Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viskositas memiliki alat ukur yang disebut viskometer yang berfungsi untuk
mengukur koefisien gliserin, oli atau minyak. Viskositas berguna untuk
kehidupan sehari-hari, sirup yang kental. Aliran viskositas dalam berbagai
masalah keteknikan pengaruh viskositas pada aliran adalah kecil dan dengan
demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak kental (inuicid)
atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran viskos
dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan (Martoharsono, 2006).
Viskositas suatu zat cairan atau larutan merupakan indeks hambatan aliran
cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang melalui
tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah
dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Viskositas merupakan
pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun
tegangan. Semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan
dari fluida tersebut. Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk
mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran
fluida (Bird, 1993).
Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan didalam cairan
zat cair. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan suatu
permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya ada
larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar daripada
gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental daripada gas (Bird,1993).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas
cairan justru akan menurun jika temperature dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan
yang merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin
tingginya suhu (Bird,1993).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara penentuan viskositas beberapa larutan dengan viskometer
stromer.
2. Mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan.

1.3 Manfaat Praktikum


Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan jenis aliran cairan dari zat
yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Viskositas merupakan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran
akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah dan sebaliknya bahan – bahan yang
sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2006).
Apabila zat cair tidak kental maka koefisiennya sama dengan nol sedangkan
pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang
sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan
diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding
tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang
berubah secara linier sampai V. Aliran ini dengan aliran laminar. Aliran zat cair
akan bersifat laminar apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat
(Sudarjo, 2008).
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair ideal
tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas
horizontal yang berhubungan dengan atmosfer, mempunyai rapat massa dan berat
jenis, dapat dianggap tidak termapatkan, mempunyai viskositas (kekentalan) dan
mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan fluida (Atkins, 1997).
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya
tarik antar molekul dan cairan. Fluida adalah zat – zat yang mampu mengalir dan
menyesuaikan diri dengan bentuk wadahnya. Apabila benda dalam
kesetimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya gesek. Hukum viskositas newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida tertentu maka
tekanan gesek berbanding lurus dengan viskositas (Sukardjo, 2002).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh
fluida yang bergerak atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya
gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin
besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat
cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar
partikel zat cair (Martoharsono, 2006).
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain
Viskometer Ostwald, yaitu viskositas dari cairan yang ditentukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda
ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat
yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Islahuddin, 2018).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah tekanan, temperatur,
adanya zat lain, ukuran dan berat molekul, ikatan. Pengaruh viskositas terhadap
tekanan yaitu viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Viskositas akan turun dengan
naiknya suhu, sedangkan viskositas akan naik dengan turunnya suhu. Pemanasan
zat cair menyebabkan molekul-molekul memperoleh energi. Molekul-molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi meningkatkan viskositas air dan viskositas naik
dengan naiknya berat molekul. Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen
(Bird, 1993).
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan
cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai
peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap
yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas
maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara
kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui
bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara
kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat
cair adalah viskosimeter (Lutfy, 2007).
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k,
lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair
maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari
pada gas tidak kental (Mobil) (Martoharsono, 2006).
2.2 Uraian Bahan
1. Air suling (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Aquadest
BM / RM : H2O / 18,02
Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
Pemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan uji
2. Gliserin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Glycerol, glycerin, croderol
Sinonim : Gliserin
BM / RM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 1,2620 g/ml
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah
dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Oleum Cocos
Sinonim : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kuning pucat, bau khas
tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95 %) P, sangat mudah
larut dalam kloroform P dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut, media distribusi
4. Minyak Jarak (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Oleum Ricinus
Sinonim : Minyak Jarak
Pemerian : Cairan kental, pucat atau kuning pucat atau hamper
tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak
pedas.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P, mudah
larut dalam etanol mutlak dan dalam asetat glacial P.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Kegunaan : Laksativum
5. Propilen glikol (Ditjen POM,1979)
Nama resmi : Propylenglycolum
Sinonim : Propilen glikol
BM / RM : 76,09 / C3H8O2
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter, dan beberapa
minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemah
Penyimpanan : Wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Ballpipet (Isolab
Ceremony), gelas ukur (Pyrex), dan viskometer Ostwald (Pyrex).

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Air, Gliserin,
Oleum Cocos, Oleum Ricini, dan Propilenglikol.

3.2 Cara Kerja


A. Penentuan viskositas zat dengan viskometer Ostwald
Tentukan viskositas cairan-cairan berikut dengan viscometer Ostwald:
1. Air
2. Alkohol
3. Larutan gula 20%, 40%, 60%, dan X%
4. Hitung secara teoritis viskositas larutan gula 45% dan hitunga berapa kadar
larutan gula X%
5. Air dapat digunakan sebagai pembanding dengan viskositas seperti
tercantum dalam table.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Tabel Hasil Percobaan

No Sampel Kerapatan Waktu (detik) Viskositas


1. Air 0,997 g/ml T1 = 0,6 1,0019 cps
T2 = 1,44
T3 = 1,71
Trata-rata = 1,27
2. Gliserin 1,26 g/ml T1 = 5,23 4,91 cps
T2 = 4,95
T3 = 4,65
Trata-rata = 4,94
3. Propilenglikol 1,035 g/ml T1 = 19,96 21,167 cps
T2 = 29,00
T3 = 30,45
Trata-rata = 26,4
4. Oleum ricini 0,969 g/ml T1 = 500 411,33 cps
T2 = 583
Trata-rata = 541,5

5. Oleum cocos 0,903 g/ml T = 46,32 33,08 cps

4.2 Pembahasan
Pada percobaan sifat alir cairan (viskositas) ini bertujuan untuk dapat
mempelajari bagaimana cara penentuan viskositas beberapa larutan dengan
viskometer Ostwald. Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan didalam fluida. Semakin besar viskositas
suatu fluida maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu
benda bergerak didalam fluida tersebut. Adapun alat yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah Ballpipet (Isolab Ceremony), gelas ukur (Pyrex),
dan viskometer Ostwald (Pyrex). Sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah Air, Gliserin, Oleum Cocos, Oleum Ricini, dan
Propilenglikol (Hamid,2010).
Pada percobaan kali ini menggunakan metode viskometer Ostwald, yang
mana pada metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang
dibutuhkan oleh suatu cairan (fluida) pada konsentrasi tertentu untuk
mengalirkan antara dua tanda pada pipa viskometer. Keunggulan dari metode
ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah, serta perhitungannya lebih
sederhana.
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan viskometer
Ostwald, didapatkan nilai kerapatan, waktu (detik), serta viskositas dari bahan
yang telah dilakukan uji coba antara lain yang pertama air dengan kerapatan =
0,997 g/ml, waktu (detik) (Trata – rata) = 1,27, viskositas = 1,0019 cps. Yang
kedua gliserin dengan kerapatan = 1,26 g/ml, waktu (detik) (Trata – rata) =
4,94, viskositas = 4,91 cps. Yang ketiga propilenglikol dengan kerapatan =
1,035 g/ml, waktu (detik) (Trata – rata) = 26,4, viskositas = 21,167 cps. Yang
keempat oleum ricini dengan kerapatan = 0,969 g/ml, waktu (detik) (Trata –
rata) = 541,5, viskositas = 411,33 cps. Dan yang kelima oleum cocos dengan
kerapatan = 0,903 g/ml, waktu (detik) T1 = 46,32, viskositas = 33,08 cps.
Berdasarkan analisis data di atas, hasil percobaan yang kami lakukan sesuai
dengan literature (Rosiana, 2005) bahwa semakin besar kekentalan fluida,
maka semakin sulit luida tersebut mengalir. Viskositas pada zat cair tersebut
dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Kelebihan menggunakan viskometer Ostwald ini yaitu tanda batas pada
viskometer Ostwald ini bersifat permanen sehingga tidak perlu lagi
menentukan jarak antara dua batas untuk menentukan waktu alir cairan,
viskometer Ostwald dapat digunakan untuk semua jenis cairan, baik cairan
yang kental maupun cairan yang tidak kental. Selain mempunyai kelebihan,
viskometer Ostwald juga mempunyai kekurangan yaitu sulitnya
mengidentifikasi adanya kerusakan pada viskometer Ostwald, tanda batas
pada viskometer Ostwald kurang terlihat jelas sehingga mempengaruhi
pencatatan waktu alir cairan.
Manfaat mempelajari penentuan viskositas dalam bidang farmasi yaitu
misalnya seorang farmasis ingin membuat suatu sediaan obat, maka sebelum
mencampur bahan – bahan yang ada, perlu diketahui terlebih dahulu
bagaimana kekentalan atau viskositas dari tiap bahan yang akan digunakan.
Misalnya dalam pembuatan emulsi.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut :
1. viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak atau benda padat yang bergerak didalam fluida.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah tekanan, temperatur,
adanya zat lain, ukuran dan berat molekul, serta ikatan.
3. Pada hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut :
a. Air = kerapatan (0,997 g/ml) = waktu (detik) (1,27) = viskositas (1,0019
cps)
b. Gliserin = kerapatan (1,26 g/ml) = waktu (detik) (4,94) = viskositas (4,91
cps)
c. Propillenglikol = kerapatam (1,035 g/ml) = waktu (detik) (26,4) =
viskositas (21,167 cps)
d. Oleum Ricini = kerapatan (0,969 g/ml) = waktu (detik) (541,5) =
viskositas (411,33 cps)
e. Oleum Cocos = kerapatan (0,903 g/ml) = waktu (detik) (46,32) =
viskositas (33,08 cps)

5.2 Saran
Pada percobaan viskositas cairan dengan menggunakan viskometer Ostwald
ini, diharapkan praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan. Apabila terjadi
kelengahan dalam praktikum maka hasil yang didapatkan kebenarannya tidak
akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.


Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

Hamid, R. 2010. Penentuan Kimia Fisik. Kendari : Universitas Hauoleo.

Islahuddin. 2018. Buku Ajar Fisika Dasar Untuk Teknik dan Farmasi. Yogyakarta :
Deepublish.

Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta : Erlangga.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Rosiana, H. 2005. Analisis Viskositas. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta : Salemba Teknika.

Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Indralaya : Universitas


Sriwijaya.

Sukardjo. 2002. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai