Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Nama : Kezia Rosepta Br Ginting


NIM/kelompok : 22010320120009
Judul praktikum : Pulveres II
Asisten : Eka Saputri

LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI FARMASI, DEPARTEMEN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JAWA TENGAH
2021
PULVERES II

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung dosis dalam resep


sesuai dengan metode peracikan pulveres
1.2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami cara pembuatan resep
pulveres

II. DASAR TEORI


II.1. Pulveres
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang
diserbukkan. (FI III, 23). Serbuk adalah campuran bahan kering,
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan dimaksudkan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI IV, 14)

Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam


bobot lebih kurang sama, dikemas menggunakan pengemas yang
cocok untuk sekali minum. (FI III, 23). Sediaan racikan pulveres
yang dibagi tanpa penimbangan. Pembagiannya dilakukan paling
banyak hanya 20 bungkus untuk menjaminpembagian yang sama.
Apabila lebih dari 20 bungkus, maka serbuk dibagi dalambeberapa
bagian dengan cara penimbangan dan tiap bagian paling banyak
menjadi20 bungkus (Anief, 2000).

Sediaan racikan pulveres memiliki kualitas yang baik


apabila memenuhi persyaratan yaitu kering, halus, homogen,
seragam dalam bobot, dan seragam dalam zat yang terkandung
(Syamsuni, 2006).

II.2. Kelebihan dan kelemahan Serbuk


II.2.1. Kelebihan
a. Serbuk lebih leluasa dalam memilih dosis yang
sesuai dengan keadaan si penderita
b. Cocok untuk anak-anak dan orang dewasa yang
sulit untuk menelan tablet atau kapsul
c. Lebih stabil dan mudah diserap oleh tubuh
d. Obat yang volumenya besar untuk tablet atau
kapsul dapat dibuat dalam serbuk
II.2.2. Kelemahan
a. Tidak menutupi rasa yang tidak enak
b. Pada penyimpanan yang tidak sesuai menjadi
lembab
c. Membutuhkan waktu yang lama dalam
penyiapan di apotek
(FI III, 24)
II.3. Persyaratan Pulveres
Bila tidak dinyatakan lain, serbuk memiliki syarat :
1. Halus
2. Kering
3. Homogen
4. Keseragaman bobot atau keseragaman kandungan yang berlaku
untuk serbuk terbagi mengandung obat keras, narkotika dan
psikotropika
(Syamsuni, 2006)

II.4. Bobot ideal pulveres


Serbuk dapat terbagi jika beratnya memenuhi, maka
campuran serbuk sering ditambah zat tambahan yang berkhasiat
netral atau indiferen, seperti Saccharum Lactis, Saccharum Album,
sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg Bobot serbuk setiap
bungkus umumnya sekitar 500 mg, jika bobot suatu serbuk bagi
tidak cukup besar atau kurang dari 500 mg maka boleh
ditambahkan suatu zat tambahan yang bersifat netral atau tidak
berkhasiat, misalnya saccharum lactis dengan nama lain laktosum.
Dapat juga menggunakan saccharum album atau gula pasir yang
rasanaya lebih manis, akan tetapi karena sangat higroskopis dapat
menyebabkan serbuk menjadi basah atau lembab, maka tidak
dianjurkana menggunakan gula sebagai bahan tambahan dalam
serbuk bagi (Murtini, 2016).

Pulveres memiliki persyaratan keseragaman bobot. Adapun


prosedurnya adalah ditimbang isi dari 20 bungkus satu-persatu,
campur isi ke-20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot
isi rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu
terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan
tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus (Saptaning, 2013).

II.5. Prinsip Pengerjaan Obat

a. Serbuk diracik satu demi satu, dan dicampur secara


sedikit demi sedikit, dimulai dari bahan obat yang
jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi,
jika serbuk mengandung lemak. Diayak dengan
pengayak nomor 44
b. Obat yang jumlahnya kurang dari 50 mg atau tidak bisa
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan
zat tambahan yang cocok
c. Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus
terlebih dahulu sampai derajat halus sesuai dengan
tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk, setelah
itu dikeringkan dengan suhu tidak lebih dari 50
d. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit
digerus bersamaan dengan bahan pembawa atau bahan
tambahan
e. Obat berupa cairan, misalnya tinctur dan ekstra cair,
diuapkan pelarutnya hingga hamper kering dan
diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang
cocok
f. Obat bermassa lembek, misalnya ekstra kental,
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai secukupnya dan
diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok
g. Obat yang berwarna berlainan digerus bersamaan agar
diketahui homogenitas serbuk
h. Obat dan volumenya kecil digerus terlebih dahulu

(FI III, 23)

II.6. Uji Keragaman Bobot


Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk
yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50%
atau lebih dari bobot suatu sediaan dan dapat diterapkan pada
sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung
zat aktif atau inaktif yang ditambahkan.Penyimpangan bobot masing-
masing bungkus pulveres terhadap yang lain adalah tidak boleh
lebih dari 10% (Anief, 2000).
II.7. Etiket Obat

Etiket obat berisi aturan pakai, cara pemakian dan waktu


pemakaian. Pada etiket harus terdapat tanggal pembuatan obat atau
pemberian etiket pada kemasan obat, nama apotek, alamat, SIA,
Apoteker Pengelola Apotek (APA), tanda tangan pembuat etiket.
Terdapat 2 jenis etiket :

a. Etiket untuk pemakaian sistemik berwarna putih.


Contoh : obat-obat oral seperti puyer, capsul, potio (obat
minum).
b. Etiket untuk pemakaian kegiatan praktikumal warna biru.
Contoh : injeksi, salep, cream, lotio, suppositoria , tetes telinga,
tetes mata.
(Suprapti, 2016)
II.8. Cara mencampur Pulveres

1. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar hendaknya


digerushalus terlebih dahulu
2. Obat yang berkhasiat keras dengan jumlah sedikit dicampur
dengan konstituen dalam mortir
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak
bahwa serbuk sudah merata
4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu
5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu
(Syamsuni, 2016)

II.9. Urutan Pencampuran Obat

1. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar


hendaknya digerus halus terlebih dahulu
2. Obat yang berkhasiat keras dengan jumlah sedikit
dicampur dengan konstituen dalam mortir
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar
tampak bahwa serbuk sudah merata
4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih
dahulu
5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu
(Syamsuni, 2016)

II.10. Cara Pembuatan Serbuk


Cara mencampur bahan obat untuk serbuk:
1. Triturition, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan
stamper
2. Spatulatiop, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan
tertutup.
4. Trumbling,cara mencampurkan bahan obat dalam tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian
digoyanggoyangkan.
(Syamsuni, 2006)

II.11. Cara membungkus pulveres


Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk
menjamin pembagian yang sama maka pembagian dilakukan
paling banyak hanya 20 bungkus. Apabila lebih dari 20 bungkus,
maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian. Dengan cara
penimbangan dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20
bungkus. Penyimpangan berat masing-masing serbuk terhadap
yang lainnya adalah paling besar 10%. Serbuk bagi dikemas dalam
kertas perkamen (Anief,1987).
Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh lingkungan,
serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul
polietilena (Syamsuni,2006).
Pulveres disimpan dalam wadah tertutup rapat terbuat dari
kaca susu atau bahan lain yang cocok (Depkes RI,1979) Cara
membagi serbuk dengan baik dan benar dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Bila serbuk yang diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi


langsung sama banyak pada setiap bungkusnya sesuai dengan
pangan mata.
2. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah
genap misalkan 12 bungkus, serbuk dibagi dua bagian sama
banyak dengan menggunakan timbangan. Kemudian bagian
dibagi 6 bungkus sama banyak.
3. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 (lima
belas) bungkus, seluruh serbuk ditimbang, dihitung berat satu
bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk ditimbang sama
banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus.

(Suprapti, 2016)

III. SKRINING ADMINISTRATIF RESEP

1. Resep Asli
Inscriptio

Invocatio
Praescriptio

Signatura Subscriptio

Pro

Kelangkapan Resep:
1. Inscriptio : Tidak terdapat nomor telephon dokter
2. Invocatio : Sudah lengkap
3. Praescriptio : Perlu ditambahkan dtd karena dosis
tidak
4. Signatura : Sudah lengkap
5. Subscriptio : Tidak terdapat paraf dokter
6. Pro : Sudah lengkap

IV. RESEP DAN SALINAN RESEP

IV.1. Perbaikan Resep

No. Telp : (019) 14032002

IV.2. Salinan Resep


V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
V.1. Perhitungan

1. Demacolin ½ tab

1
tab x 10=5 tab
2

2. Ambroxol 15 mg
x 10 = 150 mg

150 mg
=5 tab
30 mg

3. 10 = 150 mg
1
tab x 10=5 tab
2

4. Prednison 3 mg x
10 = 30 mg

30 mg
=6 tab
5 mg
V.2. Penimbangan
1. Demacolin ½ tab  5 x 660 = 3.300 mg
2. Ambroxol 15 mg 5 x 205 = 1025 mg
3. Prednison 3 mg  6 x 125 = 750 mg

