PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
elektronika yang memanfaatkan sifat spin elektron dan sifat muatannya. Devais
difokuskan untuk membuat devais spintronik, yakni suatu devais yang mampu
sehingga lebih efisien untuk aplikasi spin-RAM dan spin-injection (Chen et al.,
sifat feromagnetik (FM) yang stabil pada temperatur ruang. Devais spintronik
memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah laju pemrosesan data yang lebih
tinggi, ukuran devais yang lebih kecil dan padat isi (compact), dan konsumsi
al.,2003).
Diantara senyawa semikonduktor ini, GaN dan ZnO telah mendapat perhatian dari
banyak peneliti karena memiliki band gap yang hampir sama (3,5 eV). Baru-baru
ini ZnO cukup banyak menarik perhatian dari pada GaN dan merupakan bahan
yang menjanjikan untuk ultraviolet (UV), LED dan laser dioda, karena memiliki
band gap (3.37 eV). ZnO telah diprediksi dapat mempertahankan sifat
dari berbagai logam transisi (minsalnya Cr, Co, Ni, dan Fe) pada ZnO yang
banyak digunakan DMS sebagai elemen magnet. ZnO:TM Sangat menarik tidak
hanya dari sisi ferromagnetik suhu kamar, tetapi juga sifat transportasinya (
Morkoc & Zgu¨r, 2007.Zinc Oxide book). Karena energy gap yang tinggi,
semikonduktor ZnO memiliki potensi ada banyak aplikasi (Pivin et al., 2008).
Beberapa metode telah digunakan untuk pabrikasi ZnO doping logam transisi
Fe dan Cr seperti; sol gel (Zhang et al., 2013; Chand et al., 2014), kopresipitasi
(Sharma et al., 2009), solid state reaction (Meyer et al., 2015; Elilarassi et al.,
2012), sputtering (Chang et al., 2010) dan hydrotermal (Chand et al., 2015).
menggunakan metode ball milling dengan waktu milling yang berbeda dengan
doping ZnO dengan variasi waktu milling 1, 4 dan 16 jam, dan variasi komposisi
5,10 dan 30% atom, dimana Fe dan Co dapat mengganti Zn dalam struktur ZnO,
yang menunjukkan terdapat dua sifat magnetik yang hadir, yaitu ferromagnetik
dan paramagnetik pada suhu tinggi dengan metode Mechanical Milling (Meyer &
Damonte, 2015). Telah berhasil dilakukan Fe doping ZnO dengan metode ball
sinter 9000C selama 16 jam, hasil sampel yang berbentuk bulk dimana dengan
meningkatnya persen doping maka kualitas kristal memburuk dan hadirnya fasa
atom, dari hasil menununjukkan tidak terdapat fasa sekunder untuk ZnO doping
dalam kisi Zn. Sifat magnet menunjukkan bahwa sample menunjukkan sifat
paramagnetik pada suhu kamar sementara ZnO doping dengan kosentrasi tinggi (x
memiliki kualitas kristal yang baik dengan kosentrasi doping Cr adalah 2% atom.
wurtzite. ukuran kristal rata-rata berkisar antara 13-25 nm, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa suhu sintering memainkan peran penting dalam
2015).
menggunakan metode sol-gel dengan kosentrasi 5, 10, 15, dan 20% atom, ZnO
semua dopan TM, kromium (Cr) dan besi (Fe), memiliki stabilitas kimia yang
Pada penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu metode sol-gel
hasilnya bisa diaplikasikan pada metode yang lain (Owens, 2009). Pada studi ini
TINJAUAN PUSTAKA
fraksi kecil dari unsur nonmagnetik diganti oleh ion magnetik, umumnya logam
spin dari elektron yang dimilikinya. Campuran (alloy) antara semikonduktor non
magnetik sebagai induk dan ion magnetik ini dikenal dengan istilah Dilute
Seng oksida merupakan senyawa anorganik dengan rumus ZnO (Zinc oxide).
Gambar 2.2 menampilkan serbuk ZnO murni yang sudah ZnO merupakan bubuk
putih yang tidak larut dalam air, dan secara luas digunakan sebagai aditif dalam
berbagai bahan.
paduan golongan II-VI antara logam oksida. Selain sebagai bahan semikonduktor
pemandu gelombang optik. Zinc oxide mempunyai energi gap minimum 3,37 eV
pada suhu ruang (Gao et al., 2004). Zinc oxide juga mempunyai struktur kristal
heksagonal dengan tipe kristal wurtize, Struktur kristal ZnO ditunjukkan pada
Gambar 2.3. ZnO telah diprediksi dapat mempertahankan sifat feromagnetik pada
suhu kamar dengan doping dari berbagai logam transisi (minsalnya Cr, Co, Ni,
dan Fe) yang banyak digunakan untuk bahan DMS sebagai elemen magnet.
Karakterisasi Rumus
molekul ZnO Penampilan
Putih solid Bau
Tanpa bau
Titik lebur(melting point) 19750C (terurai)
Titik didih (boiling point) 23600C
Band gap 3,37 eV
2.2.1 Struktur kristal
Struktur wurtzite memiliki unit sel heksagonal dengan 2 parameter kisi a dan
c dengan rasio c/a = 8/3 = 1,633 ditampilkan pada Gambar 2.3 yang terdiri dari
terdiri dari 2 jenis atom kehilangan tempat terhadap satu sama lain sepanjang tiga
kali lipat c-axis dengan jumlah V= 3/8 = 0,375 (dalam struktur wurtzite yang
cocok) dalam koordinat bertingkat. Parameter kisi ZnO untuk struktur wurtzite
pada temperatur 300 K adalah a = 3,2495 Å dan c = 5,2069 Å. ZnO murni tanpa
digambarkan sebagai bola abu-abu besar dan atom Zn digambarkan sebagai bola
hitam yang lebih kecil dan garis hitam menggambarkan unit sel.
2.3. Doping logam besi (Fe)
Doping logam adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menambahkan
metode yang digunakan untuk mengontrol sifat dari semikonduktor. Besi adalah
logam yang berasal dari biji besi (tambang) yang banyak digunakan dalam
dan nomor atom 26. Besi (Fe) merupakan logam feromagnetik karena memilki
empat elektron tidak berpasangan pada orbital d dan penghantar panas yang baik.
Karakterisasi
Lambang Fe
Penampilan Metalik mengkilap keabu-abuan
Nomor atom 26
Titik lebur(melting point) 15380C
Titik didih (boiling point) 28610C
Krom (Cr) pertama kali ditemukan pada tahun 1797 oleh Vauquelin. Logam
krom berwarna abu-abu, Chrom dilambangkan dengan Cr, yang termasuk dalam
golongan VIB periode 4. Khromium berasal dari bahasa yunani berarti warna.
Khrom mempunyai nomor atom 24 dan berat atom 51,996. Di alam logam khrom
tidak pernah ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan
unsur-unsur lain. Logam ini tidak dapat teroksidasi oleh udara yang lembab
Karakterisasi
Lambang Cr
Penampilan Metalik mengkilap keabu-abuan
Nomor atom 24
Titik lebur(melting point) 19070C
Titik didih (boiling point) 26710C
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan magnet
luar tersebut, seperti terlihat pada Gambar (2.5). Contoh bahan diamagnetik yaitu
masing-masing atomnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomik total
seluruh atomnya dalam bahan nol. Hal ini disebabkan karena gerakan atomya
mensejajarkan diri karena adanya torsi yang dihasilkan, seperti terlihat pada
Gambar (2.6). sifat paramagnet ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang
(a) (b)
Gambar 2.6 Arah domain dan kurva bahan paramagnetik (a). sebelum
diberi medan magnet luar, (b). setelah diberi medan
magnet luar.
Sifat paramagnetik muncul karena adanya atom, molekul, dan cacat kisi yang
memiliki jumlah elektron yang ganjil (adanya elektron yang tidak berpasangan)
sehingga menyebabkan jumlah spin tidak sama dengan nol. Atom dan ion bebas
dengan orbital yang terisi sebagian, seperti unsur transisi, unsur tanah jarang, dan
Mn2+, Fe2+, Co2+, dan Ni2+ untuk logam transisi dan Gd3+ untuk logam tanah
suseptibilitas positif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 (b). Kurva
magnetisasi mengalami satruasi karena semua ion magnet akan memiliki momen
ini disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ini banyak spin
berpasangan ini akan menimbulkan medan magnet, sehingga medan magnet total
yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar. Medan magnet dari masing-
masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantar
luar dihilangkan, akan tetap memiliki medan magnet, karena itu bahan ini sangat
baik sebagai sumber magnet permanen. Contoh bahan ferromagnetik : besi, baja.
Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 7700C dan untuk baja adalah 10430C.
positif yang kecil pada segala temperatur, tetapi perubahan suseptibilitas karena
temperatur adalah keadaan yang sangat khusus. Susunan dwi kutubnya adalah
Gambar 2.9 Arah domain dan kurva bahan anti ferromagnetik, (a)
sebelum diberi medan magnet luar, (b) setelah diberi
medan magnet luar.
2.6. Metode Sol-Gel
Metode sol-gel merupakan salah satu metode yang paling sukses dalam
mempreparasi material oksida logam berukuran nano. Sol adalah suspensi koloid
cairan. Suspensi dari partikel padat atau molekul-molekul koloid dalam larutan,
dibuat dengan metal alkoksi dan dihidrolisis dengan air, menghasilkan partikel
padatan metal hidroksida dalam larutan, dan reaksinya adalah reaksi hidrolisis
Gel (gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan cairan,
energi ikat lebih rendah. Reaksinya adalah reaksi kondensasi, baik alkohol atau
beda bergantung prekursor dan bentuk produk akhir, baik itu berupa powder, film,
aerogel, atau serat. Struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung pada beberapa
hal, diantaranya:
yang cukup sederhana dan mudah. Metode ini merupakan salah satu “wet method”
atau metode basah karena pada prosesnya melibatkan larutan sebagai medianya.
fase menjadi sol (koloid yang mempunyai padatan tersuspensi dalam larutannya)
dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi mempunyai fraksi solid yang lebih besar
Prekursor atau bahan awal dalam pembuatannya adalah alkoksida logam dan
polikondensasi untuk membentuk koloid, yaitu suatu sistem yang terdiri dari
dalam suatu pelarut. Bahan awal atau prekursor juga dapat disimpan pada suatu
yang kemudian dimasukkan ke dalam suatu container yang sesuai dengan bentuk
fiber atau serat, membrane, aerogel, atau juga untuk mensitesis bubuk baik butiran
Dari beberapa tahapan proses sol-gel, terdapat dua tahapan umum dalam
Kimia sol gel adalah didasarkan pada hidrolisis dan kondensasi dari
prekursor. Umumnya pada sol gel ditujukan pada penggunaan alkoksida sebagai
prekursor, kimia sol gel dapat disederhanakan dengan persamaan reaksi berikut.
(2) Kondensasi
Polimerisasi sol-gel terjadi dalam tiga tahap:
Gambar 2.11 (a) Tahapan Pembuatan Sol dan (b) Tahapan Pembuatan Gel.
pematangan gel yang terbentuk. Proses ini lebih dikenal dengan proses ageing.
Pada proses pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan gel yang lebih
2.6.4. Pengeringan
Tahapan terakhir adalah proses penguapan larutan dan cairan yang
tidak diinginkan untuk mendapatkan struktur sol gel yang memiliki luas
menentukan fasa yang terbentuk setelah serbuk mengalami proses sintering. Dari
data yang dihasilkan dapat diprediksi ukuran kristal serbuk. Ukuran kristalin
lebar puncak yang dihasilkan, maka makin kecil ukuran kristal serbuk. Hubungan
antara ukuran kristal dengan lebar puncak difraksi sinar-X dapat dihitung dengan
[2.1]
yang digunakan (λ = 1,5406 Å), θ adalah sudut Bragg, β adalah FWHM (full
width at half maximum) satu puncak yang dipilih (Aryanto et al., 2016),
persamaan 2.2,
[2.2]
Untuk menghitung nilai dari konstanta kisi diperoleh dari persamaan 2.3 berikut:
[2.3]
Prinsip XDR adalah pada saat suatu material dikenai sinar- X, maka intensitas
sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini
disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-
atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut ada
yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling
menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan itulah
λ, jatuh pada sudut θ pada sekumpulan bidang atom berjarak d, sinar yang
dipantulkan dengan sudut θ hanya dapat terlihat jika berkas dari setiap bidang
yang berdekatan saling menguatkan. Oleh sebab itu, jarak tambahan satu berkas
dihamburkan dari setiap bidang berdekatan, dan menempuh jarak sesuai dengan
mempelajari sifat magnet bahan. Dengan alat ini akan dapat diperoleh informasi
luar yang digambarkan dalam kurva histereis. Momen magnet sampel dideteksi
dengan menempatkan koil didekat sampel yang bervibrasi didalam medan magnet
penghantar itu sendiri. Besarnya hambatan tergantung dari beberapa faktor, yang
antara lain ditentukan oleh jenis bahan. Karakteristik listrik dari komponen-
arus dan tegangan (I-V meter), yang merupakan sebuah piranti ukur utama yang
Setiap bahan memiliki sifat yang berbeda-beda mulai dari sifat fisis, sifat
mekanis dan sifat kimiawi. Sifat fisis yaitu sifat yang dimiliki suatu bahan yang
dapat kita amati secara langsung, sedangkan untuk mengetahui sifat mekanik dan
kimiawinya itu tidak bisa dilihat secara langsung, maka haruslah dilakukan
Untuk mengetahui seberapa cepat dan seberapa besar suhu yang dapat
berubah pada sebuah benda dapat menghantarkan panas seberapa besar suhu yang
dapat berubah pada bahan itu maka kita harus mengetahui konduktivitas listrik
dan resistivitas bahan tersebut. Konduktivitas listrik (s) adalah ukuran dari
kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda
Konduktivitas listrik didefinisikan sebagai rasio dari rapat arus terhadap kuat
medan listrik. Konduktivitas suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk
dan luas penampang (A). Besarnya tahanan dapat dihitung dengan rumus :
[2.4]
Dimana:
ρ : resistivitas (Ω cm)
[2.5]