Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia negara yang merupakan terletak di garis khatulistiwa dan memiliki

iklim tropis sehingga menyebabkan pancaran sinar matahari yang diterima

sangatlah besar. Sinar matahari merupakan sumber energi utama yang tidak akan

habis jika dipakai manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Sesuai dengan

prinsip kerja sel surya yaitu dapat mengubah energi matahari menjadi energi

listrik, maka Indonesia memiliki potensi sumber tenaga surya yang sangat besar

sebagai sumber energi alternatif [Yulika, dkk., 2014].

Sebagai salah satu energi alternatif, energi matahari merupakan sumber

energi yang sedang giat dikembangkan saat ini. Energi matahari yang sampai ke

bumi, ada yang diabsorb oleh atmosfer dan ada yang direfleksikan kembali, hanya

sedikit digunakan untuk membantu siklus air dan yang ditangkap untuk

fotosintesis. Sebagian besar energi matahari diradiasikan sebagai panas. Indonesia

sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadikan sel surya sebagai salah satu

sumber energi masa depan mengingat posisi Indonesia pada garis khatulistiwa

yang memungkinkan sinar matahari dapat optimal diterima di hampir seluruh

Indonesia sepanjang tahun.

Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) sebagai solar sel organik yang meniru

kemampuan fotosintesis tumbuhan merupakan alternatif pembangkit energi yang

sedang giat dikembangkan. Solar sel ini memanfaatkan kemampuan pewarna

1
untuk menyerap cahaya matahari kemudian melepaskan elektron yang akan

mengalir pada sirkuit sebagai arus listrik dan kembali melalui elektrolit cair. Salah

satu perbedaan mendasar antara DSSC dan solar cell konvensional adalah proses

konversi energi, dimana DSSC memiliki cara kerja yang menyerupai proses

fotosintesis tanaman dengan memanfaatkan dye sebagai penghasil muatan dan

lapisan TiO2 sebagai tempat separasi muatan, sedangkan pada solar cell

konvensional, produksi muatan dan separasi muatan dilakukan dan terjadi di

lapisan silikon. DSSC ini juga memiliki beberapa keuntungan antara lain dimana

proses fabrikasinya yang mudah dan sederhana tanpa menggunakan alat yang

canggih dan mahal sehingga biaya pembuatan dapat lebih murah. Bahan dasar sel

surya ini juga mudah diperoleh karenakan DSSC menggunakan dye dari ekstraksi

bahan – bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber pewarna alternatif.

Makalah ini difokuskan untuk menganalisi karakteristik DSSC berdasarkan

teknik pembuatan lapisan eletroda kerja dari bahan TiO 2 dengan metode spin

coating dan slip casting. Zat warna atau dye alami sebagai penyerap cahaya

matahari yang digunakan berbasis antosianin dari kelopak bunga mawar. Lapisan

TiO2 ini digunakan dalam pembuatan stuktur DSSC karena Titanium dioksida

(TiO2) merupakan material semikonduktor yang efektif, efisien, dan juga memiliki

karakteristik yang sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Selain itu TiO 2 juga

merupakan salah satu jenis material semikonduktor yang menarik karena mudah

diperoleh, murah, tidak berbahaya (beracun) dan tidak korosif.

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh perbedaan metode pelapisan TiO2 terhadap

karakteristik material tersebut dan apakah dengan dilakukannya penelitian ini

dapat diketahui metoda mana yang paling baik dalam meningkatkan efesiensi

daya serap energi matahari.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui karakteristik Dye

Sensitized Solar Cells (DSSC) yang menggunakan TiO2 sebagai bahan

elektroda kerja. Bahan semikonduktor TiO2 yang dideposisikan ke atas FTO

menggunakan metode spin coating dan slip casting.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari makalah ini yakni :

1. Semikonduktor pada DSSC menggunakan material TiO2 dan dye

pewarna yang digunakan pada DSSC berbasis antosianin dari kelopak

bunga mawar

2. Metode deposisi TiO2 yang digunakan adalah Spin Coating dan Slip

Casting

3. Karakteristik yang di uji adalah, karakteristik morfologi, absorbansi, dan

kurva I-V.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Energi Surya (Matahari)

Energi cahaya matahari atau yang sering disebut dengan energy surya,

merupakan energi yang berasal dari matahari dan termasuk golongan sumber

energi yang tidak akan habis dan tidak terbatas jumlahnya. Potensi matahari

sebagai sumber energi sangat besar, hal ini dikarenakan jumlah energi yang

dihasilkan oleh matahari sebesar 3,7 x 1023 kW, namun energi yang sampai ke

bumi hanya sekitar 1,7 x 1014 kW [Ginley, 2013].

Energi matahari dapat dikembangkan pemanfaatannya dalam bentuk yang

terbarukan sebagai alternatif pengganti energi konvensional dimana sumber energi

matahari berjumlah besar dan bersifat kontinu. Berdasarkan sifat-sifat fisik dari

energi surya, kita dapat memanfaatkannya baik secara langsung maupun tidak

langsung. Penggunaan secara langsung sudah sering dilihat pada pemanasan atau

pengeringan, contohnya menjemur padi, proses pembuatan garam dan lain-lain.

Pada penggunaan secara tidak langsung diperlukan suatu teknologi konversi

seperti penggunaan sel surya DSSC.

2.2 Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)

Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) atau disebut juga sel Grätzel pertama kali

ditemukan oleh Michael Gratzel dan Brian O’Regan pada tahun 1991 di École

Polytechnique Fédérale de Lausanne, Swiss. Berbeda dengan sel surya

konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia yang menggunakan

elektrolit sebagai medium transport muatan untuk mengkonversi cahaya matahari

4
menjadi energi listrik. Efisiensi konversinya dapat mencapai 10-11% [Muliani,

dkk., 2012].

Teknologi DSSC muncul dari konsep fotosintesis buatan yang mencoba

meniru kemampuan tanaman untuk mengubah sinar matahari menjadi energi yang

berguna. Pada DSSC, zat warna klorofil berfungsi sebagai penyerap cahaya, di

mana molekulnya tereksitasi ke bentuk energi yang lebih tinggi oleh cahaya yang

masuk. Energi ini dikumpulkan oleh struktur elektrolit dan katalis, yang

strukturnya lebih seperti daun pada fotosintesis [Kumara, dkk., 2012].

2.3 Material Penyusun DSSC

Material penyusun Dye Sensitized Solar cell (DSSC) antara lain elektroda

kerja yang terdiri dari substrat kaca Transparant Conductive Oxide (TCO), metal

oksida Titanium Dioxide (TiO2), dye alami, elektrolit, dan elektroda lawan

(katoda): platina atau karbon hitam yang dilapiskan ke sebuah kaca konduktor

(gambar 2.1).

Gambar 2.1 Struktur Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) [Kumara, dkk., 2012].

5
2.3.1 Substrat (Kaca FTO)

Substrat yang digunakan pada DSSC yaitu jenis TCO (Transparant

Conductive Oxide) yang merupakan kaca transparan konduktif. Material yang

umumnya digunakan yaitu Flourine-doped tin Oxide (SnF atau FTO) dan Indium

Tin Oxide (ITO). Kaca FTO (Flourine doped Tin Oxyde) merupakan salah satu

material TCO yang juga banyak digunakan sebagai transparant elektrode. Hal ini

karena stabilitas yang baik pada suhu tinggi dan harganya relatif murah

dibandingkan dengan ITO. Kaca FTO terbuat dari Indium Oxide sebagi bahan

dasr material, yang didoping oleh Sn (Timah) untuk meningkatkan konduktivitas

listriknya.

2.3.2 Semikonduktor TiO2

Sebuah metal-oksida / oksida semikonduktor digunakan sebagai kolektor

elektron sekaligus sebagai anoda. TiO2 paling banyak digunakan karena

efisiensinya lebih tinggi dari yang lain. TiO2 merupakan bahan semikonduktor

yang bersifat inert, stabil terhadap fotokorosi dan korosi oleh bahan kimia.

Khusus untuk aplikasinya dalam DSSC, TiO 2 berperan sebagai fotokatalis. Sifat

fotokatalis TiO2 yang tinggi namun memiliki energi gap yang cukup besar

menyebabkan daya serap terhadap cahaya berada di spektrum sinar violet dan

ultra violet, ketika dye terdeposisi pada TiO 2, sinar yang diserap lebih banyak

dengan kata lain spektrum penyerapan menjadi lebar yaitu dari sinar tampak

sampai sinar ultraviolet. Kelebihan lain dari TiO2 adalah memiliki luas permukaan

per volume, sehingga dye terserap lebih banyak dan akan meningkatkan arus

[Arista, dkk., 2016]. Film TiO2 memiliki band gap yang tinggi (>3eV) dan

6
memiliki transmisi optik yang baik. Lebar pita energinya yang besar (> 3eV),

TiO2 yang digunakan pada DSSC umumnya berfasa anatase karena mempunyai

kemampuan fotoaktif yang tinggi. TiO2 dengan struktur nanopori yaitu ukuran

pori dalam skala nano akan menaikan kinerja sistem karena struktur nanopori

mempunyai karakteristik luas permukaan yang tinggi sehingga akan

meningkatkan jumlah dye yang teradsorb yang implikasinya akan menaikan

jumlah cahaya yang terabsorb [Kumara, dkk., 2012].

2.3.3 Dye

Dye yang teradsorpsi pada permukaan TiO2 merupakan zat pewarna yang

berfungsi sebagai penyerap (absorbsi) cahaya matahari untuk menghasilkan

elektron. Dye yang banyak digunakan dan mencapai efisiensi tertinggi yaitu jenis

ruthenium kompleks. Namun dye jenis ini cukup sulit untuk disintesa dan

ruthenium kompleks komersil berharga sangat mahal. Alternatif lain dengan

menggunakan dye dari tumbuhan. Proses fotosintesis pada tumbuhan telah

membuktikan adanya senyawa pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai dye,

antara lain : antosianin, klorofil, dan xantofil. Didapatkan efisiensi konversi energi

yang lebih baik pada turunan dyes klorofil tersebut karena memiliki gugus

carboxylate.

2.3.4 Elektrolit

Elektrolit berfungsi untuk meregenerasi dye. Elektrolit yang digunakan pada

DSSC terdiri dari iodine (I-) dan triiodide (I3-) sebagai pasangan redoks dalam

pelarut. Karakteristik ideal dari pasangan redoks untuk elektrolit DSSC yaitu :

7
a. Potensial redoksnya secara termodinamika berlangsung sesuai dengan

potensial redoks dari dye untuk tegangan sel yang maksimal. 

b. Tingginya kelarutan terhadap pelarut untuk mendukung konsentrasi yang

tinggi dari muatan pada elektrolit.

c. Pelarut mempunyai koefisien difusi yang tinggi untuk transportasi massa

yang efisien.  

d. Tidak adanya karakteristik spektral pada daerah cahaya tempak untuk

menghindari absorbsi cahaya datang pada elektrolit.

2.3.5 Elektroda Lawan

Elektroda lawan digunakan sebagai katalis dalam DSSC. Penggunaan

katalis yang umum yaitu platina dan karbon. Penggunaan masing- masing jenis

elektroda mempunyai kelebihannya masing-masing. Katalis dibutuhkan untuk

merpercepat kinetika reaksi proses reduksi triiodide pada TCO. Kay & Gratzel

mengembangkan desain DSSC dengan menggunakan elektroda lawan karbon

sebagai film katalis. Karena luas permukaanya yang tinggi, eletrodakarbon

mempunyai keaktifan reduksi triiodide yang menyerupai elektroda platina

[Kumara, dkk., 2012].

2.4 Prinsip Kerja DSSC

8
Gambar 2.3 Diagram Sistematik DSSC [Millington, 2009].

Pada dasarnya prinsip kerja DSSC mengkonversi energi cahaya ke listrik

dalam skala molekular dalam bentuk reaksi dari transfer elektron. Proses pertama

dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada dye akibat absorbsi foton,

dimana ini merupakan salah satu peran dari sifat TiO 2. Ketika foton dari sinar

matahari menimpa elektroda kerja pada DSSC, energi foton tersebut diserap oleh

dye yang melekat pada permukaan TiO2, sehingga dye mendapatkan energi untuk

tereksitasi. Dye yang tereksitasi akan membawa energi dan diinjeksikan ke pita

konduksi pada TiO2, dimana TiO2 berperan sebagai sebagai akseptor atau kolektor

elektron.

Elektron kemudian akan ditransfer melewati rangkaian luar menuju

elektroda pembanding (elektroda yang mengandung lapisan karbon). Elektrolit

(pasangan iodide dan triodide) yang bertindak sebagai mediator elektron sehingga

dapat menghasilkan proses siklus dalam sel. Ion Triodide menangkap elektron

yang berasal dari rangakaian luar dengan bantuan molekul karbon sebagai katalis.

Elektron yang tereksitasi masuk kembali ke dalam sel dan dibantu oleh karbon

sehingga dapat bereaksi dengan elektrolit yang menyebabkan penambahan ion

iodide pada elektron. Kemudian satu ion iodide pada elektrolit mengantarkan

elektron yang membawa energi menuju dye teroksidasi. Elektrolit menyediakan

elektron pengganti untuk molekul dye teroksidasi. Sehingga dye kembali ke

keadaan awal [Ekasari, dkk., 2013].

Tegangan yang dihasilkan oleh sel surya TiO2 tersensitisasi dye berasal dari

perbedaan tingkat energi konduksi elektroda semikonduktor TiO2 dengan

9
potensial elektrokimia pasangan elektrolit redoks (I-/I3-). Sedangkan arus yang

dihasilkan dari sel surya ini terkait langsung dengan jumlah foton yang terlibat

dalam proses konversi dan bergantung pada intensitas penyinaran serta kinerja

dye yang digunakan.

2.5 Spin Coating

Metode spin coating merupakan metode yang digunakan untuk

mengaplikasikan lapisan di atas suatu substrat dengan memanfaatkan gaya semu

sentrifugal dengan menggunakan laju putar spin tertentu. Larutan yang digunakan

harus homogen [Yulika, dkk., 2014]. Spin coating dapat diartikan sebagai

pembentukan lapisan melalui proses pemutaran (spin). Bahan yang akan dibentuk

lapisan dibuat dalam bentuk larutan (gel) kemudian diteteskan diatas substrat yang

disimpan di atas piringan yang dapat berputar. Karena adanya gaya sentrifugal

ketika piringan berputar maka bahan tersebut dapat tertarik ke pinggir substrat dan

tersebar merata. Selain untuk penumbuhan bahan semikonduktor, teknik spin

coating juga dapat digunakan untuk mendeposisi lapisan tipis bahan lainnya

seperti bahan polimer maupun bahan keramik oksida. Proses spin coating

dilakukan dengan memutar alat coater dengan kecepatan tinggi (rpm) dalam

waktu tertentu. Semakin cepat putaran, akan diperoleh lapisan tipis yang semakin

homogen dan tipis. Dengan spin coating dimungkinkan dapat diperoleh kualitas

lapisan tipis yang semakin sempurna [Pratiwi, dkk., 2016].

2.6 Slip Casting

Metode slip casting merupakan metode paling murah jika dibandingkan

dengan metode yang lainnya. Alat yang digunakan juga mudah ditemukan. Untuk

10
meratakan TiO2 yang sudah dideposisikan di atas TCO, hanya dibutuhkan spatula.

Metode ini memiliki ketebalan bergantung pada selotip yang diberikan [Yulika,

dkk., 2014].

2.7 Karakteristik pada Sel Fotovoltaik (Kurva IV)

Pengukuran arus-tegangan dilakukan saat kondisi gelap dan terang. Efisiensi

konversi DSSC berkaitan langsung dengan tiga parameter, yaitu Isc (short circuit

current), Voc (open circuit voltage), dan FF (Fill Factor). Isc merupakan arus

rangkaian pendek yang terjadi ketika tengangan bias sama dengan nol. Arus ini

sama dengan jumlah dari foton yang dikonversikan menjadi pasangan elektron-

hole. Parameter kedua adalah tegangan rangkaian terbuka (Voc). Voc merupakan

potensial maksimum yang dicapai ketika arus tidak mengalir karena semua

exciton terekombinasi sehingga dalam DSSC tidak mengalir arus. Parameter

ketiga adalah fill factor (FF). Fill factor merupakan luasan efektif yang didapatkan

kurva hubungan antara tegangan terhadap arus sel surya [Pratiwi, dkk., 2016].

