Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS


(SPECIFIC GRAVITY AND WATER ABSORPTION OF FINE
AGGREGATE)

6.1. Pendahuluan

Karakteristik berat jenis secara umum digunakan dalam perhitungan volume agregat
dalam berbagai jenis campuran yang mengadung agregat termasuk beton semen
portland, aspal beton, dan campuran lain yang secara proporsional atau dianalisis
berdasarkan volume. Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume
dari bahan yang kita uji. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar
sehingga dengan berat yang sama akan membutuhkan aspal yang banyak. Pengukuran
hasil berat jenis agregat ini sering dipakai untuk mengekspresikan nilai
kerapatan/density agregat, di mana nilai kerapatan agregat diperoleh dengan
mengalikan nilai berat jenis agregat dengan kerapatan air pada suhu standar yang
dipakai untuk pengukuran. Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan
berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori, dibanding dengan kondisi kering.
Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap
air. Nilai penyerapan adalah perbandingan perubahan berat agregat karena penyerapan
air oleh pori - pori dengan berat agregat pada kondisi kering. Jumlah rongga atau pori
yang didapat pada agregat disebut porositas.
Macam - macam berat jenis agregat yaitu:
a. Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) Berat jenis yang diperhitungkan terhadap
seluruh volume yang ada (volume pori yang dapat diresapi aspal atau dapat
dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan volume partikel).
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD Specific Gravity) Berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal ditambah dengan
volume partikel.
c. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) berat jenis yang memperhitungkan
volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air.
d. Berat jenis efektif merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan berat jenis
semu, terbentuk dari campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang
dapat menyerap aspal, yang selanjutnya akan terus diperhitungkan dalam
perencanaan campuran agregat dengan aspal.

6.2. Tujuan

Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus ini bertujuan untuk menentukan
berat jenis lepas (bulk), menentukan berat jenis kering-permukaan jenuh (saturated
surface dry), dan menentukan berat jenis semu (apparent) beserta penyerapannya.

6.3. Alat dan Bahan Percobaan

Berikut alat dan bahan yang digunakan pada percobaan penetrasi bahan-bahan bitumen
ini adalah:

6.3.1. Alat–alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan penetrasi bahan–bahan bitumen ini


antara lain:
1. Timbangan

Gambar 6.7. Timbangan


2. Kontainer

Gambar 6.8. Kontainer


3. Saringan

Gambar 6.9. Saringan

4. Piknometer

Gambar 6.10. Piknometer


5. Kerucut terpancung

Gambar 6.11. Kerucut Terpancung


6. Batang penumbuk

Gambar 6.12. Batang Penumbuk


7. Air suling

Gambar 6.13. Air Suling


8. Oven

6.8. Oven

6.3.2. Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan penetrasi bahan bitumen ini antara lain:
1. Agregat halus

Gambar 6.9. Agregat Halus


6.4. Landasan Teori

Berat jenis suatu agregat merupakan perbandingan berat dari suatu satuan volume
bahan terhadap berat jenis air dengan volume yang sama pada suhu 20 C – 25 C.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan berat jenis jenuh permukaan serta
penyerapan dari agregat itu sendiri. Berat jenis yang telah diketahui digunakan untuk
menentukan volume yang diisi oleh agregat, dimana dari berat jenis tersebut dapat
ditentukan berat jenis beton sehingga dapat pula ditentukan banyaknya campuran
agregat yang digunakan dalam campuran beton.
Untuk mendapatkan nilai berat jenis dan penyerapan agregat halus dapat dinyatakan
dalam model matematik sebagai berikut:
A
Berat Jenis Curah Kering (Sd) =
(B+S-C)
S
Berat Jenis Curah Hujan Kering Permukaan (Ss) =
(B+S-C)
A
Berat Jenis Semua (Sa) =
(B+A-C)
(S-A)
Penyerapan Air (Sw) = × 100
A
Keterangan:
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
B = Berat piknometer berisi air (gram)
A = Berat benda uji kering oven (gram)
6.5. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan penetrasi bahan bitumen antara lain:

1. Menyiapkan benda uji kemudian mengayaknya dengan saringan diameter 2,36


mm dan mengambil agregat yang lolos saringan tersebut sebanyak 500 gram.

Gambar 6.10. Menyiapkan Benda Uji


2. Mencuci benda uji untuk menghilangkan kotoran dan bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan, kemudian merendamnya dalam air selama 24 jam

Gambar 6.11. Mencuci Benda Uji


3. Setelah 24 jam, benda uji dihamparkan untuk mencapai kondisi SSD.

Gambar 6.12. Menghamparkan Benda Uji


4. Memasukkan sebagian benda uji kondisi SSD kedalam cetakan kerucut pasir.

Gambar 6.13. Memasukkan Benda Uji Kondisi SSD


5. Memadatkan benda uji dengan batang penumbuk, melakukan pemadatan pada 3
lapisan dan memadatkan dengan total 25 kali tumbukan dengan tingkat jatuh
batang penumbuk ± 1cm.

Gambar 6.14. Memadatkan Benda Uji


6. Kondisi SSD benda uji diperoleh jika cetakan diangkat, butiran-butiran benda uji
atau agregat halus longsor atau runtuh ± 1/3 dari tinggi kerucut

Gambar 6.15. Mengangkat Benda Uji


7. Menimbang berat piknometer.

Gambar 6.16. Menimbang Berat Piknometer


8. Menimbang berat piknometer + air.

Gambar 6.17. Menimbang Berat Piknometer + Air


9. Mengambil sampel kondisi SSD sebanyak 500 gram, lalu memasukkannya
kedalam piknometer.

Gambar 6.18. Mengambil Sampel Kondisi SSD


10. Menambahkan air sampai batas 500 Cc.

Gambar 6.19. Menambahkan Air


11. Mengeluarkan udara sedikit demi sedikit dengan cara memutar mutar piknometer
sampai tidak telihat gelembung udara didalamnya.

Gambar 6.20. Memutar-Mutarkan Piknometer


12. Menimbang piknometer + air + benda uji

Gambar 6.21. Menimbang Piknometer + Air + Benda Uji


13. Mengeluarkan benda uji dan air dari dalam piknometer.

Gambar 6.22. Mengeluarkan Benda Uji


14. Kemudian masukkan benda uji pada suhu 105°C sampai 110° C ke oven selama
24 jam .

Gambar 6.23. Memasukkan Benda Uji ke dalam Oven


15. Mencatat berat benda uji setelah di oven dalam keadaan kering dengan suhu
kamar 25°C.

Gambar 6.24. Mencatat Berat Benda Uji


6.6. Data Hasil Percobaan

Dari percobaan penetrasi bahan bitumen yang telah dilakukan, diperoleh data
hasil percobaan sebagai berikut:

Tabel 6.1. Data Hasil Percobaan Penetrasi Bitumen


SAMPEL SAMPEL
NO PENGUKURAN INDEKS
A B
1 Berat benda uji dalam kondisi SSD A/s 500 500
2 Berat benda uji dalam kering Bk/a 483 486
3 Berat piknometer + Air Ba/b 666 699
4 Berat benda uji + piknometer + air Bt/c 933 933
Sumber: Data Hasil Percobaan
6.7. Perhitungan

Dari data yang telah didapatkan, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

1. Perhitungan Berat Jenis Curah Kering (Sd)


Bk
Sd (sampel A) =
A+Ba−Bt
483
=
500+666−933
= 2,073 gram
Bk
Sd (sampel B) =
A+B−Bt
486
=
500+699−933

= 2,16 gram
Sampel A + Sampel B
Sd rata-rata =
2

2,073 + 2,16
=
2
= 2,1165 gram
2. Perhitungan Berat Jenis Curah Jenuh Kering Permukaan (Ss)
A
Ss (sampel A) =
A+B−Bt
500
=
500+666−933
= 2,146 gram
A
Ss (sampel B) =
A+B−Bt

500
=
500+699−933

= 1,879 gram

Sampel A + Sampel B
Ss rata-rata =
2

2,146 + 1,879
=
2
= 2,0125 gram

3. Perhitungan Berat Jenis Semu (Sa)

Bk
Sa (sampel A) =
Bk+B−Bt
483
=
483+666-933
= 2,236 gram
Bk
Sa (sampel B) =
Bk+B−Bt

486
=
486+699-933

= 1,928 gram
Sampel A + Sampel B
Sa rata-rata =
2

2,236 + 1,928
=
2

= 2,082 gram

4. Penyerapan Air (Sw)


(A−Bk)
Sw (sampel A) = × 100 %
Bk
(500−483)
= × 100%
483
= 3,519 %
(A−Bk)
Sw (sampel B) = × 100%
Bk
(500−486)
= × 100%
486

= 2,881 %

Sampel A + Sampel B
Sw rata-rata =
2

3,519 + 2,881
=
2

= 3,2 %
Tabel 6.2. Data Hasil Perhitungan Penetrasi Bitumen
Sampel
No. Keterangan Rata – rata Satuan
A B
1. Berat Jenis Bulk/Curah 2,073 2,16 2,1165 gram

2. Berat Jenis Kering gram


Permukaan Jenuh 2,146 1,879 2,0125
3. Berat Jenis Semu 2,236 1,928 2,082 gram
4. Penyerapan 3,519 2,881 3,2 %
Sumber: Data Hasil Perhitungan

6.8. Analisis

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai berat jenis kering rata-rata pada
sampel didapatkan sebesar 2,1165 gram. Sampel tersebut tidak sesuai dengan standar
SKBI-2.4.26.1987 (PB-0202-76 MPBJ) yaitu minimum 2,5. Berat jenis kondisi SSD
rata-rata pada sampel didapatkan sebesar 2,0125 gram. Sampel tersebut tidak
memenuhi standar SKBI-2.4.26.1987 (PB-0202-76 MPBJ) yaitu minimum 2,5. Berat
jenis semu rata-rata pada sampel didapatkan sebesar 2,082 Sampel tersebut tidak
memenuhi standar SKBI-2.4.26.1987 (PB-0202-76 MPBJ) yaitu minimum 2,5.
Persentase penyerapan rata-rata pada sampel didapatkan sebesar 3,2%. Sehingga Nilai
penyerapan yang didapatkan masuk dalam standar yang telah ditetapkan (AASHTO T
– 189) yaitu maksimum 5%. Dengan demikian agregat halus yang digunakan dalam
percobaan ini telah memenuhi standar yang telah ditetapkan karena persentase
penyerapan sampel kurang dari 5%.

6.9. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan dari percobaan kali ini adalah:
1. Nilai rata-rata berat jenis bulk/curah pada sampel sebesar 2,1165 gram dengan
nilai persyaratan berat jenils bulk/curah minimal 2,5 gram.
2. Penyerapan pada sampel agregat halus yang digunakan memenuhi standar
AASHTO T – 189 yaitu sebesar 3,2 %.
3. Nilai penyerapan sampel agregat halus pada percobaan ini memenuhi persyaratan
sehingga layak untuk digunakan sebagai bahan material pada konstruksi
perkerasan jalan.

6.10. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan percobaan kali ini adalah:


1. Sebaiknya praktikan menonton video pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus sebelum dan sesudah praktikum.
2. Praktikan diharapkan membaca diktat praktikum perancangan dan perkerasan
jalan sebelum praktikum dimulai.
3. Sebaiknya praktikan lebih aktif selama praktikum berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai