Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan kedalam
wadah, pemudahan sebelum digunakan, apakah dicapai penuangan dari botol,
pengeluaran dari tube atau pelawatan jarum suntik. Rheologi dari produk tertentu
yang dapat berkisar dalam konsentrasi dari bentuk cair ke semiloid sampai ke
padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien. Stabilitas fisika dan
bahkan availabilitas biologis. Jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju
absorbi obat dari saluran cerna (Martin, 1993).
Beberapa tahun terakhir ini prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam
penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik,
produk hasil peternakan, serta bahan-bahan lain. Penyelidikan viskositas dari cairan
sejati, larutan dan sistem koloid baik yang encer maupun kental jauh lebih bersifat praktis
dari pada bernilai teoris. Jika karakteristik fisika masing-masing ini dirancang dan
dipelajari secara objektif menurut metode analitis dari rheologi, dapat diperoleh
informasi yang berharga untuk digunakan dalam memformulasi produk-produk farmasi
yang lebih baik (Martin, 1993).
Dalam bidang farmasi, mempelajari viskositas sangatlah penting. Karena
banyak diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta,
penyalut tablet dan lain-lain. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah
molekul terlarut. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, akan dilakukan pengujian
viskositas dengan memberikan zat atau molekul tambahan (Martin, 1993).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari cara penentuan viskositas beberapa larutan dengan viskometer
Ostwald dan viskometer Stromer
2. Mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan

1.3 Manfaat Praktikum


Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan jenis aliran cairan dari zat
yang digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Rheologi berasal dari bahasa Yunani Rheo (mengalir) dan logos (ilmu),
digunakan istilah ini untuk pertama kalinya oleh Bingham dan Crawford untuk
menghambarkan aliran dan deformasi dari padatan. Jadi, rheologi adalah ilmu
yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat (Kosman, 2012).
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik, dan intrinsik.
Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan
aliran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan
memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan viskometer ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler.
Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling
tepat adalah viskometer ubbelohde (Rochima, 2009).
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sistem newton
dan sistem non – newton :
1. Sistem Newton
Hukum aliran dari newton, jika bidang cairan paling atas bergerak dengan
suatu kecepatan konstan, setiap lapisan dibawahnya akan bergerak dengan
suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar lain
yang diam (Mayer, 2009).
2. Sistem Non – Newton
Untuk menentukan viskositas dipergunakan viskometer rotasi stromer.
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rhegram), cairan non – newton terbagi
menjadi dua kelompok (Mayer, 2009) :
a. Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu, terbagi menjadi :
- Aliran Plastik
Cairan ini tidak akan mengalir sebelum waktu suatu gaya tertentu
dilampauinya. Gaya tersebut adalah “yield valve”.
- Aliran Pseudoplastik
Viskositas cairan akan berkurang dengan naiknya kecepatan geser,
berbeda dengan aliran plastik, disini tidak ada yield valve karena kurva
tidak mempunyai bagian linier, maka cairan akan mempunyai aliran
pseudoplastik tidak mempunyai harga viskositas yang absolut.
- Aliran Dilatan
Viskositas cairan akan naik dengan naiknya kecepatan geser karena
volumenya akan naik apabila ia bergeser (Sinko, 2011).
b. Cairan yang sifat alirnya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi
atas tiga aliran :
- Aliran Tiksotropi
Tiksotropi didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isotherm
dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan
konsistensinya karena shearing. Gejala tiksotropi dikenal dengan
shearthinning system (aksi plastik dan pseudoplastik). Kurva menurun
seringkali diganti kesebelah kiri dan kurva yang menaik menunjukkan
bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga
rate of shear pada kurva menurun dibandingkan dengan kurva yang
menaik, ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan juga shear
thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress
tersebut dihilangkan atau dikurangi.
- Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah gejala dimanaa suatu sol membentuk suatu gel
lebih cepat jika diaduk perlahan – lahan atau kalau di shear daripada
jika dibiarkan membentuk gel tersebut tanpa pengadukkan. Dalam
suatu sistem rheopektis, gel tersebut adalah bentuk keseimbangan
sedangkan dalam anti tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.
- Anti tiksotropi
Menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi pada kurva
menurun, kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan (resisten)
mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini (Sinko, 2011).
Dalam bidang farmasi, prinsip – prinsip rheologi diaplikasikan dalam
pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet, dan lain – lain.
Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan
farmasi sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga
meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau
pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas, fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh. Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbs
obat dalam tubuh (Dogra, 2008).
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain
viskometer Ostwald, yaitu viskositas dari cairan yang ditentukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua
tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir
dari cairan yang di uji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda
tersebut (Islahuddin, 2018).
Viskometer Stromer bekerja dengan menggunakan rotor khusus berbentuk
dayung yang berputar dengan rotor internal. Dayung harus terendam dalam
silinder cairan yang akan diuji kemudian berputar. Kecepatan disesuaikan untuk
mendapatkan jumlah dari beban untuk rotor. Ketika kecepatan menurun, demikian
juga beban pada cairan dan ketika peningkatan kecepatan peningkatan beban.
Variasi sederhana memungkinkan untuk mendapatkan berbagai data untuk
viskositas pada fluida yang sama serta pembacaan yang optimal bagi setiap cairan
(Sinko, 2011).

2.2 Uraian Bahan


1. Carboxil Metil Selulosa (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii carboxymethylcellulosum
Sinonim : Natrium Karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih gading,
higroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk kolodial,
tidak larut dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
2. Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Oleum Cocos
Sinonim : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kuning pucat, bau khas
tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95 %) P, sangat mudah
larut dalam kloroform P dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut, media distribusi
3. Minyak Jarak (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Oleum Ricinus
Sinonim : Minyak Jarak
Pemerian : Cairan kental, pucat atau kuning pucat atau hampir
tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak
pedas.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P ,
mudah larut dalam etanol mutlak dan dalam asetat
glacial P.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Kegunaan : Laksativum
4. Gliserin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Glycerol, glycerin, croderol
Sinonim : Gliserin
BM / RM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 1,2620 g/ml
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak
enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemah dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. Syrup Marjan Melon
Komposisi : Gula, air, perisa melon, sari buah melon, pengawet
natrium, benzoat, pengatur keasaman, pewarna
tartrazin C1 42090.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Gelas Beker 100 ml
(Pyrex), Neraca Analitik (O Haus), Mortir dan Stamper (Pyrex), serta
Viskometer Stromer (Welhome).

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Na – CMC,
Oleum Cocos, Oleum Ricini, Gliserol, dan Sirup Marjan.

2.1 Cara Kerja


A. Penentuan viskositas zat dengan viskometer Stromer
1. Ambil sejumlah sampel zat (larutan Newton dulu baru Non Newton)
dan masukkan dalam cu, kemudian atur suhunya dengan penangas air
pengatur suhu yang ada diluar cup.
2. Atur posisi pemberat atau piring logam yang diberi anak timbangan,
agar pada posisi di atas, jarum rpm menunjukkan angka 15-25 sebelum
angka nol (pada angka 75-85), dengan mengatur gulungan benang
dibagian atas alat.
3. Naikkan sampel sehingga ¾ bagian bob terendam tepat letaknya di tengah
sampel.
4. kontrol lagi suhu sampel, kemudian rem dilepas sehingga pemberat akan
meluncur ke bawah, mula-mula lambat kemudian makin cepat lalu
konstan.
5. Pada saat rem dilepas, setelah jarum penunjuk rpm pada posisi 0 (nol),
tekan stopwatch, dan setelah jarum rpm menunjuk angka ± 30-45,
stopwatch ditekan lagi.
6. Lakukan prosedur tadi berulang-ulang dengan menggunakan pemberat
anak timbangan bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
7. Buat kurva hubungan antara berat anak timbangan dengan rpm yang
terjadi.
8. Untuk menentukan faktor koreksi dan tetapan alat (Kv), gunakan larutan
Newton yang sudah diketahui viskositasnya dengan persamaan:
Kv G ( gram )
ŋ=
F ( rpm )
dengan :
ŋ = viskositas (cps)
G = pemberat (gram)
Rpm = kecepatan
9. Lakukan percobaan yang sama seperti di atas dengan larutan Non Newton
dan tentukan viskositasnya dengan persamaan untuk sistem plastik :
G−Wf
Ŋ¿ Kv
F ( rpm )
dengan:
Wf = intersep yield value (dalam gram)

Catatan :
- Harga Kv juga ditentukan oleh dalamnya Bob masuk ke dalam sampel
sehingga selama percobaan kedalamannya harus dibuat konstan.
- Karena untuk anak timbangan ringan biasanya jarum penunjuk rpm
belum bergerak maka diperlukan faktor koreksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

No Rpm mpa.s k T
1 6 440 6/60 = 0,1 44
2 12 470 12/60 = 0,2 94
3 30 488 30/60 = 0,5 244
4 60 692 60/60 = 1 692
5 60 700 60/60 = 1 700
6 30 508 30/60 = 0,5 254
7 12 490 12/60 = 0,2 98
8 6 480 6/60 = 0,1 48

4.2 Pembahasan
Pada percobaan sifat alir cairan (rheologi) ini bertujuan untuk dapat
mempelajari bagaimana cara penentuan viskositas beberapa larutan dengan
viskositas ostwald dan viskositas stromer, selain itu, percobaan ini juga bertujuan
untuk dapat mempelajari pengaruh kadar kelarutan terhadap viskositas larutan.
Pada percobaan ini alat yang digunakan adalah Gelas Beker 100 ml (Pyrex),
Neraca Analitik (O Haus), Mortir dan Stamper (Pyrex), serta Viskometer Stromer.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Na – CMC, Oleum Ricini, Oleum
Cocos, Gliserol, dan Sirup Marjan.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode viskometer
stromer. Viskometer stromer bekerja dengan menggunakan rotor khusus. Rotor
harus terendam dalam cairan yang akan diuji kemudian rotor berputar.
Kecepatannya disesuaikan untuk mendapatkan jumlah yang benar dari beban
untuk rotor. Ketika kecepatan menurun, begitu pula dengan beban pada cairan dan
ketika kecepatan meningkat akan terjadi peningkatan juga pada cairan.
Pada percobaan yang dilakukan menggunakan viskometer stromer yang
merupakan viskositas cup dan bob. Hasil yang didapatkan dengan penambahan
beban berturut – turut dari 6 RPM, 12 RPM, 30 RPM, dan 60 RPM. Kemudian
beban dikurang dari yang paling besar menuju ke beban awal lagi. Adapun bahan
yang digunakan untuk uji viskometer stromer adalah larutan gliserol. Pada
praktikum ini kami melakukan delapan kali percobaan, percobaan pertama
dengan rpm 6 didapatkan hasil mpa.s sebesar 440, hasil K 6/60 = 0,1, dan hasil T
sebesar 44. Percobaan kedua dengan rpm 12 didapatkan hasil mpa.s sebesar 470,
hasil K 12/60 = 0,2, dan hasil T sebesar 94. Percobaan ketiga dengan rpm 30
didapatkan hasil mpa.s sebesar 488, hasil K 30/60 = 0,5, dan hasil T sebesar 244.
Percobaan keempat dengan rpm 60 didapatkan hasil mpa.s sebesar 692, hasil K
60/60 = 1, dan hasil T sebesar 692. Percobaan kelima dengan rpm 60 didapatkan
hasil mpa.s sebesar 700, hasil K 60/60 = 1, dan hasil T sebesar 700. Percobaan
keenam dengan rpm 30 didapatkan hasil mpa.s sebesar 508, hasil K 30/60 = 0,5,
dan hasil T sebesar 254. Percobaan ketujuh dengan rpm 12 didapatkan hasil mpa.s
sebesar 490, hasil K 12/60 = 0,2, dan hasil T sebesar 98. Dan percobaan
kedelapan dengan rpm 6 didapatkan hasil mpa.s sebesar 480, hasil K 6/60 = 0,1,
dan hasil T sebesar 48.
Berdasarkan hal ini, grafik yang diperoleh dari larutan gliserol adalah tipe
dilatan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa larutan
gliserol adalah tipe aliran newton karena shearing rate dan shearing stress
memiliki hubungan yang disebut viskositas. Ketidaksesuaian ini disebabkan
karena kesalahan praktikan meningkatkan kecepatan pengadukan larutan yang
menjadikan viskositasnya meningkat dan menjadi aliran tipe dilatan (Astuti,
2008).
Faktor yang mempengaruhi viskositas suatu cairan antara lain adalah
temperatur, dimana semakin tinggi temperatur suatu cairan maka viskositasnya
semakin rendah. Tekanan juga berpengaruh dalam viskositas, dimana viskositas
suatu cairan akan naik dengan adanya tekanan. Kehadiran dari zat lain juga
berpengaruh terhadap viskositas dimana penambahan zat terlarut tertentu akan
menaikkan viskositas suatu larutan tersebut (Mayer, 2009).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut :
1. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat
padat.
2. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi yaitu sistem newton
dan sistem non – newton.
3. Tipe viskometer dibagi menjadi dua yaitu viskometer Ostwald dan viskometer
Stromer.
4. Pada hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut :
a. rpm 6 (mpa.s = 440) (K = 6/60 = 0,1) (T = 44)
b. rpm 12 (mpa.s = 470) (K= 12/60 = 0,2) (T = 94)
c. rpm 30 (mpa.s = 488) (K= 30/60 = 0,5) (T = 244)
d. rpm 60 (mpa.s = 692) (K= 60/60 = 1) (T = 692)
e. rpm 60 (mpa.s = 700) (K= 12/60 = 1) (T = 700)
f. rpm 30 (mpa.s = 508) (K= 30/60 = 0,5) (T = 254)
g. rpm 12 (mpa.s = 490) (K= 12/60 = 0,2) (T = 98)
h. rpm 6 (mpa.s = 480) (K= 6/60 = 0,1) (T = 48)

5.2 Saran
Sebaiknya selama praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan
laboratorium, dan diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan
waktu, serta untuk praktikan lebih sering memakai alat pelindung diri pada saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, K. W, Budiono, Rindawanti. 2008. Buku Ajar Farmasi Fisik. Jimbaran : F-
MIPA Universitas Udayana.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

Dogra, S. 2008. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta : UI Press.

Islahuddin. 2018. Buku Ajar Fisika Dasar Untuk Teknik dan Farmasi. Yogyakarta :
Deepublish.

Kosman, R. 2012. Farmasi Fisika. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mayer, C. 2009. Rheologi Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Rochima. 2009. Viskositas dan Berat Molekul Kitosan Hasil Reaksi Enzimatis Kitin
Deasetilase Isolat Bacillus Papandayan. Bandung : Seminar Nasional dan
Kongres Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia.

Sinko, Patrick J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai