Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Operasi Teknik Kimia II

MATERI:
HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE
(HETP)

Disusun oleh :
Nama

: Rikhi Galatia

NIM

: 011300355

Prodi

: Teknik kimia Nuklir

Semester

: IV

RekanKerja

: M. Reza Alfath
Ari Nurul Pangestu

Asisten

: Ir. Bangun Wasito

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2015

HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE


(HETP)
A. TUJUAN
Menentukan nilai Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan
isian dalam suatu kolom yang memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis.
B. LANDASAN TEORI
Distilasi
Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil menjadi
komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih dengan jalan
menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan. Pada operasi distilasi fase
cair berada pada titik didihnya, sedangkan fase uap berada dalam kesetimbangan pada titik
embunnya. Perpindahan massa dari fasa cair terjadi dengan penguapan dan dari fasa uap
terjadi dengan pengembunan yang berlangsung secara simultan. Masing-masing komponen
campuran umpan terdapat di dalam kedua fase itu, hanya berbeda jumlah relatifnya. Pada
larutan ideal volatilitas dapat dikaitkan langsung dengan tekanan uap murni masing-masing.
Distilasi banyak digunakan untuk memisahkan campuran cairan agar menjadi
campuran yang lebih murni. Keuntungan pemisahan secara distilasi adalah tidak
diperlukannya komponen tambahan, sehingga tidak diperlukan proses lebih lanjut untuk
menghitung senyawa yang ditambahkan tersebut. Alat yang diperlukan untuk operasi distilasi
dapat berupa kolom berplat dengan sieve tray atau bubble cap tray, atau dapat pula
menggunakan kolom dengan bahan isian (packing).
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom plat

adalah

jumlah plat yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang dikehendaki, diameter
kolom, kalor yang diperlukan dalam pendidihan, kalor yang dibuang pada kondensor, jarak
antar plat yang dipilih, dan konstruksi plat.
Gambar di bawah menunjukkan diagram neraca bahan untuk contoh umum fasilitas
distilasi kontinyu. Neraca massa untuk sistem tersebut adalah :
Neraca bahan total

F=D+B
2

Refluks
Lo.Xo

Neraca komponen

F XF = D XD + B XB

Dengan mengeliminasi B dari kedua persamaan di atas, diperoleh :

Dan eliminasi D menghasilkan :

Gambar 1. Fasilitas destilasi secara kontinyu


Pengertian HETP
Bahan isian padat dan inert yang memiliki luas permukaan per satuan volume
kolom dapat digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Berapa tinggi bahan isian
dalam kolom yang bisa memberikan suatu komposisi produk pemisahan campuran tertentu
harus dievaluasi.

Pendingin

Suatu kolom dengan bahan isian dibagi-bagi dalam unit-unit atau satuan-satuan
Kolom Distilasi

tinggi bahan isian, dimana setiap satuan tinggi bahan


isian mampu menghasilkan uap dan
Hasil atas
D.XD
cairan keluar dari satuan ini dalam keadaan setimbang.
Menurut definisi, pada satu plat

ideal, uap dan Umpan


cairan yang meninggalkan plat ideal juga pada keadaan kesetimbangan fase
F.XF

atau kesetimbangan termodinamik. Berarti satu satuan unit kolom tersebut ekivalen dengan
satu plat ideal. Inilah konsep HETP. Karena ituPemanas
dapat dinyatakan bahwa :
Tinggi bahan isian (Z) = jumlah plat ideal atau teoritis (N) x HETP
Hasil bawah
B.XB

Tentu saja pernyataan ini berlaku untuk sesuatu operasi pemisahan tertentu, seperti
kolom isian pada operasi penyulingan, absorpsi, dan ekstraksi.
Penggunaan pernyataan HETP diperlukan, karena dapat menggantikan proses
bertingkat berlawanan arah, meskipun dari segi teoritis dipandang kurang fundamental.
HETP harus dievaluasi secara eksperimen, karena HETP berubah oleh tipe, jenis, ukuran
bahan isian, sangat dipengaruhi pula oleh kecepatan aliran kedua fluida (uap, cairan)
maupun kisaran konsentrasi. Karena itu diperlukan banyak data eksperimen.
Evaluasi Jumlah Plat Teoritis (N)
Tinggi bahan isian (Z) ditentukan oleh nilai N atau jumlah plat teoritis dan nilai
HETP. Jumlah plat teoritis N dapat dievaluasi menurut metode McGabe-Thiele (campuran
biner) atau persamaan Fenske-Underwood.
Metode McGabe-Thiele
Persyaratan :
1. Dalam diagram entalpi-komposisi, garis uap jenuh dan cairan jenuh keduanya berupa
garis lurus dan sejajar
2. Kecepatan aliran molal tetap
3. Panas laten penguapan mendekati tetap
4. Campuran biner, ideal
Untuk evaluasi jumlah plat teoritis (N) diperlukan data kesetimbangan
termodinamik atau y versus x, pada suhu tekanan operasi tertentu. Biasanya mol fraksi i
4

dalam umpan, produk atas dan bawah dan kondisi termal umpan diketahui. Kita masih
perlu melukiskan garis-garis operasi berikut :

1.

Garis operasi atas

Garis operasi atas ini akan memotong sumbu y pada :

2.

Garis q

q adalah panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap, dibagi panas
laten penguapannya. Dari nilai q yang didapat, bisa dihitung lereng garis q yaitu -q/
(1-q) sehingga garis q dapat dilukis dengan lereng ini melalui titik umpan (Z F) di
diagonal. Beberapa harga q untuk berbagai kondisi umpan dapat diketahui sebagai
berikut :
q > 1, umpan dingin
q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh)
0 < q < 1, umpan sebagian berwujud uap
q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh)
q < 0, umpan uap panas lanjut

3.

Garis Opersasi Bawah

Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di sekitar
reboiler. Supaya mudah, kita cari saja titik potong antara garis operasi atas dan garis
q, misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P dengan titik XB. Jika ketiga garis
tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis dapat dievaluasi.

XD
q

Zf

XB

Gambar 2. Evaluasi N secara grafik

Metode Fenske-Underwood
Persyaratan :
1. Refluks total
2. Nilai sifat penguapan relatif tetap
3. Kecepatan aliran molal dan penguapan tetap.

Jika dipakai refluks total, garis operasi atas


dan bawah berimpit dengan garis diagonal, dan jumlah plat teoritis minimal (Nm).
Menurut Fenske-Underwood berikut :

avg adalah volatilitas relatif rata-rata =

untuk campuran biner ideal AB dapat ditentukan dengan persamaan

dengan :
: tekanan uap murni zat A pada suhu tertentu
: tekanan uap murni zat B pada suhu tertentu
dalam hal ini komponen zat A adalah lebih volatil dari pada komponen zat B
C. BAHAN KERJA
1.

Alkohol 98 %

2.

Aquadest

D. ALAT KERJA
6
1. Rangkaian
alat destilasi
4

2. Piknometer
3. Neraca analitik

4. Gelas beker
5. Pipet ukur
6. Labu ukur
2

7. Gelas ukur
1
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemanas listrik
Labu leher tiga
Thermometer
Kolom isian
Kran refluks
Penampung
destilat

7.

Pendingin tegak

Gambar 3. Rangkaian alat percobaan


E. TATA KERJA
1. Larutan umpan sebanyak 500 mL di buat.
2. Komposisi campuran biner larutan umpan dievaluasi dengan cara mengukur densitasnya.
3. Alat destilasi dirangkai sesuai dengan Gambar 3.
4. Larutan standar alcohol berkonsentrasi 5 % s.d. 96 % dibuat dan diukur densitasnya
masing-masing.
5. Kurva standar hubungan antara konsentrasi alkohor dengan densitasnya dibuat.
6. Larutan umpan sebanyak 450 mL dimasukkan ke dalam labu leher tiga, kemudian
didistilasi dengan refluks total, sampai keadaan steady. Kondisi ini ditandai oleh suhu atas
dan bawah yang konstan.
7. Destilat sebanyak 7 ml diambil, dan penyulingan dilanjutkan, juga dengan refluks total.
8. Larutan umpan juga diambil 7 mL.
9. Suhu atas dan bawah diamati dan dicatat.
8

10. Destilat larutan umpan didinginkan hingga suhu kamar lalu diukur densitasnya.
11. Larutan umpan dan destilat dikembalikan kembali ke dalam labu leher tiga.
12. Langkah no.7 s.d. no.11 diulangi hingga densitas dan konsentrasi destilat konstan atau
tidak berubah.
13. Destilat dan residu yang telah diukur densitasnya dicari besar konsentrasinya dengan
table/kurva densitas.
F. DATA PENGAMATAN

Alkohol yang digunakan untuk membuat kurva standar adalah alcohol p.a. 96 %.
Data pembuatan kurva standar :
Massa
No
Konsentrasi
Massa Pikno +
Massa Pikno 5
alcohol
.
Alkohol (%)
Alkohol (gram)
mL (gram)
(gram)
5
5.5255
1
15.5628
10.0373
10
5.4834
2
15.5207
10.0373
15
5.4791
3
15.5164
10.0373
20
5.4386
4
15.4759
10.0373
25
5.3997
5
15.4370
10.0373
30
5.3102
6
15.3475
10.0373
35
5.2950
7
15.3323
10.0373
40
5.2370
8
15.2743
10.0373
45
5.2136
9
15.2509
10.0373
50
5.2077
10
15.2450
10.0373
55
5.0442
11
15.0815
10.0373
60
5.0239
12
15.0612
10.0373
65
4.9781
13
15.0154
10.0373
70
4.8973
14
14.9346
10.0373
75
4.8571
15
14.8944
10.0373
80
4.7651
16
14.8024
10.0373
85
4.6841
17
14.7214
10.0373
90
4.6181
18
14.6554
10.0373
95
4.4950
19
14.5323
10.0373
96
4.4517
20
14.4890
10.0373

Massa Pikno dan Aquadest sebesar 15.5835 gram


Massa jenis aquadest pada suhu 28oC sebesar 0.9962365 gr/mL
Massa umpan awal + pikno sebesar 15.3917 gram
Pengambilan I :
Massa destilat + pikno
: 14.4550 gram
Massa bottom + pikno
: 15.4508 gram
Suhu atas
: 64oC
Suhu bawah : 93oC
9

Pengambilan II :
Massa destilat + pikno
Massa bottom + pikno
Suhu atas
: 64oC
Suhu bawah : 93oC

: 14.4310 gram
: 15.4954 gram

G. PERHITUNGAN
1. Membuat Kurva Kalibrasi.
Dari data pengamatan dapat diperoleh kurva standar Massa Jenis vs Konsentrasi Alkohol

Kurva Kalibrasi Densitas vs Konsentrasi Larutan Alkohol


120
100

f(x) = - 422.84x + 481.07


R = 0.97

80
Konentrasi Alkohol (%)

60
40
20
0
0.8000 0.9000 1.0000 1.1000 1.2000
Densitas (gram/mL)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Densitas vs Konsentrasi Alkohol


Dari Kurva tersebut diperoleh persamaan : Y = -422.8X + 481. Dimana Y adalah
konsentrasi alkohol dan X adalah massa jenis larutan.
2. Mencari Besar Konsentrasi Umpan.
Massaumpan dalam pikno
Massa JenisUmpan=
volume pikno
Massa JenisUmpan=

15.3917 gr 10.0373 gr
5 mL

Massa JenisUmpan=

5.3544 gr
5 mL

Massa JenisUmpa n=1.0708 gr /mL

10

Y =422.8 X + 481
Y =422.8 ( 1.0708 ) + 481
Y =28.26576
Y =28.3

Besar konsentrasi alcohol dalam campuran alcohol air umpan sebesar 28.3%.
3. Mencari Fraksi Mol alcohol dalam umpan.
etanol .V umpan. etanol
Mr etanol
X etanol =
( 1 etanol ) . V umpan . air
etanol . V umpan. etanol
+
Mr etanol
Mr air
0,283 . 450 mL . 0,782457 gr /mL
46,07 gr /mol
X etanol =
0,283 . 450 mL . 0,782457 gr /mL (10,283 ) .450 mL .0,997045 gr /mL
+
46,07 gr /mol
18 gr /mol
X etanol =

