Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

CARA PEMBERIAN OBAT

INTRAVENA

Dosen pengampu: Siti Mariam,M.Farm.,Apt

Disusun oleh:

1. Allif Yatsaridhorahman (17010003)


2. Deastari Amalia (17010011)
3. Desty Purwandita (17010013)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI


BOGOR

2020
I. Tujuan
a) Mengenal teknik – teknik pemberian obat melalui berbagai rute
pemberian
b) Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
c) Dapat menyatakan konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian
obat terhadap efeknya
II. Tinjauan pustaka
Hewan mencit atau musculus adalah tikus rumah biasa termasuk kedalam
ordo rodentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat anatara
25-40 gram dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit
laboratorium adalah strain albino yang mempunyai warna bulu putih dan mata
merah muda (Hrapkiewicz et al,1998). Mencit merupakan hewan yang tidak
mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri dari empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal.
Percobaan dalam menangani hewan yang akan di uji cenderung memeiliki
karakteristik yang berbeda, seperti mencit lebih penakut dan fotofobik ,
cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah ditangani, lebih
aktif pada malam hari(nocturnal), aktifitas terganggu dengan adanya manusia,
suhu normal 37,40C , laju respirasi 163/menit.dengan mengetahui sifat-sifat
karakteristik hewan yang akan di uji diharapkan lebih menyesuaikan dosis dan
tidak berperilaku tidak wajar.
Rute pemberian obat dapat diberikan secara peroral, subkutan,
intramuscular,intra vena dan intraperitonial. Pemberian secara parenteral seperti
IM, IV, IP, dan SC melibatkan proses penyerapan obat langsung masuk ke
peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor. faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal dan faktor
ekstema, adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
meliputi variasi biologik ( usia, jenis kelamin) pada usia hewan semakin muda
maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan , ras dan sifat genetik, status
kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh , luas permukaan tubuh. Faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai oksigen, keadaan kandang,
suasana asing atau baru, suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, pemeliharaan
keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan.
III. Alat dan Bahan
1. Alat
 Suntikan/spuit
 Vial
 Kapas
2. Bahan
 Diazepam Injeksi 10mg/2ml
 Alkohol
 Aquadestilata

IV. Prosedur
Siap kan Kerja
alat dan bahan

Timbang hewan mencit


dan tulis bobot hewan
mencit tersebut

Hitung berapa ml yang harus di


suntikkan pada hewan mencit,
sesuai dengan perhitungan bobot
mencit
Diazepam injeksi 10 mg/2ml di
encerkan 20x , lalu dimasukkan
pada vial ad aquadest

Setelah dapat berapa ml yang


diberikan, masukkan pada
suntikkan sesuai perhitungan

Ambil mencit, lalu bersihkan


daerah yang akan di
suntikkan (ekor) , setelah itu
cari bagian yang merah, lalu
suntikkan.
V. Hasil
* Data percobaan
Obat yang diuji : Diazepam (obat tidur)
Nama sediaan : Diazepam injeksi 10mg/2ml
Dosis : diambil dosis dewasa(tengah) 10mg
Volume yang diberikan : 0,17 ml ( sudah sesuai dengan perhitungan bobot
hewan
percobaan)
Rute pemberian : Intravena
Jam percobaan : 09.00 wib

No Mencit BB Rute Dosis t0 t1 t2 t1 t2


(gram) pemberian (waktu (tidur) (bangun) (Rata- (Rata-
suntik) rata) rata)
Kel 1 22,81 0,12 08.55 09.00 09.03
1 gr Iv ml
(Intravena) 09.01 09.03
Kel 2 30,18 0,17 09.00 09.03 09.07
gr ml
Kel 3 31,27 0,17 09.07 - -
2 gr Po ml
Kel 7 28,38 (Per oral) 0,15 09.06 09.29 09.33 09.29 09.33
gr ml
Kel 4 25,2 gr Ip 0,14 09.24 09.50 10.00
3 (Intra ml 09.50 10.00
peritoneal)
Kel 5 28,54 Im 0,04 09.05 09.22 09.41
4 gr (Intra ml
Kel 8 21,0 gr muscurlar) 0,03 09.12 09.22 09.34 09.22 09.37
ml
5 Kel 6 27,29 Sc 0,15 09.10 09.18 09.26 09.18 09.26
gr (Subcutan) ml

Pehitungan dosis

 Dosis diazepam dewasa = 10 mg


 Dosis untuk mencit (20gr) = 0,0028 x 10 mg = 0,028 mg
 Sediaan = 10 mg / 2 ml → 5 mg/ml
5 mg . 1 ml = x . 10 ml
5
x = . 0,5 mg/ml
10
0,5 0,028
= x
1 x
= 0,056 ml → 10x pengenceran
5 mg . ml = x . 20 ml
5 mg 0,025 0,028
x = = =
20 ml 1 ?
= 0,112 ml → Po, Ip, Iv, Sc
 Perhitungan untuk Iv (Intravena)
22,81
Kelompok 1 = x 0,112 ml
20
= 0,12 ml

30,18
Kelompok 2 = x 0,112 ml
20
= 0,169 → 0,17 ml

 Perhitungan untuk Po (Per oral)


31,27
Kelompok 3 = x 0,112 ml
20
= 0,17 ml

28,38
Kelompok 7 = x 0,112 ml
20

= 0,15 ml

 Perhitungan untuk Ip (Intra peritoneal)

25,2
Kelompok 4 = x 0,112 ml
20

= 0,14 ml

 Perhitungan untuk Im (Intra muscular)


28,54
Kelompok 5 = x 0,112 ml
20
= 0,04 ml

21,0
Kelompok 8 = x 0,112 ml
20
= 0,03 ml

 Pehitungan untuk Sc (Subcutan)


27,29
Kelompok 6 = x 0,112 ml
20

= 0,15 ml

VI. Grafik
0 t1 t2 t1 t2 t1 t1 t1 t2
09,01 09,03 09,22 09,29 09,37 09,37 09,50 10,00

Keterangan :
Merah : intravena
Kuning : intramuscular
Hijau : peroral
Biru : intraperitorial

VII. Pembahasan
Hipnotik sedative merupakan golongan obat depresan sususan saraf pusat
(SSP) yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine)
yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati, bergantung pada
dosis. Pada dosis terapi sedative menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap
perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta memperrtahankan tidur yang menyerupai tidur
fisiologis.
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat yang
mengandung zat aktif Diazepam dengan kadar 10 mg/2ml. Obat ini dilarutkan
terlebih dahulu dan dilakukan pengenceran 20x menjadi 0,25mg/ml agar
mempermudah saat pengambilan larutan diazepam sesuai dosis dan BB (gram)
mencit yang telah dihitung masing-masing kelompok dan digunakan sesuai rute
pemberiannya. Dengan menggunakan spuit 1 ml dan jarum sonde 1 ml. Pada
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi
diazepam terhadap efektifitas sedative pada mencit. Alasan hewan coba
menggunakan mencit karena genetic, karakteristik, biologi dan perilakunya
sangat mirip dengan manusia, selain itu dari keamanan dan yang baik dan
harganya lebih ekonomis.
Pemberian obat pada hewan percobaan terdapat berbagai rute pemberian
diantaranya enternal dan parenteral. Enternal yaitu seperti penggunaan peroral,
sublingual dan rektal. Tetapi penggunaan sublingual dan rektal sulit dilakukan
pada hewan coba, sehingga rute yang cocok digunakan pada hewan percobaan
ini adalah dengan rute oral. Sedangkan pada parental yaitu contohnya seperti
rute intravena, intramuscular, subcutan, dan intra peritoneal.
Cara perlakuan nya yaitu dengan diangkat ujung ekornya dengan tangan
kiri, letakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin misalkan, ram
kawat, kasa, sehingga jika ditarik mencit akan mencengkram. Telunjuk dan ibu
jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya masih dipegang
dengan tangan kanan. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan sehingga
permukaan perut terhadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri.
Pada kelompok kami (kelompok 2) dan kelompok 1 yaitu melakukan
hewan percobaan dengan rute pemberian intravena yaitu dengan cara
menyuntikkan obat dengan dosis yang telah sesuai dengan BB (gram) ke ekor
mencit. dengan BB mencit kelompok kami 30,18 gram dan dosis 0,17 ml dengan
waktu mulai penyuntikan pukul 09.00 dan mencit tertidur (t1) pada pukul 09.03
dan terbangun (t2) pada pukul 09.07, sedangkan pada kelompok 1 dengan BB
mencit 22,81 gram dan dosis 0,12 ml dengan waktu penyuntikkan pukul 08.55
dan tertidur (t1) pada pukul 09.00 dan terbangun (t2) pada pukul 09.03, jika
dirata – rata kan kelompok 1 dan 2 mendapatkan nilai t1 pada pukul 09.01 dan t2
pada pukul 09.03. Hal ini karena pada ujung ekor mencit terdapat banyak
pembuluh darah, sehingga obat didistribusi dan diabsorpsi nya lebih cepat
disebarkan keseluruh tubuh. Sehingga efeknya lebih cepat dibandingkan dengan
rute pemberian peroral.
Pada kelompok 3 dan kelompok 7 yaitu melakukan hewan percobaan
dengan rute pemberian per oral yaitu dengan cara diberikan dengan sonde oral
yang ditempelkan pada langit- langit atas mulut mencit, kemudian dimasukkan
pelan - pelan sampai ke esopagus dengan dosis yang telah sesuai dengan BB
(gram) mencit. dengan BB mencit kelompok 3 adalah 31,27 gram dan dosis 0,17
ml dengan waktu mulai pemberian pukul 09.07 dan mencit tidak tertidur, karena
pada saat pemberian obat melalui oral adanya kendala dengan sonde oral yang
digunakan adanya kebocoran sehingga obat yang masuk kedalam mulut mencit
tidak semuanya masuk kedalam esopagus dan efek yang ditimbulkan obat adalah
tidak bereaksi. sedangkan pada kelompok 7 dengan BB mencit 28,38 gram dan
dosis 0,15 ml dengan waktu pemberian pukul 09.06 dan tertidur (t1) pada pukul
09.29 dan terbangun (t2) pada pukul 09.33, jika dirata – rata kan kelompok 3 dan
7 mendapatkan nilai t1 pada pukul 09.29 dan t2 pada pukul 09.33. Hal ini
disebabkan karena rute pemberian melalui oral sangat lama kerjanya,
dikarenakan obat harus diabsorbsi melalui saluran cerna terlebih dahulu.
Pemberian obat secara oral tidak memperlihatkan efek obat yang diinginkan, rata
- rata memerlukan waktu yang lama untuk mencapai onsetnya karena melalui
saluran cerna dan lambat diabsorbsi oleh tubuh. Selain itu banyak faktor yang
dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat sehingga mempengaruhi efek yang
ditimbulkan, seperti sifat - sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi yaitu :
stabilitas pada pH lambung, stabilitas terhadap enzim - enzim pencernaan,
stabilitas flora usus, stabilitas terhadap enzim - enzim dinding saluran cerna,
stabilitas terhadap enzim - enzim hati, dan kelarutan air dalam dinding saluran
cerna.
Pada kelompok 4 yaitu melakukan hewan percobaan dengan rute
pemberian Intra peritonial yaitu dengan cara menyuntikkan obat dengan dosis
yang telah sesuai dengan BB (gram) ke bagian sekitar abdomen atau rongga
perut, yaitu dengan disuntikkan dengan sudut 10° dari abdomen agak kepinggir
untuk mencegah terkenanya kandung kemih dan apabila terlalu tinggi akan
mengenai hati. Dengan BB mencit 25.2 gram dan dosis 0,14 ml dengan waktu
mulai penyuntikan pukul 09.24 dan mencit tertidur (t1) pada pukul 09.50 dan
terbangun (t2) pada pukul 10.00, Hal ini disebabkan karena pada rute pemberian
Intra peritonial memberikan efek lebih cepat pula dibandingkan dengan
pemberial oral, dimana pada bagian ini terdapat banyak pembuluh darah
sehingga obat lebih mudah diserap ke dalam sistem peredaran darah. Kelebihan
menggunakan rute pemberian Intraperitonial adalah obat yang akan disuntikkan
dalam rongga peritonium akan diabsorbsi dengan cepat sehingga reaksi obat
akan cepat terlihat. Sedangkan kekurangannya untuk resiko kesalahan
penyuntikkan menyebabkan kesalahan organ.
Pada kelompok 5 dan kelompok 8 yaitu melakukan hewan percobaan
dengan rute pemberian intramuscular yaitu dengan cara menyuntikkan obat
dengan dosis yang telah sesuai dengan BB (gram) ke bagian paha posterior
dengan memasukkan jarum secara tegak lurus dengan kulit (90°) untuk
memastikan jarumnya mengenai otot. dengan BB mencit kelompok 5 adalah
28,54 gram dan dosis 0,04 ml dengan waktu mulai penyuntikan pukul 09.05 dan
mencit tertidur (t1) pada pukul 09.22 dan terbangun (t2) pada pukul 09.41,
sedangkan pada kelompok 8 dengan BB mencit 21,0 gram dan dosis 0,03 ml
dengan waktu penyuntikkan pukul 09.12 dan tertidur (t1) pada pukul 09.22 dan
terbangun (t2) pada pukul 09.34, jika dirata – rata kan kelompok 5 dan 8
mendapatkan nilai t1 pada pukul 09.22 dan t2 pada pukul 09.37. Hal ini
disebabkan pada rute intramuscular memungkinkan absorbsinya lebih cepat
dibanding kan rute subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat
dibagian otot. Rute pemberian secara intramuscular dinyatakan berhasil jika
tidak keluar darah pada lokasi penyuntikkan.
Pada kelompok 6 yaitu melakukan hewan percobaan dengan rute
pemberian subcutan yaitu dengan cara menyuntikkan obat dengan dosis yang
telah sesuai dengan BB (gram) ke bagian bawah kulit dan didaerah tekuk, dan
dilakukan secara cepat untuk menghindari pendarahan pada mencit. dengan BB
mencit kelompok 6 adalah 27,29 gram dan dosis 0,15 ml dengan waktu mulai
penyuntikan pukul 09.10 dan mencit tertidur (t1) pada pukul 09.18 dan
terbangun (t2) pada pukul 09.26. Hal ini pada rute subcutan memungkinkan
absorbsinya lebih cepat jika obat larut dengan air, dan keuntungannya untuk
mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Namun jika dilihat secara efektifitas atau cepatnya obat bereaksi sampai ke
tempat tujuan rute pemberian obat yang lebih bagus diberikan secara Intravena.
Hal ini di karenakan bahwa pemberian obat secara Intravena diberikan melalui
pemberian injeksi pada bagian pembuluh darah. Dimana pada bagian ini obat
langsung masuk ke pembuluh darah dan diserap dalam sistem peredaran darah.
Sedangkan jika dibandingkan pemberian secara oral, obat harus melalui tahap
absorbsi yakni lambung dsn diusus. Jika dibandingkan secara Intramuscular obat
secara tidak langsung masuk ke aliran darah sebagai gantinya masuk terlebih
dahulu kedalam jaringan otot dimana ia dapat diabsorbsikan oleh aliran darah
yang berlebih - lebihan melalui kapiler yang melayani otot. Rute ini lebih cepat
jika dibandingkan dengan subcutan, karena pada rute pemberian subcutan yaitu
memasukkan obat ke dalam jaringan penghubung dibawah permukaan kulit
dimana absorbsinya lebih lambat.
VIII. Kesimpulan
1) Obat yang digunakan yaitu obat diazepam 10mg/2ml, sediaan yang
dipakai yaitu 0,25 mg/ml
2) Pada rute peroral dibutuhkan waktu 4 menit, ada kendala pada peroral
dikarenakan jarum sonde yang bocor,sehingga obat yang masuk tidak
sesuai dengan
3) Untuk rute Intra Muscular(15 menit),Sub Cutan(8menit), Intra Vena( 2
menit), dan Intra peritonial (10menit)
4) Yang paling efektif untuk pemberian obat diazepam ini yaitu pada rute
intravena

XI. Lampiran

DAFTAR PUSTAKA
Modul penuntun praktikum Farmakologi

https://www.academia.edu/32159947/
LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOLOGI_CARA_PEMBERIAN_SECARA_PAR
ENTERAL

Anda mungkin juga menyukai