Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM HIDRAULIKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

JOB 9
ALIRAN MELALUI CRUMP WEIR

A. DASAR TEORI
Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profile), dimana rincian
bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset Hidrolika
pada tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang lebih dapat
diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis bendung (gambar
11.1 ) dimana Crump diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu dan
kemiringan 1:5 pada bagian hilir. Lereng hulu dirancang sehingga sedimen yang
ada tidak akan mencapai puncak sedangkan lereng hilir dangkal cukup untuk
memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk pada bendung di bawah kondisi aliran
modular sehingga memberikan energi dissipator terpisahkan. Persamaan debit
untuk bendung Crump adalah bentuk Q Cd Cv b g½ H³/², yang jelasnya
berdasarkan konsep yang sama dengan persamaan untuk bendung persegi panjang
dimana koefisien kecepatan (Cv) bervariasi sesuai dengan rasio hi / (h1 + id) dan
koefisien debit (Cd) mempunyai nilai 0,5≤ x ≤ 1 . Aliran modular terjadi jika weir
(peluap) dalam kondisi tidak tenggelam atau tinggi muka air rendah.

Garis energi

H2

H1 H3
Ps

Gambar 9.1 Aliran Modular pada Crump Weir.

Dengan menerapkan persamaan Bernaulli, maka dapat dituliskan debit yang


melimpah adalah:
Q=C d⋅C v⋅B⋅√ g⋅H 3/2
2

KELOMPOK 1 107
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

dimana:
Q = Debit modular (m3/dtk)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan  0.97
B = lebar pelimpah (m)
H2= tinggi air meluap (m)
g = percepatan grafitasi (9,81 m/dtk2)

 Regresi
Istilah regresi (ramalan/taksiran) pertama kali diperkenalkan oleh Sir
Francis Galton pada tahun 1877 sehubungan dengan penelitiannya terhadap
tinggi manusia, yaitu antara tinggi anak dan tinggi orang tuanya. Pada
penelitiannya Galton mendapatkan bahwa tinggi anak dari orang tua yang tinggi
cenderung meningkat atau menurun dari berat rata-rata populasi. Garis yang
menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi.
Regresi merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur ada
atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika ada dua variabel atau lebih maka sudah
selayaknya dipelajari bagaimana variabel – variabel itu berhubungan atau dapat
diramalkan. Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh, dinyatakan
dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara
variabel – variabel.
Persamaan regresi sederhana secara umum dituliskan sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana :
Y = variabel dependen
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien regresi

dengan :

a=
∑ Y ∑ X 2−∑ X ∑ XY
n ∑ X 2−¿ ¿

KELOMPOK 1 108
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
b=
n ∑ X −¿ ¿
2

 Korelasi
Korelasi adalah sesuatu yang menyatakan sebuah hubungan. Dalam
sebuah penelitian, hubungan ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka
(koefisien).
Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1, koefisen korelasi
menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak,
jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah, artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi
pula. Jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai veriabel Y akan menjadi
rendah (dan sebaliknya).
Berikut adalah rumus dari koefisien korelasi :
n ∑ XY −∑ X ∑ Y
r=
√¿¿

Dimana :
X = variabel independen
Y = variabel dependen
n = banyaknya sampel

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Crump Weir
2. Mistar.
3. Stopwatch

C. LANGKAH KERJA
1. Pasang Crump weir pada saluran terbuka dan pasangkan lem lilin pada celah
pintu peluap dengan terlebih dahulu mengukur lebar peluap (B) dengan
menggunakan mistar sorong.

KELOMPOK 1 109
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2. Jalankan mesin pompa dan buka katup pemasukan, hingga mencapai batas
dasar peluap.
3. Kemudian katup ditutup dan mesin pompa dimatikan sejenak hingga
permukaan air sejajar dengan dasar bukaan atau tidak terjadi pelimpahan lagi.
4. Pasang alat ukur tinggi air, kemudian setting alat tersebut sejajar dengan muka
air pada angka 0 (nol) dan ditetapkan sebagai dasar pengukuran (nol
ketinggian).
5. Kemudian jalankan mesin pompa lalu buka katup pemasukan hingga terjadi
peluapan di peluap crump dengan memulai ketinggian tertentu .
6. Catat tinggi air yang meluap di bagian hulu peluap sebagai H2 dengan
menggunakan alat ukur tinggi air.
7. Hitung debit (Q =V/T) yang meluap dengan terlebih dahulu menentukan
volume air (V) yang diinginkan (misalkan: 2 - 5 ltr dsb), kemudian catat waktu
(T) yang dibutuhkan untuk mencapai volume yang sudah ditentukan dengan
stop wacth.
8. Langkah no.5 hingga no 7 diulangi dengan penambahan ketinggian dengan
membuka katup secara perlahan untuk beberapa variasi ketinggian.

D. DATA HASIL PERCOBAAN


- Tabel 9.1. Data Percobaan Crump Weir
Volum
Ketinggian (H) Waktu (T)
e Trata-rata
N
H1 H2 H3 (V) T1 T2 T3
o
(dtk (dtk
(mm) (mm) (mm) (Liter) (dtk) (dtk)
) )
1 70 17,7 12 3 7,27 6,99 7,12 7,127
2 76 21,6 15 3 5,25 5,29 5,37 5,303
3 80 26,2 18 3 3,72 3,40 3,80 3,640
4 85 29,9 20 3 3,59 3,37 3,65 3,537
5 88 31,1 21 3 2,28 2,78 2,78 2,613

E. Analisa Perhitungan
- Perhitungan Debit (Q)
Rumus :

KELOMPOK 1 110
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

V
Q=
t rata−rata

Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Volume air dalam pipa (m3)
trata2 = Waktu (detik)

V1
Q =
t1 rata −rata

0.003
= 7,127

= 0.0004210 m3/detik

Untuk nilai debit (Q) pada waktu (detik) dan volume selanjutnya dapat dilihat
pada tabel di bawah:
Tabel 9.2 Analis perhitungan debit

Waktu
Volume (V) Debit (Q)
No (T)
(M³) (dtk) M³/dtk
1 0,003 7,127 0,0004210
2 0,003 5,303 0,0005657
3 0,003 3,640 0,0008242
4 0,003 3,537 0,0008483
5 0,003 2,613 0,0011480

Perhitungan Koefisien Debit (Cd)

Q
Cd = 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2
2

Dimana :
Q = Debit Modular (m3/dtk)
Cd = Koefisien Debit
b = Lebar Pelimpah (m)

KELOMPOK 1 111
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

h = Tinggi air yang meluap (m)


g = percepatan gravitasi (9,81 m3/dtk)

Q1
Cd 1 = 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2 2

0.0003262
Cd 1= 3
0.97 · 0.08 · √9.81 x 0.0182 2

Cd1= 0.5466

Untuk nilai Koefisien Debit (Cd) selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 9.3 Analisa Perhitungan Nilai Koefisien Debit (Cd)


Debit (Q) G B H Koef. Debit
No Cv
m3/dtk (m³/detik) (m) (m) (Cd)
1 0,0004210 0,97 9,81 0,08 0,0177 0,7355
2 0,0005657 0,97 9,81 0,08 0,0216 0,7332
3 0,0008242 0,97 9,81 0,08 0,0262 0,7996
4 0,0008483 0,97 9,81 0,08 0,0299 0,6750
5 0,0011480 0,97 9,81 0,08 0,0311 0,8612

Tabel 9.4 Perhitungan Hubungan Antara Debit (Q) Dan Koefisien Debit (Cd)
Debit (Q) Koef. Debit
No Q x Cd Q2
m3/dtk (Cd)
0,000309
1 0,0004210 0,7355 0,000000177
6
0,000414
2 0,0005657 0,7332 0,000000320
7
0,000659
3 0,0008242 0,7996 0,000000679
0
0,000572
4 0,0008483 0,6750 0,000000720
6
0,000988
5 0,0011480 0,8612 0,000001318
6
0,000588
X̅ 0,0007614 0,7609 0,000000643
9
0,002944
∑ 0,0045684 3,8044 0,000003214
5

Rumus Persamaan Garis :

KELOMPOK 1 112
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

y = a.x + b
n . ∑ (Q. Cd )−∑ Q . ∑ Cd
=
a n . ∑ Q2−( ∑ Q)2

5. ( 0,0029445 ) −(0,0004210)(3,8044)
a=
5. ( 0.000003214 )−(0,0004210)2
a = 151,73

b=
∑ Cd . ∑ Q2−∑ Q . ∑ (Q.Cd )
n . ∑ Q2 −( ∑ Q )2
(3,8044)(0.000003214)−( 0,0004210 ) (0,0029445)
b= 2
5(0.000003214)−(0,0004210)
b = 0,6454
Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit (Q) dengan Koef.
Debit (Cd) adalah :
Cd= a.x + b
Cd = 151,73 Q + 0.6454

Grafik Hubungan Antara Koefisien Debit (Cd) dengan Debit Air (Q)
1.0000
0.9000
0.8000
f(x) = 151.725091073042 x + 0.645365443989452
0.7000 R² = 0.35663944739636
Koef.Debit (Cd)

0.6000
0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.0002000 0.0004000 0.0006000 0.0008000 0.0010000 0.0012000
Debit (Q)

Grafik 9.1 hubungan antara Koefisien Debit (Cd) dengan Debit Air (Q)

Tabel 9.5 Perhitungan Hubungan Antara Tinggi Muka Air (H) Dan Koefisien
Debit (Cd)

KELOMPOK 1 113
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

No H Koef. Debit (Cd) H x Cd H2

1 0,0177 0,7355 0,01302 0,0003133


2 0,0216 0,7332 0,01584 0,0004666
3 0,0262 0,7996 0,02095 0,0006864
4 0,0299 0,6750 0,02018 0,0008940
5 0,0311 0,8612 0,02678 0,0009672
X̅ 0,0253 0,7609 0,01935 0,0006655
∑ 0,1265 3,8044 0,09677 0,0033275

Rumus Persamaan Garis :


y = a.x + b
n. ∑ ( H . Cd)−∑ H . ∑ Cd
a=
n . ∑ H 2 −( ∑ H )2

5(0,09677)−(0,1265)(3,8044)
a= 2
5(0,0033275)−(0,1265)

a = 4,0702

b=
∑ Cd . ∑ H 2−∑ H . ∑ ( H . Cd )
n . ∑ H 2 −( ∑ H )2
(3,8044)(0.0035887)−(0,1265)(0,09677)
b=
5 (0,0033275)−(0,1265)2

b = 0,6579

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Muka Air (H)
dengan Koefisien Debit (Cd) adalah :
y = a.x + b
Cd = 4,0702 H + 0,6579

KELOMPOK 1 114
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Grafik Hubungan Antara Koefisien Debit (Cd) dengan


Tinggi Luapan Air (H)
1.0000
0.9000
0.8000
0.7000 f(x) = 4.07018863669079 x + 0.657913990117125
R² = 0.103484214344174
Koef.Debit (Cd)

0.6000
0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.0150 0.0170 0.0190 0.0210 0.0230 0.0250 0.0270 0.0290 0.0310 0.0330
Tinggi Luapan Air (H)

Grafik 9.2 hubungan antara Koefisien Debit (Cd) dengan Tinggi Luapan Air (H)

Tabel 9.6 Analisa Perhitungan Hubungan Tinggi Air Yang Meluap (H)
dan Debit (Q)

No H Debit (Q) HxQ H2

1 0,0177 0,0004210 0,0000075 0,0003133


2 0,0216 0,0005657 0,0000122 0,0004666
3 0,0262 0,0008242 0,0000216 0,0006864
4 0,0299 0,0008483 0,0000254 0,0008940
5 0,0311 0,0011480 0,0000357 0,0009672
X̅ 0,0253 0,0007614 0,0000205 0,0006655
∑ 0,1265 0,0038070 0,0001023 0,0033275

Rumus Persamaan Garis :


y = a.x + b
n. ∑ ( H . Q)−∑ H . ∑ Q
a=
n . ∑ H 2−( ∑ H )2
5(0,0001023)−( 0,1265)( 0,0038070)
= 2
5(0,0033275)−(0,1265)

KELOMPOK 1 115
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

= 0,0473

b=
∑ Q . ∑ H −∑ H . ∑ (H . Q)
2

n. ∑ H 2−( ∑ H )2
(0,0038070 x 0.0035887)−(0,1265 x 0,0001023)
b= 2
5 ( 0,0033275 )−(0,1265)
= - 0,0004

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara tinggi peluapan (H) dengan

debit (Q) adalah :

y = a.x + b
Q = 0,0473 H - 0,0004

Grafik Hubungan Antara Debit AIr (Q) dengan Tinggi Luapan Air (H)
0.0014000
0.0012000
0.0010000 f(x) = 0.0472975435152758 x − 0.000435222352222127
R² = 0.902002286116833
0.0008000
Debit (Q)

0.0006000
0.0004000
0.0002000
0.0000000
0.0150 0.0170 0.0190 0.0210 0.0230 0.0250 0.0270 0.0290 0.0310 0.0330
Tinggi Luapan Air (H)

Grafik 9.3 Grafik Hubungan Debit AIr (Q) dengan Tinggi Luapan Air (H)

KELOMPOK 1 116
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data di ketahui bahwa :
1. Hubungan antara debit (Q) dengan Kofisien Debit (Cd) yaitu semakin tinggi
nilai Debit (Q) maka Koefisien Debit (Cd) semakin rendah. Bedasarkan hasil
analisa perhitungan, diperoleh persamaan regresi untuk grafik hubungan antara
Debit Air (Q) dengan Koefisien Debit (Cd), yaitu Cd = 151,73Q + 0,6454.
Berdasarkan grafik 9.1 memiliki nilai R2 sebesar 0,3566 yang mana hasil
hitungan hanya dapat memiliki 35,66% dari data uji laboratorium.
(Dapat diketahui dari Grafik 9.1 hubungan antara Koefisien Debit (Cd)

dengan Debit Air (Q)).

2. Hubungan antara tinggi muka Air (H) dengan Kofisien Debit (Cd) yaitu
semakin tinggi muka air (H) maka Koefisien Debit (Cd) semakin rendah.
Bedasarkan hasil analisa perhitungan, diperoleh persamaan regresi untuk grafik
hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan Koefisien Debit (Cd), yaitu Cd =
4,0702H + 0,6579. Berdasarkan grafik 9.2 memiliki nilai R2 sebesar 0,1035 yang
mana hasil hitungan hanya dapat memiliki 10,35% dari data uji laboratorium.

KELOMPOK 1 117
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

(Dapat diketahui dari Grafik 9.2 hubungan antara Koefisien Debit (Cd)

dengan Tinggi Luapan Air (H)).

3. Hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan Debit Air (Q) yaitu semakin
tinggi muka air (H) maka Debit Air (Q) yang terjadi semakin tinggi pula.
Bedasarkan hasil analisa perhitungan, diperoleh persamaan regresi untuk grafik
hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan Debit Air (Q), yaitu Q = 0,0473H
- 0,0004. Berdasarkan grafik 8.3 memiliki nilai R2 sebesar 0,902yang mana hasil
hitungan hanya dapat memiliki 90,2% dari data uji laboratorium.
(Dapat diketahui dari Grafik 9.3 Grafik Hubungan Debit AIr (Q) dengan
Tinggi Luapan Air (H)).

G. DOKUMENTASI ALAT

Crump Weir Tilting Flume

KELOMPOK 1 118
3A D4 JASA KONSTRUKSI
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

H. DOKUMENTASI KERJA

Mengatir debit air Mengatur alat ukur tinggi air

KELOMPOK 1 119
3A D4 JASAMenutup aliran
KONSTRUKSI pada bak Membaca nilai tinggi air
LABORATORIUM HIDRAULIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

KELOMPOK 1 120
3A D4 JASA KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai