BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agregat halus pada umumnya terdiri dari pasir atau partikel yang lewat saringan
No. 4, sedangkan agregat kasar tertahan pada saringan tersebut. Ukuran maksimum
agregat kasar dalam struktur beton diatur dalam peraturan untuk kepentingan
berbagai komponen. Namun pada dasarnya bertujuan agar agregat-agregat dapat
masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan.
Pasir sebagai agregat halus dalam pembuatan beton jika ditinjau dari asalnya
dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batuan. Agar diperoleh mutu
beton yang baik, pasir yang akan digunakan harus memenuhi beberapa kriteria
tertentu. Pasir harus terdiri dari butiran tajam, keras dan bersifat kekal. Selain itu
pasir tidak boleh mengandung banyak lumpur dan bahan-bahan organik karena
dapat mengurangi kekuatan beton.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah keanekaragaman besar butiran agregat
halus tersebut. Dengan diketahuinya gradasi (pembagian atau distribusi ukuran
agregat), perencanaan adukan beton dapat dilakukan dengan tepat. Tujuan gradasi
ini tidak lain adalah untuk mengurangi regangan seminimum mungkin.
B. Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ). Untuk agregat
yang lebih halus digunakan piknometer (pycnometer), selain penggunaan
piknometer ini ada beberapa metode yang bisa dihitung berat jenis agregat
halus dan sedang yakni dengan menggunakan gas jar dan specific gravity bottle.
Karateristik berat jenis secara umum digunakan dalam perhitungan volume agregat
dalam berbagai jenis campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen
Portland, aspal beton, dan campuran lain yang secara proporsional atau
dianalisis berdasarkan volume.
Berat Jenis (SSD) : Atau berat kecil kering permukaan jenuh yaitu
perbandingan antara berat agregat kering-permukaan
jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Gambar 3. 1 Timbangan
Gambar 3. 2 Piknometer
e) Koran
Gambar 3. 5 Koran
f) Plat kaca
h) Talam
Gambar 3. 8 Talam
i) Ember
Gambar 3. 9 Ember
j) Oven
Gambar 3. 10 Oven
k). Corong
Gambar 3. 11 Corong
Berat contoh disiapkan sebanyak ±1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang
Gambar 3.12
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Ambillah benda uji atau agregat halus yang lolos saringan NO. 4 sebanyak 1000
gr.
2. Kemudian timbang benda uji dengan ketelitian 0,1 gr kapasitas 20 Kg.
3. Masukkan kedalam wadah dan rendam selama 24 jam.
4. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dimukakan dengan kertas koran
hingga SSD dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
5. Sebagian dari contoh benda uji kering permukaan (SSD) dimasukkan pada
metal sand cone mold dengan 3 pemasukkan sebanyak 1/3 dari volume
kerucut. Kemudian benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (stamper).
Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Untuk tumbukan pertama dan kedua
sebanyak 9 kali, dan untuk pemadatan ketiga ditumbuk sebanyak 7 kali. Kondisi
SSD contoh benda uji diperoleh jika cetakan diangkat, butiran-butiran pasir
akan longsor atau runtuh.
6. Timbang piknometer kosong dan catat hasilnya.
7. Setelah itu isi piknometer kosong dengan air sampai batas kalibrasi kemudian
timbang dan catat beratnya.
8. Setelah itu isi piknometer kosong dengan benda uji sebesar 500 gr yang kering
permukaan (SSD). Kemudian isi air sampai 90 % penuh. Bebaskan gelembung-
gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer. Timbang
berat piknometer yang berisi contoh benda uji dan air.
9. Rendam piknometer dengan suhu 25° C selama 24 jam. Setelah itu pisahkan
benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (23±2) °C.
10. Kemudian timbang agregat halus yang telah dikeringkan dengan oven dan catat
hasilnya.
11. Bersihkan dan kembalikan alat-alat pada tempatnya.
BAB IV
A. Perhitungan
Observasi II
Berat contoh kondisi SSD (Jenuh Air) (A) = 500 gr
Berat Contoh Kering Oven (B) = 488 gr
Berat Piknometer Berisi Air (C) = 661 gr
Berat Piknometer + Air + Benda Uji SSD (D) = 967 gr
B
Apparent Specific Gravity = B+ C -D
488
= 488+661−967
= 2,681
B
Bulk Specific Gravity (Kering) = C + A−D
488
= 661+500−967
=2,515
A
Bulk Specific Gravity (SSD) = C + A−D
500
= 661+500−967
= 2,577
A-B
x 100
Persentase Absorpsi Air = B
500-488
x 100 %
= 488
= 2.459 %
Rata-rata
Apparent specific gravity = 2,808
B. Analisa Data
Syarat Hasil
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Min Max Percobaan
a. Apparent Specific
1,60 3,20 2,808 Memenuhi
Gravity
b. Bulk Specific
1,60 3,20 2,618 Memenuhi
Gravity (SSD)
c. Bulk Specific
1,60 3,20 2,685 Memenuhi
Gravity (Kering)
d. Persentase
0,2% 2,0 % 2,564 % Memenuhi
Absorpsi
C. Pembahasan
Dari hasil didapatkan apparen specific grafity rata-rata 2,808, bulk specific
gravity (SSD)rata-rata 2,618, dan bulk specific gravity (kering) yaitu 2,685.
Persentase absopsi air rata-rata agregat halus yaitu 2,564 %.
BAB V
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN