Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

KAPITA SELEKTA KIMIA ANORGANIK


DOSEN: Dr.Ani Iryani, M.Si

Kelompok 4 : Titanium Dioksida (TiO2) Sebagai Fotokatalis


Disusun Oleh :
Rafa Amitullah 062118067

Rifatusaidah Napisah 062118072

Titanium Dioksida atau bisa disebut Titanium (IV) Oksida merupakan


suatu oksida titanium yang terbentuk secara alami dan memiliki rumus kimia
TiO2. TiO2 merupakan bahan semikonduktor yang digunakan sebagai komponen
utama cat, pigmen, kosmetik dan bahan makanan. Aplikasinya termasuk
sterilisasi atau desinfeksi, pencegahan noda, sensor gas, perangkat elektron
kromik, pelapis antirefleksi untuk sel fotovoltaik, oksidasi katalitik karbon
monoksida dan fotodegradasi polutan organik dalam air dan udara.
TiO2 banyak digunakan sebagai pigmen dan zat pemutih karena
kecerahan dan indeks bias yang tinggi. Hal ini membuat TiO 2 ideal untuk aplikasi
pada produk seperti cat, pelapis, plastik, kertas, tinta, makanan dan pasta gigi.
Baru-baru ini TiO2 telah digunakan dalam kosmetik dan tabir surya, bertindak
sebagai pelindung dari radiasi UV, karena memiliki indeks bias yang tinggi dan
ketahanan terhadap perubahan warna di bawah sinar UV.

Titanium Dioksida memiliki 3 struktur yaitu : rutil (tetragonal), anatase


(tetragonal), dan brookite (ortorombik) (Castañeda et al., 2002; Su et al., 2006a;
Wang et al., 2007). Bentuk anatase dan rutil telah dipelajari secara masif dan
diketahui sebagai bahan semikonduktor, dan digunakan untuk berbagai aplikasi
(Hidalgo et al., 2007). Bentuk anatase tampaknya adalah bentuk yang paling
aktif dari berbagai fase (Kabra et al., 2004; Linsebigler et al., 1995). Anatase
merupakan fase metastabil yang dapat diubah menjadi rutil jika dipanaskan pada
suhu tinggi (> 600ºC) (Castañeda et al., 2002). Selain memberikan stabilitas
termal yang sangat baik, juga memiliki sifat fotosensitifitas yang tinggi (Ho dan
Yu, 2006; Venkatachalam et al., 2007) dan sebagai bahan inert, tidak beracun
dan relatif murah secara kimia.
Bentuk Keterangan
Rutile (Tetragonal) Stabil
Anatase (Tetragonal) Meta-stabil dan mudah berubah
Brookite (Orthorombic)
menjadi Rutile ketika dipanaskan

Rutil adalah fase TiO2 yang paling banyak ditemukan di alam dan memiliki
struktur tetragonal dengan bentuk prismatik. Ini biasa digunakan secara luas
dalam pigmen, sebagai bahan kosmetik dan sebagai katalis mendukung,
terutama karena indeks bias yang tinggi. Anatase sebaliknya, memiliki aktivitas
fotokatalitik yang tinggi dan memiliki struktur tetragonal, menampilkan bentuk
bipiramidal. Yang paling sedikit brookite, memiliki struktur ortorombik dan
metastabil, sehingga sulit untuk berproduksi dalam jumlah besar dan murni.
Namun diantara 3 bentuk kristal TiO2 diatas, Brookite cukup sering diamati
karena merupakan produk sampingan ketika pengendapan dalam suasana sedikit
asam pada suhu rendah. Namun Brookite tanpa Rutile dan Anatase, sulit
dipreparasi menjadi fotokatalis sehingga tidak banyak dipelajari. Namun, pada
beberapa tahun terakhir, minat penelitian terhadap Brookite sebagai kandidat
dalam aplikasi fotokatalitik telah meningkat dan menunjukkan bahwa bahan
Brookite dipelajari sebagai fotokatalis responsif sinar UV. Dalam aplikasinya
sebagai fotokatalis, pengetahuan mengenai struktur pita elektronik Polimorf TiO 2
berguna untuk memahami sifat fotokatalitik dari fase murni dan campurannya.

Dari sekian banyak aplikasi TiO2 di industri, salah satu aplikasi yang
difokuskan dalam penelitian yaitu sebagai fotokatalis. Secara khusus, TiO 2 banyak
dipelajari dalam aplikasi fotokatalis karena efisiensinya yang tinggi, tidak
beracun, stabil secara kimia dan biologi serta biaya yang rendah. Fotokatalis TiO2
umumnya diterapkan untuk mendegradasi polutan organik dan anorganik dalam
fase uap dan cair. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penerapan TiO2
memungkinkan untuk melakukan reaksi selektif organik untuk tujuan sintesis.
Fenomena aktivitas fotokatalitik pada TiO2 pertama kali ditunjukkan oleh
Fujishima dan Honda pada tahun 1972, dengan pemisahan fotokatalitik air,
menghasilkan molekul hydrogen. Fotoaktivitas di TiO2 didahului oleh penyerapan
cahaya di daerah spektral UV (penyerapan puncak pita terjadi pada panjang
gelombang 385 dan 411 nm di anatase dan rutil). Ketika energi fotonik lebih
besar atau sama dengan celah pita (3,02-3,23 eV), sebuah elektron dipromosikan
dari pita valensi ke pita konduksi. Setelah itu, terjadi pemisahan elektron dan
lubang elektron pada permukaan TiO2. Hal ini memungkinkan elektron dan
lubang tegabung ke dalam reaksi redoks.
Mekanisme degradasi polutan organik oleh fotokatalis TiO2 ditunjukkan
pada Gambar 2.3. Fotokatalis TiO2 apabila dikenai foton (hv) dengan energi yang
sama atau lebih besar dari energi celah pitanya maka akan terjadi proses
fotoeksitasi yang menghasilkan elektron pada pita konduksi (e - ) dan hole pada
CB
pita valensi (h+VB) dalam skala waktu femtosekon (reaksi 1) yang kemudian
terperangkap dalam skala waktu 100 ps (shallow trap) hingga 10 ns (deep trap)
(Ismunandar, 2006; Park, dkk., 2013). Akan tetapi, elektron pada pita konduksi
juga dapat berekombinasi dengan hole pada pita valensi dalam skala waktu 10-
100 ns (reaksi 2) (Park, dkk., 2013). Rekombinasi elektron-hole dapat terjadi di
permukaan semikonduktor (surface recombination) dan bulk semikonduktor
(volume recombination) dengan melepaskan sejumlah energi panas (Guo, dkk.,
2016). Apabila tidak terjadi rekombinasi, maka mekanisme selanjutnya adalah
transfer muatan antarmuka dari hole yang terperangkap dan elektron dalam
rentang waktu 100 ns hingga 100 ms. Transfer muatan antarmuka dapat terjadi
dengan cara mengoksidasi atau mereduksi kontaminan (reaksi 3 dan 8) dan
dengan menghasilkan oksidan reaktif seperti radikal hidroksil dan anion

superoksida (reaksi 4 dan 9) (Park, dkk., 2013).

Gambar 2.3 Mekanisme degradasi polutan organik oleh semikonduktor


fotokatalis TiO2. 1: Fotoeksitasi menghasilkan elektron dan hole, 2:
rekombinasi elektron-hole, 3: transfer elektron ke akseptor elektron, 4:
transfer elektron ke molekul oksigen, 5: pembentukan radikal
hidroksperoksil, 6: pembentukan hidrogen peroksida, 7: pembentukan
radikal hidroksil, 8: transfer hole ke donor elektron (D: biasanya polutan
organik), 9: transfer hole ke permukaan gugus hidroksil untuk menghasilkan
radikal OH, 10: radikal hidroksil yang dimediasi oksidasi substrat organik
(Park, dkk., 2013)

Reaksi ketiga merupakan reduksi suatu akseptor elektron (A) oleh


elektron pada pita konduksi, sedangkan reaksi kedelapan merupakan reaksi
oksidasi suatu donor elektron (D) oleh hole pada pita valensi (Kohtani, dkk.,
2017). Elektron bebas bereaksi dengan oksigen untuk membentuk anion
superoksida (reaksi 4), sementara hole bereaksi dengan air atau ion hidroksil
untuk membentuk radikal hidroksil (reaksi 9). Anion superoksida dapat

terprotonasi untuk membentuk radikal hidroperoksida (HOO.) (reaksi 5) dan


terprotonasi lanjut untuk membentuk H2O2 (reaksi 6) (Dong, dkk., 2015).
Hidrogen peroksida kemudian bereaksi dengan elektron pada pita konduksi,
sehingga dihasilkan radikal
zat anorganik nontoksik (Dong, dkk., 2015).

Fase murni anatase memiliki aktivitas fotokatalitik lebih tinggi daripada


rutil. Ini terutama karena fakta bahwa rutil mengalami lebih banyak
peristiwa rekombinasi dari lubang elektron. Namun penelitian terbaru
menunjukkan bahwa fase campuran nano-TiO2 memiliki aktivitas fotokatalitik
yang lebih besar daripada anatase murni. Salah satu pendapat untuk
peningkatan aktivitas fotokatalitik adalah pemisahan yang lebih besar dari
pembawa muatan, pasangan lubang elektron di fase campuran daripada di
anatase. Namun alasan lain mengapa fase campuran menunjukkan aktivitas
fotokatalitik yang lebih besar adalah pengenalan situs cacat pada permukaan
kristal, yang secara alami akan menghasilkan lebih banyak situs yang aktif secara
fotokatalitik.
Penelitian (Paola et al., 2013) menuliskan bahwa variasi campuran ketiga
struktur TiO2 yaitu Brookite, Anatase dan Rutile terlihat sangat fotoaktif terutama
untuk reaksi fotooksidasi dalam sistem padat – cair maupun gas – padat yang
mana hal ini disebabkan adanya sambungan diantara fase polimorfik TiO 2 yang
berbeda yang meningkatkan pemisahan dari fotogenerasi lubang pasangan
elektron dan menghambat rekombinasi.
Karena cukup banyak aplikasi di industri yang melibatkan TiO 2, maka baru-
baru ini, ketertarikan pada titanium dioksida (TiO2) berstruktur nano telah
difokuskan pada berbagai potensi aplikasi karena sifat elektronik dan
fotokatalitik yang unik dari TiO2, seperti pemurnian air, penghilang bau di udara,
pembersihan, pelapis anti korosi.
Menurut (Reyes Coronado et al., 2008), Sintesis nanopartikel TiO2 fase
murni dalam anatase, rutile dan struktur brookite dapat menggunakan titania
amorf sebagai bahan awal merupakan hal yang sudah umum dilakukan.
Pembentukan fase murni ini dapat dicapai dengan proses hidrotermal pada suhu
tinggi yang sesuai.
Selain itu ada juga beberapa metode / teknik lain untuk membuat nanopartikel
TiO2 seperti metode sol-gel, deposisi uap kimia, proses solvothermal, sputtering
reaktif, metode misel terbalik, deposisi fase cair, metode elektrokimia. Metode
solvothermal yang relatif sederhana mungkin lebih disukai daripada beberapa
dari metode lainnya, karena tidak adanya peralatan yang kompleks dan proses
pemanasan dengan suhu tinggi, sehingga cocok untuk produksi massal. Tetapi
dari semua metode tersebut, metode sol-gel merupakan salah satu metode yang
paling banyak digunakan untuk pembuatan nanopartikel TiO 2, karena beberapa
keunggulan, seperti homogenitas tinggi, suhu pemrosesan rendah, stabilitas dan
keserbagunaan pemrosesan.
Menurut penelitian (Collazo et al., 2011) Sintesis anatase TiO 2 nanokristal
diperoleh dengan metode sol-gel menggunakan Titanium tetraisopropoksida
dalam etilen glikol. Nanopartikel Titanium dioksida dibuat dengan pengendapan
sol-gel Berbantuan amina dari Ti. Sintesis hidrotermal telah menjadi salah satu
metode Yang paling menjanjikan dan penting yang digunakan Dalam produksi
bahan nano dan teknologi nano. Setelah serbuk TiO2 terbentuk dari proses
hidrotermal kemudian di karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X,
spektroskopi inframerah dan pengukuran luas permukaan (TEM).
Penelitian (Behnajady et al., 2011) juga menunjukkan bahwa Kondisi
optimal untuk sintesis nanopartikel TiO2 dengan aktivitas fotokatalitik yang
sangat baik diperoleh dari prekursor titanium isopropoksida dalam pelarut
metanol dengan rasio molar 1:65:1 (prekursor:air:pelarut) di bawah refluks
selama 3 jam pada suhu refluks 80°C, menggunakan metode pengeringan termal
untuk pengeringan sol dan suhu kalsinasi 450°C. Nanopartikel titanium dioksida
yang diproduksi dalam kondisi optimal menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang
lebih tinggi daripada TiO2–P25.
Kinerja fotokatalisis TiO2 yang disintesis, dipengaruhi oleh beberapa parameter
seperti massa/ konsentrasi, intensitas cahaya, panjang gelombang, pH, suhu,
sifat fotokatalis, ukuran partikel, luas permukaan, sifat adsorpsi serta konsentrasi
substrat. Pada penelitian hasil sintesis fase titanium Dioksida anatase yang
dilakukan (Collazo et al., 2011) menunjukkan bahwa baik suhu dan waktu reaksi
terbukti memiliki pengaruh terhadap ukuran kristal dan luas permukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Paola, Agatino DI. Marianna Belladirta, and Leonardo Palmisano. 2013. Brookite,
the Least Known TiO2 Photocatalyst. Catalyst (3) : 36 – 37.
Behnajady, M. A., H. Eskandarloo, N., Modirshahla, and M. Shokri. 2011.
Investigation of the effect of sol–gel synthesis variables on structuraland
photocatalytic properties of TiO2 nanoparticles. Desalination (278): 10 –
17.
Stride, J. A., and Tuong, N. T. 2010. Controlled Synthesis of Titanium Dioxide
Nanostructures Properties of Titanium Dioxide. Solid State Phenomena
(162) : 261 – 294.
Haider, Adawiyah J. Zainab N. Jameel, and Imad H. M. Al-Hussaini. 2019. Review
on : Titanium Dioxide Applications. Energy Procedia (157) : 17 – 29.
Reyes Coronado, D. G, Rodriguez, M E Espinosa, C Cab, R de Coss and G Oskam.
2008. Phase-pure TiO2 Nanoparticles Brookite and Rutile. Nanotechnology
(19)
Collazzo, G.C., Jahn, S.L., Carreñoand N.L.V., Foletto E.L., (2011). Temperature
And Reaction Time Effects On The Structural Properties of Titanium
Dioxide Nanopowders Obtained via The Hydrothermal Method. Brazilian
Journal of Chemical Engineering Vol. 28, No. 02, pp. 265 – 272.
Castañeda, L., Alons, L. C., Ortiz, A., Andrade, E., Saniger, J.M. and Rañuelos, J.G.
2002. Spray pyrolysis deposition and characterization of titanium oxide
thin films. Mater. Chem. Phys., (77): 938-944.
Hidalgo, M. C., Aguilar, M., Maicu, M., Navio, J. A. and Colón, G. 2007.
Hydrothermal preparation of highly photoactive TiO2 nanoparticles. Catal.
Today, 129, 51-52.
Kabra, K., Chaudhary, R. and Sawhney, R. L. 2004. Treatment of hazardous
organic and inorganic compounds through aqueous-phase photocatalysis:
a review. Ind. Eng. Chem. Res., (43): 7683-7696.
Ho, W. and Yu, J. C. 2006. Sonochemical synthesis and visible light photocatalytic
behavior of Cd/TiO2 nanoparticles. J. Mol. Catal. A: Chem., (247): 268-
274.

Anda mungkin juga menyukai