2,163 mol
2,163 mol+17,872 mol

X etanol =

2,163 mol
20,035 mol

X etanol =0.108
Dengan cara yang sama dengan diatas, maka Xetanol pada larutan standar :
No
Konsentrasi Alkohol
Massa Jenis
Xetanol
.
(%)
(gr/mL)
5
0.022
1
1.1051
10
0.046
2
1.0967
15
0.070
3
1.0958
20
0.096
4
1.0877
25
0.124
5
1.0799
30
0.151
6
1.0620
35
0.183
7
1.0590
40
0.215
8
1.0474
45
0.251
9
1.0427
50
0.290
10
1.0415
55
0.326
11
1.0088
60
0.371
12
1.0048
65
0.420
13
0.9956
70
0.472
14
0.9795
75
0.533
15
0.9714
11

80
16
0.9530
85
17
0.9368
90
18
0.9236
95
19
0.8990
96
20
0.8903
Sehingga, kurva kalibrasi densitas vs fraksi mol alkoholnya :

0.599
0.675
0.765
0.870
0.893

Kurva Kalibrasi Massa Jenis vs Fraksi Mol Alkohol


1.000
0.800
0.600

f(x) = - 4.02x + 4.45


R = 0.99

Fraksi Mol Alkohol 0.400


0.200
0.000
0.8800

0.9800

1.0800

Massa Jenis (gr/mL)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Massa Jenis vs Fraksi Mol Alkohol


Dari kurva kalibrasi di atas, diperoleh persamaan regresi linear y = -4.022x + 4.447
dengan y sebagai fraksi mol alcohol dan x sebagai massa jenis larutan alcohol. Persamaan
ini nantinya akan digunakan untuk menentukan fraksi mol dari destilat dan bottom.
4. Penentuan Fraksi mol etanol pada Top Operation dan Bottom Operation.
Pada Pengambilan Pertama.
massa destilat piknomassa pikno
Densitas destilat=
volume pikno
Densitas destilat=

14.4450 gr 10.0373 g r
5 mL

Densitas destilat=

4.4077 gr
5 mL

Densitas destilat=0.8816 gr /mL


y=4.022 x+ 4.447

y=4.022( 0.8816)+ 4.447


y=3.5458+4.447

12

y=0.9012

Densitas bottom=

massa botto m piknomassa pikno


volume pikno

Densitas bottom=

15.4508 gr10.0373 gr
5 mL

Densitas bottom=

5.4135 gr
5 mL

Densitas bottom=1.0827 gr /mL

y=4.022 x+ 4.447
y=4.022(1.0827)+ 4.447

y=4.3546+ 4.447
y=0.0924

Dengan cara yang sama, maka diperoleh :


Massa Jenis (gr/mL)
Pengambilan ke Destilat
Bottom
I
0.8816
1.0827
II
0.8786
1.0916

Fraksi mol etanol


Xd
Xb
0.9012
0.0924
0.9133
0.0566

5. Penentuan Garis Operasi Reflux Minimum dan Jumlah Tahapan Kesetimbangan


(Reflux Total).
Fraksi Minimum pada Reflux Total
Fraksi Mol Etanol
No
Komponen
.
Minimum
Maksimum
1
Feed
0.108
0.108
2
Destilat
0.9012
0.9133
3
Bottom
0.0924
0.0566

13

21

1 2

Gambar 3. Kurva Kesetimbangan Uap-Cairan dari Campuran Etanol-Air


Keterangan :
a. (

) : Garis Bottom Operation atau XB


- No 1 : Merupakan titik maksimum
- No 2 : Merupakan titik minimum

b. (

) : Garis Feed Operadion atau Zf

c. (

) : Garis Top Peration atau XD


- No 1 : Merupakan titik maksimum
- No 2 : Merupakan titik minimum

Dari pemplota grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah tahapan total pada
distilasi tersebut adalah ada 15 tahapan kesetimbangan (Ration reflux) dengan nilai
kesetimbangan bawah yaitu 1 tahapan (kesetimbangan bottom operation maximum)
dan kesetimbangan atas adalah 14 tahapan (kesetimbangan top operation maximum).
Dimana umpan dimasukan pada saat saturated vapour (q=1).
14

Dibuat garis yang bersingkungan dengan kurva kesetimbangan (x-y) dan


memotong sumbu y pada titik y = 0.28 (bottom operation minimum), sedangkan
untuk sumbu y yang memotong titik y=0,58 (top operation minimum) yang
merupakan dimana titik saturaded vapour.
Diketahui :
D.XD = 0.9012
B.XB = 0.0924
Maka, didapat intercept dari persamaan garis linier diatas :
0.28=

Xb . B
(R m1)

0.28=

0.0924
(R m1)

(R m1)=

0.0924
0.28

Rm=0.33+1
Rm=1.33

Rm=1.33=1.5(Pembulatan ke atas)
Reflux minimum untuk top operation adalah :
0.58=

Xd . D
(R d+1)

0.28=

0.9012
(R d+1)

(R d +1)=

0.9012
0.58

Rd=1.551

Rd=0.55
Rd=0.55=1( Pembulatan ke atas)

15

Untuk reflux total persamaan garis operasi metode


McGabe-Thiele :
(Top Operation)

(Bottom Operation)
a. Untuk tahapan kesetimbangan top operation minimum :
Maka,
Y n+1 =

(1)
0.9012
( 0.9012 ) +
=0.4506+0.4506=0.9012
( 1 ) +1
( 1 ) +1

b. Untuk tahap kesetimbangan bottom operation minimum :


Maka,
Y m+ 1=

( 1.5 )
0,0924
( 0,0924 )+
=0.2772+ 0.1848=0.4620
( 1.5 )1
( 1.5 )1

6. Penentuan HETP (Height Equivalent Of Theoritical Plate)


Tinggi Bahan Isian Kolom
HETP=
JumlahTahapan Kesetimbangan

( 4 3 cm )
( Top operation+ Bottom Operation)

( 4 3 cm )
( 0.9012+0.4620 )

( 4 3 cm )
( 1.3632 )

31.5434 cm
HETP=31.6 cm

Jadi, HETP untuk minimum proses adalah 31.6 cm atau sama dengan 32 cm.
7. Penentuan Volativitas Etanol-Air (Fanske-Underwood)
16

Atau,
log
log avg=

X D 1 X B
.
1 X D X B

N min

Sehingga, Nm = (plate bottom operation minimum + plate top operation minimum)


Nm = (0.9012 + 0.4620) = 1.3632
dengan nilai :
Xd, D = 0.9012 (Fraksi atas minimum)
Xb, B = 0.0924 (Fraksi bawah minimum)
( 0.9012 ) 1( 0.0924 )
log
.
1( 0.9012 ) ( 0.0924 )
log avg=
( 1.3632 )

log avg=

log ( 9.1215 x 9.8225 )


(1.3632 )

log avg=

log 89.5959
( 1.3632 )

log avg=

1.9523
( 1.3632 )

log avg=1.4322
1.4322

avg=10

avg=27.0521

17

H. PEMBAHASAN
Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil menjadi
komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih dengan jalan
menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan.
Bahan isian padat dan inert yang memiliki luas permukaan per satuan volume kolom
dapat digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Berapa tinggi bahan isian dalam kolom
yang bisa memberikan suatu komposisi produk pemisahan campuran tertentu harus
dievaluasi. Tinggi bahan isian (Z) ditentukan oleh nilai N atau jumlah plat teoritis dan nilai
HETP. Jumlah plat teoritis N dapat dievaluasi menurut metode McGabe-Thiele (campuran
biner) atau persamaan Fenske-Underwood.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent of
Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang memberikan
perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis
atau ekivalen dengan satu plat teoritis.
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan deret standar konsentrasi alcohol dari
yang konsentrasinya rendah hingga konsentrasinya tertinggi dan masing masing konsentrasi
diukur densitasi sehingga dapat dibuat grafik hubungan antara densitas alcohol vs
konsentrasi. Tujuan pembuatan grafik tersebut atau bisa disebut dengan kurva kalibrasi
adalah untuk mengetahui konsentrasi dai sampel atau umpan yang akan didestilasi, destilat
yang diperoleh dan bottom nya.
Pada percobaan berikutnya dilakukan pemanasan umpan pada rangkaian destilasi
reflux total. Tujuan reflux total supaya dapat tercapai keadaan yang steady. Keadaan steady
ini ditandai dengan suhu atas dan suhu bawah yang konstan dan tak berubah-ubah.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan destilat dan bottom secara berkala dan diukur
densitasnya yang kemudian destilat dan bottom kembalikan kembali ke dalam umpan, hal ini
bertujuan untuk menjadi besar massa atau volume umpan tetap konstan dan tetap berjalan
dalam keadaan steady.
Dari data percobaan dan pengolahan data/perhitungan diperoleh hasil besar
konsentrasi alcohol dalam umpan yang dimasukkan sebesar 28.3 % dengan fraksi mol
alkoholnya sebesar 0.108. setelah pengambilan pertama diperoleh bahwa fraksi mol etanol
18

dalam destila sebesar 0.9012 serta terjadi pengurangan fraksi mol etanol dalam umpan yang
pada hal ini diberikan identitas bottom yaitu sebesar 0.0924. Begitu juga pada pengambilan
kedua dimana fraksi mol etanol dalam destilat mengalami kenaikan menjadi 0.9133 serta
terjadi pengurangan kembali fraksi mol etanol dalam umpan (bottom) yaitu sebesar 0.0566.
Ini menunjukkan bahwa semakin lama proses destilasi reflux total, akan semakin
meningkatkan fraksi mol etanol pada destilat yang dihasilkan dan semakin menurunkan
fraksi mol etanol pada umpan. Hal tersebut dikarenakan etanol dalam umpan yang bersifat
lebih volatile/mudah menguap daripada air sehingga semakin lama pemanasan, semakin
banyak etanol yang teruapkan sehingga semakin besar juga konsentrasi etanol pada destilat.
Pada praktikum ini isian yang digunakan adalah rashig ring. Isian ini bertujuan untuk
menggantikan plat yang digunakan dalam destilasi. Dari hasil perhitungan yang
menggunakan metode McGabe-Thiele, nilai HETP yang diperoleh adalah 32 cm. Pada
praktikum kali ini, didapatkan juga nilai volativitas alkohol dengan menggunakan metode
Fanske-Undewood sehingga diproleh nilai volativitas alkohol adalah 27.0521.
Kesalahan yang memungkinan akan terjadi pada praktikum ini adalah bahan isian
yang tertalu rapat sehingga pada saat dilakukan refluk akan menghambat aliran cairan untuk
kembali ke labu leher tiga. Penimbangan piknometer yang berisi cairan dengan suhu tinggi
juga dapat mengakibatkan kesalahan, hai ini terjadi karena bahan dengan suhu tinggi tidak
stabil jika dilakukan penimbangan. Hal-hal tersbut dapan mempengaruhi perhitungan dan
hasilnya sehingga tak menunjukkan nilai yang sesuai.
I. KESIMPULAN
Pada Praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan yaitu :
1. HETP adalah bahan isian yang akanmemberikan perubahan komposisi yang sama dengan
perubahan komposisi yang yangdiberikan oleh satu plate teoritis.
2. Nilai HETP yang diperoleh dari percobaan adalah 32 cm.
3. Nilai volativitas etanol-air adalah 27.0521.
4. Bahan isian yang terlalu rapat serta penimbangan cairanyang tak bersuhu lingkungan
dapat menjadi sumber kesalah dalam perhitungan dan hasil yang diperoleh.

19

J. DAFTAR PUSTAKA
Brown G. G., Unit Operation, Fourteenth Printing, 1978, John Wiley and Sons Inc, New
York, Charles E Tuttle Co, Tokyo
Coulson J. M., Richardson J. F., Chemical Engineering, Volume 6, 1983, Pergamon Press,
Oxford, New York, Toronto, Sydney, Paris, Frankfurt
McCabe W. L., Smith J. C., Unit Operation of Chemical Engineering, Third Edition, 1976,
McGraw-Hill International Book Company, Singapore, Sydney, Tokyo
Perry R. H., Green D., Perrys Chemical Engineers Hand Book, Sixth Edition, 1988,
McGraw-Hill, Tokyo
Treybal R. E., Mass-Transfer Operations, Third Edition, 1980, McGraw-Hill International
Book Company, Singapore, Sydney, Tokyo
Wasito, Bangun. 2015. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia II: HETP. Modul.
Yogyakarta: STTN-BATAN.

Pembimbing,

Yogyakarta, 18 Mei 2015


Praktikan,

Ir. Bangun Wasito

Rikhi Galatia

20

Anda mungkin juga menyukai