Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

DEGRADASI SENYAWA ORGANIK BERWARNA DENGAN


SEMIKONDUKTOR TITANIUM DIOKSIDA
(FOTOKATALIS)

Disusun Oleh:

Nama : Nensi Ulfatun Khasana

Nim : 19728251031

Prodi/Kelas : Pendidikan Kimia/B

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hari Sutrisno, M.Si

Dr. Dyah Purwaningsih, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
PERCOBAAN IV
DEGRADASI SENYAWA ORGANIK BERWARNA DENGAN
SEMIKONDUKTOR TITANIUM DIOKSIDA
(FOTOKATALIS)

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui penguraian senyawa organik berwarna oleh
TiO2 dengan bantuan sinar matahari atau UV (Fotokatalis).
B. DASAR TEORI
Fotokatalis adalah suatu bahan yang mampu mempercepat laju reaksi
oksidasi maupun reduksi melalui reaksi fotokimia serta bersifat semikonduktor.
Semikonduktor jika terkena sinar UV atau sinar matahari dengan energi foton
yang sama atau lebih besar dari energi eksitasi elektronnya (hv≥EG) akan
membentuk elektron di pita konduksi dan hole di pita valensi (Wulandari,
dkk., 2014). Elektron bereaksi dengan oksigen dalam air membentuk
anion (O2-) yang kemudian mengoksidasi secara kuat hidroksil radikal (•OH).
Sedangkan hole mengoksidasi hidroksil yang terlarut dan mengubahnya menjadi
radikal dengan energi yang besar. Hidroksil radikal dengan energi besar akan
mendekomposisi polutan organik dalam zat cair menjadi gas yang selanjutnya
menguap atau menjadi zat lain yang tidak berbahaya (Dini, 2014).
Fotokatalitik adalah suatu proses reaksi kimia yang dibantu oleh cahaya
dan materi katalis padat. Proses fotokatalitik menggunakan semikonduktor pada
penyinaran yang sesuai (misalnya TiO2, penyinaran lampu UV pada panjang
gelombang dibawah 365 nm) telah dipahami menjadi proses yang lebih maju dan
menarik perhatian luas dalam berbagai aplikasi lingkungan untuk
mendekomposisi kontaminan organik menjadi spesies anorganik yang lebih
sederhana.
Fotodegradasi (fotokatalitik degradasi) senyawa organik dapat diartikan
sebagai suatu teknik mendestruksi senyawa organik secara oksidatif
menggunakan cahaya dan melibatkan katalis yang dapat mempercepat fotoreaksi
tersebut. Teknik ini dapat digunakan untuk mengolah polutan organik di dalam
air dan udara. Secara umum terdapat dua macam senyawa yang ditambahkan
untuk mempercepat proses fotodegradasi senyawa organik, yaitu oksidan kimia
dan fotokatalis yang biasanya berupa semikonduktor. (Puri Ardiani, 2010).
Fotokatalis yang paling banyak dipelajari adalah TiO2 dan ZnO yang
memiliki energi celah atau energi gap Eg yang sama (3,2 eV) dan memiliki
fotosensitifitas dan kestabilan yang sangat tinggi. Diantara beberapa logam
fotokatalis, oksida Ti dilaporkan memiliki aktivitas yang cukup besar dan efektif
selain murah dan non toksik. Dalam reaksi fotokatalis dengan TiO2 dalam
bentuk kristal anatase TiO2 dilaporkan sebagai komponen aktif sedangkan
dalam bentuk rutile kurang menunjukkan aktifitasnya. TiO2 dengan bentuk
kristal anatase dan rutile jika dikenai suatu sinar UV dengan λ < 385 nm untuk

anatase dan λ = 405 nm untuk rutile, akan menghasilkan spesies ditunjukkan H+


pada permukaannya. Oleh karenanya TiO2 mampu mengoksidasi spesies kimia
yang mempunyai potensi redoks yang lebih kecil. Pengurangan ukuran

kristal berguna untuk menekan rekombinasi fotoeksitasi electron (e-) dan

lubang (H+) (Fatimah,2005).


Titanium dioksida (TiO2) juga bisa disebut Titania atau Titanium (IV)
oksida merupakan bentuk oksida dari titanium secara kimia dapat dituliskan
TiO2. Senyawa ini dimanfaatkan secara luas dalam bidang anatas sebagai
pigmen, bakterisida, pasta gigi, fotokatalis dan elektroda dalam sel surya.
Titanium dioksida (TiO2) dapat dihasilkan dari reaksi antara senyawa titanium
tetraklorida (TiCl4) dan O2 yang dilewatkan melalui lorong silika pada suhu
700oC. Senyawa TiO2 bersifat amfoter, terlarut secara lambat dalam H2SO4(aq)
pekat, membentuk kristal sulfat dan menghasilkan produk titanat dengan alkali
cair. Sifat senyawa TiO2 adalah tidak tembus cahaya, mempunyai warna putih,
lembam, tidak beracun, dan harganya relatif murah. Titanium dioksida dapat
dihasilkan dari proses sulfat ataupun klorin (Linsebigler, 1995).
Titanium dioksida memiliki tiga struktur kristal yaitu rutil, anatase dan
brukit, namun hanya rutil dan anatase yang cukup stabil keberadaannya dan biasa
digunakan sebagai fotokatalis yang memiliki aktivitas fotokatalis yang baik
adalah anatase. Perbedaan massa jenis (3,9 g/cc untuk anatase dan 4,2 g/cc untuk
rutil), luas permukaan, densitas aktifnya, perbedaan tingkat energi hasil
hibridisasi yang berasal dari kulit 3d, titanium bertindak sebagai pita konduksi,
sedangkan tingkat energi hasil hibridisasi yang berasal dari kulit 3d, titanium
bertindak sebagai pita konduksi, sedangkan tingkat energi hasil hibridisasi dari
kulit 2p oksigen bertindak sebagai pita valensi, pita konduksi dan besarnya energi
diantara keduanya akan berbeda bila lingkungan dan/atau penyusunan atom Ti
dan O dalam kristal TiO2 berbeda, seperti pada struktur anatase (Eg = 3,2 eV)
(Gunlazuard, 2001).
Bentuk titanium dioksida yang stabil adalah rutil, dimana bentuk lain
titanium dioksida berubah pada suhu tinggi. Rutil mempunyai struktur kristal
mirip dengan anatas, dengan pengecualian bahwa Ti-O oktahedral patungan 4
sisi bukan 4 sudut. Struktur rutil dan anatas dapat digambarkan sebagai rantai
oktahedral TO6 kedua struktur kristal dibedakan oleh distorsi oktahedral dan pola
susunan rantai oktahedralnya.
Ada tiga struktur kristal utama TiO2, yaitu anatase (tetragonal), rutile
(tetragonal) dan brookite (ortorombik). Meskipun struktur mereka sama-sama
berbentuk oktahedral (TiO6), namun berbeda satu sama lain dalam distorsi
oktahedral dan pola perakitan rantai oktahedral (Winkler, 2003). Hanya rutile
dan anatase yang cukup stabil keberadaannya dan biasa digunakan sebagai
fotokatalis (Tjahjanto dan Gunlazuardi, 2001).
Gambar 1. Struktur kristal utama TiO2
Studi tentang fotokatalis, oksigen (O2) memainkan peran penting dalam
akseptor elektron primer. Elektron akan ditransfer ke oksigen dan selanjutnya
menghasilkan H2O2 dan OH. Sementara itu, hvb+ bereaksi dengan molekul air
teradsorpsi di permukaan atau permukaan kelompok titanol (>TiOH) dan
akhirnya radikal terhidroksi juga terbentuk. H2O2 memberikan kontribusi untuk
jalur degradasi dengan bertindak sebagai akseptor elektron atau sebagai sumber
langsung (Hoffman dkk, 1995).
Secara keseluruhan, reaksi fotokatalis dapat dilihat pada gambar 2.3.
Awalnya, e- dan hѵb+ yang dihasilkan dengan mengunakan energi foton (hv) yang
memiliki energi lebih sama atau lebih tinggi dari pada energi bang gap TiO2.
Elektron (e-) dan hole (hub+) yang masih berada dalam pita valensi kemudian akan
begerak ke permukaan TiO2 untuk mereduksi atau mengoksidasi. Di sisi lain, e-
dan hub+ bisa bergabung kembali lagi yang dapat terjadi pada sisi dalam dan
dipermukaan (Mills, 1997). Proses rekombinan biasanya dianggap sebagai
proses penonaktifan sebagai reaksi fotokatalitik.
Secara umum, fenomena fotokatalitik pada permukaan semikonduktor
dapat dipahami dengan penjelasan seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Jika suatu
semikondutor tipe n dikenai cahaya (hυ) dengan energi yang sesuai, maka
elektron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita konduksi, dan meninggalkan
lubang positif (hole, disingkat sebagai h+) pada pita valensi. Sebagian besar
pasangan e- dan h+ ini akan berekombinasi kembali, baik di permukaan atau di
dalam bulk partikel. Sementara itu sebagian pasangan e- dan h+ dapat bertahan
sampai pada permukaan semikondutor. Dimana h+ dapat menginisiasi reaksi
oksidasi dan dilain pihak e- akan menginisiasi reaksi reduksi zat kimia yang ada
disekitar permukaan semikonduktor (Nagaveni, 2004).

Gambar 2. Proses utama yang terjadi dalam suatu partikel semikonduktor:


(a). pembangkitan elektron-kekosongan, (b). oksidasi Donor (D), (c). reduksi
Aseptor (A), (d). rekombinasi permukaan dan (e). rekombinasi volume.
Metilen blue merupakan senyawa aromatis heterosiklik dengan rumus
molekul C16H18N3SCl. Pada suhu kamar berupa padatan hijau gelap,yang jika
dilarutkan dalam air akan menjad ilarutan berwarna biru. Larutan metilen blue
dapat memberikan warna biru apabila berada pada lingkungan dengan tingkat
oksidasi yang tinggi.

Gambar 3. Strukturkimiametilenblue.
Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada
spectrum daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter
yang dapat menyediakan cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya
menjadi komponen warnanya dan dapat langsung menjadi cahaya monokromatis
dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya mengandung kekuatan
foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan mengadsorp
foton,sehingga jumlah foton berkurang(Nair,2007).
C. ALAT DAN BAHAN
a) Tabel 1. Alat yang digunakan:
Gambar Keterangan Jumlah

Pipet Volume 20 mL 1 Buah

Gelas Beker 50 mL 2 Buah

Labu Ukur 100 mL 2 Buah

Lampu UV
(Menggunakan Sinar
Matahari)
Spektrofotometer sinar
tampak

b) Bahan yang digunakan:


1. Aquades
2. Metilen Biru
3. TiO2 Anatas
D. CARA KERJA PRAKTIKUM

1 mL Metilen Blue 0,2 g/1000 mL diencerkan


hingga 100 mL menggunakan labu ukur 100 mL

100 mL larutan yang telah dibuat, dibagi ke dalam


gelas beker masing-masing sebanyak 50 mL

Larutan A Larutan B
sebanyak 50 mL sebanyak 50 mL

Ditambah 0,03 gram


Titanium dioksida (TiO2)

Larutan A Larutan B

Kedua larutan didiamkan selama 3 hari,


lalu diamati perubahan yang terjadi

Kedua larutan didiamkan selama 3 hari, lalu


diamati perubahan yang terjadi
E. DATA HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan kualitatif setiap perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kualitatif
Hasil Pengaatan
No. Larutan Perlakuan Sebelum Terpapar Setelah Terpapar
UV UV
Metilen biru
1 Gelas Larutan A ditutup dengan Warna larutan biru Warna larutan biru
plastik
Warna larutan biru
Metilen biru + Warna larutan putih
2 Gelas Larutan B keruh ada sedikit
TiO2 pudar ada endapan
endapan

Sebelum terpapar UV

Sesudah terpapar UV
F. ANALISIS DATA
Pengenceran Metilen Blue
1 mL Metilen Blue 0,2 gram/1000 mL dienecerkan hingga volumenya menjadi 100
mL 0,2 gram/100 mL = 200 mg/L
= 200 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
200 ppm × 1 mL = M2 × 100 mL
200
M2 = 100

M2 = 2 ppm
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka konsentrasi Metilen Blue yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebesar 2 ppm.
G. PEMBAHASAN
Telah dilakukan praktikum percobaan tentang pH asam asetat pada berbagai
konsentrasi pada tanggal 18 Oktober 2019 Laboratorium Kimia Anorganik dan
Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta pada pukul 10.00 – 12.00 WIB. Kegiatan
tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui penguraian senyawa organik berwarna
oleh TiO2 dengan bantuan sinar matahari atau UV (Fotokatalis). Alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker 50 ml, labu ukur 100 ml, pipet
volume 20 mL, lampu UV (menggunakan sinar matahari). Sedangkan bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metilen biru, TiO2 anatase.
Langkah yang dilakukan yaitu 1 mL metilen biru 0,2 g/1000 mL diencerkan
hingga 100 mL menggunakan labu ukur 100 mL, 100 m L larutan yang telah
dibuat, dibagi ke dalam gelas beker masing-masing sebanyak 50 mL. Kemudian
larutan dibagi menjadi 2 bagian. Larutan gelas kimia A dan larutan gelas kimia B
. Larutan gelas kimia A metilen biru dan larutan gelas kimia B larutan metilen biru
+ Titanium dioksida (TiO2) 0,03 gram. Selanjutnya kedua larutan diletakkan di
suatu tempat yang terpapar sinar matahari (sinar UV). Mendiamkan kedua larutan
selama 3 hari lalu mengamati perubahan yang terjadi. Warna larutan pada gelas
kimia A awalnya berwarna biru namun setelah terpapar sinar UV warna larutan
menjadi biru. Warna larutan pada gelas kimia B ke2 awalnya warna larutan biru
keruh ada sedikit endapan namun setelah terpapar sinar UV warna larutan menjadi
putih pudar dan terdapat endapan putih.
Fotokatalis merupakan reaksi yang melibatkan cahaya (fotoreaksi) dan
mengalami peningkatan kecepatan reaksi akibat adanya katalis yang mengabsorbsi
energi cahaya ultraviolet (UV) sehingga menghasilkan senyawa pereduksi dan
pengoksidasi pada permukaan katalis. Fotokatalis didasarkan pada kemampuan
ganda suatu material semikonduktor (dalam praktikum ini TiO2) untuk menyerap
foton dan melakukan reaksi transformasi antar muka material secara simultan.
Proses fotokatalis banyak diaplikasikan untuk penghilangan atau
pendegradasian polutan cair menjadi senyawa yang lebih ramah lingkungan. Dalam
percobaan ini yaitu degradasi terhadap senyawa metilen blue. Fotokatalis heterogen
didefinisikan sebagai proses katalisis dimana satu atau lebih tahapan reaksi
berlangsung dengan kehadiran pasangan electron-hole yang dihasilakn pada
permukaan bahan semikonduktor yang diiluminasi oleh cahaya pada tingkat energi
yang sesuai. Percobaan ini bahan semikonduktor yang digunakan yaitu TiO2
nanotube dan TiO2 anatas.
Titanium dioksida (TiO2) yang juga bisa disebut Titania atau Titanium (IV)
oksida merupakan bentuk oksida dari titanium secara kimia dan dapat dituliskan
TiO2. TiO2 merupakan semikonduktor yang berfungsi sebagai fotokatalis yang
memiliki fotoaktivitas tinggi dan stabilitas kimia. TiO2 memiliki potensial oksidasi
yang besar, sehingga cukup kuat untuk mengoksidasi kebanyakan zat organik
menjadi air, asam mineral, dan karbon dioksida, juga untuk mendegradasi
mineralisasi komplek senyawa-senyawa organik. Titanium dioksida memiliki tiga
fase struktur kristal, yaitu anatas, rutil, brookit.
Pada praktikum ini Titanium dioksida yang digunakan berstruktur kristal
anatas. Penggunaan TiO2 berstruktur ini didasarkan pada kemampuan
fotoaktivitasnya, dimana kemampuan fotoaktivitas semikonduktor TiO2
dipengaruhi oleh morfologi, luas permukaan, kristanilitas dan ukuran partikel.
Anatas diketahui sebagai kristal titania yang lebih fotoaktif daripada rutil. Hal ini
disebabkan harga Eg TiO2 jenis anatas yang lebih tinggi yaitu sebesar 3,2 eV
sedangkan rutil sebesar 3,0 eV. Harga Eg yang lebih tinggi akan menghasilkan
luas permukaan aktif yang lebih besar sehingga menghasilkan fotoaktivitas yang
lebih efektif. Semakin kecil bentuk dan ukuran kristal menunjukkan sifat
fotokatalitik yang lebih baik, dikarenakan memiliki luas permukaan area yang
cukup tinggi sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas permukaan yang
signifikan.
Keterbatasan semikonduktor sebagai fotokatalis dapat diatasi dengan
memodifikasi permukaan semikonduktor dengan penambahan logam misalnya
dengan penambahan perak ke permukaan TiO2 dapat meningkatkan aktivitas
fotokatalis. Dalam percobaan ini Ag yang teremban pada TiO2 digunakan untuk
meningkatkan aktivitas fotokatalis. Senyawa TiO2 anatas. Penambahan logam
pada permukaan senyawa semikonduktor diketahui dapat mengatasi keterbatasn
semikonduktor sebagai fotokatalis, dalam hal ini mengubah sifat permukaan TiO2
dan meningkatkan aktivitas fotokatalitik dan efisiensi degradasi dari reaksi
fotokatalisis. Mekanisme migrasi elektron pada permukaan semikonduktor
yangtermodifikasi logam melalui tahap eksitasi elektron dari pita valensi ke
pitakonduksi dan setelah mengalami eksitasi, elektron bermigrasi menuju logam
dan terperangkap dalam logam, sehingga rekombinasi electron-hole dapatditekan,
dan hole leluasa berdifusi ke permukaan semikonduktor di mana pada permukaan
tersebut akan terjadi oksidasi senyawa-senyawa yang didegradasi. Logam sendiri
mempunyai aktifitas katalitik dan memodifikasi sifat fotokatalitik semikonduktor
melalui perubahan distribusi elektronnya.
Proses yang terjadi pada tahap fotokatalis yaitu TiO2 menerima energi
foton dari sinar matahari. Proses fotodegradasidapatterjadijika energi foton yang
diperoleh lebih besar daripada energi bandgap antara pita valensi dan pita
konduksi, jika energinya lebih kecil maka elektron tidak akan mempunyai cukup
energi untuk naik ke pita konduksi. Energi ini mengakibatkan 1 elektron pada
pita valensi TiO2 memiliki energi yang cukup untuk naik ke pita konduksi,
dengan naiknya 1 elektron ke pita konduksi, maka terbentuk satu hole pada pita
valensi. Dengan mekanisme fotokatalisis heterogen seperti berikut:
1). Pembangkitan pembawa muatan
TiO2 + hv  hvb+ + ecb-
2). Penjebakan pembawa muatan
hvb++ >TiIV−OH  {>TiIV−OH•}+
ecb- + >TiIV−OH  {>TiIII−OH}
ecb- + >TiIV  >TiII
3). Penyatuan kembali pembawa muatan
hvb+ + {>TiIII−OH}  >TiIV−OH
ecb-+ {>TiIV−OH•}+  >TiIV−OH
4). Transfer muatan pada antar muka
{>Ti−OH•}+ + Red  >TiIV−OH + Red•+
etr- + OX  >TiIV−OH + OX•-
Kemudian pada tahap berikutnya hole pada pita valensi dan 1 elektron pada
pita konduksi akan terjebak pada permukaan TiO2. Hole yang terdapat pada
permukaan ini kemudian akan bereaksi dengan OH- yang terbentuk dari
dissosiasi air. Reaksi antara hole dan ion hidroksida ini kemudian akan
