Anda di halaman 1dari 44

POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UJUNG PANDANG BAHAN

JOB IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

A. TUJUAN

Untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan jenuh air kering
permukaan (SSD) serta dapat mengetahui presentase berat air yang dapat
diserap oleh agregat kasar yang dihitung terhadap berat keringnya.

B. DASAR TEORI

Berat jenis kering (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu. Berat isi permukaan (SSD) yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dengan berat isi suling yang beratnya
sama dengan berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
Penyerapan adalah presentase berat air yang diserap pori-pori terhadap

berat agregat kering, besar penyerapan ini tergantung porositas yaitu berupa
volume pori-pori yang dapat menyerap air. Adapun berat jenis yang
disyaratkan untuk agregat halus yaitu 1,6 – 3,2 dan penyerapan 0,2 – 2 %.

Rumus:
Bk
Berat Jenis Curah =
( Bj−Ba)
Bj
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) =
(Bj−Ba)
Bk
Berat Jenis Semu =
( Bk−Ba)
(Bj−Bk)
Penyerapa = ×100%
n Bk

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Keterangan:
= Berat benda uji kering oven (gr)
Bk
= Berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)
Bj
Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gr)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Talam c. Timbangan

b. Sendok sampel d. Oven

Bahan
Agregat kasar (batupecah l)

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

D. LANGKAH KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Merendam benda uji selama 24 jam, setelah 24 jam buang air rendaman dan
menghamparkan benda uji di atas karung lalu dilap menggunakan majun sehingga
terjadi proses pengeringan yang merata.

Menimbang agregat kasar dalam keadaan jenuh air kering permukaan (SSD)

Memasukkan keranjang ke dalam kontainer yang berisi air dan dikaitkan pada pengait
yang terhubung dengan timbangan, tunggu hingga permukaan jadi stabil kemudian
stel timbangan pada posisi nol.

Memasukkan benda uji kondisi SSD ke dalam keranjang kemudian catat berat benda
uji dalam air.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Mengeluarkan benda uji dari dalam air, kemudian masukkan benda uji ke dalam oven
selama 24 jam.

Menimbang berat benda uji kering oven (BK)

Lakukan percobaan sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-ratanya

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi: Laboratorium Pengujian Bahan

Waktu: Senin/ Dikerjakan Oleh: Kelompok 2

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

a. Batu pecah 1-2


Tabel 1.1 Data Pengujian Berta Jenis Agregat Kasar

Sampel
Uraian
I II
Berat benda uji kering permukaan
1639,59 1617,12
jenuh Bj (gr)
Berat benda uji dalam air
1005,41 973,16
Ba (gr)
Berat benda uji kering oven,
1588,19 1538,25
Bk (gr)

b. Batu pecah 1-2


Tabel 1.2 Data Pengujian Berta Jenis Agregat Kasar

Sampel
Uraian
I II
Berat benda uji kering permukaan
2190,08 2632
jenuh Bj (gr)
Berat benda uji dalam air
1391,92 1675,50
Ba (gr)
Berat benda uji kering oven,
2162,86 2599,43
Bk (gr)

2. Perhitungan
a. Batu pecah 1-2
Sampel I
Bk
 Berat jenis curah =
( Bj−Ba)

1588,19 gram
= ( 1639,59 gram−1005,41 gram)
= 2,50
 Berat jenis kering

permukaan jenuh = Bj
(Bj−Ba)
1639,59 gram
= ( 1639,59 gram−1005,41 gram) = 2,59

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Berat Jenis Semu Bk


=
( Bk−Ba)
1588,19 gram
=
( 1588,19 gram−1005,41 gram)

= 2,73

Penyerapan (Bj−Bk)
=×100%Bk
= (1639,59 gram −1588,19 gram) x 100%
(1588,19 gram)

= 3,24 %
Sampel II
Berat jenis curah Bk
=
( Bj−Ba)
1566,42 gram
=
( 1617,12 gram −991,63 gram)

= 2,50
Berat jenis kering
Bj
permukaan jenuh =
(Bj−Ba)
1617,12 gram
=
( 1617,12 gram −991,63 gram)

= 2,51

Berat Jenis Semu Bk


=
( Bk−Ba)
1566,42 gram
=
( 1469.36 gram −991,63 gram)

= 3,27

Penyerapan (Bj−Bk)
=×100%Bk
= ( 1617,12 gram −1538,25 gram) x 100%
(1566,42 gram)

= 5,03%

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Tabel 1.3 Data Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan AK

Sampel
Uraian
I II
Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj
1639,59 1617,12
(gr)
Berat benda uji dalam air
1005,41 991,63
Ba (gr)
Berat benda uji kering oven,
1588,19 1566,42
Bk (gr)

Berat jenis curah = 2,50 2,50

2,50
Berat jenis kering permukaan jenuh 2,59 2,51
=
2,55

Berat jenis semu = 2,73 3,27

3,00

3,24% 5,03%
Penyerapan = x100%
4,13%

b. Batu pecah 2-3


Sampel I
Bk
 Berat jenis curah =
( Bj−Ba)

2162,86 gram
= ( 2190,08 gram −1391,92 gram)
= 2,70
 Berat jenis kering

permukaan jenuh = Bj
(Bj−Ba)
2190,08 gram
= ( 2190,08 gram−1391,92 gram)
= 2,74

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Berat Jenis Semu Bk


=
( Bk−Ba)
2162,86 gram
=
( 2162,86 gram−1391,92 gram)

= 2,81

Penyerapan (Bj−Bk)
=×100%Bk
= ( 2190,08 gram −2162,86 gram) x 100%
(2162,86 gram)

= 1,26 %

Sampel II
Bk
Berat jenis curah
=
( Bj−Ba)
2599,43 gram
=
( 2632 gram−1675,50 gram)

= 2,72
Berat jenis kering
Bj
permukaan jenuh =
(Bj−Ba)
2632 gram
=
( 2632 gram−1675,50 gram)

= 2,75

Berat Jenis Semu Bk


=
( Bk−Ba)
2599,43 gram
=
( 2599,43 gram−1675,50 gram)

= 2,81

Penyerapan (Bj−Bk)
=×100%Bk
= ( 2632 gram −2599,43gram) x 100%
(2599,43 gram)

= 1,25 %

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Tabel 1.4 Data Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan AK


Sampel
Uraian
I II
Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj
(gr) 2190,08 2632
Berat 1391,9 16 dalam air
Ba (gr) 2 75, 1005,41 973,16
50
Berat 2162,86 2599 kering oven,
Bk (gr) ,43 1588,19 1538,25

Berat jenis curah = 2,70 2,72

2,71
Berat jenis kering permukaan jenuh
= 2,74 2,75
2,745

Berat jenis semu = 2,81 2,81

2,81

1,26% 1,25%
Penyerapan = x100%
1,255%

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

F. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menganalisis data
yang ada, maka diperoleh nilai rata-rata :

a. Batu pecah 1-2


1. Berat jenis curah = 2,44
2. Berat benda uji SDD = 2,55
3. Berat jenis semu = 2,915
4. Penyerapan = 4,18 %

b. Batu pecah 2-3


5. Berat jenis curah = 2,71
6. Berat benda uji SDD = 2,745
7. Berat jenis semu = 2,81
8. Penyerapan = 1,255%

Sehingga berat jenis agregat kasar yang diujikan tersebut memenuhi


syarat spesifikasi yaitu 1,6 – 3,2%. Namun, penyerapan agregat kasar yakni
pada batu pecah 1-2 lebih tinggi dari spesifikasi, dimana penyerapa rata-rata
agregat kasar yang diperoleh yakni 4,18% dan syarat spsifikasi yaitu antara
0,2 – 2%.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

JOB III

BERAT VOLUME AGREGAT KASAR


A. TUJUAN

Untuk menenukan berat isi agregat kasar (batu pecah)

B. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan antara berat agregat dengan berat
volume yang ditempatinya. Hal ini dapat dipergunakan untuk mempermudah
perhitungan campuran beton apabila kita menimbang agregat dengan ukuran
volume.
Pengujian berat isi pada agregat berguna untuk mengkonversi dari
satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang campuran beton komposisi
bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton di lapangan
dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya di lapangan menggunakan
komposisi perbandingan yaitu degan takaran (volume). Untuk mengkonversi
dari komposisi satuan berat ke komposisi satuan volume digunakan angka
berat isi. Berat isi pada agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti berat jenis, gradasi agregat, bentuk agregat, diameter maksimum
agregat. Dalam SNI No.52 – 1980, berat isi untuk agregat beton disyaratkan
harus > 1,2 kg/liter.
Rumus :

B = 𝑊3
𝑉

Dimana :
B = Berat volume agregat dalam keadaan kering oven (kg/ltr)
W = Berat benda uji (kg)
V = Volume mold (ltr)

Adapun berat volume sendiri dapat diperoleh dengan beberapa cara


seperti cara lepas (gembur), pemadatan (penusukan) dan penggoyangan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian d. talam
0,01 gram

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

b. Alat penakar (mold) e. oven

c. Sendok material f. batang penusuk

2. Bahan
a. Agregat kasar

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

D. LANGKAH KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Mengeringkan agregat kasar di dalam oven selama 24 jam

Menimbang mold, kemudian mecatat hasilnya (T)


Pengujian :
Pengujian kondisi lepas :
Mengisi agregat kasar ke dalam mold menggunakan sendok material secara berlebih
dan menghindari terjadinya pemisahan agregat

Meratakan permukaan dengan menggunakan batang perata


Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)

Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata- ratanya


Pengujian kondisi ketuk :

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Mengisi agregat ke dalam penakar sebanyak sepertiga dari volume penuh kemudian
meratakannya

Memadatkan dengan cara mengetuk-ngetukkan alas penakar secara bergantian diatas


lantai yang rata sebanyak 25 kali

Mengisi lagi mold sampai volume menjadi dua per tiga volume penuh kemudian
meratakan dan mengetuk-ngetukkan seperti sebelumnya
Mengisi mold sampai berlebih dan kemudian mengetuk- ngetukkannya

Meratakan permukaan agregat dengan tongkat perata sampai rata


Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

g. Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-


ratanya
5. Melakukan pengolahan data

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Hari/Tanggal : Senin/
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2

a. Batu pecah 1-2

Tabel 11.1 Data hasil pengujian berat agregat kasar

Lepas Padat
Uraian Satuan
I II I II
Berat Mold (W1) 1,94 1,94 1,64 1,94 Kg
Brat Mould + bt.
5,86 6,16 6,28 6,80 Kg
Pecah (W2)

b. Batu pecah 1-2

Tabel 11.1 Data hasil pengujian berat agregat kasar

Lepas Padat
Uraian Satuan
I II I II
Berat Mold (W1) 4,34 4,34 4,34 4,34 Kg
Brat Mould + bt.
14,36 14,40 15,46 15,92 Kg
Pecah (W2)

2. Perhitungan
a. Batu pecah 1-2
 Berat Batu Pecah (W3)

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Dalam kondisi lepas


Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 5,86 – 1,94
= 3,92 Kg

Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 6,16 – 1,94
= 4,22 Kg

Dalam Kondisi Padat


Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 6,28 – 1,94
= 4,34 Kg

Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 6,80 – 1,94
= 4,86 Kg

Volume Mould (V)


Diketahu:t = 1,7 dm d = 1,6 dm
Penyelesaian:V =¼xxd2xt

= ¼ x 3,14 x 1,62 x1,7


13,66

= 4
= 3,00 ltr
Berat Isi
Dalam Kondisi Lepas Berat
sampel I, = W3 : V
= 3,92 : 3,00
= 1,30 Kg/ltr Berat sampel I, =
W3 : V
= 4,22 : 3,00
= 1,40 Kg/ltr Dalam Kondisi
Padat
Berat sampel I, = W3 : V
= 4,34 : 3,00
= 1,44 Kg/ltr

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Berat sampel I, = W3 : V
= 4,86 : 3,42
= 1,62 Kg/ltr

Tabel 11.1 Data hasil pengujian berat agregat kasar

Lepas Padat
Uraian Satuan
I II I II
Berat Mold (W1) 1,94 1,94 1,64 1,94 Kg
Brat Mould + bt.
5,86 6,16 6,28 6,80 Kg
Pecah (W2)
Berat bt. Pecah (W3 =
3,92 4,22 4,34 4,86 Kg
W2-W1)
Volume Mould (V) 3,00 3,00 3,00 3,00 Ltr
Berat isi =W3:V 1,30 1,40 1,44 1,62 Kg/ltr
Berat isi rata-rata 1,35 1,53 Kg/ltr
Berat isi rata-rata 1,44 Kg/ltr

b. Batu pecah 2-3


 Berat Batu Pecah (W3)
Dalam kondisi lepas
Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 14,36 – 4,34
= 10,02 Kg

Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 14,40 – 4,34
= 10,06 Kg

Dalam Kondisi Padat


Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 15,46 – 4,34
= 11,12 Kg

Berat sampel I, W3 = W2 – W1
= 15,92 – 4,34
= 11,58 Kg

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

 Volume Mould (V)


Diketahu : t = 2,02 dm d = 2,25 dm
2
Penyelesaian : V =¼x xd xt

= ¼ x 3,14 x2,022 x2,25


= 28,82/4
= 7,00 ltr

 Berat Isi
Dalam Kondisi Lepas
Berat sampel I, = W3 : V
= 10,02 : 7,00
= 1,43 Kg/ltr
Berat sampel I, = W3 : V
= 10,06 : 7,00
= 1,44 Kg/ltr
Dalam Kondisi Padat
Berat sampel I, = W3 : V
= 11,12 : 7,00
= 1,59 Kg/ltr
Berat sampel I, = W3 : V
= 11,58 : 7,00
= 1,65 Kg/ltr
Tabel 11.1 Data hasil pengujian berat agregat kasar

Lepas Padat
Uraian Satuan
I II I II
Berat Mold (W1) 4,34 4,34 4,34 4,34 Kg
Brat Mould + bt.
14,36 14,40 15,46 15,92 Kg
Pecah (W2)
Berat bt. Pecah (W3 =
10,02 10,06 11,12 11,58 Kg
W2-W1)
Volume Mould (V) 7,00 7,00 7,00 7,00 Ltr
Berat isi =W3:V 1,43 1,44 1,59 1,65 Kg/ltr
Berat isi rata-rata 1,43 1,62 Kg/ltr
Berat isi rata-rata 1,52 Kg/ltr

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat isi agregat kasar diperoleh hasil berat isi
agregat kasar rata-rata pada batu pecah 1-2 sebesar 1,44 kg/liter, dan batu
pecah 2-3 sebesar 1,52 kg/liter. Maka, batu pecah 1-2 lebih rendah dari
spesifikasi sedangkan batu pecah 2-3 memenuhi spesifikasi > 1,6-1,9 kg/liter.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

JOB I
KADAR AIR AGREGAT KASAR

A. TUJUAN
Untuk menentukan presentasi kadar air yang terkandung di dalam agregat kasar.

B. DASAR TEORI

Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat
dengan berat agregat kering yang dinyatakan dengan presentase (%). Adapun
syarat kadar air untuk pengujian kadar air untuk agregat kasar 3% - 5%.
Berat air yang terkandung dalam agregat besar sekali pengaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan agregat terutama beton. Dengan diketahuinya
kadar air yang terkandung dalam agregat, maka perencanaan mix desain menjadi
lebih akurat karena adanya faktor koreksi kadar air campuran beton terhadap
tegangan tekan rencana yang akan dicapai.
Rumus :

Kadar Air = 𝐶 −𝐷 x 100%


𝐷

Keterangan :

C = Berat benda uji mula-mula, gr (B - A) D =

Berat benda uji kering oven (gram)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Talam
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Oven

Sendok sampel

Bahan
Agregat kasar (batu pecah )

D. LANGKAH KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Menyiapkan agregat kasar di lapangan, kemudian timbang berat agregat kasar


(kerikil) sebanyak ± 2000 gram

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Mengeringkan di dalam oven selama ±24 jam

Mendinginkan benda uji lalu menimbang berat kerikil kering oven

Melakukan percobaan dengan 2 sampel untuk mengambil rata-ratanya.


Lakukan pengolahan data

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : jumat,
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2

A. Batu pecah 1-2


Tabel 7.1 Data pengujian kadar air batu pecah 1-2

Ukuran agregat
Uraian Satuan
I II
Berat talang (A) 171,17 160,54 Gram
Berat benda uji + talam ( B ) 1923,13 2030,33 Gram
Berat benda uji mula-mula, ( C ) = B – A 1751,96 1869,79 Gram
Berat kering oven, ( D ) 1733,11 1840,60 Gram

B. Batu pecah 2-3


Tabel 7.2 Data pengujian kadar air batu pecah 2-3
Ukuran agregat
Uraian Satuan
I II
Berat talang (A) 168,25 167,01 Gram
Berat benda uji + talam (B) 2010,24 2283,20 Gram
Berat benda uji mula-mula, (C) = B – A 1841,99 2116,19 Gram
Berat kering oven, (D) 1832,50 2104,79 Gram

2. Perhitungan
A. Batu pecah 1-2
 Sampel I
Kadar air = 𝐶 −𝐷 x 100%
𝐷
1751,96 gram−1733,11 gram
=
1733,11 gram x 100%
= 1,08 %

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Tabel 7.3 Data hasil pengujian kadar air batu pecah 1-2

Ukuran agregat
Uraian Satuan
I II
Berat talang (A) 171,17 160,54 Gram
Berat benda uji + talam (B) 1923,13 2030,33 Gram
Berat benda uji mula-mula, (C) = B – A 1751,96 1869,79 Gram
Berat kering oven, (D) 1733,11 1840,60 Gram
Kadar air 1,08 1,58 %
Kadar lumpur rata-rata 1,33 %

B. Batu pecah 2-3


 Sampel II
Kadar air = 𝐶 −𝐷 x 100%
𝐷

2116,19 gram−2104,79 gram


=
2104,79 gram x 100%
= 0,54 %
Tabel 7.3 Data hasil pengujian kadar air batu pecah 2-3

Ukuran agregat
Uraian Satuan
I II
Berat talang (A) 168,25 167,01 Gram
Berat benda uji + talam (B) 2010,24 2283,20 Gram
Berat benda uji mula-mula, (C) = B – A 1841,99 2116,19 Gram
Berat kering oven, (D) 1832,5 2104,79 Gram
Kadar air 0,51 0,54 %
Kadar lumpur rata-rata 0,52 %

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar air rata-
rata batu pecah 1-2 sebesar 1,33% dan kadar air rata-rata batu pecah 2-3
sebesar 0,52%. Spesifikasi 0,5-2% hasil pengujian memenuhi syarat.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

JOB II
KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR

A. TUJUAN
Untuk menentukan besarnya kadar lumpur yang terkandung dalam agregat
kasar.

B. DASAR TEORI
Kadar lumpur adalah seluruh butiran yang lolos saringan No. 200 untuk agregat
yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton. Kadar Lumpur pada
agregat dapat menurunkan kekuatan beton, karena lumpur dapat menyebabkan
proses hidrasi antara semen dan air menjadi terhambat. Kadar lumpur yang
tinggi juga dapat menyebabkan nilai Creep (Rangkak) pada beton menjadi tinggi.

Agregat yang cocok untuk menghasilkan beton dengan mutu tinggi adalah beton
dari lempung, lanau dan bahan-bahan organic yang akan mengurangi
kekuatannya.

Adapun spesifikasi kandungan Kadar Lumpur agregat kasar yang di syaratkan


untuk agregat halus dengan cara cuci berdasarkan ASTM 117-95 yaitu <1%. Bila
lebih besar dari yang disyaratkan, maka agregat kasar harus dicuci sebelum
digunakan untuk campuran beton.
Rumus-rumus perhitungan yang dipergunakan dalam perhitungan adalah :

Bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)


Kadar lumpur = 𝑨 −𝑩 x 100%
𝑨

Dimana :
A = berat kering oven benda uji (gr)

B = berat kering benda uji sesudah pencucian


(gr)

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Talam d. Timbangan Digital

b. Oven e. Saringan No.4 dan No.200

c. Sendok sampel

2. Bahan
Agregat kasar

D. LANGKAH KERJA
Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
Mengambil agregat kasar sekitar 1500 – 2000 gram.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Mengeringkan agregat kasar dalam oven selama 24 jam

Menimbang berat agregat kering yang telah dioven sebelum dicuci

Mencuci benda uji

Benda uji yang telah dicuci, dikeringkan kembali didalam oven selama 24 jam

Mendinginkan benda uji kemudian timbang berat agregat kering oven setelah dicuci.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Senin,
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2
A. Batu pecah 1-2

Table 9.1 Data hasil percobaan kadar lumpur agregat kasar 1-2

Ukuran agregat
Uraian
I II
Berat kering oven, A (gr) 1733,11 1840,60
Berat kering benda uji sesudah pencucian,
1698,97 1837,09
B, (gr)

A. Batu pecah 2-3

Table 9.1 Data hasil percobaan kadar lumpur agregat kasar 2-3

Ukuran agregat
Uraian
I II
Berat kering oven, A (gr) 1733,11 1840,60
Berat kering benda uji sesudah pencucian,
1698,97 1837,09
B, (gr)

2. Perhitungan batu pecah 1-2


 Sampel II
Kadar lumpur = 𝐴 −𝐵 x 100%
𝐴

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

1840,60 gram−1837,09 gram


= ×100 %
1840,60 gram
=1,96 %
Table 9.3 Data hasil percobaan kadar lumpur agregat kasar 1-2

Ukuran agregat
Uraian
I II
Berat kering oven, A (gr) 1733,11 1840,60
Berat kering benda uji sesudah pencucian,
1698,97 1837,09
B, (gr)
Kadar lumpur, (%) = 𝐴 −𝐵 x 100% 1,96 0,19
𝐴
Rata-rata kadar lumpur, (%) 1,07

3. Perhitungan batu pecah 2-3

 Sampel II
𝐴 −𝐵
Kadar lumpur =
𝐴 x 100%
2104,79 gram−2101,25 gram
×100 %
= 2104,79 gram
= 0,17%
tabel 9.3 Data hasil percobaan kadar lumpur agregat kasar 2-3

Ukuran agregat
Uraian
I II
Berat kering oven, A (gr) 1832,50 2104,79
Berat kering benda uji sesudah pencucian,
1829,22 2101,25
B, (gr)
Kadar lumpur, (%) = 𝐴 −𝐵 x 100% 0,17 0,17
𝐴
Rata-rata kadar lumpur, (%) 0,17

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar lumpur
rata-rata batu pecah 1-2 sebesar 1,07% dan batu pecah 2-3 sebesar 0,17%.
artinya batu pecah 2-3 tersebut memenuhi syarat spesifikasi, sedangkan batu
pecah 1-2 kadar lumpurnya lebih tinggi dari spesifikasi <1%. Maka, jika tetap
akan digunakan sebaiknya dilakukan pencucian agregat.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

JOB V
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

A. TUJUAN
Untuk mendapatkan gradasi agregat halus dan mendapatkan proporsi
agregat kasar.

B. DASAR TEORI
Analisa saringan agregat adalah suatu analisis untuk menentukan
gradasi/pembagian butir agregat kasar dan halus dengan menggunakan
saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran dari butir agregat. Bila
butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) maka volume
pasir akan besar. Sebaliknya bila ukurannya bervariasi maka akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butirannya yang kecil akan mengisi
pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit,
dengan kata lain kemampuannya tinggi.
Menurut SNI 03-2847-2000, agregat kasar adalah kerikil sebagai
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industry pemecah batu dan mempunyai ukuran antara 5 mm – 40 mm, agregat
kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan No.4 (spesifikasi dari
AASHTO, American Asociaton Of State Highway and Transportation
Officials, yang juga digunakan oleh bina marga). Menurut SK SNI 5-04-1989-
F, kerikil harus mempunyai variasi butir (gradasi) yang baik, sehingga
rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 5,5 – 8,5
(spesifikasi ASTM).

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Tabel 3.1 Gradasi Agregat Kasar (SNI 03-2834-2000)

%LOLOS SARINGAN/AYAKAN
UKURAN SARINGAN
(AYAKAN) UKURAN UKURAN UKURAN
MAKS MAKS MAKS
mm SNI ASTM Inch 10 mm 20 mm 40 mm
75,0 76 3 in 3,00 100 – 100
37,5 38 1 21 in 1,50 100 - 100 95 – 100
19,0 19 3/4 in 0,75 100 - 100 95 - 100 35 – 70
9,5 9,6 3/8 in 0,375 50 – 85 30 – 60 10 – 40
4,75 4,8 No. 4 0,1870 0 – 10 0 – 10 0–5

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Talam

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

c. Oven

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Sendok sampel

Saringan No. 1 1/2,¾, 3/8, 4, 8, dan PAN

Alat penggetar

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Bahan
Agregat kasar (batu pecah)

D. LANGKAH KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Mengeringkan agregat kasar yang telah di oven dan akan di ayak.

Menimbang agregat kasar yang telah di oven dan akan di ayak.

Memasukkan agregat kasar ke dalam saringan yang telah disusun

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Memasang saringan yang berisi agregat kasar ke dalam alat penggetar

Mengayak agregat kasar dengan alat penggetar selama ±10 menit.


Menimbang agregat kasar yang tertahan di masing-masing saringan.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Senin,
Dikerjakan oleh : Kelompok 2

A. Batu pecah 1-2

Tabel 5.1 Data Hasil Percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar

Ukuran Berat awal benda uji = 2321,55


Nomor
saringan gram
saringan
(mm) Berat tertahan (gram)
1 1/2 " 37,5 0
3/4 " 19 68,05
3/8" 9,5 1547,81
No. 4 4,8 574,28
No. 8 2,4 53,58
Pan 17,68

B. Batu pecah 2-3

Tabel 5.1 Data Hasil Percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar

Ukuran Berat awal benda uji = 2554,47


Nomor
saringan gram
saringan
(mm) Berat tertahan (gram)
1 1/2 " 37,5 0
3/4 " 19 382
3/8" 9,5 1896,35
No. 4 4,8 269,95
No. 8 2,4 1,32
Pan 0,155

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Perhitungan
A. Batu pecah 1-2
Saringan 3/4”
Jumlah berat bera
= Jumlah berat tertahan sebelumnya +
tertahan t
tertahan
= 0 + 68,05
= 68,05 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan
68,05
= 𝑥 100%
2321,55

= 2,93%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 2,93%

Saringan 3/8” = 97,07 %

Jumlah berat bera


= Jumlah berat tertahan sebelumnya +
tertahan t
tertahan
= 68,05 + 1547,81
= 1615,86 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan
= 1615,86 𝑥 100%
2321,55

= 69,60%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 69,60%
= 30,4%

Saringan No. 4
Jumlah berat = Jumlah berat tertahan sebelumnya + bera
tertahan t
tertahan

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

= 1547,81 + 574,28
= 2122,09 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan
= 2122,09 𝑥 100%
2321,55

= 91,40%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 91,40%

Saringan No. 8 = 8,6 %

Jumlah berat bera


= Jumlah berat tertahan sebelumnya +
tertahan t
tertahan
= 574,28 + 53,58
= 627,86 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan
= 627,86
2321,55
𝑥 100%

= 27,04%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 27,04%
= 72,96 %

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Tabel 5.1 Data hasil perhitungan pengujian analisa saringan agregat kasar

Berat awal benda uji = 2321,55 gr


Ukuran
Nomor Berat
Saringan Tertahan
Saringan Tertahan Komulatif
(mm) (%)
(gr)
Tertahan lolos
3/4" 19,0 68,05 2,93 2,93 97,07
3/8" 9,6 1547,81 66,70 69,63 30,37
No. 4 4,8 574,28 24,75 94,38 5,62
No. 8 2,4 53,58 2,31 96,69 3,31
No. 16 1,2 0 0 96,69 0
No. 30 0,6 0 0 96,69 0
No.50 0,3 0 0 96,69 0
No.100 0,15 0 0 96,69 0
Pan - 17,78 3,31 100 0
Jumlah 2320,5 100 763,64

Modulus kehalusan batu pecah

Fbatu pecah ∑ 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁𝑇𝐴𝑆𝐼 𝐾𝑂𝑀𝑈𝐿𝐴𝑇𝐼𝐹 𝑇𝐸𝑅𝑇𝐴𝐻𝐴𝑁 𝑆𝐴𝑅𝐼𝑁𝐺𝐴𝑁 0,15 𝐾𝐸𝐴𝑇𝐴𝑆


= 100
(96,69)5+94,38+69,63+2,93
=
100
= 6,63 mm (memenuhi)

B. Batu pecah 2-3


 Saringan 3/4”
Jumlah berat tertahan = Jumlah berat tertahan sebelumnya + berat
tertahan
= 0 + 382
= 382 gram
%jumlah berat tertahan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

382
= 2554,47 𝑥 100%
= 14,95%

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

% lewat = 100 - %jumlah berat


tertahan
= 100 – 14,95%

Saringan 3/8” = 85,05 %

Jumlah berat bera


= Jumlah berat tertahan sebelumnya +
tertahan t
tertahan
= 382+ 1896,35
= 2278,35 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan
= 2278,35
2554,47
𝑥 100%

= 89,19%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 89,19%
= 10,81%

Saringan No. 4
Jumlah berat bera
= Jumlah berat tertahan sebelumnya +
tertahan t
tertahan
= 1896,35 + 1,32
= 1897,67 gram
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%
%jumlah berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
tertahan = 1897,67
2554,47
𝑥 100%

= 74,28%
% lewat = 100 - %jumlah berat
tertahan
= 100 – 74,28%

Saringan No. 8 = 25,72 %

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Jumlah berat tertahan = Jumlah berat tertahan sebelumnya + berat


tertahan
= 1,32+ 0,06
= 1,38 gram
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
%jumlah berat tertahan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

1,38
= 2554,47 𝑥 100%
= 0,05%
% lewat = 100 - %jumlah berat tertahan
= 100 – 0,05%
= 99,95 %
Tabel 5.1 Data hasil perhitungan pengujian analisa saringan agregat kasar

Berat awal benda uji = 2321,55 gr


Ukuran
Nomor Berat
Saringan Tertahan
Saringan Tertahan Komulatif
(mm) (%)
(gr)
Tertahan lolos
1½” 382 14,98 14,98 85,02
3/4" 19,0 1896,35 74,35 89,32 10,68
3/8" 9,6 269,95 10,58 99,91 0,09
No. 4 4,8 1,32 0,05 99,96 0,04
No. 8 2,4 0,06 0 99,96 0
No. 16 1,2 0 0 99,96 0
No. 30 0,6 0 0 99,96 0
No.50 0,3 0 0 99,96 0
No.100 0,15 0 0 99,96 0
Pan - 0,95 0,04 100 0
Jumlah 2550,63 100 904,17

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

Modulus kehalusan batu


pecah
∑ 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁𝑇𝐴𝑆𝐼 𝐾𝑂𝑀𝑈𝐿𝐴𝑇𝐼𝐹 𝑇𝐸𝑅𝑇𝐴𝐻𝐴𝑁 𝑆𝐴𝑅𝐼𝑁𝐺𝐴𝑁 0,15 𝐾𝐸𝐴𝑇𝐴𝑆
Fbatu pecah=
100
(99,96)6+89,32+14,98+99,91
=
100
= 8,04

Modulus kehalusan batu pecah sebesar 8,04. Sedangkan syarat bayas


modulus kehalusan agregat menurut ASTM adalah 5,5 – 8,5 sehingga,
modulus kehalusan batu pecah ini memenuhi persyaratan.

\\ range yang ditetapkan.

F.KESIMPULAN

Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa modulus kehalusan agregat kasar
memenuhi syarat ASTM yaitu 5,5 – 8,5 sehingga modulus kehalusan batu pecah
1-2 sebesar 6,63 dan batu pecah 2-3 memenuhi
syarat yaitu 8,05.

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI LABORATORIUM PENGUJIAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UJUNG PANDANG BAHAN

KELOMPOK 2 2A D4 JASA KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai