Anda di halaman 1dari 41

“ RESUME NANO-TiO2 “

PENDAHULUAN
TiO2 (Titanium Oksida) telah banyak digunakan di berbagai bidang
dan banyak diaplikasikan seperti pada tabir surya hingga sel fotovoltaik. TiO2
banyak digunakan karena sifat fitokimianya yaitu dapat menyerap sinar UV
dan memiliki indeks bias yang lebih tinggi sehingga memungkinkan untuk
digunakan sebagai bahan multifungsi. TiO2 banyak diaplikasikan dalam
degradasi dan pemisahan fotokatalitik, sel fotovoltaik, penyimpanan hydrogen,
dan instrumentasi pengindraan.
PENDAHULUAN

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan dijelaskan


mengenai termodinamika, sifat mekanik, dan structural dari TiO2 NMs
yang melibatkan fase kristal, stabilitas fase, dislokasi, kontraksi, dan
perluasan parameter kisi.
01
MATERIAL PROPERTI DARI
NANO-TiO2
TiO2 NMs merupakan oksida logam semikonduktor yang banyak
digunakan karena memiliki stabilitas struktural, elektronik, dan optik
yang tinggi, tidak beracun, tahan korosi dan rendah biaya. TiO2
memiliki tiga polimorf alami yang dikenal sebagai rutile, anatase, dan
brookite.

TiO2 rutile dan anatase memiliki struktur kristal tetragonal yang


dihubungkan oleh rantai TiO6 oktahedral, yaitu setiap sel satuan
mengandung enam atom oksigen dan satu atom Ti. Dimana untuk
setiap jenis struktur TiO2 memiliki perbedaan pada perakitan rantai
oktahedral dan distorsi oktahedronnya.
Berdasarkan gambar tersebut
dapat dilihat bahwa TiO2 dengan struktur
rutile, TiO6 oktahedronnya menunjukkan
distorsi ortorombik tidak beraturan dan
menunjukkan simetri yang lebih rendah
dari ortorombik dalam struktur anatase.
Selain itu, jarak Ti-O pada struktur rutile
lebih besar dibandingkan pada struktur
anatase dan pada struktur rutile
menunjukkan jarak Ti-Ti yang lebih pendek.
Perbedaan tersebut menyebabkan struktur
dari kristal polimorf yang diberikan
berbeda dengan mengubah struktur pita
gelombang elektronik dan massa jenis dari
dua bentuk TiO2.
Hidrogenasi yang terjadi pada permukaan dapat memicu adanya
perubahan yang signifikan pada nanokristal rutile. Dimana ukuran
nanokristal rutile meningkat secara dratis ketika atom titanium
permukaannya kurang terkoordinasi pada terminal-H. Selain itu, struktur
anatase lebih stabil daripada struktur rutile dibawah titik persilangan.

TiO2 NPs memiliki ukuran transisi yang lebih besar di dalam air
daripada dibawah keadaan vakum. Hasil termokimia terhadap
nanokristal tersebut menunjukkan bahwa hasilnya berbeda untuk
ukuran dan bentuk nanokristalnya. Ukuran TiO2 dalam kondisi pH
meningkat dari 7 menjadi 23 nm.
Gambar tersebut menunjukkan prediksi
morfologi dari struktur anatase dan rutil
yang mengalami perubahan pada struktur
permukaannya, seperti dapat
terhidrogenasi ataupun terhidrasi.
• Gambar (a) dan (f) permukaan
terhidrogenasi
• Gambar (b) da (g) permukaan adsorbat
kaya hidrogen.
• Gambar (c) dan (h) permukaan terhidrasi
• Gambar (d) dan (i) adsorbat miskin
hidrogen
• Gambar (e) dan (j) permukaan beroksigen
Transisi antar pita elektron dalam semikonduktor murni adalah
mekanisme inti untuk penyerapan cahaya. TiO2 memiliki fenomena
absorpsi yang sangat kecil karena kesimetrian kristal semikonduktor
tidak memunkinkan adanya transisi elektron langsung diantara pusat
pita.

Penyerapan cahaya diharapkan cukup besar dalam nanokristal TiO2


serta mikrokristal dan semikonduktor berpori jika atom antarmuka
memiliki bagian yang besar. Hal itu dapat dilakukan dengan
memanfaatkan momentum non-konservasi, dimana densitas elektron
dan elemen matriks dipol bertanggungjawab atas transisi elektron.
Gambar tersebut menunjukkan struktur pita elektronik dari nanosheet
dan anatase serta hubungan densitas state dari struktur rutile dan
anatase terhadap tingkat energinya. Struktur anatase dan retile memiliki
densitas state yang berbeda pada tingkat energi yang sama.
02
NANOSTRUKTUR DARI
NANO-TiO2
Nano-TiO2 dapat memiliki bentuk struktur yang beragam tergantung oleh sifat mekanik, fase
kristal, stabilitas fase, dislokasi, dan paramater lainnya. Tiga bentuk umumnya adalah rutile,
anatase, dan brookite. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar disamping menunjukkan distorsi
oktahedron antara fase anatase dan rutile
dengan perbedaan antara parameter kisi
dan ruang.
• Gambar a menunjukkan representasi dari
distorsi TiO6 oktahedron pada TiO2.
• Gambar b menunjukkan struktur
tetragonal rutile dijelaskan dengan
menggunakan dua parameter tepi sel, (a)
dan (c), dan satu parameter internal, (d).
• Gambar c menunjukkan struktur
tetragonal dari anatase yang dijelaskan
dengan menggunakan dua parameter
tepi, (a) dan (c), dan satu parameter
internal (d).
Gambar diatas menunjukkan kesetimbangan bentuk kristal TiO2 melalui konstruksi
Wuff, dimana gambar (a) menunjukkan bentuk dari rutile dan gambar (b)
menunjukkan bentuk dari anatase.
03
SINTESIS NANO-TiO2
METODE SOL-GEL
Metode sol-gel adalah metode paling serba guna yang digunakan dalam
pembuatan berbagai bahan keramik. Dalam proses khusus, hidrolisis
prekursor membentuk suspensi koloid yang disebut sol. Prekursor yang
digunakan adalah garam logam anorganik atau logam alkoksida.

Hilangnya pelarut dan proses polimerisasi memandu sol cair untuk berubah
menjadi gel padat. Sol tersebut dituang ke dalam cetakan untuk menghasilkan
gel yang selanjutnya berubah menjadi keramik padat melalui pemanasan.
Aerogel yang dikenal sebagai bahan dengan kepadatan yang rendah dan sangat
berpori terbentuk ketika pelarut dihilangkan dalam bentuk gel basah dalam
kondisis superkritis.
METODE SOL-GEL
Prekursor titanium dihidrolisis dengan katalitik asam yang diikuti kondensasi.
Pertumbuhan rantai Ti-O-Ti dalam campuran menghasilkan kerangka polimer
3D dengan partikel padat. Kadar air sedang dengan laju hidrolisis yang tinggi
memimpin pembentukan Ti(OH)4. keberadaan ikatan Ti-OH dalam jumlah besar
tidak cukup menghasilkan partikel yang dikemas secara longgar.

Dalam kinetika pertumbuhannya dalam larutan air, peningkatan konstanta laju pengasaran
dengan peningkatan suhu disebabkan oleh kesetimbangan kelarutan TiO2 dan viskositasnya
dalam larutan. TiO2 NPs dengan bentuk anafase murni dan dalam berbagai bentuk dengan
kristalinitas yang tinggi dapat diperoleh dengan polikondensasi prekursor titanium dengan
tetrametil amonium hidroksida. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan prekursor titanium
dengan basa dalam pelarut dan dipanaskan pada 100o C selama 6 jam. Kristalinitas TiO2 NPs
tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan cara dipanaskan kembali pada suhu 200o C dalam
autoclave.
PENGEMBANGAN METODE SOL-GEL

Larutan stok dibuat dengan TEOA (trietanol amin) dan TTIP (titanium
tetraisopropoksida) yang dicampur dengan perbandingan 1 : 2. Larutan
tersebut dipertahankan pH nya dengan NaOH atau HClO4. Kemudian
diencerkan dengan menambahkan larutan amina. Larutan amina ini
berfungsi sebagai pengontrol bentuk dan bekerja sebagai surfaktan
untuk TiO2 NMs.
PENGEMBANGAN METODE SOL-GEL
Sintesis TiO2 NPs dengan metode sol gel untuk kain katun antimikroba dan tahan api
dilakukan dengan menggunakan kitosan fosfat dan TTIP pada poli asam karboksilat dan
natrium hipofosfit sebagai katalis. Dimana hasilnya menunjukkan sifat antimikroba terhadap
S. Aureus (Staphylococcus aureus), E. Coli, C. Albicans, dan Aspergillus flavus.

Selain itu, dikembangkan juga sintesis TiO2 NPs dengan menggunakan asam sitrat dan alfa
dekstrosa dan diperiksa efek efisiensi antimikroba dari berbagai jenis antibiotik.

Pengembangan metode lainnya yaitu dengan berdasar pada membrane mesopori bebas retak
dengan TiO2 NPs menggunakan metode sol-gel polimer. Membran bebas retak memiliki fluks
yang tinggi dan memberikan kinerja pemisahan yang baik. Selain itu, kekakuan dari gel yang
disintesis meningkat secara signifikan dengan bertambahnya TiO2 NPs. Sehingga dapat
mencegah adanya retak membran selama proses pengeringan.
PENGEMBANGAN METODE SOL-GEL
Mutuma dkk., mengembangkan TiO2 NPs dari campuran berbeda dari TiO2
polimorf kristal melalui proses sol gel suhu rendah, dimana sampel diperoleh
dengan kalsinasi pada 200-800o C. Campuran anatase-rutile-brookit diperoleh
pada suhu diatas 600o C. Sedangkan pada suhu 800o C, diperoleh campuran
anatase-rutile dengan pH terkontrol.

Pengembangan metode lain yaitu dengan menggunakan proses sol-gel yang


dimodifikasi dengan ultrasound sebagai alat bantu reaksi dengan amplitudo dan
daya ultrasonik yang bervariasi. Dimana hasil terbaik diperoleh dengan
menggunakan amplitudo 40% dengan daya input 751 kWm-3 untuk sintesis bentuk
rutile murni nano-TiO2. Kondisi ini juga menghasilkan kristalinitas yang tinggi.
PENGEMBANGAN METODE SOL-GEL

Qiu dan Kalita menggunakan


metode sol-gel sederhana untuk mensintesis
TiO2 nanokristalin bubuk. Bubuk yang
disintesis dikalsinasi pada 400o C dan
memiliki bentuk anatase murni, tetapi rutile
dan anatase terbentuk pada 600o C dengan
kandungan rutile yang tinggi. Mekanime
proses ini dapat dilihat pada gambar
disamping.
METODE HIDROTERMAL
Metode ini dilakukan dalam kondisi atmosfer yang terkendali (tekanan dan
suhu). Suhu dinaikkan diatas 100o C hingga mencapai tekanan uap jenuh.
Metode ini biasanya digunakan untuk sintesis partikel kecil.

Banyak peneliti yang menggunakan metode ini untuk menyiapkan TiO NPs
dengan mereaksikan TTIP dalam larutan asam etanol-air melalui metode
hidrotermal. Penambahan TTIP dilakukan tetes demi tetes ke dalam campuran
etanol-air dan direaksikan selama 4 jam pada 240o C. TiO2 NPs yang disintesis
memiliki bentuk utama berupa anatase dengan rentang ukuran NPs adalah 7-25
nm yang dikontrol dengan mengatur komposisi pelarut dan konsentrasi
prekursor.
PENGEMBANGAN METODE HIDROTERMAL

Makwana dkk., menggunakan CHFS (sintesis aliran hidrotermal kontinyu) untuk


mengontrol ukuran kristal dan luas permukaan nano-TiO2. Prosedurnya adalah asam
borat dan titanium dicampur dengan larutan KOH pada suhu kamar dibawah tekanan
24,1 Mpa. Setelah itu, larutan dicampur pada suhu 400o C dengan air superheated dalam
closemixer.

Konsentrasi asam borat yang dipengaruhi oleh pH dapat menetukan


ukuran dari kristal yang dihasilkan dan meningkatkan ukuran kristalit TiO2.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi asam ringan
digunakan untuk sediaan nano-TiO2 menghasilkan kinerja fotokatalitik
tertinggi.
PENGEMBANGAN METODE HIDROTERMAL

Nanokomposit terner dari kawat nano PANI/C/TiN (polianilin / karbon /


titanium nitrida) disiapkan untuk aplikasi superkapasitor fleksibel. Dimana
nanokomposit ini banyak digunakan sebagai bahan eletroaktif diberbagai
perangkat.

Dalam sintesis nanokomposit ini, susunan kawat nano TiN dibentuk dengan
proses nitridasi amonia dibawah reaksi hidrotermal. Kemudian lapisan karbon
dan polianilin secara berurutaan diendapkan pada permukaan kawat nano-TiN.
Kabel nano tersebut menyediakan saluran difusi ion dan rute transfer elektron
antara kawat nano yang lain.
Gambar diatas adalah representasi dari mekanisme sintesis dari
PANI/C/TiN NWA yang didukung oleh substrat CC.
PENGEMBANGAN METODE HIDROTERMAL
Zhang dkk melakukan sintesis TiO2 NPs pada poliester dengan menggunakan urea dan
titanium sulfat sebagai reaksi sedang dalam konsisi hidrotermal. Hasilnya sintesis
memperkuat keberadaan nanokristal anatase murni dari TiO2 pada permukaan serat
piloester. Struktur anatase TiO2 yang disimpan menyerap lebih banyak sinar UV bahkan
setelah 30 kali pencucian. Sifat hidrofilik sedikit meningkat dan menunjukkan kinerja
fotokatalitik yang baik.

Nanaokristalin anatase TiO2 film juga dapat disintesis dengan metode hidrotermal
menggunakan TENOH (tetraethylammonium hidroksida) – peptized TiO2 sols
(sebagai prekursor baru untuk sintesis TiO2 film) pada substrat silikon dengan
pelarut berbeda. Hasil TiO2 sol homogen yang tinggi diperoleh dengan
menggunakan aseton saja tetapi kombinasi terbaik dan homogenitas yang tinggi
dicapai dengan pelarut campuran untuk substrat silikon.
METODE SONOKIMIA
Metode pendekatan sonokimia telah digunakan dalam sintesis berbagai
bahan berstruktur nano termasuk koloid, alloy, oksida, karbida, dan logam
transisi dengan luas permukaan tinggi.

Banyak peneliti menggunakan metode ini untuk menyiapkan TiO2 NMs. Salah
satunya adalah pengembangan Ag/TiO2 komposit NPs dengan adanya EG (etilen
glikol) dalam kondisi basa. Pengurangan ion Ag+ dalam campuran alkali EG
dengan iradisasi ultrasonik merupakan reaksi autokatalitik. Pengembangan NPs
perak dalam TiO2 diamati melalui puncak serapan cahaya Ag NPs dengan
spektrofotometer UV-Vis.
PENGEMBANGAN METODE SONOKIMIA

Proses sonokimia yang lainnya yaitu sintesis langsung anatase


melalui hidrolisis titanium alkoksida dalam etanol dan air pada
suhu 90o C selama 3 jam. Ukuran dan struktur dari NPs bergantung
pada waktu reaksi, suhu, dan pH. Bentuk NPs yang dihasilkan
dengan ukuran 3-7 nm ditemukan dalam analisis TEM.
PENGEMBANGAN METODE LAIN-LAIN

Fathy dkk melaporkan proses solvotermal yang dimediasi oleh polyol untuk mempersiapkan
TiO2 anatase berskala besar dengan perbedaan morfologi (nanorod dan NPs) dengan
menggunakan TTIP sebagai prekursor dan EG sebagai surfaktan. Proses kalsinasi memiliki
pengaruh pada pembuatan nanorod anatase. Suhu yang lebih tinggi memberikan stabilitas
fase TiO2 yang tinggi.

Selain itu, sintesis TiO2 film juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode
deposisi uap kimia untuk hidrolisis TiCl4 pada 130-250o C hingga menghasilkan TiO2
film. Peningkatan suhu deposisi meningkatkan indeks bias film yang dikembangkan
dari 2,1 menjadi 2,4.
Hossain dkk., menggambarkan proses yang dibantu uap untuk produksi mesopori TiO2 dalam
skala besar dengan bentuk anatase murni. Kinerja fotokatalitik dari anatase yng tersusun
secara seragam terhadap MB dan 4-klorofenol secara signifikan lebih tinggi ke anatase
mesopori acak dan anatase NPs, hal ini menunjukkan alasan yang kuat untuk mensintesis
anatase dalam bentuk mesopori seragam. Representasi dari ketiga bentuk umum TiO2 anatase
diilustrasikan pada gambar berikut:
PENGEMBANGAN METODE LAIN-LAIN

Kadam dkk., mengembangkan teknik dengan bantuan microwave untuk


mensintesis nano-TiO2 yang didoping N dengan ukuran 10 nm. NPs yang
dikembangkan menghasilkan kestabilan termal yang dianalisis dengan DTA.
Fotodegradasi malathion menunjukkan bahwa produk yang mengalami
autodegradasi bersifat kurang toksik.
03
APLIKASI DARI NANO-TiO2
APLIKASI FOTOKATALITIK
TiO2 adalah bahan yang ramah lingkungan, efisien , dan banyak digunakan
dalam fotodegradasi berbagai polutan bahan organik. Penerapan nano-
TiO2 anorganik ke campuran poliamida oleh proses deposisi lapisan atom
untuk mengembangkan multifungsi dan ketahanannya terhadap sinar UV.