Gambar 2.7 Karakteristik arus tegangan (kurva I-V) [Karina, 2012].

Gambar 2.7 menunjukkan ketika sel dihubungkan dengan beban (R). Beban

memberi hambatan sebagai garis linear dengan garis I/V = 1/R. Hal tersebut

menunjukkan daya yang didapat bergantung pada nilai resistansi. Jika R kecil

11
maka sel beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi sebagai sumber

arus yang konstan atau arus short circuit. Pada sisi lain, jika R besar, sel

beroperasi pada daerah kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai sumber tegangan

yang konstan atau tegangan open-circuit. Jika dihubungkan dengan dengan

hambatan optimal Ropt berarti sel surya menghasilkan daya maksimal dengan

tegangan maksimal dan arus maksimal [Karina, 2012].

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digulakan dalam penelitian ini diantaranya

dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya


No Alat dan Bahan Fungsi
1 Dye antosianin Zat warna penyerap cahaya.
2 Elektrolit Untuk meregenerasi dye
3 Elektroda lawan Sebagai katalis dalam DSSC
4 Kamera AFM Untuk memperbesar dan melihat
struktur morfologis sampel
5 XRD ( x-Ray Diffraction ) Menganalisa bentuk, ukuran dan
sifat mineral dari berbagai material
atau bahan.
6 Spektrofotometer UV-Vis Untuk mengukur sifat absorban
sampel
7 Keithley I-V meter tipe 2602A Mengukur nilai dari Im, Vm, Ics,
system source dan Voc. Im dan Voc
8 Pasta TiO2 Sebagai sampel penelitian
9 Etanol Pelarut sampel
10 FTO Sebagai transparant elektrode
11 Spatula Perata sampel pada kaca FTO
12 Magnetic stirrer Pengaduk material

3.2 Diagram Alir Penelitian

13
Diagram alir penelitian ini ditampilkan pada gambar dibawah ini

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian ini memiliki beberapa

langkah kerja, yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Proses pelapisan dan pengeringan lapisan TiO2

14
Pasta TiO2 dibuat dengan melarutkan 0,5 gr serbuk TiO2 dalam 2 mL

etanol untuk teknik slip casting dan melarutkan 0,5 gr serbuk TiO 2 dalam 4 mL

etanol untuk teknik spin coating. Pasta tersebut diaduk dengan magnetic stirrer

selama 30 menit dengan kecepatan putar 300 rpm, agar larutan homogen.

Selanjutnya pasta TiO2 yang telah siap dilapiskan di atas permukaan FTO dengan

teknik slip casting yaitu dengan cara meratakan pasta TiO 2 di atas permukaan

FTO dengan spatula. Sedangkan teknik spin coating dilakukan dengan cara

meneteskan pasta TiO2 sampai permukaan FTO tertutup pasta TiO 2 dan diputar

dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 detik sampai 3 kali pelapisan.

Sesudah proses pelapisan, FTO yang telah terlapisi TiO2 dibiarkan

mengering di udara terbuka. Kemudian elektroda yang telah dibuat tersebut siap

untuk dehidrolisis pada suhu 400°C selama 10 menit agar material organiknya

menguap. FTO yang terlapisi TiO2 digunakan sebagai elektroda kerja dalam

struktur sandwich DSSC. Elektroda lawan dibuat dengan memberi lapisan karbon

dari jelaga lilin ke atas permukaan FTO, sedangkan elektrolit terbuat dari

polyethylenglicol (PEG), potassium iodide (KI), dan iodine (I2). Dye antosianin

terbuat dari ekstraksi bunga mawar yang dilarutkan dalam metanol.

3.3.2 Pengujian fase TiO2 menggunakan XRD

Serbuk TiO2 dikarakterisasi menggunakan XRD dari sudut 20°-80°. Sinar-

X yang digunakan berasal dari Cu dengan panjang gelombang 0,15406 nm. Dari

hasil karakterisasi ini dapat dilihat fase kristalnya. Penentuan fase yang terjadi

15
pada serbuk TiO2 tersebut dilakukan dengan membandingkan puncak-puncak

pada hasil karakterisasi dengan JCPDS database anatase dan rutile. Dari pola

difraksi dapat diketahui bahwa serbuk dominan mengandung fase anatase. Fase

anatase memiliki aktivitas fotokatalitik yang baik.

3.3.3 Morfologi Lapisan TiO2

Foto morfologi permukaan lapisan TiO2 yang dideposisi di atas FTO

diambil oleh kamera AFM.. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat

morfologi dan sifat absorbansi dari TiO2 yang telah dilakukan pelapisan

menggunakan metode slip casting dan spin coating.

3.3.4 Pengujian tengangan dan arus

Pengujian tegangan dan arus yang dihasilkan DSSC dilakukan dengan

menghubungkan probe positif pada susbtrat yang terlapisi karbon dan probe

negatif pada substrat yang terlapisi TiO2. Data yang diperoleh dari pengujian ini

berupa grafik karakteristik I-V. Pengujian dilakukan dalam dua kondisi, yaitu

kondisi gelap dan terang. Dari grafik I-V akan diperoleh nilai efisiensi.

DAFTAR PUSTAKA

16
Arista, Anggia., Dahlan, Dahyunir,. & Syukri. 2016. Sintesis Lapisan TiO2 Pada

Substrat ITO Menggunakan Metode Elektrodeposisi dan Spin

Coating. Padanng: Jurnal Ilmu Fisika (JIF), Vol 8, No 1.

Ekasari, Vitriany., & Yudoyono, Gatut. 2013. Fabrikasi Dssc dengan Dye

Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Linn Var. Rubrum) Variasi

Larutan TiO2 Nanopartikel Berfase Anatase dengan Teknik Pelapisan

Spin Coating. Surabaya: Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol 2, No.1.

Ginley, David. 2013. arpa.e. High-Temperature Solar Thermoelectric Generators

(STEG). [pdf]. (diakses tanggal 1 Oktober 2013).

Kumara, Maya Sukma Widya, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si. 2012. Studi Awal

Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Dengan Menggunakan

Ekstraksi Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) Sebagai Dye

Sensitizer Dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya Pada DSSC.

Surabaya: Digilib ITS.

Karina., & S, Satwiko. Studi Karakteristik Arus-Tegangan (Kurva I-V) pada Sel

Tunggal Polikristal Silikon Serta Pemodelannya. Jakarta: Digilib

UNJ.

Muliani, Lia., Rosa, Erlyta Rosa., Hidayat, Jojo., dkk. Pembuatan Sel Surya

Berbasis Dye-Sensitized Menggunakan Substrat Fleksibel. Bandung :

Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri ITB.

Millington, K.R.. 2009. Dye-Sensitized Cells. Australia : Elsevier B. V.

Pratiwi, Dinasti Dwi., Suryana, Risa., & Nurosyid, Fahru. 2016. Pemanfaatan

Antosianin dari Ekstrak Kol Merah (Brassica oleracea var) sebagai

17
Pewarna Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC). Surakarta: Indonesian

Journal of Applied Physics, Hal-6.

Pertiwi, Puji., Huda, Ichsanul., & Drs. Gontjang Prajitno M.Si. 2015.

Pembentukan Lapisan Tipis Menggunakan Metode Spin Coating dan

Larutan MMA. Surabaya: Digilib ITS.

Yulika, Deni., Kusumandari., & Suryana, risa. 2014. Pelapisan TiO2 di atas FTO

dengan Teknik Slip Casting dan Spin Coating untuk Aplikasi DSSC.

Surakarta: Jurnal Fisika Indonesia No: 53, Vol 18.

18

Anda mungkin juga menyukai