LANDASAN TEORI
Magnet adalah logam yang dapat menarik besi atau baja dan memiliki medan
magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di
Asia kecil. Menurut cerita di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah
ditemukan sejenis batu yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau
campuran logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja inilah yang
disebut magnet (Suryatin, 2008).
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah
banyak dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri
atas magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur),
magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan
magnet, magnet elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur)
sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-
kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara
dan selatan. Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet
dengan kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya.
Benda dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan sifat
kemagnetannya yaitu benda magnetik dan benda non-magnetik. Benda magnetik
adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet, sedangkan benda non-magnetik
adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet (Suryatin, 2008). Contoh benda
magnetik adalah logam seperti besi dan baja, namun tidak semua logam dapat
ditarik oleh magnet, sedangkan contoh benda non-magnetik adalah oksigen cair.
Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional (SI) adalah
Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber (1 weber/m2 = 1 tesla)
yang mempengaruhi luasan satu meter persegi (Afza, 2011).
2.2 Medan Magnet
Gambar 2.1 (a) Material magnet lunak (b) Material magnet keras (Afza, 2011).
Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolakbalik
atau frekuensi tinggi, karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi
berulang kali selama selang satu detik. Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet
lunak adalah : induksi jenuh (tinggi), medan koersif (rendah), dan pemeabilitas
maksimum (tinggi). Data selektif terdapat pada tabel 2.2 dan dapat dibandingkan
dengan data tabel 2.1. Rasio B/H disebut permeabilitas. Nilai rasio B/H yang
tinggi berarti bahwa magnetisasi mudah terjadi karena diperlukan medan magnet
kecil untuk menghasilkan rapat fluks yang tinggi (induksi).
Silika (SiO2) adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2, atau nama lain
yaitu oksida silikon (silicon dioxside). Silika merupakan oksida logam golongan
IV dengan satuan struktur primer tehtrahedron SiO4, dimana satu atom silika
dikelilingi oleh empat atom oksigen sebagai mana ditunjukkan pada Gambar 2.3,
gaya-gaya yang mengikat tetrahedral ini berasal dari ikatan ionik dan kovalen oleh
karena itu ikatan tetrahedral kuat. Pada SiO2 murni tidak terdapat ion logam dan
setiap atom oksigen merupakan atom penghubung antara dua atom silicon dan
setiap atom silicon dikelilingi oleh empat atom oksigen (Vlack, 1994).
Silika bisa terdapat dalam bentuk amorf maupun dalam bentuk Kristal dengan tiga
bentuk dasar yaitu kuarsa pada suhu 867oC, tridimit pada suhu 1470oC, dan
kristobalit pada suhu 1730oC (Smith, 1996). Bentuk unit kristal dapat dilihat pada
Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4. Bentuk unit kristal (Shriver dan Atkins, 1999)
Silika (SiO2) dapat diperoleh dari mineral, nabati dan sintesis. Silika mineral
adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian seperti pasir
kuarsa, granit, dan feldsfar yang mengandung kristal-kristal silika (Reig et al.,
1997). Silika mineral biasanya diperoleh melalui proses penambangan kemudian
dilakukan proses pencucian untuk membuang pengotor dan dipisahkan serta
dikeringkan kembali sehingga diperoleh kadar silika yang lebih besar bergantung
dengan keadaan tempat penambangan. Saat ini mineral-mineral tersebut susah
didapatkan maka diperlukan alternatif lain dalam pencarian silika seperti silika
sintesis dan silika nabati.
Silika sintesis didapatkan menggunakan bahan fumed silika, TEOS dan
TMOS (Chartterjee and Naskar, 2004) dapat menggunakan metode pelelehan.
Proses pelelehan dimulai dengan pemanasan dan kristalisasi yang bersesuaian
dengan mineral tersebut. Pelelehan tergantung pada pereduksian suhu leleh,
perubahan dalam medium (Pitak, 1997) dan membutuhkan suhu yang sangat
tinggi. Harganya relatif mahal dan prosesnya sangat rumit sehingga diperlukan
alternatif pencarian sumber silika sebagai penggantinya yaitu silika nabati yang
dapat ditemui pada sekam padi, tongkol jagung, kayu, dan bambu. Silika nabati
yang umum digunakan adalah silika sekam padi dengan kadar silika terbesar yaitu
sebesar 94 – 96 % (Siriluk dan Yuttapong, 2005; dan Houston, 1972). Perolehan
silika sekam padi dapat dilakukan dengan proses sol-gel pada suhu rendah dengan
homogenitas tinggi.
2.4.2. Karakteristik Silika
Tabel 2.3 Karakteristik fisika, mekanika, termal, dan sifat elektrik silika
amorf dan silika kristal (Sigit dan Jetty, 2001).
Dari Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa karakteristik fisik, mekanik, termal dan sifat
elektrik silika amorf dan silika kristal memiliki perbedaan. Dengan demikian
dalam sintesis silika amorf atau silika kristal disesuaikan dengan aplikasi yang
dinginkan. Dalam penggunaan untuk aplikasi katalis diharapkan silika yang
terbentuk adalah silika yang memiliki luas permukaan yang besar, ketahanan
panas yang baik, kekuatan mekanik yang tinggi, dan inert sehingga, dapat
digunakan sebagai prekursor atau penyangga suatu katalis (Benvenutti and
Yoshitaka, 1998; Yang et al., 2006).
2.5 Mixing dan Milling
Blending dan mixing merupakan istilah yang biasa digunakan dalam proses
pembuatan material dengan menggunakan metode serbuk akan tetapi kedua proses
tersebut memiliki arti yang berbeda. Menurut standar ISO, blending didefenisikan
sebagai proses penggilingan suatu material tertentu hingga menjadi serbuk yang
merata pada beberapa komposisi nominal. Mixing atau pencampuran bahan
merupakan salah satu tahapan proses dari teknik metalurgi serbuk.
Pada tahap ini, kehomogenan persebaran partikel penguat dalam matriks
akansangat ditentukan dimana nantinya akan berpengaruh terhadap karakteristik
porositas dan mekanik dari MMCs yang dihasilkan. Banyaknya variabel pada
tahap mixing merupakan permasalahan yang lain dimana perlu upaya kontrol
ekstra terhadap variabel – variabel tersebut apabila diinginkan produk memiliki
kualitas yang sesuai dengan permintaan. (Bradbury, 1979). Proses blending
dilakukan untuk menghasilkan serbuk yang sesuai dengan komposisi dan ukuran
yang diinginkan. Sedangkan mixing didefenisikan sebagai pencampuran dua atau
lebih serbuk yang berbeda (Downson , 1990)
Ada dua tipe pemilingan serbuk,yaitu serbuk dimilling dengan media cairan dan
dikenal dengan proses pengilingan basah.Dan jika dilakukan bukan dengan media
cairan dikenal dengan penggilingan kering.Dan telah dilaporkan bahwa kecepatan
asmofir lebih cepat selama proses penggilingan baasah daripada pemiingan
kering.Kerugian dari penggilingan basah adalah meningkatnya kontaminasi
serbuk.Maka dari itu proses mechanical alloying dilakukan dengan penggilingan
kering.
Gambar 2.5: Material dan bola penghancur didalam vial (dinding vial = lingkaran
dengan garis putus-putus, bola penghancur = bulat hitam besar,
material = bulat hitam kecil).(Fahlefi Diana,2010)
2.8 Karakterisasi
Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan
pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk
keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (densitas ( true density),
partikel size ), analisa struktur dengan menggunakan alat uji OM (Optical
Microscope), dan untuk menganalisa struktur kristal dengan menggunakan
alat uji XRD (X-Ray Diffraction).
2.8.1.1 Densitas
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering
didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v) dalam
hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut (M M. Ristic, 1979).
Dimana:
ρ=m/v
Keterangan :
ρ = massa jenis benda (gr/ml)
m = massa benda (gram)
v = volume benda (ml)
2.8.2 Analisa Sruktur Kristal
2.8.2.1 XRD (X-Ray Diffraction)
Fenomena interaksi dan difraksi sudah dikenal pada ilmu optik. Standar pengujian
di laboratorium fisika adalah untuk menentukan jarak antara dua gelombang
dengan mengetahui panjang gelombang sinar, dengan mengukur sudut berkas
sinar yang terdifraksi. Pengujian ini merupakan aplikasi langsung dari pemakaian
sinar X untuk menentukan jarak antara kristal dan jarak antara atom dalam kristal.