I. TUJUAN
a. Metode ayakan
Metode pengayakan dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel
tertentu susuai dengan yang diinginkan. Prinsip kerja dalam metode
pengayakan adalah dengan cara sampel dijatuhkan kedalam permukaan
ayakan.
b. Metode mikroskop
Mikroskop dapat digunakan untuk mengukur partikel yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop optic biasanya digunakan untuk
mengukur partikel yang memiliki ukuran partikel antara 0,2 nm dan
sekitar 100 nm.
Dibuat grafik antara bobot kumulatif (%) pada sumbu-x terhadap log
ukuran partikel (sumbu-y) (log-probability curve ) dan tentukan
diameter rata-rata geometris dan standar deviasi geometrisnya.
I. TUJUAN
1. Difusi biasa, yang terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophobic. Difusi ini tidak memerlukan energi atau ATP.
2. Difusi Khusus, terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophilic. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus.
III.PROSEDUR PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Bahan : Es batu, serbuk agar, kristal metil jingga, kristal KMnO4
Alat : Timbangan analitik, beaker glass 100 ml, beaker glass 250 ml
(4 buah), cawan petri (2 buah), penggaris, batang pengaduk, hot plate.
Cara kerja
a. Difusi sederhana
Catat jarak difusi KMnO4 dan metil jingga sebagai fungsi waktu.
Kemudian Bahas hasil percobaan tersebut.
No Ayakan Bobot Ayakan Bobot Bahan yang
Awal (g) Akhir (g) Tertahan (g)
14 410,0 g 410,0 g 0g
20 427,9 g 427,9 g 0g
30 417,4 g 417,5 g 0,1 g
40 404,8 g 404,9 g 0,1 g
50 426,4 g 426,4 g 0
60 423,1 g 423,1 g 0
80 424,9 g 425,0 g 0,1 g
100 389,6 g 390,4 g 0,8 g
Pan Cover 345,8 g 394.3 g 48,5 g
Jumlah 49,6 g
Avicel pH 101
14 1400 0g 0 0% 0% 0
20 850 0g 0 0% 0% 0
30 600 0,1 g 60 0,2% 0,2% 1,72
40 425 0,1 g 42,5 0,2% 0,4% 1,62
50 300 0g 0 0% 0,4% 0
60 250 0g 0 0% 0,4% 0
80 180 0,1 g 18 0,2 % 0,6% 1,25
100 150 0,8 g 120 1,61 % 2,21 % 2,07
Pan Cover 48,5 g 97, 7 % 99, 91 %
Avicel pH 102
No Bobot Ayakan Bobot Bahan
Ayakan Awal (g) Akhir (g) yang Tertahan
(g)
14 410,0 g 410,0 g 0g
20 427,9 g 427,9 g 0g
30 417,5 g 417,6 g 0,1 g
40 404,8 g 404,8 g 0g
50 426,3 g 426,4 g 0,1 g
60 423,1 g 423,3 g 0,2 g
80 424,8 g 426,2 g 1,4 g
100 389,5 g 392,6 g 3,1 g
Pan 345,8 g 390,6 g 44,8 g
Cover
Jumlah 49,7 g
14 1400 0g 0 0% 0% 0
20 850 0g 0 0% 0% 0
30 600 0,1 g 60 0,2 % 0,2% 1,72
40 425 0g 0 0% 0,2 % 0
50 300 0,1 g 30 0,2 % 0,4% 1,47
60 250 0,2 g 50 0,4 % 0,8 % 1,69
80 180 1,4 g 252 2,81 % 3,61% 2,4
100 150 3,1 g 465 6,23% 9,84 % 2,66
Pan Cover 44,8 g 90,14% 99, 98 %
PEMBAHASAN
Mikromeritik adalah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari tentang
partikel-partikel kecil yang dimana ukuran partikel ini sangatlah kecil (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peran penting dalam farmasi karena ukuran
partikel mempunyai pengaruh yang penting dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek terapinya. Tujuan praktikum kali ini dilakukan penentuan distribusi ukuran
partikel zat dengan metode mikroskopik dan dengan metode pengayakan. Tetapi pada
pratikum hany dilakukan penentuan distribusi ukuran partikel dengan metode
pengayakan. Sempel yang digunakan adalah Avicel pH 101 dan Avicel pH 102.
Metode ayakan digunakan karena merupakan metode yang sangat sederhana dimana
hanya memerlukan timbangan untuk mengukur bobot saja. Bahan yang melalui suatu
ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian
ditimbang (Martin, A.1993).Metode ini menggunakkan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi dan diletakan diatas mesin pengayak. Pada metode ini, ayakan akan disusun
secara seri dimulai dari no ayakan terkecil (diametr lubang paling besar) paling atas
hingga no ayakan paling besar (diameter lubang paling kecil) paling bawah. Tujuan
digunakan nomor ayakan yang berbeda agar partikel-partikel yang tidak terayak(residu)
ukurannya akan sesuai dengan nomor ayakan tersebut. Sebagai contoh ketika ingin
mengetahui rentang ukuran partikel pada no ayakan 30 berarti rentang ukuran
partikelnya adalah lebih kecil dari diameter lubang no ayakan sebelumnya dan lebih
besar dari diameter lubang no ayakan 30.
Pertama, dilakukan pengayakan pada Avicel pH 101 sebanyak 50 gram. Pengayak yang
digunakan memiliki nomor mesh dari 14,20,30,40,50,60,80 dan100 serta pan cover
dibawahnya. Pengayak diurutkan dari nomor mesh terendah hingga tertinggi.
Pengayak nomor mesh terendah memiliki lubang pengayak berukuran lebih besar
daripada pengayak nomor mesh tertinggi. Sehingga yang lolos pada pengayak
bernomor mesh rendah adalah partikel berukuan besar sedangkan pada pengayak
bernomor mesh tinggi adalah partikel berukuran lebihkecil. Serbuk avicel pH 101
diletakan pada pengayak paling atas dan diayak diatas mesin selama 10 menit.
Didapatkan hasil bobot avicel pH 101 yang tertahan pada masing masing
Dari data !ang diperoleh bahwa umumn!a diperoleh at sisa !angtertahan dengan
semakin tinggi nomor mesh semakin ban!ak at !angtersisa. %al ini karena ukuran
dalam tiap inci semakin kecil lubangn!a.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhanakarena cukup
singkat dalam penentuan ukuran partikel. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan
yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik. Dalam pengayakan
dibutuhkan waktu dan kecepatan yang konstan. Gerakan dan kecepatan yang konstant ini
dapat mempengaruhi hasil residu yang tertinggal pada masing-masing ayakan. Pada
metode ini juga memiliki kerugia nyaitu relatif lama dari penentuan ukuran partikel
adalah metode analisis ayakan. Selain itu, metode ayakan ini memiliki tingkat ketelitian
yang rendah. Kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum ini yakni
kurang telitinya praktikum dalam penimbangan, dan pengayakan sehingga dapat
mempengaruhi hasil akhir dan terbangnya serbuk sempelkarena dilakukan diruangan
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntari, F. R., Pranoto, S. & Sutresno, A., 2019. Studi Proses Difusi melalui
Membran. Jurnal
Fisika dan Aplikasinya. 15(2), pp. 62-65.
Laelatussilmi, F., 2018. Penambahan Pengaruh Tween 80 Sebagai Enhancer
Terhadap Sifat
Fisik dan Difusi Sediaan Gek Natrium Diklofenak Secara in vitro .
Purwokerto:
Universitas Muhammadiyah Purmokerto.
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 1993. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar
Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. 3rd ed, Jakarta: UI Press.
Martin, A. 1990.Farmasi Fisika jilid I. Universitas Indonesia Press: Jakarta