pontesial head dari cairan, disebut pressure head dan disebut velocity head.
Gambar 4.3
Jika terdapat rugi head h antara bagian 1 dan 2, maka persamaan tersebut akan
menjadi
Seandainya ada tambahan energy, missal oleh pompa-pompa atau turbin, maka
persamaannya dimodifikasi menjadi
Gambar 4.4
Analisa titik 1 dan 2 dengan persamaan Bernoulli serta diasumsikan tidak ada rugi-rugi
sehingga akan diperoleh,
Mengingat
Maka,
jadi
Jadi
Beda tekanan antara bagian utama dan sempit dari pipa biasanya diukur dengan
tabung Hg dan air, sehingga
h = x (s-l)
Kalau venturi meter itu dinaikkan relatip terhadap bidang horizontal sehingga bagian 1
dan 2 berada pada ketinggian Z1 dan Z2 diatas bidang acuan, maka persamaan
menjadi,
Gambar 4.5
Jadi untuk suatu laju aliran tertentu, pembacaan dimanimeter akan tetap sama antara
meter horizontal maupun meter yang miring.
Adanya komponen kecepatan yang tegak lurus sumbu akan menyebabkan aliran jet itu
mengalami kontraksi pada saat menjatuhi orifice dan pada daerah tertentu aliran jet itu
akan sejajar.
Daerah ini disebut vena contracta.
dengan Cd= Cc Cv
Dengan Cd adalah koefisien discharge yang merupakan hasil bagi dari discharge
sebenarnya terdischarge teoritis
Mekanika Fluida Page 29
Untuk orifice dengan sisi-sisi dipertajan harga-harga pendekatan Cc, Cv, dan Cd
berturut-turut adalah 0,64: 0,97: dan 0,62.
Harga Cd dapat diperbaiki dengan memasang pipa pada mulut orifice seperti Gambar
4.6. (b) dan (c)
Gambar 4.6
dh
Posisi vena contracta sangat sulit ditentukan begitu pula menghitung luasnya, A2 ,
dalam bentuk relasinya dengan luas orifice. Oleh karena itu konstanta k biasanya
ditentukan secara eksperiment.
Jika h kecil, r praktis konstan harganya, dan dengan demikian persamaan diatas akan
dapat juga digunakan untuk aliran fluida compressible. Orifice jenis ini biasa digunakan
dalam karburator, system-sistem bahan bakar, system-sistem control, dan instalansi
tes mesin.
Jika tabung Pitot ini dipergunakan dalam suatu pipa yang bertekanan, maka bilangan h
menyatakan sekaligus velocity head dan Pressure head dititik pengukuran. Oleh
karena itu jika hendak menentukan velocity head saja maka harus dicari terlebih
dahulu besarnya pressure head.
Agar lebih memudahkan pengukuran, didesainlah suatu tabung Pitot-Statik seperti
gambar 4.10. Tabung ini terdiri dari atas dua tabung konsentris, tabung dalam
keadaan terbuka pada ujung bagian bawah, sedangkan tabung luar mempunyai
lubang yang dimaksudkan untuk mengukur pressure head static. Total head terukur
oleh tabung dalam, outlet kedua tabung itu dihubungkan dengan manometer dan beda
ketinggian cairan dalam manometer itu hanya menyatakan velocity head saja dan
dengan demikian kecepatan aliran dapat ditentukan.
Kalau tabung Pitot itu terlalu besar sehingga mengganggu sifat aliran mala diperlukan
konstanta kalibrasi C dan berarti,
Gambar 4.12 dan kecepatan disetiap pusat bagian luas itu diukur dengan tabung Pitot
Kalau luas penampang saluran atau pipa adalah A, maka kecepatan rata-rata
Dalam hal pipa silindris, profil kecepatannya sama disetiap harga diameter yang sama
dan karenanya maka untuk suatu cincin berjari-jari r dengan luas a. gambar 4.13
Persamaan kontinuitas
dan
Kecepatan tepat pada daerah batas, baik untuk saluran duck ataupun pipa, besarnya
sama dengan nol.
Contoh:
1. Sebuah venturimeter horisontal dengan lebar jari-jari 25 mm ditempatkan
dalam pipa yang berjari-jari 60 mm. Pipa tersebut mengalirkan minyak dengan
density 880 kg/m3 dan beda ketinggian Hg dalam manometer tabung U adalah
220 mm. Koefisien discharge dari meter adalah 0,98. Hitung laju aliran minyak.
Jawab:
A1 A2
Q = Cd 2gh
2 2
A1 - A2
æ ρ Hg ö æ 13,6 ö
h=ç - 1÷.x = ç - 1÷0,220 = 3,52 m
çρ minyak ÷ è0,880 ø
è ø
Jawab:
Laju aliran masa udara = ρ.Q
0,04 = 1,2.Q, diperoleh Q = 0,0333 m3/detik
A1 A 2
Q= 2gh
2 2
A1 - A 2
p p
0,05 2 0,04 2
Q= 4 4 2 (9,8). h = 0,007244 h
2 2
æp 2 ö æp 2ö
ç 0,05 ÷ - ç 0,04 ÷
è4 ø è4 ø
Persamaan momentum diperoleh dari hukum kedua Newton bahwa jumlah gaya
eksternal yang bekerja pada fluida adalah sama dengan laju perubahan cairan sesuai
dengan arah aliran fluida.
Gambar 5.1
Mengacu pada gambar 5.1, gaya dalam arah x yang diberikan fluida pada permukaan
dapat diberikan oleh persamaan,
Gaya yang diberikan oleh semburan pada permukaan adalah sama dan berlawanan
dengan gaya yang diberikan oleh fluida.
Gambar 5.2
Pada gambar 5.2 menunjukkan sebuah semburan dengan luas penampang tertentu
dan bergerak dengan kecepatan V. Setelah mengenai permukaan,kecepatan arah
normal permukaan adalah nol, sehingga besarnya gaya pada permukaan arah normal
adalah,
Gambar 5.3
Kecepatan akhir arah tegak lurus pada plat adalah nol, sehingga diperoleh
Gambar 5.4
Jika tidak ada gesekan pada cairan yang melewati baling-baling, besarnya kecepatan
awal tetap tidak berubah. Kecepatan awal normal untuk baling-baling adalah V dan
komponen kecepatan akhir normal untuk baling-baling adalah –V cosq, disini
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Contoh praktis semburan pada permukaan bergerak adalah pada roda air, dimana
pelat datar secara seri dipasang radial pada pinggiran roda (lihat gambar 5.7).
Gambar 5.7
dimana
diperoleh efisiensi,
Gambar 5.8
Kecepatan relatif dari jet kebaling-baling pada inlet adalah (V-v) dengan gesekan
diabaikan, dan ini berlaku juga pada kecepatan cairan relatif terhadap baling-baling di
outlet. Maka kecepatan absolute cairan dalam arah gerakan baling-baling bisa
dinyatakan v –(V-v) cosq , seperti pada gambar 5.8(b)
Berdasarkan pada daya output dan daya input, dapat diperoleh efisiensi,
Jika q = 0, atau untuk arah berlawanan, besarnya efisiensi adalah 100% dengan
mengabaikan gesekan.
Kasus di atas merupakan dasar dari roda Pelton seperti gambar 5.9, roda W
membawa serangkaian baling-baling yang melengkung dan terpasang secara radial.
Air masuk nosel N dikendalikan oleh katup jarum yang kemudian mengenai baling-
baling dalam arah tangensial pada bagian setengah dari roda. Bagian bawah baling-
baling tersebut dipotong agar tidak menghambat semburan yang datang dalam posisi
vertikal seperi gambar 5.10.
Akibat gesekan, kecepatan relatifdi outlet sedikit berkurang, untuk itu kecepatan relatif
pada inlet agar menjadi besar sudut semburan dibelokkan 160o dan akan mengenai
bagian belakang baling. Dengan cara ini akan dapat memberikan efisiensi maksimum,
untuk kecepatan baling-baling sebesar 0,46 dari kecepatan semburan akan
memberikan efisiensi terbesar yakni sekitar 85%.
Gambar 5.11
Diagram kecepatan relatif pada inlet dan oulet dapat dilihat pada gambar 5.12.
Gambar 5.12
Untuk kasus pada mesin aliran aksial v1 = v2 = v, sehingga besarnya daya output
adalah
Gambar 5.13
Pada belokan pipa dengan sudut belokan sebesar q antara inlet dan outlet, besarnya
gaya arah horisontal adalah,
Jawab:
ω = v/R = 30/(0,3) = 100 rad/detik
N = (60/2π ) x 100 = 955 putaran/menit
Daya maksimum
.
= m (V - v) (1 + cos q )v
p
= 10 3 x x 0,025 2 x 60 (60 - 30)(1 + cos 20) x 30
4
= 51400 W = 51,4 kW
Jika kecepatan keluaran berkurang 10%, momentum akhir dalam arah jet
semula adalah
F = r a V x 0,9 V cosq
2. Motor boat bergerak karena dorongan semburan air. Air tersebut masuk ke
sistem melalui bagian depan motor boat dan dipompa horisontal ke belakang
sehingga menghasilkan semburan. Pada kecepatan 8 m/detik tahanan pada
motor boat sebesar 950 N dan daya yang diberikan pada pompa adalah 14 kW.
Efisiensi pompa 90%. Dengan mengabaikan beda ketinggian antara masukan
air dan semburan, tentukanl;ah laju aliran massa air, diameter semburan dan
efisiensi sistem propulasi.
Jawab:
.
m adalah laju aliran massa air, v kecepatan motor boat, dan V kecepatan
semburan relatif terhadap motor boat.
25200 (V 2 - 64)
=
950 (V - 8)
25200
= (V + 8)
950
V = 18,5 m/detik
Laju aliran massa air
. F 950
m = = = 90,5 kg/detik
(V - v) (18,5 - 8)
Jika diameter semburan d:
.
m=ra V
. p
m = r d2 V
4
p
90,5 = 10 3 d 2 18,5
4
d = 0,079 m
Efisiensi propulsi
daya output semburan x kecepatan
= =
daya input supplay energi ke pompa
950 x 8
= = 0,543 = 54,3%
14000
Reynold (re). Transisi terjadi pada bilangan Reynold yang sedikit lebih besar kalau
kecepatan aliran diperbesar dibanding jika kecepatan aliran diperkecil.
Gambar 6.1
Harga ini disebut bilangan kritis atas dan bilangan kritis bawah, harga bawah dianggap
lebih penting dan didefinisikan sebagai bilangan Reynold kritis. Untuk aliran dalam
pipa silindris, aliran akan laminar bila RE<2000 dan turbulen jika Re>4000. Zone
transisi terletak diantara dua harga yang mempunyai aliran tidak stabil. Untuk cairan
dengan viskositas rendah seperti air, kecepatan aliran dimana terjadi transisi harganya
cukup rendah dan dalam sebagian besar problem hidrodinamika aliran akan turbulen.
Gambar 6.2
Tetapi untuk aliran turbulen, head loss bertambah dengan cepat yaitu:
Gambar 6.5
Keseimbangan gaya-gaya dalam cairan antara bagaian (1) dan (2) menghasilkan :
menyatakan gradient dimana pipa harus ditempatkan agar tekanan tetap uniform.
Kalau gradient hidraulik dituliskan i, maka
Mekanika Fluida Page 50
6.8 Aliran Laminar Melalui Pipa
Gambar 6.6 menunjukkan distribusi kecepatan didalam satu pipa berjari-jari r dan
panjang l
Gambar 6.6
Jika radius y menjadi y +dy, kecepatan bertambah dv, tegangan viskos = -dv/dy
Tahanan viskos pada silinder dengan radius y dan panjang l adalah
Dimana
Jadi
Untuk v = 0 pada y = r,
Untuk
Jadi
Contoh:
1. Pipa air dibesarkan dari diameter 320 mm menjadi 640 mm. Tepat di bagian
yang dibesarkan gradien hidraulik bertambah 0,12 m. Tentukan laju aliran
massa air yang mengalir dalam pipa.
Jawab:
v 12 v 22
= + gradien hidraulik + head loss
2g 2g
v 12 v 22 (v - v ) 2
= + 0,12 + 1 2
2g 2g 2g
Pers. kontinuitas
æd12 ö v1
A 1 v 1 = A 2 v 2 dan diperoleh v 2 = v 1 ç
çd 2
÷=
÷ 4
è 2 ø
P
1,7 m
L1 Q
15 m
L2
Jawab:
v2
Head losses pada masukan dan keluaran berturut-turut adalah 0,5 dan
2g
v2
. Jika permukaan di R dianggap sebagai datum dan tekanan atmosfir p
2g
maka dengan persamaan Bernoulli terhadap titik P dan Q adalah
p æ p ö v 2 4 f (L 1 + L 2 ) v 2 v2
+ 15 = ç ÷ +
çr g ÷ 2g + + 0,5
rg è ø 2gd 2g
v2 æ 4 (0,005) (150) ö
15 = ç1,5 + ÷
2gè 0,2 ø
v2
15 = (16,5 )
2g
Dari dua persamaan tersebut diperoleh
15 16,5
=
4,7 æ L ö
ç1,5 + 1 ÷
è 10 ø
L1 = 36,7 m