TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Nanomaterial
Nanomaterial adalah suatu landasan nanosains dan nanoteknologi
yang memiliki potensi untuk merevolusi cara membuat bahan dan produk
yang telah mempunyai dampak komersial yang signifikan dan diyakini
7
akan meningkat di masa mendatang yang dapat dilihat pada Gambar 2.2
(Alagarasi, 2011).
8
(multilayers), dua dimensi (lapisan besar ultrafine atau lapisan terkubur),
dan tiga dimensi (bahan nanofase yang terdiri dari butiran berukuran
nanometer yang sama) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3
(Alagarasi, 2011)
Gambar 2. 3 Klasifikasi Nanomaterial (a) 0D bola dan kluster (b) 1D serat nano,
kabel dan batang (c) 2D film, pelat dan jaringan (d) 3D nanomaterial ( Alagarasi,
2011)
.
2.3 Seng Klorida (ZnCl2)
Seng Klorida adalah nama senyawa kimia dengan rumus ZnCl2 dan
hidratnya. Bentuk kristal dari seng klorida diketahui, tidak berwarna atau
putih, dan sangat larut dalam air. Seng klorida bersifat higroskopis dan
bahkan deliquescent. Sampel dari senyawa ini harus dilindungi dari sumber
kelembapan karena uap air yang hadir di udara lingkungan. Aplikasi seng
klorida sangat luas seperti pengolahan tekstil, fluks metalurgi, dan sintesis
kimia (Wicaksono, 2013). Kelebihan dari ZnCl2 sebagai agen pengaktivasi
adalah waktu dan suhu karbonisasi yang relatif rendah serta ukuran pori dari
karbon aktif mayoritas mikropori (Tanumiharja, 2015).
9
piezoelektrik, dan emisi ultraviolet yang kuat dengan energi ikat eksiton 60
meV lebih besar dari energi termal pada temperatur ruang (Goswami, 2018).
Material ZnO ini kebanyakan digunakan pada aplikasi elektronik seperti
LED, sensor, dan juga sel surya ( Shen L, 2006). ZnO memiliki sifat
penghilang bau dan anti bakteri pada ukuran partikel yang halus, dengan
memperkecil ukuran ZnO sampai skala nanometer yang berkaitan dengan
perbaikan rekombinasi eksitonik pada ZnO sendiri dan besarnya energi
fonon yang mencapai 72 meV. Eksiton yang bebas dapat dengan mudah
terionisasi dengan proses penghamburan dari fonon. Kekuatan fonon ini
dapat memperkecil ukuran dari ZnO yang menyerap kuat fonon dengan
energi lebih besar dari celah pita (Cheng, 2008). Salah satu kegunaan pada
konversi energi yang mengubah energi cahaya matahari menjadi listrik
adalah sel surya. Cara kerja sel surya sifatnya berkaitan dengan
semikonduktor dengan energi celah pita yang besar. Diperlukan teknik yang
dapat memaksimalkan ZnO sebagai bahan semikondukor untuk sel surya.
Teknik tersebut merupakan sel surya tersensitisasi pewarna. Semikonduktor
pada sel surya diisyaratkan memiliki struktur nano yang dapat menghasilkan
perubahan energi yang efisien. ZnO memiliki sifat-sifat untuk kegunaan
sebagai semikonduktor, tidak diperlukan doping untuk mempermudah
proses pembuatan ZnO yang sesuai untuk sel surya tersensitisasi pewarna
(Lukas, 2007). Salah satu sifat pada nanopartikel ZnO yang diperhatikan
adalah perlakuan panas, yaitu annealing. Pengaturan temperatur annealing
dibutuhkan guna menghasilkan performa DSSC yang maksimal.
Peningkatan temperatur annealing mempengaruhi jumlah butir, kemampuan
absorbansi pewarna dan kerapatan arus (Syukron, 2013).
Penggunaan ZnO sebagai bahan semikonduktor pada sel surya
tersensitisasi pewarna pada awal dekade 1990-an, didapatkan sel sruya
tersensitisasi pewarna dengan efisiensi yang cukup baik yang berupa oksida
titanium. ZnO sebagai bahan semikonduktor untuk sel surya yang
mempunyai sifat menyerupai TiO2 (Barkschat, 2008).
Material ZnO ini dapat dibentuk menjadi nanorods, nanowires,
nanotube, nanodiscs, nanokristal, dan nanosheet (Primawati, 2016). Oleh
10
karena itu, material ini sering dipelajari sebagai material aktif pada
perangkat optoelectronic, transparent conduct, dan piezoelectric material
(Zhang, 2013). Struktur nano yang dimiliki ZnO satu dimensi (nanorods,
nanowires, dan nanotube) dapat memfasilitasi transport pembawa muatan
yang lebih efisien karena memiliki batas butir yang lebih rapat (Syafinaz,
2011). Struktur nanopartikel ZnO dapat disintesis dengan berbagai metode
seperti evaporasi termal, molecul beam epitaxy (MBE), deposisi
elektrokimia, spray pyrolysis, dan sol-gel. Dari beberapa metode tersebut,
metode sol-gel yang paling relatif sederhana dengan biaya yang relatif
murah diantara metode lainnya (Zhang, 2013).
11
dapat disimpan pada suatu substrat untuk membentuk film (seperti melalui
dip-coating atau spin-coating), yang kemudian dimasukkan kedalam suatu
kontainer yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan contohnya untuk
menghasilkan suatu keramik monolitik, gelas, fiber atau serat, membran,
aerogel, atau juga untuk mensintesis bubuk baik butiran mikro maupun
nano. Dari beberapa tahapan proses sol-gel, terdapat dua tahapan umum
dalam pembuatan metal oksida melalui proses sol-gel, yaitu hidrolisis dan
polikondensasi. Pada tahap hidrólisis terjadi penyerangan molekul air
(Widodo, 2010).
Metode sol-gel banyak dimanfaatkan khususnya pada proses sintesis
material yang dapat memperlihatkan kemurnian, homogenitas dan
modifikasi sifat material dengan mengubah parameter kisinya (Zawrah,
2009). Metode sol-gel telah menunjukkan bahwa pada proses sol-gel tidak
hanya memperlihatkan material yang homogen, tetapi dapat digunakan
untuk sintesis berbagai macam material campuran antara organik dan
anorganik (Bandyopadhyay, 2005).
2.6 Molaritas
Molaritas merupakan besaran untuk menyatakan konsentrasi atau
kepekatan dalam suatu larutan (Ardianto, 2016). Larutan terdiri dari zat
terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent), larutan tidak hanya berbentuk
cair tetapi berbentuk gas atau padat. Secara sistematis perhitungan yang
berkaitan dengan konsentrasi larutan dibagi menjadi dua, yaitu molaritas
(M) dan molalitas (m) suatu larutan (Azizah, 2017) .
Molaritas dapat dihitung dengan Persamaan (2.1).
(2.1)
(2.2)
12
(2.3)
13
yang sangat penting untuk mengukur panjang gelombang sinar-X dan
untuk mengukur struktur kristal (Young, 2004).
Prinsip kerja XRD secara umum adalah XRD terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu tabung sinar-X, tempat obyek sampel dan detektor
sinar-X yang berisi katoda yang memanaskan filamen, sehingga
menghasilkan elektron. Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan
elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai tingkat
energi yang tinggi dan menabrak elektron dalam objek akan dihasilkan
pancaran sinar-X. Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan
merekam intensitas refleksi sinar-X. Detektor merekam dan memproses
sinyal sinar-X dan mengolahnya dalam bentuk grafik (Ratnasari, 2009: 3).
14
cara yang sama persis dengan peristiwa pemantulan cahaya di bidang
cermin (Agus,2012).
15
tetap bagi suatu sistem kristal tertentu, kecuali jika struktur kristal tersebut
mengalami perubahan (misalnya karena proses interstisi/penyusupan pada
material). Oleh karena itu, metode difraksi dapat dibagi menjadi dua jenis,
yakni berdasarkan perubahan panjang gelombang (metode Laue) dan
berdasarkan perubahan sudut difraksi (Metode Debye-Scherrer) (Agus,
2012).
16
tabung sumber sinar-X. Oleh karena itu, dikembangkan metode yang lebih
baru oleh Debye-Scherrer, yakni metode serbuk.
17
suatu kristal. Dalam mengenai geometri kristal setiap dalam kristal
sempurna dianggap sebagai suatu titik, tepat pada kedudukan setimbang
setiap atom dalam ruang. Pola geometrik yang diperoleh dinamakan kisi
kristal, seperti Gambar 2.9.
18
F
a≠b≠c
Trigonal/Rhombohedral P
𝛼 = 𝛽 = γ = 90o
ab≠c
Heksagonal P
𝛼 = 𝛽 = 90o , γ = 120o
Pada struktur kristal ZnO memiliki beberapa jenis struktur
diantaranya rocksalt kubik, zincblende kubik , dan wurtzite heksagonal.
ZnO dengan struktur heksagonal wurtzite merupakan struktur yang paling
stabil dalam suhu ruang dibandingkan struktur lainnya karena strukturnya
yang unik, berupa non-sentrosimetri dengan atom Zn dikelilingi oleh
empat atom oksigen, dan sebaliknya (ichwan, 2017). Zincblende kubik
stabil jika tumbuh pada substrat dengan struktur kisi kubik, sedangkan
kubik rocksalt merupakan struktur yang jarang diamati. Dalam kondisi
ruang, fase ZnO yang stabil secara termodinamika adalah fase wurtzite.
Kristal ZnO dengan struktur zink blende dapat menjadi stabil hanya
dengan penumbuhan pada substrat-substrat struktur kubik. Kombinasi
ZnO dengan material ini mampu membentuk sambungan heterogen
metalik/semikonduktor yang dapat meningkatkan performa material
(alfarisa, 2018).
19
capat dibandingkan melalui susunan kristal (French, 1983). Besar butir
tergantung pada laju pendinginan, pendinginan lambat menghasilkan butir
halus (banyak) sedangkan pendinginan cepat menghasilkan butir kasar
(sedikit) karena batas butir berpengaruh atas material (Bransden, 1991).
Ukuran kristal dihitung dengan menggunakan persaamaan Debye
Scherrer (Calvalcante dkk, 2008) :
2.6
Keterangan :
D = Ukuran Kristal (nm)
K = Konstanta (0.9)
λ = Panjang gelombang (nm)
β = FWHM (Full Width Halft Maximum, radian)
θ=
20
% (2.7)
21
Metode : pengaruh variasi pH pada sintesis nanopartikel
ZnO dengan metode sol-gel. Bahan yang digunakan
Serbuk (CH3 COOH)2 Zn.2H2O dilarutkan dalam metanol
diaduk dengan sonikator 750 Watt selama 30 menit dan
1,0 M NaOH yang dilarutkan dalam 500 mL aquabidest.
mentitrasi NaOH diteteskan ke dalam larutan (CH3
COOH)2 Zn.2H2O sehingga mengubah nilai pH
7,8,9,10,11 dan 12.
22
Hasil : struktur kristal berbentuk heksagonal dan ukuran
partikel 48,31 nm.
4. Shi dkk, 2014 nanopartikel ZnO tergantung pada ukuran dan konsentrasi.
Aktivitas antibakteri nanopartikel ZnO dapat ditingkatkan
dengan doping ZnO dengan logam lain. Hasil sampai saat
ini menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO aman hingga
tingkat tertentu, tetapi dapat menjadi racun pada
konsentrasi yang lebih tinggi.
Metode : Bahan yang digunakan untuk sintesis
nanopartikel ZnO yaitu Zinc Acetate Dyhidrate, Zinc
Nitrate, ZnCl2, dan NaOH dengan menggunakan 2 metode
: metode hidrotermal dan metode sol-gel.
Preethi dkk,
5.
2016
Hasil : Hasil menunjukkan bahwa sintesis ZnO dengan
metode hidrotermal dan sol-gel pada suhu yang berbeda.
dalam kedua metode rata-rata ukuran kristal dihitung dari
ola XRD ditemukan berada dalam kisaran 20-30 nm.
23
mengalami kenaikan ukuran partikel.
24