PT NESTLE
Dosen Pengampu:
NIP. 197208192000121001
Oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PELANGGARAN
ETIKA BISNIS PADA PT NESTLE ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ilzar Daud, S.E., M.Si., Ph.D.
NIP. 197208192000121001 pada bidang Manajemen matakuliah Etika Bisnis. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang PELANGGARAN ETIKA
BISNIS PADA PT NESTLE bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika
bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang
apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha
yang kita sebut bisnis.
Nestlé Indonesia adalah anak perusahaan Nestlé SA, perusahaan yang terdepan dalam
bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Nestlé SA
didirikan lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestlé, seorang ahli farmasi yang berhasil
meramu bubur bayi guna membantu seorang ibu menyelamatkan bayinya sangat sakit dan
tidak mampu menerima air susu ibu.
Moto Nestlé “Good Food, Good Life” menggambarkan komitmen perusahaan yang
berkesinambungan untuk mengkombinasikan ilmu dan teknologi guna menyediakan
produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan
minuman bergizi, serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya.
Etika bisnis di butuhkan karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung
oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yangdilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut, yaitu:
1. Apakah PT Nestle menggunakan etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya?
2. Apa permasalahan dalam PT Nestle?
3. Bagaimana upaya penyelesaian masalah dalam PT Nestle?
2.1.2. Bertens (2000) mengatakan bahwa etika bisnis dalam bahasa Inggris disebut
business ethics. Dalam bahasa Belanda dipakai nama bedrijfsethick (etika perusahaan) dan
dalam bahasa Jerman Unternehmensethik (etika usaha). Cukup dekat dengan itu dalam
bahasa Inggris kadang-kadang dipakai corporate ethics (etika korporasi). Narasi lain adalah
“etika ekonomis” atau”etika ekonomi” (jarang dalam bahasa Inggris economic ethics; lebih
banyak dalam bahasa Jerman Wirtschaftsethik). Ditemukan juga nama management ethics
atau managerial ethics (etika manajemen) atau organization ethics (etika organisasi).
2.1.3. Yosephus (2010) mengatakan bahwa Etika Bisnis secara hakiki merupakan Applied
Ethics (etika terapan). Di sini, etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip
moral umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Jadi,
secara hakiki sasaran etika bisnis adalah perilaku moral pebisnis yang berkegiatan
ekonomi.
2.2.3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangatmenentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena
itu barangkali lebih tepatdisebut sebagai etika ekonomi
KESIMPULAN :
Meskipun pada tahun 2004 Produk Susu Nestlé telah ditarik dari peredaran di
sejumlah negara eropa karena mengandung Bakteri Sakazakii. Namun, di Indonesia sendiri
pada tahun 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengambilan 96
sampel produk susu formula dari berbagai merek untuk menguji kemungkinan adanya
bakteri Enterobacter Sakazaki. Dalam pengujian sampel tersebut, BPOM tidak menemukan
satu pun susu formula (termasuk didalamnya adalah Nestlé) yang terkontaminasi.
Pengujian ini dilakukan pada 2008 sampai 2011.
Dan Nestlé adalah perusahaan yang mau memperbaiki diri dan mau belajar dari
pengalaman pahit yang menjadikan tantangan sebagai motivator untuk meningkatkan citra
perusahaan.
SARAN :
Dari hasil penulisan diatas, maka saran yang dapat diberikan yaitu :
Diharapkan PT Nestlé Indonesia konsisten dalam menjalankan etika bisnisnya
untuk menghindari segala pelanggaran yang kemungkinan bisa terjadi serta dapat
mempertahankan & meningkatkan segala prestasi yang telah dicapai dan terus memberikan
dampak yang positif terhadap bisnisnya dan juga untuk masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis
2. http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-etika.html
3. http://irmarantyshandra.blogspot.com/p/manfaat-perusahaan-dalam-menerapkan.html
4. http://metode1.blogspot.com/2014/03/latar-belakang-masalah-tentang-etika.html
5. http://www.nestle.co.id/ina/tentangnestle
6. http://oky-d-ace.blogspot.com/2013/11/etika-bisnis.html
7. http://indaberliandajuanis.blogspot.com/2009/06/nestle-indonesia.html
8. http://www.academia.edu/7198074/PRINSIP_DAN_KODE_ETIK_DALAM_BISNS
9. http://www.academia.edu/8581388/MAKALAH_KEWIRA_KELOMPOK_10
10. http://inggitsoekarno.blogspot.com/2013/11/pelanggaran-etika-bisnis.html
11. http://health.kompas.com/read/2011/02/10/08414748/
12. http://laboratorymtw.blogspot.com/2011/04/susu-formula-sufor-yang-
mengandung.html
13. https://www.nestlebaby.com/id
14. DR. A. Sonny Keraf, “Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya”, (Yogyakarta :
Kanisius, 1998)
15. K. Bertens, “Pengantar Etika Bisnis”, (Yogyakarta : Kanisius, 2000), hal. 238 ; 298.
16. William J. Byron, “The Power Of Principles”, (Yogyakarta : Kanisius, 2010)