Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

GESEKAN DALAM PIPA


(FRICTION IN PIPES)
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Landasan Teori
Gesekan Aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa
fluida yang mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan
tekanan. Besarnya hambatan aliran gesekan sangat tergantung dari
kekerasan dinding pipa. Dari hasil berbagai percobaan diketahui bahwa
makin kasar dinding pipa makin besar terjadinya penurunan penurunan atau
kehilangan tekanan aliran (Sihombing, 2010). Gesekan antara aliran fluida
dengan permukaan sudut-sudut dinding pompa menyebabkan sebagian
energi yang diangkut oleh aliran air hilang untuk mengatasi gesekan-
gesekan tersebut. (Soekardi, 2015).
Prinsip aliran fluida dalam pipa sering dijumpai dalam kehidupan
sehari hari, misalnya pada :
1. Distribusi air dari PDAM ke rumah-rumah.
2. Sistem irigasi yang menggunakan aliran pipa.
3. Pengaliran air dari waduk ke turbin PLTA, dsb.
Dalam pengaliran tersebut akan terjadi kehilangan energi yang terdiri dari:
1. Mayor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh gesekan.
2. Minor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh pengaruh lokal seperti:
a. Ekpansi (pembesaran tiba-tiba)
b. Kontraksi (penyempitan tiba-tiba)
c. Belokan
d. Katup
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan langsung terhadap kehilangan
energi akibat gesekan yakni untuk Mayor losses.
Gambar 6.1 Aliran dalam pipa sesuai teori Bernoulli
Keterangan:
θ = sudut kemiringan pipa
W = besar volume air
Sin θ = (𝑍1 − 𝑍2) / L
𝑃1, 𝑃2 = tekanan yang terjadi di titik 1 & 2
𝑉1,𝑉2 = kecepatan aliran pada titik 1 & 2
ℎ1 = kehilangan energi
L = panjang pipa
Dengan rumus Bernoulli:
P1 𝑣12 𝑃2 𝜈12
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2 + ℎ2
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
Jika diameter pipa sama maka:
𝑑1 = 𝑑2 → 𝑣1 = 𝑣2 𝑄/𝐴
𝑃1 +𝑃2
+ (𝑍1 − 𝑍2) = ℎ1
𝛾

Keseimbangan gaya momentum yang terjadi pada aliran dalam pipa


adalah:
∑ 𝐹𝑆 = 0
𝜋𝜃 .𝐿.0
𝑃1. 𝐴 − 𝑃2 − 𝑊. 𝑠𝑖𝑛𝜃 − =0
𝛾.𝐴

dimana:
πθ = tegangan geser pada dinding
0 = keliling basah dinding
(𝑃1 − 𝑃2)𝐴 + 𝛾. 𝐴. 𝐿. 𝑠𝑖𝑛𝜃. 𝜋0. 𝐿. 0
(𝑃1 − 𝑃2)𝐴 + 𝛾. 𝐴(𝑍1 − 𝑍2) = 𝜋0. 𝐿. 0 = 0
_________________________________ - γ.A
𝑃1. . 𝑃2 𝜋0 . 𝐿. 0
+ (𝑍1 − 𝑍2 ) − =0
𝛾 𝛾. 𝐴
𝜋𝜃 .𝐿.0
ℎ𝑓 = =0
𝛾.𝐴

dimana:
𝜋0 = 𝜆. 𝜌 2 𝑣2 maka:
𝛾 2 . 𝑝𝑣 2 . 𝐿. 0
ℎ𝑓 =
𝛾. 𝐴
𝑝
𝜆. 2 𝑣 2 . 𝐿. 0
ℎ𝑓 =
𝑝𝑔. 𝐴
𝜆.𝑣 2 𝑙
ℎ𝑓 = . 𝐴𝑙𝑝
2.𝑔

𝜆.𝑣 2 𝐿
ℎ𝑓 = .𝑅
2.𝑔

dimana:
R = jari hidrolis
λ = f = adalah koefisien gesekan
untuk aliran dalam pipa R adalah:
2
𝜋.𝐷 ⁄4
R= = 𝐷⁄4
𝜋.𝐷

Jadi,
𝜈2 𝐿
ℎ𝑓 = 𝑓. 4. .
2.𝑔 𝐷

dikenal dengan rumus Darcy Weisbach


2𝑔. 𝐷. ℎ𝑓
𝑓=
4. 𝑉 2 . 𝐼
𝑝𝑣𝑑
dimana untuk pipa halus f = ψ (Rd) dan Rd =
𝜇
32𝜇.𝐿.𝑣
untuk aliran laminar f = 𝑅𝑑16 , sehingga ℎ1 = 𝑔.𝜌.𝑑 2

Aliran fluida didasarkan pada gerakan partikelnya dapat dibagi jadi :


1. Aliran Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan
meluncur secara lancar. Dalam aliran laminer ini viskositas berfungsi untuk
meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan, sehingga
aliran laminer memenuhi pasti hukum viskositas Newton yaitu : τ = μ (2-
13). Aliran laminer ini mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari
2000.

Gambar 6.2 Kecepatan Laminer pada Pipa Tertutup


2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran
turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya
berkurang (dapat disebabkan temperatur meningkat) maka gangguan-
gangguan akan terus teramati dan semakin membesar serta kuat yang
akhirnya suatu keadaan peralihan tercapai. Keadaan peralihan ini tergantung
pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometri
aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2000 sampai dengan 4000.

Gambar 6.3 Aliran Transisi pada Pipa Tertutup


3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan
dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami
percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan
saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain
dalam skala yang besar di mana nilai bilangan Reynoldsnya lebih besar dari
4000. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga
menghasilkan kerugian-kerugian aliran.
Gambar 6.4 Aliran Turbulen pada Pipa Tertutup

6.1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menyelidiki perubahan akibat
gesekan pada aliran dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata
dalam pipa.
6.3 Pelaksanaan Praktikum
6.3.1 Prosedur Percobaan
1. Memastikan alat tersambung dengan aliran listrik
2. Mengukur kedua panjang pipa antara kedua selang untuk manometer
dan diameter pipa uji
3. Membuka katup pengatur aliran
4. Mengalirkan pipa benda uji dan pipa lainnya
5. Menggunakan pembacaan manometer air raksa untuk menentukan
selisih tekanan yang lemah antara dua titik yang menjadi panjang pipa
uji
6. Membuka dan mengatur pengatur air keluaran untuk menentukan
macam-macam debit aliran mulai dari aliran laminer sampai dengan
aliran turbulen
7. Mengatur keran pengatur debit untuk masing-masing jenis aliran
8. Mengukur volume aliran yang mengalir dalam pipa dengan gelas ukur
9. Mengukur waktu yang diperlukan untuk mengisi gelas ukur tersebut
dengan stopwatch sehingga didapat harga debit
6.3.2 Alat Percobaan
Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam dalam percobaan:

Gambar 6.5 Volumetric Bench

Gambar 6.6 Gelas Ukur

1
2 4

\
3
6 5
Gambar 6.7 Alat Uji
Keterangan Gambar :
1. Katup udara
2. Manometer
3. Inlet
4. Tabung Raksa
5. Katup pengatur debit
6. Pipa Lurus
Alat yang digunakan :
1. Seperangkat alat peraga gesekan dalam pipa yang terdiri dari:
a. Pipa aliran masuk yang disambung suplai dari meja hidrolik.
b. Keran keluaran pengatur debit.
c. Pipa benda uji yang dipasang secara horizontal/vertikal.
d. Manometer air raksa yang dipakai untuk mengukur perbedaan
tekanan pada debit yang besar.
e. Manometer air murni yang dipakai untuk mengukur perbedaan
tekanan pada debit yang rendah.
f. Penjepit pengatur manometer yang akan dipakai.
g. Kaki penyangga yang bisa diatur untuk mengatur kerataan
tegaknya alat percobaan.
h. Katup keluar udara.
i. Pompa tangan untuk mengatur tekanan manometer.
j. Pipa lentur untuk mengalirkan air ke tangki dari meja hidrolik.
2. Stopwatch.
3. Termometer.
4. Volumetric Bench
5. Gelas Ukur.
6.3.3 Data Hasil Pengamatan
Panjang pipa : 524 mm
Diameter pipa : 3 mm
Suhu air : 28°C
Tabel 6.1 Data Hasil Pengamatan

No Volume Waktu Manometer


(mmHg)
(m3) (detik)
1 2

1 27 12 277 296

2 40 12 271 302

3 52 12 264 309

4 70 12 257 315

5 80 12 252 319
6.4 Analisis Perhitungan
a. Interpolasi
Dengan menggunakan cara interpolasi linier diperoleh 𝜌 dan 𝜇 pada
suhu 28°𝐶 adalah sebagai berikut :
28−30
𝜌 28°𝐶 = 996 − (20−30) 𝑥(996 − 998) = 996,4 𝑘𝑔/𝑚2
28−30
𝜇 28°𝐶 = (0,000799) − (20−30) 𝑥 (0,000799 − 0,001003) =

0,000839 𝑚2/s
b. Mencari Luas (A)
Dik :
𝜋 = 3,14
D = 0,003
Menghitung luas penampang (A) :

A = 𝜋𝐷2

A = × 3,14 × (0,003)2
= 0,000007065 m2
c. Mencari Debit Aliran (Q)
Dik :
V = 0,000027 m3
s = 12 s
Menghitung debit aliran :
𝑣
Q =𝑡
0,000027
Q =
12

= 0,00000225 m3/ s
d. Mencari Kecepatan (v)
Dik :
v = kecepatan (m/s)
Q = 0,00000225 m3/s
A = 0,000007065 m2
Menghitung kecepatan (v) :
𝑄
v =𝐴
0,00000225
v = 0,000007065

= 0,318 m/s

e. Mencari hf (Kehilangan Energi)


hf = manometer(2) – manometer(1) x 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎
Dik :
Manometer 2 = 0,296 mHg
Manometer 1 = 0,277 mHg
𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 = 13600 g/m3
Mencari kehilangan energi (hf):
hf = (0,296-0,277) x 13.600
= 258,4 m
f. Mencari f (koefisien gesekan)
Dik :
G = 9,81 m/s2
Diameter pipa = 0,003 m
Panjang pipa = 0,524 m
v2 = 0,101 m2/s2
hf = 258,4 m
Menghitung koefisien gerakan (f) :
2.𝑔.𝑑.ℎ𝑓
f = 4.𝑣 2 𝐿
2×9,81×0,003×258,4
f =
4×0,101×0,524

= 71,545
g. Mencari Re
Dik :
Re = Bilangan Reynolds
v = 0,318 m/s
d = 0,003 m
𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 996,4 Kg/m3
𝜇 𝑎𝑖𝑟 = 0,000839 m2/s
Menghitung log Re :
(𝑣×𝑑×𝜌𝑎𝑖𝑟 )
Re = 𝜇𝑎𝑖𝑟
0,318471×0,003×996,4
Re = 0,000839

Re = 1135
h. Mencari log Re
Nilai Re yang didapat dari hasil perhitungan diubah menjadi log, sehingga
Re = 1135 → Log Re = 3,055
Tabel 6.2 Data Hasil Perhitungan Percobaan Gesekan Dalam Pipa

Q V
V2 hf Log Re Jenis
No. A V/s Q/A f Re
Aliran
3
m/s m
m /s m/s

Laminer
1 0,000007065 0,00000225 0,318 0,101 258,400 71,545 1135 3,055

Laminer
2 0,000007065 0,00000333 0,471 0,222 421,600 53,292 1679 3,225

Transisi
3 0,000007065 0,00000433 0,613 0,376 612,000 45,754 2184 3,339

Transisi
4 0,000007065 0,00000583 0,825 0,681 788,800 32,530 2940 3,468

Transisi
5 0,000007065 0,00000667 0,943 0,889 911,200 28,709 3364 3,527

Keterangan:
Terdapat tiga jenis aliran, di mana jenis aliran tergantunng dari besarnya nilai Re
1. Aliran Laminer (< 2000)
2. Aliran Transisi (2000-4000)
3. Aliran Turbulen (> 4000)
Tabel 6.3 Data F dan Re Grafik 6.1 F dan Re

F dan Re
Data
0.08
0.07 y = -2E-05x + 0.0885
R² = 0.9551
0.06
F Re
0.05 F dan Re
0.04

F
0,071 1135 0.03
Linear (F dan
Re)
0.02
0.01
0,053 1679
0
1000 1500 2000 2500 3000 3500
0,046 2184 Re

0,033 2940

0,29 3364
Tabel 6.4 Data F vs Log Re Grafik 6.2 F vs Log Re

Data F dan Log Re


0.08
0.07 y = -0.0901x + 0.346
F Log Re R² = 0.9923
0.06
0.05 F dan Log Re

0,071 3,055 0.04 Linear (F dan Log Re)

F
0.03
0.02
0,053 3,225 0.01
0
3 3.2 3.4 3.6
0,046 3,339 Log Re

0,033 3,468

0,029 3,527
6.5 Kesimpulan dan Saran
6.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang dilakukan serta hasil percobaan
yang didapat, maka dapat disimpulkan menjadi beberapa sebuah pernyataan
yaitu sebagai berikut.
1. Semakin besar nilai volume maka nilai debit aliran (Q) dan kecepatan
aliran juga semakin besar.
2. Perubahan bilangan Reynold (Re) pada fluida yang mengalir di dalam
pipa tidak menyebabkan perubahan koefisien gesekan (f).
3. Debit aliran (Q) berbanding lurus dengan bilangan Re.
4. Dari percobaan yang dilakukan sebanyak 5 kali, diperoleh hasil
percobaan pertama dan kedua aliran Laminer karena nilai Reynold
sesuai dengan nilai Reynold dari aliran laminer yaitu kurang dari
2000. Sedangkan pada percobaan ketiga sampai dengan percobaan
kelima termasuk aliran transisi karena dari hasil perhitungan nilai
Reynold berada di antara koefisien nilai 2000 sampai dengan 4000
5. Semakin besar nilai debit aliran (Q) maka perubahan tekanan akibat
gesekan (hf) menjadi semakin besar
6.5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum atau percobaan, sebaiknya mahasiswa
membaca terlebih dahulu modul atau referensi-referensi yang telah
disediakan agar mahasiswa/i maksud dan tujuan dari praktikum atau
percobaan yang akan dilakukan
2. Mahasiswa/i yang melaksanakan praktikum atau percobaan wajib
untuk mematuhi atau perintah yang ada di dalam laboratorium atau
tempat praktikum supaya pada saat berjalannya praktikum, suasana
tetap kondusif.
3. Diharapkan pada mahasiswa/i agar membaca data-data yang akan
diambil secara teliti dan jangan terburu-buru supaya menghindari
adanya kesalahan data
4. Menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati dan digunakan
dengan sebaik mungkin untuk menghindari adanya kerusakan ataupun
kesalahan pada alat praktikum.
Lampiran

Gambar 6.8 Membuka keran air Gambar 6.9 Membuka katup


pengatur debit

Gambar 6.10 Mengamati pembacaan Gambar 6.11 Mengamati hasil akhir

manometer Hg dari pembacaan manometer Hg

Gambar 6.12 Mengukur volume Gambar 6.13 Mengamati volume

aliran yang mengalir dalam pipa aliran yang sudah terkumpul

dengan gelas

Anda mungkin juga menyukai