Anda di halaman 1dari 18

MODUL I

ALIRAN MELALUI AMBANG


1.1 Pendahuluan
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang berguna untuk membendung air sehingga
dapat menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Ambang yang kita gunakan
dalam percobaan adalah ambang tajam dan ambang lebar, karena kedua ambang tersebut adalah
bentuk yang sederhana untuk meninggikan tinggi muka air dan ambang tersebut biasa digunakan
untuk menjadi model dalam perancangan bangunan pelimpah pada waduk dan sebagainya.
Perbedaan antara ambang tajam dan ambang lebar adalah berada pada bentuk
fisiknya.Ambang tajam bentuknya lebih menyiku dibanding ambang lebar.

Gambar 1.1 Ambang Lebar Gambar1.2 Ambang Tajam

Dengan adanya perbedaan bentuk fisik tersebut maka akan mempengaruhi jatuhnya aliran.
Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak sehingga energi yang hilang pun lebih sedikit meskipun
tinggi dan lebar ambang sama.
Dalam percobaan ini diamati karakteristik aliran yang melalui ambang dengan tipe karakteristik
sebagai berikut :
 Keadaan loncat
Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir
saluran.
 Keadaan peralihan
Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir
saluran.
 Keadaan tenggelam
Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir
saluran.
Dengan begitu kita dapat mengetahui gambaran mengenai sifat aliran, berupa bentuk aliran melalui
analisis model fisik dari sifat aliran yang diamati.
Dalam kehidupan nyata, ambang juga memiliki beberapa fungsi, berikut adalah fungsi dari
ambang :
 Menghitung debit aliran pada saluran terbuka

 Meninggikan muka air pada sungai atau pada saluran irigasi

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah :
1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar dan ambang tajam.
2. Menentukan pengaruh keadaan tinggi muka air di hilir terhadap muka air di hulu saluran.
3. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang melimpah di
atas ambang.

1.3 Alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan


Pada percobaan ini kami menggunakan alat-alat percobaan sebagai berikut :

1. Ambang tajam dan ambang lebar

Gambar 1.3 Ambang Lebar dan Ambang Tajam

2. Alat pengukur kedalaman dan pengukur panjang

Gambar 1.4 Penggaris


3. Venturimeter dengan pipa manometer

Gambar 1.5 Venturimeter

4. Sekat pengatur hilir

Gambar 1.6 Sekat


5. Pompa air

Gambar 1.7 Pompa Air


1.4 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Aliran pada ambang merupakan jenis aliran pada saluran terbuka. Ambang atau pelimpah
akan menyebabkan air membentuk sebuah tirai luapan yang terjadi di atas ambang tersebut. Pada
saat itu permukaan atas dan bawah tirai luapan mengalami pengudaraan.Pengudaraan terjadi di
bawah tirai luapan dan bagian atas tirai luapan, namun pengudaraan yang terjadi dibawah tirai
luapan kurang sempurna.Hal ini berarti terjadi pengurangan tekanan dibawah tirai luapan akibat
udara yang tergantikan oleh pancaran air. Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai
berikut :
 Perbedaan tekanan meningkat di ambang

 Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan

 Peningkatan debit, disertai fluktuasi

 Bentuk hidrolik yang tidak stabil


Empat hal tersebut menyebabkan adanya koefisien pengaliran yang berbeda-beda pada setiap
ambang.
Pada percobaan ini, debit aliran dapat dihitung dengan venturimeter yang sebenarnya
mengalir dari pompa. Debit dapat dihitung dengan prinsip kekekalan energy impuls momentum,
kontinuitas yang diterapkan dalam persamaan Bernoulli.
Rumus-rumus yang kami pakai dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Debit aliran

1 2
(𝜌𝑟 − 𝜌𝑎 ) ( 𝜋𝑑1 2 ) 2𝑔𝛥ℎ
4
𝑄=√
𝑑 4
[(𝑑1 ) − 1] 𝜌𝑎
2

Penurunan Rumus :

Gambar 1.8 Keadaan Venturimeter

Tinjau titik pada tabung venturimeter :

1 1
𝑃1 + 𝜌𝑎 𝑣1 2 + 𝜌𝑎 𝑔ℎ = 𝑃2 + 𝜌𝑎 𝑣2 2 + 𝜌𝑎 𝑔ℎ
2 2

Karena air berada pada ketinggian yang sama maka didapat persamaan 1 :
1
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌 ( 𝑣 2 − 𝑣1 2 ) … (1)
2 𝑎 2

Kemudian tinjau beda ketinggian pada pipa manometer :

1 1
𝑃1 + 𝜌𝑎 𝑣1 2 + 𝜌𝑎 𝑔ℎ1 = 𝑃2 + 𝜌ℎ𝑔 𝑣2 2 + 𝜌ℎ𝑔 𝑔ℎ2
2 2

Karena pada pipa manometer tidak ada kecepatan maka v1=v2=0 dengan begitu kita mendapat
persamaan 2 :

𝑃1 − 𝑃2 = (𝜌ℎ𝑔 − 𝜌𝑎 )𝑔 (ℎ2 − ℎ1 ) … (2)

Rumus kontinuitas pada aliran:

𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2

Maka didapat v2 dalam persamaan 3:

𝑑1
𝑣2 = ( )2 𝑣1 … (3)
𝑑2

Mensubtitusikan persamaan 1 dengan 2 dan mendefinisikan v2 dengan persamaan tiga:

1 𝑑1 4
(𝜌ℎ𝑔 − 𝜌𝑎 )𝑔 (𝛥ℎ) = 𝜌𝑎 [( ) (𝑣1 2 − 𝑣1 2 )]
2 𝑑2

Sehingga didapat v1yaitu :

(𝜌𝑟 − 𝜌𝑎 ) 2𝑔𝛥ℎ
𝑣1 = √ 4
𝑑
[(𝑑1 ) − 1]𝜌𝑎
2

Maka debit yang ada pada saluran dapat di definisikan sebagai berikut : ( 𝑄=𝐴1𝑣1 )
1
(𝜌𝑟 − 𝜌𝑎 ) ( 𝜋𝑑1 2 )2 2𝑔𝛥ℎ
4
𝑄=√ 4
𝑑
[(𝑑1 ) − 1]𝜌𝑎
2

b. Koefisien Pengaliran
𝑄
𝐶 =
(𝐿. 𝐻𝑒 3/2 )

Kecepatan air yang lewat di atas pelimpah adalah

𝑉 = √𝑔 𝐻𝑒1

Sehingga debit dapat dihitung dengan persamaan :

𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝐴 . 𝑉 = 𝐿 . 𝐻𝑒1 . √𝑔 𝐻𝑒1

𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑔1/2 . 𝐿 . 𝐻𝑒1 3/2

Selanjutnya, nilai Q ini tidak sesuai dengan teori, tetapi 𝑄~𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 dengan konstanta pengganti c,
diperoleh :
𝑄 = 𝑐 . 𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 𝑐 . 𝑔1/2 . 𝐿 . 𝐻𝑒1 3/2

Jika 𝐶 = 𝑐 . 𝑔1/2 maka :


𝑄 = 𝐶 . 𝐿 . 𝐻𝑒1 3/2

Sehingga
𝑄
𝐶 =
(𝐿. 𝐻𝑒1 3/2 )
1.5 Prosedur Percobaan

Gambar 1.9 Model Penampang Aliran pada Ambang Lebar

1. Ambang dipastikan telah terpasang sesuai model

2. Alat ukur panjang dikalibrasi (gunakan alat ukur panjang yang sama pada setiap percobaan)

3. Dimensi ambang diukur [tinggi ambang(cm)]

4. Keadaan awal pipa manometer pada venturimeter diperiksa, jika ada perbedaan ketinggian awal
maka pipa manometer harus dikalibrasi [H10 (mm)dan H20(mm) ]

5. Pompa air dinyalakan dengan debit tertentu

6. Ketinggian pada pipa manometer diperiksa lagi sehingga debit dapat diketahui [H1n(mm) dan
H2n(mm)]

7. Keadaan hilir diatur dengan menggunakan sekat sehingga didapat keadaan


a. loncat pertama

b. loncat kedua

c. peralihan

d. tenggelam pertama

e. tenggelam kedua

8. Delapan titik penting koordinat pada setiap keadaan tersebut dicatat. (titik awal, titik akhir, titik
belok aliran) [koordinat titik belok (cm)]
9. Langkah 6 dan 8 diulangi untuk 4 debit yang berbeda. Namun hanya mencari permukaan air di
hulu dan kedalaman di hilir saja (periksa pipa manometer untuk mengetahui debit aliran)

10. Debit aliran diatur dari yang terbesar.

11. Tinggi muka air sebelum ambang dan tinggi raksa pada manometer dicatat. [H1n(mm), H2n(mm),
koordinat titik awal Y1n (cm)]

12. Langkah 10 dan 11 diulangi dengan mengecilkan debit sampai didapat 5 debit yang berbeda.

13. Cara diatas diulang dengan menggunakan ambang yang berbeda


1.6 Pengolahan Data dan Contoh Perhitungan
1.6.1 Profil aliran ambang tajam dan ambang lebar

Tenggelam 1
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 2(cm)
Titik (cm)
X Y X Y X Y X Y X Y
1 180 16.1 180 16.1 180 15.9 180 16.2 180 17.6
2 203 15.4 203 15.4 203 15.4 203 15.8 203 17.1
3 211 13.7 211 13.7 211 13.5 211 14.4 207 16.9
4 227 13.3 227 13.3 227 13.3 217.6 17.4 211 16.8
5 246 10.2 246 9.9 246 9.94 227 16.7 227 16.6
6 254.5 2.39 254.5 2.76 254.5 9.29 246 15.25 246 16.5
7 408.5 3.78 294.5 2.92 246.0 9.94 254.5 15.25 254.5 17.4
8 456.5 4.66 305.8 5.02 366.7 9.84 372.2 15.80 372.2 18.1
9 475.3 5.69 315.1 6.89 387.8 10.77 391.1 16.20 391.1 18.2
10 563.2 5.99 563.2 8.11 563.2 11.97 563.2 17.20 563.2 18.8
Tabel 1.1 Profil Aliran Ambang Lebar (dalam cm)

Tenggelam 1 Tenggelam
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm)
Titik (cm) 2(cm)
X Y X Y X Y X Y X Y
1 0 18 0 18 0 18.7 0 20.9 0 22.5
2 25 16.8 25 16.8 20 18.5 20 20.8 20 22.4
3 45 1.6 35 6 25 17.7 25 20.4 25 22
4 140 2.8 45 1.6 36 12.1 37 18.9 36 21.8
5 320 3.5 366.5 2.5 354 13 351 19.6 350 21.3
6 356.5 3.9 376 3.5 369 13.6 365 19 360 21.3
7 375 7 405 9.5 385.5 14 410 20 370 21.5
8 470 8.1 500 10 520 15.1 550 22 570 23
Tabel 1.2 Profil Aliran Ambang Tajam
1.6.2 Membuat Grafik 𝑯𝒆𝟏𝒗𝒔𝑯𝒆𝟐dan 𝑯𝒆𝟏𝒗𝒔𝑸

Diketahui :
Tinggi ambang = 11,7 cm
Lebar saluran = 8,5 cm
Kalibrasi awal
H1=133 𝑚; 𝐻2=135 𝑚𝑚

Manometer Jenis
Debit Q (m3/s) Y1 (m) Y2 (m) He1 (m) He2 (m)
H1 (m) H2 (m) Δh (m) Aliran
0.3560 0.0740 0.2820 0.002866284 L1 18.20 0.086 6.50 0.031
0.3560 0.0740 0.2820 0.002866284 L2 18.20 0.107 6.50 0.010
Q1 0.3560 0.0740 0.2820 0.002866284 P 18.50 0.154 6.80 -0.037
0.3560 0.0740 0.2820 0.002866284 T1 20.10 0.209 8.40 -0.092
0.3560 0.0740 0.2820 0.002866284 T2 21.10 0.232 9.40 -0.115
0.3520 0.0770 0.2750 0.002830486 L1 18.00 0.090 6.30 0.027
0.3520 0.0770 0.2750 0.002830486 L2 18.00 0.107 6.30 0.010
Q2 0.3520 0.0770 0.2750 0.002830486 P 18.90 0.160 7.20 -0.043
0.3520 0.0770 0.2750 0.002830486 T1 19.90 0.209 8.20 -0.092
0.3520 0.0770 0.2750 0.002830486 T2 21.90 0.239 10.20 -0.122
0.3470 0.0830 0.2640 0.002773298 L1 17.90 0.089 6.20 0.028
0.3470 0.0830 0.2640 0.002773298 L2 18.00 0.109 6.30 0.008
Q3 0.3470 0.0830 0.2640 0.002773298 P 18.70 0.179 7.00 -0.062
0.3470 0.0830 0.2640 0.002773298 T1 19.60 0.209 7.90 -0.092
0.3470 0.0830 0.2640 0.002773298 T2 21.70 0.238 10.00 -0.121
0.3340 0.0950 0.2390 0.002638722 L1 17.70 0.086 6.00 0.031
0.3340 0.0950 0.2390 0.002638722 L2 17.70 0.104 6.00 0.013
Q4 0.3340 0.0950 0.2390 0.002638722 P 18.40 0.176 6.70 -0.059
0.3340 0.0950 0.2390 0.002638722 T1 19.50 0.209 7.80 -0.092
0.3340 0.0950 0.2390 0.002638722 T2 21.50 0.238 9.80 -0.121
0.3290 0.1000 0.2290 0.002582928 L1 17.60 0.086 5.90 0.031
0.3290 0.1000 0.2290 0.002582928 L2 17.60 0.106 5.90 0.011
Q5 0.3290 0.1000 0.2290 0.002582928 P 18.30 0.177 6.60 -0.060
0.3290 0.1000 0.2290 0.002582928 T1 19.40 0.208 7.70 -0.091
0.3290 0.1000 0.2290 0.002582928 T2 21.40 0.238 9.70 -0.121
Tabel 1.3 Profil karakteristik aliran di atas ambang tajam
Debit Manometer Q (m3/s) Jenis Y1 (m) Y2 (m) He1 (m) He2 (m)
H1 (m) H2 (m) Δh (m) Aliran
Q1 0.3630 0.1450 0.2180 0.002520129 L1 0.1770 0.0593 0.0570 0.0607
0.3630 0.1450 0.2180 0.002520129 L2 0.1780 0.0706 0.0580 0.0494
0.3630 0.1450 0.2180 0.002520129 P 0.1760 0.1283 0.0560 -0.0083
0.3630 0.1450 0.2180 0.002520129 T1 0.1763 0.1311 0.0563 -0.0111
0.3630 0.1450 0.2180 0.002520129 T2 0.1977 0.1831 0.0777 -0.0631
Q2 0.3300 0.1780 0.1520 0.002104342 L1 0.1660 0.0685 0.0460 0.0515
0.3300 0.1780 0.1520 0.002104342 L2 0.1660 0.0950 0.0460 0.0250
0.3300 0.1780 0.1520 0.002104342 P 0.1660 0.1550 0.0460 -0.0350
0.3300 0.1780 0.1520 0.002104342 T1 0.1689 0.1840 0.0489 -0.0640
0.3300 0.1780 0.1520 0.002104342 T2 0.1897 0.2040 0.0697 -0.0840
Q3 0.3200 0.1250 0.1950 0.002383482 L1 0.1635 0.0637 0.0435 0.0563
0.3200 0.1250 0.1950 0.002383482 L2 0.1635 0.0731 0.0435 0.0469
0.3200 0.1250 0.1950 0.002383482 P 0.1635 0.1321 0.0435 -0.0121
0.3200 0.1250 0.1950 0.002383482 T1 0.1915 0.2008 0.0715 -0.0808
0.3200 0.1250 0.1950 0.002383482 T2 0.2110 0.2240 0.0910 -0.1040
Q4 0.3000 0.2070 0.0930 0.001646024 L1 0.1555 0.0606 0.0355 0.0594
0.3000 0.2070 0.0930 0.001646024 L2 0.1555 0.0799 0.0355 0.0401
0.3000 0.2070 0.0930 0.001646024 P 0.1555 0.1419 0.0355 -0.0219
0.3000 0.2070 0.0930 0.001646024 T1 0.1846 0.2090 0.0646 -0.0890
0.3000 0.2070 0.0930 0.001646024 T2 0.2040 0.2190 0.0840 -0.0990
Q5 0.2680 0.2380 0.0300 0.000934879 L1 0.1314 0.0374 0.0114 0.0826
0.2680 0.2380 0.0300 0.000934879 L2 0.1314 0.0410 0.0114 0.0790
0.2680 0.2380 0.0300 0.000934879 P 0.1314 0.1133 0.0114 0.0067
0.2680 0.2380 0.0300 0.000934879 T1 0.1517 0.1768 0.0317 -0.0568
0.2680 0.2380 0.0300 0.000934879 T2 0.1760 0.1879 0.0560 -0.0679
Tabel 1.4 Profil karakteristik aliran di atas ambang lebar

1.6.3 Membuat Grafik 𝑯𝒆𝟏vs C


Menghitung koefisien pengaliran ( C ) dapat menggunakan persamaan :
𝑄
𝐶=
(𝐿. 𝐻𝑒 3/2 )
Dengan :
C = Koefisien pengaliran (cm0.5/s)
L = lebar saluran (cm)
He = Y1 – tinggi ambang (cm)
Q = Debit (cm3/s)

Contoh
Diketahui :
Q = 0.00288 m3/s = 2880 cm3/s
L = 8,5 cm
He = 6,4 cm
2880
𝐶 = = 22,2072 𝑐𝑚0.5 /𝑠
(8,5𝑥6,43/2 )

Debit Manometer C
Q (m3/s) Y1 (m) He1 (m)
Ke- H1 (m) H2 (m) Δh (m) (cm0,5/s)
1 0.3570 0.0730 0.2840 0.00287643 0.1810 0.0640 20.9009
2 0.3540 0.0770 0.2770 0.00284076 0.1790 0.0630 21.13512
3 0.3500 0.0800 0.2700 0.002804636 0.1780 0.0610 21.90094
4 0.3450 0.0850 0.2600 0.002752208 0.1775 0.0590 22.59354
5 0.3430 0.0870 0.2560 0.002730955 0.1760 0.0570 23.60931
6 0.3320 0.0970 0.2350 0.002616547 0.1760 0.0550 23.86523
7 0.3270 0.1010 0.2260 0.002565954 0.1750 0.0530 24.74093
8 0.3200 0.1080 0.2120 0.002485207 0.1740 0.0510 25.38565
9 0.3120 0.1160 0.1960 0.002389586 0.1720 0.0495 25.52677
10 0.3030 0.1250 0.1780 0.002277218 0.1705 0.0470 26.29292
Tabel 1.5 Data ketinggian aliran dengan konstanta ambang tajam

Debit Manometer
Q (m3/s) Y1 (m) He1 (m) C (cm0,5/s)
Ke- H1 (m) H2 (m) Δh (m)
1 0.3650 0.1430 0.2220 0.002543145 0.1753 0.0553 24.44518958
2 0.3580 0.1500 0.2080 0.00246165 0.1726 0.0526 25.50689948
3 0.3430 0.1640 0.1790 0.002283606 0.1696 0.0496 25.84095859
4 0.3320 0.1720 0.1600 0.00215901 0.1649 0.0449 28.3658041
5 0.3200 0.1820 0.1380 0.002005091 0.1625 0.0425 28.60623931
6 0.3100 0.1980 0.1120 0.001806357 0.1582 0.0382 30.24256247
7 0.3000 0.2060 0.0940 0.00165485 0.1564 0.0364 29.78629392
8 0.2900 0.2170 0.0730 0.001458331 0.1496 0.0296 35.7955041
Tabel 1.6 Data ketinggian aliran dengan konstanta ambang lebar

1.6.4 Membuat Grafik He1/Hd vs Cd/C

Dari berbagai nilai C yang ada kami merata-ratakannya dan mendapat Cd. Setelah ini kami
memperkirakan He1 saat Cd dan kami mendapatkan Hd. Cd ambanglebar :

24,45 + 25,51 + 25,84 + 28,37 + 28,61 + 30,24 + 29,79 + 35,80


𝐶𝑑 = = 28,57 𝑐𝑚0.5 /𝑠
8

Untuk mendapatkan Hd maka kita meregresikan Cd yang telah kita dapatkan pada tabel
Hd Ambang Tajam:

28,57 − 30,24 𝐻𝑑 − 5,53


=
24,45 − 30,24 5,53 − 3,82

Didapat Hd = 4,31cm.
Lalu kita membuat perbandingan He1/Hd juga C/Cd

Contoh
He1/Hd = 5,53/4,31 = 1,282
C/Cd = 24,45/28,57 = 0,6997

He1/Hd C/Cd

1.282391656 0.699673409
1.219779406 0.730061809
1.150210238 0.739623292
1.041218542 0.81188975
0.985563208 0.818771518
0.885847401 0.865606574
0.8441059 0.852547196
0.686415787 1.024543594
Tabel 1.7 Nilai He1/Hd dan C/ Cd Ambang Lebar

He1/Hd C/Cd

1.146953 0.949203
1.129032 0.95984
1.09319 0.99462
1.057348 1.026074
1.021505 1.072205
0.985663 1.083827
0.949821 1.123597
0.913978 1.152876
0.887097 1.159285
0.842294 1.194079
Tabel 1.8 Nilai He1/Hd dan C/ Cd Ambang Tajam
1.7 Grafik dan Analisis
1.7.1. Grafik Profil Aliran Ambang Tajam dan Ambang Lebar

Grafik 1.1 Profil Aliran Ambang Tajam


25

20

15 Loncat 1
Loncat 2
Peralihan
10 Tenggelam 1
Tenggelam 2

0
0 100 200 300 400 500 600

Grafik 1.1 Profil Aliran Ambang Tajam


Dari grafik tersebut dapat kita lihat pada loncat 1 dan loncat 2 ketinggian muka air di hulu sama
sekali tidak dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir karena ketinggian air yang masih rendah.
Pada keadaan peralihan ketinggian muka air di hulu sedikit naik, hal ini disebabkan karena ketinggian
muka air di hulu mulai dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir.Dan pada keadaan tenggelam 1
dan tenggelam 2 dapat kita lihat ketinggian muka air di hulu dan hilir sudah hampir menyatu tentu
saja hal ini menyebabkan ketinggian muka air di hulu dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir.

Pada keadaan loncat 1 dan loncat 2 air yang tinggi tiba-tiba menjadi rendah dan setelah air
melambat maka air kembali menjadi mempunyai ketinggian.Hal ini disebabkan oleh kekekalan
energi. Sebelum ambang, air memiliki energi potensial yang tinggi, lalu setelah melewati ambang, air
mulai kehilangan banyak energi potensialnya. Namun energi tersebut dikonversi menjadi energi
kinetik dengan ketinggian yang lebih kecil, namun setelah beberapa lama, air kehilangan
kecepatannya akhirnya air kembali mempunyai ketinggian dan memiliki energi potensial lagi. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya keadaan loncat.

Letak ambang pada profil ambang tajam kira- kira berada pada cm ke 100.Karena pada cm ke 100 air
mulai mengalami titik belok yang signifikan terutama pada loncat 1 dan loncat 2, hal tersebut
menandakan adanya ambang yang mengubah yang membendung air sehingga mengubah energi
potensial air menjadi energi kinetik. Dan ketika ambang dipindahkan yang terlihat di grafik, garis saat
mencapai ambang akan tiba-tiba jatuh terutama terlihat pada loncat 1 dan loncat 2 namun pada
tenggelam 1 dan tenggelam 2 garisnya tidak akan terlalu jatuh. Sehingga pada intinya ketika ada
ambang maka ketinggian muka air akan jatuh.
Grafik 1.2 Profil Aliran Ambang Lebar
20

18

16

14

12 Tenggelam 1
Loncat 1
10
Loncat 2
8 Peralihan

6 Tenggelam 2

0
0 100 200 300 400 500 600

Grafik 1.1 Profil Aliran Ambang Lebar


Dari grafik aliran ambang lebar tersebut dapat kita lihat pada loncat 1 dan loncat 2 ketinggian muka
air di hulu sama sekali tidak dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir. Pada keadaan peralihan
terjadi penambahan ketinggian di muka hulu air, hal ini dikarenakan ketinggian muka air di hulu
mulai dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir.Dan pada keadaan tenggelam 1 dan tenggelam
2 dapat kita lihat ketinggian muka air di hulu dan hilir hampir menyatu, hal ini disebabkan oleh
ketinggian muka air di hulu dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir.

Pada keadaan loncat, air yang tinggi tiba-tiba menjadi rendah dan setelah air melambat maka air
kembali menjadi mempunyai ketinggian.Hal ini disebabkan oleh aliran superkritis berubah menjadi
aliran subkritis, perubahan tersebut menyebabkan pembuangan energi. Sebelum diletakkan
ambang, air memiliki energi potensial yang tinggi, lalu setelah melewati ambang, air kehilangan
banyak energi potensialnya. Tetapi, energi tersebut dikonversi menjadi energi kinetik dengan
ketinggian yang lebih kecil, setelah beberapa lama, air kehilangan kecepatannya akhirnya air kembali
mempunyai ketinggian.Hal inilah yang menyebabkan terjadinya keadaan loncat.
Letak ambang pada profil ambang lebar kira- kira berada pada cm ke 100.Karena pada cm ke 100 air
mulai mengalami titik belok yang signifikan terutama pada loncat 1 dan loncat 2.

1.7.2. Grafik He1 vs He2

Grafik 1.3 He1 vs He2


12.00

10.00
Series1
8.00
Series2
6.00
Series3
4.00 Series4
2.00 Series5

0.00
-0.140 -0.120 -0.100 -0.080 -0.060 -0.040 -0.020 0.000 0.020 0.040

Grafik 1.3 He1 vs He2 Ambang Tajam


Grafik 1.4 He1 Vs He2
0.1000

0.0800
Q1
0.0600 Q2
Q3
0.0400
Q4
0.0200
Q5
0.0000
-0.1500 -0.1000 -0.0500 0.0000 0.0500 0.1000

Grafik 1.4 He1 vs He2 Ambang Lebar

Tujuan dibuat grafik ini adalah untuk dapat melihat karakteristik aliran berdasarkan He1 dan He2.
Dapat kita lihat titik pertama dan kedua dari kiri untuk setiap debit selalu memiliki He1 yang hampir
sama meski He2 berubah, hal tersebut menunjukan untuk loncat 1 dan loncat 2 memiliki ketinggian
awal yang sama karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh air di hilir. Lalu titik ke-3 dari kiri
menunjukan keadaan peralihan dimana ketinggian awal di hulu mulai menyesuaikan ketinggian di
hilir akibat adanya kebaikan ketinggian muka air di hilir. Dan untuk titik ke 4 dan ke 5 dari kiri
menunjukan tenggelam 1 dan tenggelam 2 terlihat jelas peningkatan ketinggian muka air di hilir
yang berakibat pada perubahan ketinggian juga di hulu.
He1 = Y1 – tinggi ambang
He2 = Y2 – tinggi ambang
Perubahan debit berpengaruh untuk setiap keadaan, dapat terlihat untuk debit 1 yang lebih kecil
maka ketinggian pun mengecil sehingga semakin kecil debit maka semakin kecil He1.

1.7.3. Grafik He1 vs Q

Grafik 1.5 He1 vs Q Ambang Lebar

Anda mungkin juga menyukai