“DISUSUN OLEH”
Tujuan
“Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel “
Dasar Teori
Titrasi asam-basa memanfaatkan perubahan besar dalam pH, untuk menetapkan kapan
titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan
bentuk takterdisosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam itu
dapat digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebut indicator
tampak (Day & Underwood, 1986).
Pengaruh protokol titrasi asam-basa dan kecepatan pada pengukuran pH dan perhitungan
muatan permukaan dipelajari pada suspensi γ-alumina, hematit, goetit, dan silika, yang ukuran
dan porositasnya telah dikarakterisasi dengan baik. Protokol titrasi memiliki efek penting pada
penghitungan muatan permukaan serta konstanta asam-basa yang diperoleh dengan
menyesuaikan kurva titrasi. Variasi pH terhadap waktu setelah penambahan asam atau basa ke
suspensi diinterpretasikan sebagai proses difusi. Koefisien difusi yang dihasilkan bergantung
pada sifat oksida dan porositasnya (Michel-Fedoroff, 2006)
Indikator yang digunakan dalam titrasi menunjukkan perubahan warna yang ditandai
dengan baik dalam interval pH tertentu. Sebagian besar indikator ini adalah pewarna organik dan
berasal dari sintetis. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kelopak bunga yang diekstraksi
dari beberapa tanaman yang tersedia dengan mudah. Sebuah studi komparatif Delonix regia Raf.
dan Caesalpina pulcherrima Swartz Obs. ekstrak bunga dengan indikator sintetis yaitu.
Fenolftalein dan metil merah dilakukan untuk mengevaluasi ketepatan ekstrak bunga sebagai
indikator asam basa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga tanaman ini dapat
digunakan sebagai indikator asam basa dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat karena hasil
yang sama diperoleh dari fenolftalein dan metil merah. Dalam kasus titrasi asam lemah dan basa
lemah, hasil yang diperoleh ekstrak bunga sama dengan hasil yang diperoleh indikator campuran.
Alasan di balik penggunaan indikator alami ini daripada indikator sintetis adalah ketersediaannya
yang mudah, kelembaman, kemudahan persiapan, dan efektivitas biaya (Smt. C. R., 2013)
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
Penetapan sampel
5. Penetapan kadar HCl
Sampel dimasukkan kedalam
erlenmeyer, tambahkan 1-2
tetes indikator PP
z
Titrasi larutan dengan NaOH
sampai terjadi perubahan
warna menjadi rose muda,
catat volume NaOH yang
terpakai
z
Lakukan titrasi minimal duplo
dan hitung kadar HCl dari
sampel
Note :
Pembuatan etanol netral :
Kedalam 15 mL etanol
95%→tambahkan 1 tetes merah
fenol→kemudian tambahkan
bertetes-tetes NaOH 0,1
N→hingga larutan berwarna
merah.
Pembahasan
Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya kadar larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya.
Sampel asam yang digunakan adalah asam oksalat dan asam salisilat, sedangkan sampel
basanya adalah NaOH, dengan mnggunakan indikator phenolpthalen. Perubahan warna yang
dihasilkan pada saat melakukan titrasi asam oksalat dengan NaOH serta asam salisilat dengan
NaOH menghasilkan warna merah muda (rose). Perubahan warna ini menandakan bahwa larutan
yang dititrasi telah mencapai Titik akhir atau titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat
larutan asam habis bereaksi dengan larutan basa.
Perhitungan :
N NaOH = 0,1 N ~ 0,1 M
V Asam Oksalat = 250mg ~ 0,25 gram
V Air + Etanol = 35 ml
N Asam Oksalat
N = 0,25 /138 = 0,001N (N Asam Oksalat)
N = M/V
0,001 = M / 35ml
M = 0,035 M ( M Asam Oksalat )
V1 x M1 = V2 x M2
V1 X 0,1 N = 35ml x 0,035 M
V1 = 1,225 / 0,1
= 12,25
Volume NaOH Yang digunakan menurut perhitungan matematis adalah 12,25 ml,
Sedangkan Volume Naoh yang digunakan didalam praktikum adalah 10,5 ml. Perbedaan data
yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya kesalahan pada praktikum yang telah dilakukan
sehingga terjadilah kesalahan pada perhitungan konsentrasi larutan tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi asam basa ini yang dilakukan menggunakan larutan baku primer asam oksalat dan
larutan baku skunder NaOH.
2. Titik akhir titrasi atau titik ekuivalen ditandai dengan perubahan warna pada larutan yang
dititrasi
3. Perubahan warna yang terjadi yaitu menjadi warna merah muda (rose)
4. Didapatkan hasil perhitungan N asam oksalat adalah 0,001N, dan M asam oksalat adalah
0,035M.
5. Volume NaOH Yang digunakan menurut perhitungan matematis adalah 12,25 ml,
Sedangkan Volume Naoh yang digunakan didalam praktikum adalah 10,5 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Day Jr., RA. dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-5). Translated by Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga