Anda di halaman 1dari 16

TOPIK KONTEMPORER BISNIS INTERNASIONAL

PELANGGARAN ETIKA BISNIS PERTANIAN PADA PERUSAHAAN NESTLE

HALAMA

Oleh:

Hisyam Basymeleh 130120084


Bryan Rashad Edy Kusuma 130120044
Michael Tirta 130120012
Amanda Aldino Yuliansya 130119018

PEMINATAN BISNIS INTERNASIONAL


PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS SURABAYA
TAHUN 2022 / 2023

I
DAFTAR ISI

HALAMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Etika Bisnis
2.2 Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
2.3 Prinsip - Prinsip dalam Etika Bisnis
2.4 Etika Bisnis dalam Perusahaan Pertanian
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
3.2 Pelanggaran Etika Bisnis Perusahaan
3.3 Penyelesaian Masalah Perusahaan
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 22 Maret 2023

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Maksum (2020) Etika menjadikan seseorang berpikir dan bertindak bijaksana,
sedangkan hukum bertujuan mengatur tindakan dan hubungan masyarakat. Hukum bisnis
merupakan seperangkat hukum tertulis dan tidak tertulis yang mengatur cara pelaksanaan
kegiatan usaha dagang, industri, keuangan yang memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan,
sehingga dari kegiatan usaha tersebut muncul perjanjian dan kesepakatan yang harus ditaati oleh
pelaku usaha.

Hukum dan etika bisnis menjadi 2 hal yang berkaitan erat, hukum memiliki sasaran
masyarakat yang memiliki ikatan sosial, sedangkan etika berkaitan dengan manusia dan hati
nuraninya. Hal-hal yang berkaitan dengan hukum bisnis mulai dari perizinan usaha (bentuk
badan usaha), kegiatan jual beli, ketenagakerjaan, biaya usaha, kredit, hak kekayaan intelektual,
hingga asuransi.

Hukum bisnis tertuang dalam bentuk hukum tertulis sehingga terdapat sanksi yang
menyertai dengan mekanisme pelaksanaan aturan yang jelas. Misalnya pada kegiatan jual beli
dan kredit yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata sehingga kasus penipuan
jual beli termasuk didalamnya, selain itu untuk kasus lainnya juga dijelaskan pada KUHP,
KUHD, UUPT, dan UUPM. Penegakan hukum bisnis sangatlah penting untuk menjamin hak-
hak konsumen, pelaku usaha dan mitra terkait jalannya suatu usaha.

Tujuan adanya hukum bisnis secara jelasnya yaitu berfungsi untuk keamanan mekanisme
pasar agar berjalan lancar, melindungi usaha, sebagai perlindungan terhadap semua pelaku bisnis
dan konsumen. Adanya aturan yang jelas yang tercantum pada undang-undang perdagangan
menjadikan pelaku usaha maupun konsumen lebih memahami hak-hak dan kewajibannya
sehingga pelaksanaan kegiatan usaha sesuai alur kebijakan yang ada dan menjamin kenyamanan
semua pihak.

Banyak perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan menaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika bisnis merupakan etika
terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk
berbagai institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.

Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle SA, perusahaan yang terdepan dalam
bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Nestle SA didirikan

4
lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestle, seorang ahli farmasi yang berhasil meramu bubur
bayi guna membantu seorang ibu menyelamatkan bayinya sangat sakit dan tidak mampu
menerima air susu ibu.
Moto Nestle “Good Food, Good Life” menggambarkan komitmen perusahaan yang
berkesinambungan untuk mengkombinasikan ilmu dan teknologi guna menyediakan produk-
produk yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan minuman bergizi,
serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya.

Etika bisnis dibutuhkan karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut, yaitu:
1. Apakah PT Nestle Indonesia menggunakan etika dalam menjalankan bisnisnya?
2. Jika PT Nestle Indonesia tidak menggunakan etika bisnis, apakah bentuk pelanggarannya,
faktor penyebab nya dan bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Topik Kontemporer
Bisnis Internasional dalam membuat artikel atau tulisan tentang Pelanggaran Etika Bisnis.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1.Untuk mengetahui etika bisnis pada PT Nestle Indonesia.
2.Untuk mengetahui pelanggaran, faktor penyebab dan cara antisipasi apabila PT Nestle
Indonesia tidak menggunakan etika bisnis.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etika Bisnis

Etika bisnis adalah seperangkat nilai, prinsip, dan standar moral yang digunakan untuk
mengatur perilaku organisasi dan individu dalam konteks kegiatan bisnis. Secara garis besar,
etika bisnis berkaitan dengan cara organisasi dan individu mempertimbangkan nilai-nilai moral
dan prinsip-prinsip etis dalam pengambilan keputusan bisnis dan tindakan yang mereka lakukan
dalam menjalankan bisnis. Etika bisnis juga melibatkan pertimbangan terhadap dampak sosial,
lingkungan, dan ekonomi dari kegiatan bisnis serta bagaimana bisnis dapat memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dalam intinya, etika bisnis
merupakan upaya untuk menghasilkan keuntungan dengan cara yang bertanggung jawab, adil,
dan berkelanjutan secara moral.

Beberapa prinsip etika bisnis yang umumnya diakui termasuk integritas, transparansi,
tanggung jawab sosial, keadilan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Integritas
mengacu pada konsistensi dan kejujuran dalam tindakan dan perilaku bisnis. Transparansi
mengacu pada keterbukaan dan jujur dalam mengelola informasi dan komunikasi dengan
stakeholder. Tanggung jawab sosial mengacu pada kesadaran dan komitmen untuk
mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dalam setiap keputusan bisnis.

Etika bisnis juga memperhitungkan keadilan dalam perlakuan terhadap stakeholder,


termasuk pegawai, pelanggan, pemasok, komunitas, dan lingkungan. Selain itu, etika bisnis juga
melibatkan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari praktik
bisnis yang merugikan pihak lain atau menciptakan ketidakadilan sosial. Dalam dunia bisnis,
etika bisnis sangat penting karena memungkinkan perusahaan untuk membangun reputasi yang
baik, menjaga hubungan yang baik dengan stakeholder, dan memberikan nilai tambah bagi
masyarakat secara keseluruhan.

2.2 Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis

Etika bisnis adalah seperangkat prinsip dan nilai yang mengatur perilaku dan tindakan
dalam konteks bisnis. Sasaran etika bisnis adalah untuk mempromosikan perilaku yang adil,
jujur, dan bertanggung jawab dalam semua aspek bisnis, termasuk dalam hubungan dengan
pelanggan, karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat umum.

Lingkup etika bisnis meliputi berbagai aspek bisnis, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan: Perusahaan harus mempertimbangkan dampak


sosial dan lingkungan dari tindakan mereka dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan tempat mereka beroperasi.
2. Perlakuan terhadap Karyawan: Perusahaan harus memberikan perlakuan yang adil dan
sama kepada semua karyawan mereka. Hal ini meliputi memenuhi standar kerja yang

6
aman dan sehat, memberikan kompensasi yang adil dan layanan kesehatan, serta
memberikan kesempatan yang setara untuk pengembangan karir.
3. Etika dalam Pemasaran dan Penjualan: Perusahaan harus mempromosikan produk dan
layanan mereka secara jujur dan tidak menyesatkan, serta menjaga privasi dan keamanan
data pelanggan.
4. Kepatuhan Hukum: Perusahaan harus mematuhi semua hukum dan peraturan yang
berlaku dan memastikan bahwa karyawan mereka juga mematuhi aturan tersebut.
5. Perlakuan terhadap Mitra Bisnis: Perusahaan harus berlaku jujur dan adil terhadap mitra
bisnis mereka, termasuk pemasok, pelanggan, dan pesaing.
6. Penghindaran Konflik Kepentingan: Perusahaan harus menghindari situasi di mana
kepentingan pribadi karyawan atau manajemen dapat mempengaruhi keputusan bisnis.

Dengan memperhatikan sasaran dan lingkup etika bisnis, perusahaan dapat menciptakan budaya
kerja yang berkelanjutan dan membangun kepercayaan dengan pelanggan, karyawan, dan mitra
bisnis mereka.

2.3 Prinsip - Prinsip dalam Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan sebuah kajian tentang moralitas dan prinsip-prinsip yang
diterapkan dalam lingkungan bisnis. Terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam etika bisnis yang
menjadi landasan bagi para pemimpin bisnis dan individu-individu dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan praktik bisnis yang mereka lakukan. Beberapa prinsip-prinsip dalam etika
bisnis adalah sebagai berikut:

1. Integritas: Integritas merupakan prinsip yang penting dalam bisnis. Seorang individu
harus dapat mempertahankan integritasnya dalam mengambil keputusan dan bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang baik.
2. Kepercayaan: Prinsip kepercayaan mencakup kepercayaan dalam hubungan bisnis,
kepercayaan dalam kualitas produk atau layanan, dan kepercayaan dalam reputasi
perusahaan.
3. Keadilan: Keadilan adalah prinsip dasar dalam bisnis yang melibatkan perlakuan yang
sama bagi semua orang, tanpa pandang bulu atau diskriminasi, dalam hal gaji, promosi,
hak, dan perlakuan lainnya.
4. Tanggung jawab sosial: Sebagai bagian dari masyarakat, perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi,
lingkungan, dan sosial.
5. Kepatuhan hukum: Prinsip ini melibatkan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang
berlaku dalam lingkungan bisnis.
6. Menghindari konflik kepentingan: Prinsip ini menuntut individu untuk menghindari
konflik kepentingan yang bisa merugikan perusahaan dan para pemangku
kepentingannya.
7. Transparansi: Prinsip transparansi menuntut perusahaan untuk ber transparansi dalam
segala aspek bisnisnya, baik itu keuangan, operasional, atau terkait produk dan layanan.
8. Kepedulian lingkungan: Prinsip ini menekankan pentingnya perlindungan lingkungan dan
menjaga keberlangsungan lingkungan hidup dalam setiap keputusan bisnis yang diambil.

7
Prinsip-prinsip dalam etika bisnis tersebut adalah hal yang penting untuk dijadikan panduan
dalam praktik bisnis yang baik dan bertanggung jawab. Karena mereka juga telah memberikan
panduan moral serta nilai - nilai yang seharusnya dipatuhi oleh organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya.

2.4 Etika Bisnis dalam Perusahaan Pertanian

Etika bisnis dalam perusahaan pertanian melibatkan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang besar. Ada beberapa hal penting dalam menjalankan etika bisnis dalam
perusahaan pertanian. Kepedulian terhadap lingkungan contohnya, Perusahaan pertanian harus
memperhatikan dampak operasinya pada lingkungan sekitar. Ini meliputi penggunaan bahan
kimia yang tepat dan pengelolaan limbah yang efektif untuk mencegah kerusakan lingkungan.
Kemudian Kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, Perusahaan pertanian juga harus
memperhatikan kesejahteraan hewan yang mereka pelihara. Ini meliputi memberikan makanan
dan minuman yang cukup, tempat tinggal yang aman dan nyaman, serta perawatan kesehatan
yang tepat.

Selanjutnya ada Kepedulian terhadap kesehatan masyarakat yang dimana Perusahaan


pertanian harus memastikan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Ini meliputi penggunaan bahan kimia yang aman dan pemantauan ketat terhadap kualitas produk
yang dihasilkan. Kepedulian terhadap karyawan juga termasuk salah satu poin penting karena
Perusahaan pertanian harus memastikan karyawan diperlakukan dengan adil dan dihargai. Ini
meliputi memberikan upah yang wajar dan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Dan juga
Transparansi, sehingga Perusahaan pertanian harus bersikap terbuka dan jujur dalam
menjalankan bisnisnya. Ini meliputi memberikan informasi yang jelas tentang produk dan praktik
pertanian yang digunakan. Serta Kepatuhan hukum, artinya Perusahaan pertanian harus
mematuhi semua peraturan dan undang-undang yang berlaku dalam menjalankan bisnisnya. Ini
meliputi peraturan seputar lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta kesejahteraan
hewan. Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, perusahaan pertanian dapat menjalankan
bisnisnya dengan etis dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, karyawan, masyarakat, dan
pemangku kepentingan lainnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan

Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle SA, perusahaan yang terdepan dalam
bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Nestle SA didirikan
lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestle, seorang ahli farmasi yang berhasil meramu bubur
bayi guna membantu seorang ibu menyelamatkan bayinya sangat sakit dan tidak mampu

8
menerima air susu ibu. Nestlé telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971, dan pada saat ini
PT tersebut telah mempekerjakan lebih dari 2.600 karyawan untuk menghasilkan beragam
produk Nestlé di tiga pabrik: Pabrik Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur untuk mengolah produk
susu seperti DANCOW, BEAR BRAND, dan NESTLE DANCOW IDEAL; Pabrik Panjang di
Lampung untuk mengolah kopi instan NESCAFÉ serta Pabrik Cikupa di Banten untuk
memproduksi produk kembang gula FOX'S dan POLO. Saat ini sedang dibangun pabrik ke-
empat di Karawang yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2013 untuk memproduksi
DANCOW, MILO, dan bubur bayi Nestlé CERELAC.

Moto Nestle “Good Food, Good Life” menggambarkan komitmen perusahaan yang
berkesinambungan untuk mengkombinasikan ilmu dan teknologi guna menyediakan produk-
produk yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan minuman bergizi,
serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya.Etika bisnis dibutuhkan karena untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi,diperlukan suatu landasan yang
kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

3.2 Pelanggaran Etika Bisnis Perusahaan

Etika menjadikan seseorang berpikir dan bertindak bijaksana, sedangkan hukum


bertujuan mengatur tindakan dan hubungan masyarakat. Hukum bisnis merupakan seperangkat
hukum tertulis dan tidak tertulis yang mengatur cara pelaksanaan kegiatan usaha dagang,
industri, keuangan yang memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan, sehingga dari kegiatan
usaha tersebut muncul perjanjian dan kesepakatan yang harus ditaati oleh pelaku usaha. Hukum
dan etika bisnis menjadi 2 hal yang berkaitan erat, hukum memiliki sasaran masyarakat yang
memiliki ikatan sosial, sedangkan etika berkaitan dengan manusia dan hati nuraninya. Hal-hal
yang berkaitan dengan hukum bisnis mulai dari perizinan usaha (bentuk badan usaha), kegiatan
jual beli, ketenagakerjaan, biaya usaha, kredit, hak kekayaan intelektual, hingga asuransi.Hukum
bisnis tertuang dalam bentuk hukum tertulis sehingga terdapat sanksi yang menyertai dengan

9
mekanisme pelaksanaan aturan yang jelas.Berikut adalah pelanggaran etika bisnis perusahaan
yang dilakukan oleh perusahaan Nestle.

a. Pelanggaran Etika Bisnis Terhadap Keamanan Produk dan Skandal Bakteri Penyebab
Berbagai Penyakit

Pada tahun 2004 Produk Susu Nestle telah ditarik dari peredaran di sejumlah negara
eropa karena mengandung Bakteri Sakazakii yang menyebabkan meningitis, infeksi pembuluh
darah atau inflamasi sistem pencernaan yang mematikan bagi bayi maupun orang dewasa.
(Published The Lancet 30 Desember 2003, halaman 5, 39). Industri susu Nasional Indonesia
rupanya telah meremehkan masalah dari Bakteri Enterobacter sakazakii yang mencemarkan
produk susu formula anak-anak.Menurut situs Sciences News Online dari penelitian yang
dilakukan di 35 negara ditemukan bahwa tingkat pencemaran bakteri Enterobacter sakazakii ini
pada susu formula bayi sebesar 14 persen atau 20 kaleng dari 141 kaleng yang diteliti. Penelitian
ini juga lebih lanjut menemukan bahwa bakteri E. Sakazakii ini ditemukan pada debu yang ada
dilantai pabrik pembuatan susu formula bayi tersebut padahal pabrik pembuatan susu formula
atau makanan apapun menurut standar sudah seharusnya bersih dari semua virus, kuman ataupun
bakteri yang berbahaya. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E.
sakazakii untuk bertahan hidup pada suhu 58 derajat celcius dalam pemanasan rehidrasi susu
formula.

Produk susu yang tercemar dari bakteri ini adalah Nestle. Nestle, telah dikecam karena
memproduksi susu formula untuk bayi yang mengandung bakteri E. Sakazakii, khususnya untuk
produk susu formula yang dipasarkan di negara berkembang. Memang berbeda dengan
pemerintah kita yaitu lembaga BPOM yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun susu formula
yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazakii di indonesia. Entah apa yang menyebabkan
perbedaan tersebut, tapi pesan Perusahaan Nestle bagi mereka yang ingin lebih berhati-hati
dengan susu formula terutama untuk bayi agar menghindari susu yang berasal dari produk SUSU
NESTLE. Lalu pada tahun 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan
pengambilan 96 sampel produk susu formula dari berbagai merek untuk menguji kemungkinan
adanya bakteri Enterobacter Sakazakii. Dalam pengujian sampel tersebut, BPOM tidak
menemukan satupun susu formula (termasuk didalamnya adalah NESTLE) yang terkontaminasi.

10
Pengujian ini dilakukan pada 2008 sampai 2011. Hal itu terungkap saat jumpa pers BPOM di
kantor kemkominfo, Perusahaan Nestles (10/2/2011).

b. Permasalahan Daging Kuda

Nestle, perusahaan makanan terbesar di dunia, telah menarik produk makanannya yang
tercemar daging kuda di Italia dan Spanyol. Langkah ini dilakukan setelah tes menunjukkan jejak
DNA kuda dalam produk itu. Perusahaan berbasis di Swiss ini telah menghentikan pengiriman
produk yang mengandung daging dari pemasok di Jerman. Nestle merupakan yang terbaru dalam
barisan produsen pangan utama yang menemukan jejak daging kuda dalam makanan yang
dilabel sebagai daging sapi. Skandal daging kuda yang semula hanya ditemukan di Inggris kini
telah menyebar ke banyak negara Uni Eropa.

Seorang juru bicara perusahaan itu mengatakan, tingkat DNA kuda yang ditemukan
sangat rendah, tetapi di atas 1 persen. Pekan lalu, perusahaan ini mengatakan, produknya tidak
mengandung daging kuda. Nestle menarik dua produk pasta, Buitoni Beef Ravioli and Tortellini,
di Italia dan Spanyol. Lasagnes a la Bolognaise Gourmandes, produk beku untuk bisnis katering
yang diproduksi di Prancis, juga akan ditarik. Seorang juru bicara perusahaan itu mengatakan
kepada BBC bahwa Nestle telah mengidentifikasi masalah ini dengan pemasok mereka dari
Jerman. The Financial Times telah mengidentifikasi bahwa pemasok itu adalah HJ Schypke.
Menurut juru bicara perusahaan, saat ini Nestle akan menjalankan tes pada semua produk
berlabel daging sapi. Skandal daging kuda kini menyebar di 12 negara Eropa.

3.3 Penyelesaian Masalah Perusahaan

Sebagai perusahaan produksi makanan terbesar di dunia, perusahaan Nestle memusatkan


perhatian perusahaan untuk meningkatkan gizi (nutrition), kesehatan (health), dan kegiatan
(wellness) dari konsumen Perusahaan Nestle. Para karyawan Perusahaan Nestle berdedikasi dan
termotivasi untuk memproduksi produk berkualitas dan membangun brand yang memenuhi
kebutuhan konsumen. Sebagai bagian dari suatu perusahaan global, Nestlé terus menerus

11
melakukan penelitian dan pengembangan untuk terus melakukan penyempurnaan berbagai
produk ciptaannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan berkembangnya konsep dan dimensi
makanan, yang kini tidak lagi sekedar untuk memperoleh kenikmatan (enjoyment) namun telah
berkembang menuju keafiatan (wellness) dan bermuara pada kehidupan yang sejahtera dan
berkualitas (wellbeing).

Kini, Nestle juga memperkuat kemampuan R&D melalui Kemitraan Inovasi di tiap tahap
proses pengembangan produk – dari kolaborasi awal dengan perusahaan awal dan biotek hingga
kemitraan akhir dengan para pemasok utama. Dengan menyatukan semua sumber R&D, Nestle
mampu memberikan solusi makanan berkualitas tinggi dan aman untuk semua konsumen di
seluruh dunia – baik dalam gizi, kesehatan, dan kegiatan, nutrisi, kesehatan, kebaikan, rasa,
tekstur atau kenyamanan. Selain itu, Nestlé memberikan produk-produk berkualitas terbaik bagi
konsumen serta jaminan keamanan.

Hal ini sejalan dengan Misi Nestle Indonesia untuk turut mewujudkan masyarakat
Indonesia yang lebih sehat melalui produk-produknya yang berkualitas, bernutrisi dan lezat
rasanya. Selain itu Perusahaan Nestle juga memfokuskan diri untuk senantiasa memberikan
informasi dan pendidikan bagi konsumen Perusahaan Nestle, antara lain seperti tercantum dalam
kemasan setiap produk Perusahaan Nestle. Dalam menjalankan bisnisnya, Nestle berusaha untuk
selalu menjalankan tanggung jawab kepada masyarakat dan menciptakan manfaat. Dalam
beroperasi, Perusahaan Nestle senantiasa memastikan standar perilaku bisnis yang ketat dan
mendukung pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam Nestle Corporate Business
Principles. Ini termasuk Prinsip-Prinsip Global Compact PBB tentang Hak Asasi Manusia,
Tenaga kerja, Lingkungan dan Korupsi.

Dengan landasan strategi bisnis inilah Perusahaan Nestle memastikan sukses jangka
panjang bagi perusahaan. Nestlé berkomitmen untuk menganut Prinsip Bisnis berikut ini di
semua negara, disesuaikan dengan undang-undang lokal, praktek-praktek budaya dan agama:

A. Gizi, Kesehatan dan Keafiatan. Tujuan utama Perusahaan Nestle adalah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan para konsumen setiap hari, dimanapun mereka berada dengan menawarkan
pilihan produk makanan dan minuman yang lezat dan sehat, serta mendorong gaya hidup sehat.

12
Perusahaan Nestle mengungkapkan hal ini melalui motto Perusahaan Nestle: ‘Good Food, Good
Life’.

B. Jaminan Mutu dan Keamanan Produk. Dimana saja di seluruh dunia, nama Nestlé
menjanjikan produk yang aman dan berkualitas baik kepada konsumen.

C. Komunikasi kepada Konsumen. Perusahaan Nestle berkomitmen terhadap komunikasi kepada


konsumen yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, yang memberdayakan konsumen untuk
menggunakan hak mereka atas pilihan yang berdasarkan pada informasi yang benar, dan
mempromosikan pola makan yang lebih sehat. Perusahaan Nestle menghargai privasi konsumen.

D. Hak Asasi Manusia dan Kegiatan Usaha Perusahaan Nestle. Perusahaan Nestle mendukung
penuh prinsip-prinsip Global Compact – Persatuan Bangsa Bangsa tentang hak asasi manusia
dan ketenagakerjaan, dan bertujuan untuk memberikan contoh-contoh mengenai hak asasi
manusia dan praktik ketenagakerjaan di seluruh kegiatan bisnis.

E. Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Pribadi. Keberhasilan Perusahaan Nestle tercipta berkat
dukungan para karyawan. Perusahaan Nestle memperlakukan para karyawan dengan rasa hormat
dan bermartabat dan mengharapkan setiap karyawan mempunyai rasa tanggung jawab pribadi.
Perusahaan Nestle mempekerjakan tenaga kerja yang kompeten dan mempunyai motivasi, serta
menghargai nilai-nilai Perusahaan Nestle. Perusahaan Nestle memberikan kesempatan yang
sama untuk pengembangan dan kemajuan mereka, melindungi privasi mereka, dan tidak
mentoleransi segala bentuk pelecehan dan diskriminasi. Dimana saja di seluruh dunia, nama
Nestlé menjanjikan produk yang aman dan berkualitas baik kepada konsumen.

F. Keamanan dan Kesehatan Kerja. Perusahaan Nestle berkomitmen untuk mencegah


kecelakaan, cedera dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, dan Perusahaan Nestle
melindungi para karyawan, mitra usaha dan pihak-pihak lain yang terlibat di sepanjang mata
rantai usaha Perusahaan Nestle.

G. Pemasok dan Hubungan Dengan Pelanggan. Perusahaan Nestle mensyaratkan kepada para
pemasok, agen, subkontraktor dan karyawan mereka untuk bersikap jujur, adil dan berintegritas,
serta mematuhi standar yang tidak dapat ditawar. Perusahaan Nestle memiliki komitmen yang
sama kepada para pelanggan Perusahaan Nestle.

13
H.Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Perusahaan Nestle berkontribusi dalam perbaikan di
bidang produksi pertanian, status sosial ekonomi para petani, masyarakat pedesaan, dan dalam
sistem produksi agar lebih berwawasan lingkungan.

I.Lingkungan dan Keberlanjutan. Perusahaan Nestle berkomitmen pada praktik bisnis yang
berwawasan lingkungan. Pada semua tahap masa pakai produk, Perusahaan Nestle berupaya
untuk menggunakan sumber daya alam secara efisien, lebih memilih menggunakan sumber daya
yang terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, dan menetapkan sasaran limbah nol.

J. Air. Perusahaan Nestle berkomitmen pada penggunaan air secara berkelanjutan dan perbaikan
pengelolaan air. Perusahaan Nestle menyadari bahwa dunia menghadapi tantangan ketersediaan
dan kebutuhan air yang semakin besar dan bahwa pengelolaan sumber-sumber daya dunia yang
bertanggung jawab oleh semua pengguna air merupakan suatu kebutuhan mutlak.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan etika hukum dan bisnis yang dialami perusahaan Nestle yang tersebar luas
di seluruh dunia termasuk Indonesia yakni terkait produk susu Nestle yang ditarik
peredarannya di sejumlah negara Eropa dikarenakan terkontaminasi Bakteri Sakazakii
yang berbahaya bagi konsumen.

Meskipun pada tahun 2004 Produk Susu Nestle telah ditarik dari peredaran di sejumlah
negara eropa karena mengandung Bakteri Sakazakii. Namun, di Indonesia sendiri pada
tahun 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengambilan 96
sampel produk susu formula dari berbagai merek untuk menguji kemungkinan adanya
bakteri Enterobacter Sakazakii. Dalam pengujian sampel tersebut, BPOM tidak
menemukan satupun susu formula (termasuk didalamnya adalah Nestlé) yang
terkontaminasi. Pengujian ini dilakukan pada 2008 sampai 2011. Dan Nestle adalah
perusahaan yang mau memperbaiki diri dan mau belajar dari pengalaman pahit yang
menjadikan tantangan sebagai motivator untuk meningkatkan citra perusahaan.

B. Saran
Dari hasil penulisan diatas, maka saran yang dapat diberikan yaitu : Diharapkan PT
Nestlé Indonesia konsisten dalam menjalankan etika bisnisnya untuk menghindari segala
pelanggaran yang kemungkinan bisa terjadi serta dapat mempertahankan &
meningkatkan segala prestasi yang telah dicapai dan terus memberikan dampak yang
positif terhadap bisnisnya dan juga untuk masyarakat luas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Maksum, M. J. S. 2020. Hukum dan Etika Bisnis. Deepublish : Yogyakarta.

http://prantikoairlanggasakti.blogspot.com/2016/11/pelanggaran-etika-bisnis-pada-pt-nestle.html

https://www.kompasiana.com/cookyazizah/62e2916e08a8b5337c4f7857/pelanggaran-etika-
bisnis-pertanian-studi-kasus-perusahaan-nestle?page=4&page_images=1

Febrianty, Nurmiati, P. Luthfi, S. Sirait, N. Virginia , Julyanthry E. Dharma, dan A. Sudarso.


Pengantar Bisnis : Etika, Hukum dan Bisnis Internasional. 2020. Yayasan Kita Menulis : Medan

Lestari, F. D. (2019). KEMITRAAN PT NESTLE INDONESIA DENGAN GAPOKTAN


ALAM LESTARI SEJAHTERA DI KECAMATAN SUMBERJAYA KABUPATEN
LAMPUNG BARAT.

Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998),
hal. 17. K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), Hal. 5

Richard T. De George, Business Ethics, ed. Ke 2, (New York: MacMillan Pub. Co., hal 9. Dalam
A. Sonny Keraf, Etika bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1998), hal. 59.

16

Anda mungkin juga menyukai