Total : 5075: 10 = 507,5 mg

VI. CARA KERJA

Bahan Obat
Demacolin
Ambroxol
Prednison

Mortir dan Stamfer

1. Ditimbang terlebih dahulu bahan-bahan obat yang


diperlukan sebelum menggerusnya.
2. Diambil 6 tablet Prednison, ditimbang bobot 1
tabletnya, dicatat
3. Diambil 5 tablet Ambroxol, ditimbang bobot 1
tabletnya, dicatat
4. Diambil 5 tablet Demacolin, ditimbang bobot 1
tabletnya, dicatat
5. Dihaluskan sedikit lactosa di dalam lumpang untuk
menutupi pori-pori lumpang
6. Dihaluskan prednison di dalam lumpang, tambahkan
sedikit carmin, keluarkan
7. Dihaluskan ambroxol di dalam lumpang, campurkan
dengan prednison hingga homogen, keluarkan
8. Dihaluskan demacolin di dalam lumpang, campurkan
dengan prednison dan ambroxol hingga homogen,
keluarkan
9. Campurkan prednison, ambroxol dan demacolin
hingga halus dan homogen
Pulveres

VII. KHASIAT
VII.1. Demacolin
Dalam 1 tablet demacolin mengandung: 500 mg Paracetamol yang
berkhasiat sebagai analgetikum, antipiretika (Depkes RI, 1979).
2 mg Chlorfeniramin maleat yang berkhasiat sebagai
antihistaminikum (Depkes RI, 1979).
7,5 mg Pseudoefedrin HCL yang berkhasiat sebagai antitusiv
(IAI,2016).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi obat didalam
Demacolin dapat berkhasiat sebagai obat flu.

VII.2. Ambroksol
Khasiat yang dimiliki oleh obat Ambroxol yakni mengobati
penyakit saluran nafas akut dan kronik yang disertai sekresi
bronchial yang abnormal, misalnya pada ekserbasi dan bronchitis
kronis dan asma bronkial (IAI, 2019).

VII.3. Prednison
Prednison berkhasiat sebagai adrenoglukokortikoidum (Depkes RI,
1979). Khasiat yang dimiliki oleh obat Prednison yakni mengobati
keadaan alergi, peradangan dan penyakit lain yang membutuhkan
pengobatan dengan glukokortikoid seperti reumatik, penyakit
kolagen, dan penyakit kulit (IAI, 2019).

VII.4. Khasiat Resep Keseluruhan


Khasiat keseluruhan obat dapat disimpulkan khasiat digunakan
untuk pengobatan flu dan batuk.

VIII. ETIKET

APOTEK BAHAGIA

Jl. Tenggiri 48, Semarang Telp 1234567891

Apoteker : Drs. Panca Budi, Apt

SIK : No. 1234/B

No Resep: 125 Tgl. Semarang, 3 Februari 2018

Nama :Joyce

3 X Sehari tablet/kapsul/ bungkus

Bila

Jumlah obat : 10 bungkus

Etiket yang digunakan adalah etiket berwarna putih untuk obat atau
sediaan dalam yang penggunaannya melalui mulut masuk kerongkongan
terus perut atau melalui saluran gastrointestinal (Saptaning, 2013).

IX. PEMERIAN BAHAN

IX.1. Demacolin
Dalam 1 tablet Demacolin mengandung: Paracetamol : Hablur atau
serbuk putih, tidak berbau, pahit. Kelarutan paracetamol larut
dalam 70 bagian air, dalam bagian etanol (95%) P dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam alkali hidroksida (Depkes RI, 1979).
Pseudoefedrin : Hablur putih atau serbuk putih, serbuk halus putih
atau hampir putih, bau khas lemah. Kelarutan pseudoefedri HCl
sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam kloroform (Depkes RI, 1995). Chlorfeniramini
maleat : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit. Kelarutan
chlorpheniramini maleat larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian
etanol (95%) P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut
dalam eter P (Depkes RI, 1979).
IX.2. Ambroxol
Pemerian serbuk kristal putih atau kekuningan, cairan sirup encer
berwarna hijau bening, rasa manis kepahitan, aroma mixed fruit
essence. Kelarutan ambroxol sedikit larut dalam air,larut dalam
metanol,praktis tidak larut dalam kloroform. (Depkes RI, 1995).
IX.3. Prednison
Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, mula mula
tidak berasa kemudian pahit. Kelarutan prednison sangat sukar
larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform
P, dalam dioksan P, dan dalam metanol P (Depkes RI, 1979).

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Allen, L.V., Popovich, N.G., dan Ansel, H.C. 2011. Ansel's Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery System, 9th ed., diterjemahkan oleh
Hendriati, L. dan Foe, K. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialite Obat Volume 49. Jakarta :
ISFI Penerbitan
Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume
52/2019. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Murtini, G. 2016. Farmasetika Dasar. Jakarta : Kementeriaan Kesehatan RI.
Suprapti, Tati. 2016. Praktikum Farmasetika Dasar. Jakarta : Kementeriaan
Kesehatan RI.
Syamsuni H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC

Anda mungkin juga menyukai