Anda di halaman 1dari 37

Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
A. TUJUAN
Untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan jenuh air kering
permukaan (SSD) serta dapat mengetahui presentase berat air yang dapat diserap oleh
agregat halus yang dihitung terhadap berat keringnya.

B. DASAR TEORI
Berat jenis kering (Bulk Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu. Berat isi permukaan (kering SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dengan berat isi suling yang beratnya sama dengan
berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah presentasi berat air yang diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering, besar penyerapan ini tergantung porositas yaitu berupa volume pori-
pori yang dapat menyerap air. Adapun berat jenis yang disyaratkan untuk agregat
halus yaitu 1,6 – 3,2 dan penyerapan 0,2 – 2%.
Rumus :
B2
Berat Jenis kering =
B 3+500−B 1
500
Berat Jenis SSD =
B 3+500−B 1
B2
Berat Jenis Semu =
B 3+ B 2−B 1
500−B 2
Penyerapan = x100%
B2
Keterangan :
B2 = Berat Kering
B3 = Berat Piknometer + Air
B1 = Berat Piknometer + Air + Sampel

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Talam

b. Timbangan

c. Oven

d. Piknometer kapasitas 500ml

e. Corong untuk piknometer


f. Kerucut terpancung

g. Penumbuk

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
a. Agregat halus (pasir)

b. Air

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengambil benda uji yang lolos saringan no.4 sebanyak 500gram

3. Merendam benda uji selama 24jam, setelah 24jam air rendaman dibuang lalu
menghamparkan benda uji di atas karung lalu diangin-anginkan di udara terbuka
sehingga terjadi proses pengeringan yang merata.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
4. Memasukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3 lapis, yang masing-
masing lapisan ditumbuk sebanyak 8kali, ditambah 1kali penumbukan untuk
bagian atasnya.

5. Mengangkat kerucut terpancung secara perlahan-lahan dan tegak lurus dengan


pengalas kerucut.
6. Mengamati bentuk agregat sampai diperoleh keadaan SSD, dimana kondisi SSD
bila kerucut diangkat dan benda uji runtuh sebagian atau bergeser.
7. Menimbang agregat halus dalam keadaan SSD sebanyak 500gram.

8. Memasukkan air sampai penuh ke dalam piknometer kemudian menimbang berat


piknometer + air.
9. Mengeluarkan air yang berada di dalam piknometer.
10. Memasukkan benda uji SSD sebanyak 500gram dan air sekitar 90% ke dalam
piknometer.

11. Menghilangkan gelembung dalam piknometer dengan cara diputar sambil


diguncang hingga tidak terlihat gelembung udara di dalam piknometer.
12. Menambah air ke dalam piknometer sampai penuh kemudian menimbang
piknometer + benda uji + air.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13. Mengeluarkan benda uji dari piknometer kemudian memasukkan benda uji ke
dalam oven pengering selama ±24jam sampai berat tetap lalu menimbang berat
benda uji kering oven.

14. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali.

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Hari/Tanggal : Senin/
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2
Tabel 2.1 Data Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan AH
Uraian Sampel Rata-
I II rata
Berat piknometer
173,9 184,44 179,17
(gr)
Berat benda uji kering permukaan jenuh
500 500 500 
(SSD), 500 (gr)
Berat benda uji kering oven,
487,68 486,23 486,96
B2 (gr)
Berat piknometer diisi air (25°C),
698,47 703,76 701,12
B3 (gr)
Berat piknometer + benda uji (SSD) + air
1010,75 1004,77 1007,37
(25°C), B1 (gr)

2. Perhitungan

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
a. Sampel II
B2
 Berat Jenis kering oven = B 3+500−B 1

486,23
= = 2,51
(698,47+500−1004,77)
500
 Berat Jenis SSD =
B 3+500−B 1
500
= = 2,51
( 703,76+500−1004,77 )
B2
 Berat Jenis semu =
B 3+ B 2−B 1
486,23
= = 2,62
( 703,76+486,23−1004,77 )
500−B 2
 Penyerapan = x100%
B2
500−486,23
= x 100%
486,23
= 2,83 %
Tabel 2.2 Data hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan AH
Uraian Sampel Rata-
I II rata
Berat piknometer
173,9 184,44 179,17
(gr)
Berat benda uji kering permukaan jenuh
500 500 500 
(SSD), 500 (gr)
Berat benda uji kering oven,
487,68 486,23 486,96
B2 (gr)
Berat piknometer diisi air (25°C),
698,47 703,76 701,12
B3 (gr)
Berat piknometer + benda uji (SSD) + air
1010,75 1004,77 1007,37
(25°C), B1 (gr)

B2
Berat Jenis kering oven = 2,59 2,51 2,55
B 3+500−B 1

500
Berat Jenis SSD = 2,66 2,51 2,56
B 3+500−B 1
B2
Berat jenis semu = 2,78 2,62 2,7
B 3+ B 2−B 1
2,92% 2,83 % 2,87%
Penyerapan =

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dan dengan
menganalisa data yang ada, maka diperoleh berat jenis dan penyerapan
rata-rata :
1. Berat jenis curah = 2,55
2. Berat jenis SSD = 2,56
3. Berat jenis semu = 2,7
4. Penyerapan = 2,87 %

Maka, dapat kami simpulkan bahwa berat jenis agregat halus tersebut
memenuhi persyaratan yaitu 1,6 – 3,2. Adapun untuk penyerapan tidak
memenuhi spesifikasi yaitu 0,2 – 2%.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VI
KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS
A. TUJUAN
Untuk menentukan besarnya kandungan kadar organic yang berasal dari
kotoran, pelapukan tumbuhan dan dedaunan yang telah membusuk sehingga dapat
menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar atau beton.
B. DASAR TEORI
Pemeriksaan kadar organic adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui besarnya konsentrasi dari bahan-bahan organic yang disebabkan oleh
kotoran dari pelapukan tumbuhan atau dedaunan yang nantnya agregat halus yang
telah direndam dengan larutan NaOH dengan kadar 3% dan nantinya akan
dibandingkan dengan larutan pembanding yang warnanya seperti teh bening encer.
Agregat yang diperkenankan digunakan pada pekerjaan konstruksi adalah yang
warnanya jauh lebih muda dari warna larutan pembanding. Adapun pengaruh kadar
organic dalam agregat untuk campuran beton adalah :
1. Mengurangi kekuatan isi beton
2. Mengakibatkan terkelupas dan lunturnya warna beton
3. Mempengaruhi kekuatan terhadap serangan karat.

Maka dengan adanya perbandingan warna standar yang ditentukan, dimana


apabila warna lebih tua atau sama berarti kandungan bahan organik tinggi sehingga
harus di filter terlebih dahulu sebelum digunakan untuk campuran beton, berdasarkan
SK SNI S-04-1989-F apabila warna yang dihasilkan lebih muda dari warna
perbandingan (≤ No.3), berarti agregat halus (pasir) tersebut memenuhi syarat untuk
dugunakan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung kaca, dilengkapi skala isi

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Skala pembanding warna standar

c. Saringan No.4

d. Sendok sampel

2. Bahan
a. Agregat halus (pasir)

b. Larutan NaOH kadar 3% + Air 97%

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat bahan yang diperlukan.
2. Mengambil benda uji (pasir alam) dalam kondisi asli

3. Mengisi botol dengan pasir ±1/3 bagian botol

4. Menambahkan larutan NaOH 3% sebanyak ±3/4 bagian batok.


5. Menutup botol rapat-rapat lalu mengocok selama ± 10 menit agar benar-benar
tercampur
6. Mendiamkan botol selama ±24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan
NaOH 3% dengan bahan organic yang terdapat pada pasir

7. Mengamati warna larutan/cairan diatas permukaan pasir yang ada di dalam botol
lalu dibandingkan dengan warna standar.

E. DATA DAN PERHITUNGAN

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Data
Lokasi : laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Jumat ,
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2

Tabel Data Hasil Percobaan Kadar Organik Agregat Halus

Percobaan
Uraian Satuan
I II
Larutan NaOH 3% % 2 2
Warna benda uji % Teh Teh
Warna setelah didiamkan selama ±24 jam - 2 2

F. KESIMPULAN

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Dari hasil percobaan kadar organic agregat halus, dapat disimpulkan
bahwa benda uji yang diujikan kedua-duanya dapat dimaksudkan dalam standar
nomor 2 dengan warna kuning kecokelatan. Sehingga agregat yang diuji ini
dapat digunakan untuk campuran beton karena memenuhi persyaratan yaitu
<No. 3.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB III
BERAT VOLUME (AGREGAT HALUS)

A. TUJUAN
Untuk menentukan berat isi agregat halus (pasir)

B. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan antara berat agregat dengan berat volume yang
ditempatinya. Hal ini dapat dipergunakan untuk mempermudah perhitungan campuran
beton apabila kita menimbang agregat dengan ukuran volume.
Pengujian berat isi pada agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat
ke satuan volume. Dalam merancang campuran beton komposisi bahan ditentukan
dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton di lapangan dengan komposisi berat
kurang praktis, biasanya di lapangan menggunakan komposisi perbandingan yaitu
degan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari komposisi satuan berat ke
komposisi satuan volume digunakan angka berat isi. Berat isi pada agregat sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi agregat, bentuk agregat,
diameter maksimum agregat. Dalam SNI No.52 – 1980, berat isi untuk agregat beton
disyaratkan harus > 1,2 kg/liter.
Rumus :
G−T
M= V

Dimana :
M = Berat volume agregat dalam keadaan kering oven (kg/m3)
G = Berat agregat + mold (kg)
V = Volume mold (m3)
Adapun berat volume sendiri dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti
cara lepas (gembur), pemadatan (penusukan) dan penggoyangan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Alat penakar (mold)

c. Talam

d. Sendok material

e. Oven

f. Batang penusuk (tongkat pemadat)

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

2. Bahan
a. Agregat halus

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengeringkan agregat halus di dalam oven selama 24 jam

3. Menimbang mold, kemudian mencatat hasilnya (T)


4. Pengujian :

Pengujian kondisi lepas :

a. Mengisi agregat ke dalam mold menggunakan sendok material secara


berlebih dan menghindari terjadinya pemisahan agregat

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Meratakan permukaan dengan batang perata


c. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)

d. Melakukann pengujian sebanyak dua kali untuk mengambil rata-ratanya

Pengujian kondisi padat :

a. Mengisi agregat ke dalam penakar sebanyak sepertiga dari volume penuh


kemudian meratakannya

b. Menusuk lapisan agregat dengan 25 kali tusukan menggunakan batang


penusuk
c. Mengisi kembali sampai volume menjadi dua per tiga volume penuh
kemudian meratakannya kembali seperti langkah sebelumnya
d. Mengisi mold dengan agregat sampai berlebih dan menusuknya kembali
e. Meratakan permukaan agregat dengan menggunakan batang perata
f. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

g. Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-rata


5. Melakukan pengolahan data

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium pengujian bahan
Hari/Tanggal : Senin/
Dikerjakan Oleh : Kelompok 2

2. Perhitungan
a. Sampel 2 dalam kondisi padat :
G−T
M =
V
7,51−3,21
=
3
= 1,43 kg/liter
1 2
Volume mold = πD t
4
= 1 × 22 2
(15,2) ×15,7
4 7
= 2,96
=3

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 10.2 Data hasil pengujian berat volume agregat halus


Uraian Kondisi Padat Kondisi Gembur
I II I II
Diameter mold, Ø (cm) 15,2 15,5 15,2 15,5
Tinggi mold, t (cm) 16,7 15,7 16,7 15,7
Berat agregat + penakar, G (kg) 6,30 7,51 6,42 7,78
Berat penakar, T (kg) 1,94 3,21 1,94 3,21
Volume penakar, V (liter) 3 3 3 3
Berat volume agregat M (kg/liter) 1,45 1,43 1,49 1,52
Berat volume agregat pada setiap 1,44 1,51
kondisi, M (kg/liter)
Rata-rata berat volume agregat, M 1,48
(kg/liter)

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat isi agregat halus diperoleh hasil berat isi agregat
halus rata-rata sebesar 1,48 kg/liter, dan memenuhi berat isi yang disyaratkan > 1,2
kg/liter.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

JOB I
KADAR AIR AGREGAT HALUS
A. TUJUAN
Untuk menentukan presentasi kadar air yang terkandung dalam agregat halus.
B. DASAR TEORI
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat
dengan berat agregat kering yang dinyatakan dengan presentase (%). Adapun syarat
kadar air untuk pengujian kadar air untuk agregat halus 3% - 5%.
Berat air yang terkandung dalam agregat besar sekali pengaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan agregat terutama beton. Dengan diketahuinya kadar air
yang terkandung dalam agregat, maka perencaaan mix design menjadi lebih akurat
karena adanya factor koreksi kadar air campuran beton terhadap tegangan tekan
rencana yang akan dicapai.

Rumus :
A−B
Kadar air = x 100%
B
Dimana:
A = Berat Basah (gram)
B = Berat kering oven (gram)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Talam

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

c. Oven

d. Sendok sampel

2. Bahan
a. Agregat halus (pasir)

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengambil agregat halus di lapangan, kemudian timbang berat agregat halus
sebesar 1000 gram

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
3. Setelah di timbang, agregat halus dikeringkan di dalam oven selama 24 jam.

4. Mendinginkan benda uji lalu menimbang berat pasir kering oven

5. Membuat percobaan dengan 2 sampel untuk mengambil rata-ratanya

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Bahan
Waktu : Senin,
Dikerjakan oleh : Kelompok 1 dan 2
Tabel 6.1 data hasil pengujian kadar air agregar halus
Sampel
Uraian
I II
Berat basah, A (gr) 1005,55 1015,47
Berat kering oven, B (gr) 945,65 955,32

2. Perhitungan
Sampel I
A−B
Kadar air = x 100 %
B
1005,55−945,65
= x 100 %
945,65
= 6,34 %

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 6. 2 data hasil perhitungan pengujian kadar air agregat halus


Sampel
Uraian
I II
Berat basah, A (gr) 1005,55 1015,47
Berat kering oven, B (gr) 945,65 955,32
A−B
Kadar Air = x 100 % 6,34 6,29
B
Kadar air rata-rata, (%) 6,32 %

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar air rata-rata
agregat halus (pasir) sebesar 6,32 %, melebihi spesifikasi kadar air agregat halus 3% -
5%.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

JOB II
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
A. TUJUAN
Untuk menentukan besarnya kadar lumpur yang terkandung dalam agregat
halus.
B. DASAR TEORI
Kadar lumpur adalah seluruh butiran yang lolos saringan No. 200 untuk
agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton. Kadar Lumpur pada
agregat dapat menurunkan kekuatan beton, karena lumpur dapat menyebabkan proses
hidrasi antara semen dan air menjadi terhambat. Kadar lumpur yang tinggi juga dapat
menyebabkan nilai Creep (Rangkak) pada beton menjadi tinggi.

Agregat yang cocok untuk menghasilkan beton dengan mutu tinggi adalah
beton dari lempung, lanau dan bahan-bahan organic yang akan mengurangi
kekuatannya.
Adapun spesifikasi kandungan Kadar Lumpur agregat halus yang di syaratkan
untuk agregat halus dengan cara cuci berdasarkan ASTM 117-95 yaitu ≤5%. Bila
lebih besar dari yang disyaratkan, maka agregat kasar harus dicuci sebelum digunakan
untuk campuran beton.
Rumus-rumus perhitungan yang dipergunakan dalam perhitungan adalah :
Bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
A−B
Kadar lumpur = x 100%
B
Dimana :
A = berat kering benda uji awal (gr)
B = berat kering benda uji sesudah pencucian (gr)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Talam

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Timbangan digital

c. Oven

d. Sendok sampel

e. Saringan No. 200

2. Bahan
a. Agregat halus
Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mengambil agregat halus dilapangan sekitar 1500 gram.

3. Memasukkan agregat halus ke dalam oven selama ± 24 jam

4. Menimbang berat agregat halus kering oven


5. Mencuci benda uji kemudian air cucian pasir disaring dengan menggunakan
saringan No. 200 agar benda uji tidak terbuang, lakukan sampai air pencucian
terlihat jernih.

6. Benda uji yang telah dicuci, dikeringkan kembali didalam oven selama 24 jam

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

7. Mengeluarkan benda uji kemudian menimbang berat agregat kering oven.


E. DATA DAN PERHITUNGAN
1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Senin,
Dikerjakan Oleh : Kelompok 1 dan 2
Table 8.1 Data hasil percobaan kadar lumpur agregat halus
Sampel
Uraian
I II
Berat kering benda uji awal, (A) 950,53 960,14
Berat kering benda uji sesudah pencucian , (B) 945,25 955,07
2. Perhitungan
Sampel II
A−B
W5 = x 100%
A
960,14−955,07
= x 100%
960,14
= 0,52%
Tabel 8.2 Data hasil perhitungan pengujian kadar lumpur agregat halus
Ukuran maks
Uraian agregat 1000 mm
I II
Berat kering benda uji awal, (A) 950,53 960,14
Berat kering benda uji sesudah pencucian , (B) 945,25 955,07
Pesen bahan lolos saringan nomor 200 (0.075 mm)
A−B 0,55 0,52
= x 100%
A
Rata-rata persen bahan lolos saringan Nomor 200 (0.075 0,535%

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
mm), (%)

F. KESIMPULAN

Data hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar lumpur rata-rata
agregat halus (pasir) sebesar 0,535%, dan memenuhi syarat yaitu <5%, sehingga
agregat halus cocok digunakan untuk campuran beton.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

JOB V
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

A. TUJUAN
Untuk mendapatkan gradasi agregat halus dan menentukan distribusi
ukuran butir agregat halus.

B. DASAR TEORI
Analisa agregat adalah suatu analisis untuk mengetahui distribusi
ukuran agregat baik agregat kasar maupun agregat halus dengan
menggunakan saringan standar (mm) dan untuk menilai apakah agregat halus
atau pasir yang digunakan tersebut cocok untuk produksi beton. Menurut SNI
03-2461-1991 , agregat halus memiliki modulus kehalusan atau finess
modulus (FM) yang berada di kisaran antara 1,5 – 3,8.
Adapun spesifikasi analisa saringan agregat halus berdasarkan SK-
SNI-03-2834-2000, yaitu :

Ukuran
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
Saringan
37.5 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 100 100 100 100
4.8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2.4 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1.2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0.6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0.3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0.15 0 - 10 0 - 10 0 -10 0 – 15
 KETERANGAN :
Zona 1 = Pasir Kasar
Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Zona 2 = Pasir Agak Kasar
Zona 3 = Pasir Agak Halus
Zona 4 = Pasir Halus

Menghitung berat dan presentase benda uji serta modulus kehalusan agregat
dengan cara :

a) Berat tertahan (gr) = berat benda uji yang tertahan pada setiap seri saringan
b) Presentase komulatif tertahan (gr) = Jumlah atau komulatif berat benda uji yang tertahan
pada setiap seri saringan
c) Presentase komulatif tertahan (%) = presentase jumlah berat benda uji yang tertahan pada
setiap seri saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring
d) Presentase lewat atau lolos (%) = presentase awal – presentase yang tertahan pada setiap
seri saringan
e) Modulus kehalusan (finess modulus) pasir, dimana syarat spesifikasi ASTM
Fpasir = 2,1 – 3,1 dapat dihitung dengan menggunakan rumus

∑ 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁𝑇𝐴𝑆𝐼 𝐾𝑂𝑀𝑈𝐿𝐴𝑇𝐼𝐹 𝑇𝐸𝑅𝑇𝐴𝐻𝐴𝑁 𝑆𝐴𝑅𝐼𝑁𝐺𝐴𝑁 0,15 𝐾𝐸𝐴𝑇𝐴𝑆


=
100
C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan


a. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gr

Satu set saringan (jika ukuran maksimum 20 mm) : ¾ “ (19,1 mm); 3/8”
(9,5mm); No.4 (4,8 mm); No.16 (1,2 mm); No.30 (0,6 mm); No.
50 (0,3 mm); No. 100 (0,15 mm); PAN.
b. Oven
c. Mesin penggetar saringan
d. Talam
e. Kuas, sikat dan majun
f. Anggregat halus yang di oven

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengeringkan agregat halus di dalam oven selama 24 jam


3. Menimbang benda uji (agregat halus)
4. Menyusun saringan mulai dari saringan terkecil (No. 100) sampai pada saringan
terbesar (3/4’’) kemudian masukkan benda uji kedalam susunan saringan
5. Menyusun saringan kemesin penggetar, kemudian nyalakan mesin penggetar,
getarkan selama ±15 menit.

6. Menimbang agregat yang tertahan pada setiap saringan, kemudian catat


hasilnya.

7. Membersihkan saringan menggunakan kuas dan sikat baja

D. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data :
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Senin,
Dikerjakan oleh : Kelompok
2

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus

Ukuran Berat awal benda uji = 2010,4 gram


Nomor
saringan
saringan Berat tertahan (gr)
(mm)
No. 4 4,8 10,72
No. 8 2,4 67,34
No. 16 1,2 147,12
No. 30 0,6 1226,64
No. 50 0,3 453,18

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
No. 100 0,15 82,07
Pan - 23,33

2. Perhitungan
Saringan No. 8
Jumlah berat tertahan = Jumlah berat tertahan sebelumnya + berat
tertahan
= 0 + 6,15
= 6,15
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
% jumlah berat tertahan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

10,72
= x 100
2010,2
= 0,53

% lewat = 100 - %jumlah berat tertahan


= 100 – 0,5
= 99,69 %
Tabel 4.2 data hasil perhitungan pengujian analisa saringan agregat halus

Berat awal benda uji = 2010,4 gr


Nomor Ukuran Jumlah Persentase
Saringan Berat Persentase
Saringan Berat Komulatif Persentase
(mm) Tertahan Tertahan
Tertahan Tertahan Lewat (%)
(gr) (%)
(gr) (%)
No. 4 4,8 10,72 10,72 0,53 0,53 99,47
No. 8 2,4 67,34 78,06 3,35 3,88 96,12
No. 16 1,2 147,12 225,18 7,32 11,20 88,80
No. 30 0,6 1226,64 1451,82 61,01 72,22 27,78
No. 50 0,3 453,18 1905 22,54 94,76 5,24
No. 100 0,15 82,07 1987,07 4,08 98,84 1,16
Pan - 23,33 2010,4 1,16 100 0
Jumlh 2010,4 100 381,42
∑ 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁𝑇𝐴𝑆𝐼 𝐾𝑂𝑀𝑈𝐿𝐴𝑇𝐼𝐹 𝑇𝐸𝑅𝑇𝐴𝐻𝐴𝑁 𝑆𝐴𝑅𝐼𝑁𝐺𝐴𝑁 0,15 𝐾𝐸𝐴𝑇𝐴𝑆
Modulus kehalusan pasir =
Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

100
0,53+3,88+11,20+72,22+94,76+9
8,84
=
100
= 2,81 mm

Modulus kehalusan pasir sebesar 2,81, dengan syarat batas modulus agregat halus
menurut ASTM adalah 2,1 – 3,1. Sehingga, modulus kehalusan pasir ini memenuhi
persyaratan karena berada didalam range yang telah ditetap

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
E. KESIMPULAN
Dari grafik batas-batas gradasi agregat halus, diperoleh bahwa pasir ini
masuk dalam agregat halus yang kasar. Dari grafik terlihat bahwa butir-butir pasir
ini lebih banyak berada diantara batas bawah dan batas atas pada kurva Zona I
(KASAR), artinya ukuran butir yang besar lebih dominan dan terdistribusi dengan
merata.

Kelompok 2
2A D4 Jasa Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai