untuk
memisahkan kotoran yang menempel pada pakaian.
Pengukuran permukaan tegangan selanjutnya dilakukan terhadap
campuran antara kloroform dengan air dan campuran antara air dengan
minyak. Data hasil yang diperoleh terlihat bahwa tegangan permukaan
campuran air-kloroform sebesar 18,76 mN/m, sedangkan tegangan permukaan
campuran air-minyak adalah 27,53 mN/m. Jika dibandingkan dengan tegangan
permukaan zat murni maka tegangan permukaan campuran zat-zat tersebut
adalah lebih kecil daripada zat murninya. Hal ini disebabkan karena molekul-
molekul kloroform dan minyak yang tersebar dalam air ini akan mengganggu
daya tarik antar molekul-molekul air. Dengan demikian, gaya tarik molekul air
dengan campurannya (kloroform dan minyak) akan menjadi lebih lemah
dibandingkan dengan air murni. Sehingga luas permukaan campuran air
dengan kloroform dan air dengan minyak akan menjadi lebih besar dan
tegangan permukaan akan lebih kecil.
Pengukuran tegangan permukaan yang terakhir dilakukan dalam
percobaan ini adalah pengukuran tegangan permukaan campuran air-
kloroform-detergen dan campuran air-minyak-detergen. Berdasarkan data
hasil percobaan, diperoleh hasil pengukuran tegangan permukaan campuran
air-kloroform-detergen sebesar 17,26 mN/m dan tegangan permukaan air-
minyak-detergen sebesar 23,16 mN/m. Dapat dilihat bahwa tegangan
permukaan air-kloroform-detergen lebih kecil dibandingkan dengan tegangan
permukaan campuran air-minyak-detergen. Pada campuran antara minyak dan
air, ketika dilakukan penambahan detergen tegangan permukaannya turun. Hal
ini menandakan bahwa detergen mampu menurunkan tegangan permukaan
campuran minyak dan air. Kemampuan detergen menurunkan tegangan
permukaan menyebabkan minyak dan air dapat saling melarutkan. Hal ini
disebabkan karena detergen mengandung surfaktan (surface active agent).
Detergen berfungsi sebagai penurun tegangan antar permukaan kotoran/air
dan substrat/air yang menyebabkan penurunan kerja gaya adhesi
kotoran/substrat dan mempermudah pemisahan kotoran dari substrat dengan
pengaruh pengadukan. Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai dua ujung yang berbeda yaitu ujung hidrofilik (suka air, polar)
dan lipofilik (suka lemak, non polar). Dengan melarutnya minyak di dalam air,
maka kekuatan ikatan antar molekul dalam campuran air dan minyak akan
melemah, sehingga luas permukaannya akan bertambah dan tegangan
permukaannya semakin berkurang.
Hal yang sama juga terjadi pada campuran air-kloroform-detergen.
Surfaktan yang terkandung dalam detergen dapat menurunkan tegangan
permukaan antara kedua lapisan dalam campuran. Dalam hal ini, ujung
hidrofilik surfaktan akan berikatan dengan molekul air, sementara itu ujung
lipofilik pada surfaktan akan berikatan dengan molekul kloroform. Hal ini
dapat terjadi karena ujung lipofilik bersifat non polar, sehingga dapat
berikatan dengan kloroform yang juga bersifat non polar. Penurunan tegangan
permukaan dengan adanya deterjen sangat dipengaruhi oleh banyaknya misel
yang terbentuk dalam lartutan deterjen. Dalam air, molekul detergen
membentuk gugusan yang dikenal dengan misel. Semakin banyak misel yang
terbentuk, maka tegangan permukaan antara campuran akan semakin
menurun.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Tegangan permukaan cairan/gas yaitu :


• Tegangan permukaan air/udara adalah 31,97 mN/m.
• Tegangan permukaan kloroform/udara adalah 13,53 mN/m.
• Tegangan permukaan minyak goreng/udara adalah 21,47 mN/m.
2. Tegangan permukaan cairan/cairan yaitu :

• Tegangan permukaan larutan detergen 0,05% adalah 25,06 mN/m..


• Tegangan permukaan larutan detergen 0,10% adalah 21,63 mN/m..
• Tegangan permukaan larutan detergen 0,15% adalah 21,33 mN/m.
• Tegangan permukaan campuran air-kloroform adalah 18,76 mN/m.
• Tegangan permukaan campuran air-minyak goreng adalah 27,53
mN/m.
• Tegangan permukaan campuran air-kloroform-detergen adalah 17,26
mN/m.
• Tegangan permukaan campuran air-minyak goreng-detergen adalah
23,16 mN/m.
3. Penambahan surface active agent ke dalam air dapat mengurangi tegangan
permukaan (γ), yang mana semakin besar konsentrasi detergen yang
ditambahkkan maka semakin kecil tegangan permukaan atau semakin
besar luas permukaanya.
IX. SARAN
Dalam melakukan percobaan ini, praktikan harus teliti dalam melakukan
percobaan dan harus sesuai dengan prosedur yang ada, hal tersebut bertujuan
agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama
percobaan dan hasil yang didapatkan pada percobaan bisa maksimal.
X. DAFTAR PUSTAKA
Islamiyah, Novita P., Yuniawati, Nurakhma, dan A’yun, Qurrota. 2016.
Laporan Praktikum Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Do
Nouy. Malang: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Malang.
Retug, N., Sastrawidana, I D. K. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Wiratini, Ni Made dan I Nyoman Retug. 2014. Buku Penuntun Pratikum
Kimia Fisika. Singaraja: Undiksha.

Anda mungkin juga menyukai