membentuk suatu radikal OH• yang sangat reaktif, dan dapat bereaksi dengan
komponen organik sehingga komponen organik tersebut dapat terdegradasi
menjadi suatu senyawa yang lebih kecil, dan tidak berbahaya. Dalam hal ini,
metilen biru akan terdegradasi sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
2C16H18N3SCl + 51O2 → 2 HCl + 2H2SO4 + 6 HNO3 + 32CO2 + 12H2O
Metilen biru akan terdegradasi menjadi molekul-molekul yang lebih
sederhana seperti air, karbondioksida, asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida
dengan perbandingan tertentu sesuai dengan koefisienya.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
− Larutan metilen biru sebelum terpapar sinar UV berwarna biru muda, setelah
terpapar sinar UV warna larutan menjadi biru.
− Larutan metilen biru ditambah TiO2 sebelum terpapar sinar UV berwarna biru
namun lebih keruh, setelah terpapar sinar UV warna larutan menjadi biru pudar
terdapat endapan putih.
G. PERTANYAAN
1. Mengapa semikonduktor lain, misalnya: ZnS (Eg=2,5 eV) tidak banyak
digunakan sebagai fotokatalis, pada memiliki energy gap (Eg) lebih kecil
dibandingkan TiO2 (Eg = 3,2 eV) ?
Jawab:
Karena TiO2 memiliki kelebihan yaitu kemampuan fotoaktivitas semikonduktor
TiO 2 dipengaruhi oleh morfologi, luas permukaan, kristanilitas dan ukuran
partikel. Serbuk TiO2 dengan struktur rutil paling luas penggunaanya karena
indeks biasnya yang tinggi, warna yang kuat, dan sifat kimianya yang inert.
Struktur anatas lebih baik untuk aplikasi sel surya berbasis sensitiser zat warna
pada lapis tipis TiO2. Luas permukaan aktif dipengaruhi oleh harga Eg. Harga Eg
yang lebih tinggi akan menghasilkan luas permukaan aktif yang lebih besar
sehingga menghasilkan fotoaktivitas yang lebih efektif. Hal ini lah yang
menyebabkan ZnS tidak banyak digunakan sebagai fotokatalis, bila ditinjau dari
harga Eg nya.
DAFTAR PUSTAKA
Dini, E. W. P., dan Wardhani, S., 2014, Degradasi Metilen Biru Menggunakan
Fotokatalis ZnO-Zeolit, Chem. Prog., Vo. 7., No. 1, Hal. 29-33.
Fatimah, 2005, Sintesis TiO2/zeolit Sebagai Fotokatalis pada Pengolahan Limbah Cair
Industri Tapioka Secara Adsorpsi-Fotodegradasi, TEKNOIN, Vol. 10, No. 4,
257-267.
Gunlazuard, J., 2001. Fotokatalis pada Permukaan TiO2: Aspek Fundamental dan
Aplikasinya. Jurusan Kimia F-MIPA UI: Jakarta.
Kormann C., D.W. Bahnemann, M.R.J.Hoffmann. 1989. Photo Chem. Photobiol.
Chemical Reviews,Vol. 48. 161 –169.
Puri Ardiani. 2010. Efektivitas Katalis TiO2 dengan Pengemban Mg(OH)2.5H2O pada
Fotodegradasi Zat Warna Rhodamine B. Skripsi. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Tabel Hasil-hasil gambar percobaan praktikum

Gambar 1. 1 mL Metilen Blue 0,2 g/1000 mL diencerkan hingga 100 mL


menggunakan labu ukur 100 mL

Gambar 2. Hasil pengenceran Metilen Blue + Akuades sampai 100 mL

Gambar 3. 100 mL larutan yang telah dibuat, dibagi ke dalam gelas beker
masing-masing sebanyak 50 mL larutan A dan Larutan B
Tabel Hasil-hasil gambar percobaan praktikum

Gambar Penimbangan 0,03 gram Titanium dioksida (TiO2)

Gambar Larutan A Metilen Blue

Gambar Larutan B Metilen Blue + Titanium dioksida (TiO2)

Gambar Larutan A Metilen Blue dan Larutan Metilen Blue + Titanium


dioksida (TiO2) sebelum terpapar sinar UV

Anda mungkin juga menyukai