TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan pengemulsi atau
surfaktan yang cocok (Anief, 1997).
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama
lainnya, dimana yang satu menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil.
Fase hidrofil (lipofob) umumya adalah air atau suatu cairan yang dapat
bercampur dengan air, sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofob) adalah
minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak-lemak (minyak lemak
paraffin, vaselin, lemak coklat, malam bulu domba) atau juga bahan pelarut
hidrofil seperti kloroform, benzene dan sebagainya (R. Voight, 1994).
Dalam pembuatan suatu emulsi pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator
yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja
emulgator ini adalah menurunkan tegangan permukaan antara air dan minyak
serta membantu lapisan film pada permukaan globul-globul fase
terdispersinya (Kosman Rachmat, 2006).
Pembuatan emulsi ada beberapa metode yaitu, metode gom basah
(metode Inggris) dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu
ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Metode gom
kering korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1
bagian gom, sselanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini
juga disebut metode 4:2:1. Metode HLB untuk memperoleh efisiensi
emulgator perlu diperhatikan sifat-sifat dari emulgator untuk tipe sistem yang
dipilih (Anief, 2007).
Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-
minyak dari zat-zat seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam
penyiapan suatu emulsi seseorang dapat memilih zat pengemulsi yang
mempunyai harga HLB sama atau hamper sama sebagai fase minyak yang
dimaksud (Arief, 1998).
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Anief, Moh. 1998. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ansel C. Howard. 1989. Penuntun Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Empat. Jakarta:
UI-press.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L. Karig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, Terjemahan : S. Suyatmi, Jakarta: Universitas
Indonesia Press.