Efisiensi fotokatalitik dari fotokatalisis yang dikembangkan diperkirakan dengan


fotodegradasi MB dibawah iradiasi cahaya yang berbeda. Pada salah satu
aplikasinya, Fe3+ didoping pada struktur TiO2 dan pengendapan Ag pada
permukaan TiO2 NPs dikonfirmasi dengan analisis XPS. Ag dan Fe3+ secara
sinergis meningkatkan kinerja fotokatalitik TiO2 untuk fotodegradasi MB dibawah
area UV dan sinar tampak.
Gambar disamping adalah representasi
dari mekanisme fotokatalitik dari Fe3+ :
Ag/TiO2
Pada beberapa aplikasinya, TiO2 NPs disimpan dalam kain katun dengan menggunakan
iradiasi ultrasonik satu langkah yang sedehana dan menyelidiki sifat antimikroba yang
dikembangkan dari nanokomposit cotton-TiO2 terhadap mikroorganisme. Hasilnya
menunjukkan bahwa nanokomposit berpengaruh signifikan terhadap bakteri S. Aureus.

Beberapa studi sebelumnya juga mengembangkan sebuah deposisi TiO2 NPs in situ pada
kain katun dengan metode ultrasonik akustik dengan menggunakan TiCl4 dan isopropanol
sebagai reaktan yang kemudian diselidiki sifat fungsional dari nanokomposit yang
dikembangkan tersebut. Berdasarkan hasil self-cleaning, efisiensi antimikroba, dan UPF
(ultraviolet protection factor) menunjukkan bahwa nanokomposit yang dikembangkan
tersebut memiliki aktivitas fotokatalitik yang tinggi. Selain itu, daya pencucian menunjukkan
hasil keterikatan yang kuat dari TiO2 NPs dengan permukaan kapas.
Gambar diatas adalag representasi dari proses fotokatalitik pada permukaan
dari nanokomposit CT.
APLIKASI FOTOVOLTAIK
Dalam aplikasi fotovoltaik, Gratzel membahas tentang variasi heterojungsi
yang terlibat dalam pembuatan DSSC (sel surya peka zat warna). DSSC
telah menjadi alternatif yang kredibel untuk perangkat semikonduktor
sambungan p-n konvensional.

Dalam eksperimen lain diselidiki fenomena dibalik penyerapan energi matahari menjadi
energi listrik dengan menggunakan nanikristalin TiO2 di DSSC. Dalam DSSC, sensitizer
dipasang pada permukaan semikonduktor dimana cahaya diserap. Pada antarmuka,
pemisahan muatan terjadi dari pewarna ke pita konduksi semikonduktor melalui injeksi
elektron yang diinduksi. Pengangkut muatan diangkut ke pengumpul muatan. Alat yang
lebih luas memungkinkan untuk menyerap sebagian besar sinar matahari yang
diperpanjang dari UV ke wilayah dekat IR.
Gambar disamping
adalah representasi dari prinsip
kerja/operasi dan level energi
dari alat DSSC. Pada gambar
tersebut dapat dilihat juga arah
perpindahan muatannya.
Elektroda DSSC yang dibuat dari nanofilm TiO2 menunjukkan penurunan transmitansi dan
peningkatan absorbansi. Fotoelektroda TiO2 untuk DSSC yang telah diuji menunjukkan
bahwa campuran partikel kecil memberikan permukaan yang efektif dan partikel yang
lebih besar merupakan penyebar cahaya efektif dengan potensi meningkatkan
penyerapan matahari secara simultan oleh DSPC.

Pembuatan film tipis TiO2 dengan efisiensi konversi cahaya matahari menjadi daya listrik
lebih dari 10% untuk DSSC. Pembuatan elektroda dilakukan dengan variasi TiCl4 pada
lapisan nanokristalin TiO2 yang menginduksi kekuatan mekanik dan adesi lapisan TiO2.
metode ini memberikan pengaruh yang besar pada parameter dan kinerja keseluruhan
DSSC yang menghasilkan peningkatan efisiensi konversi tinggi.
Gambar disamping
adalah representasi dari
konfigurasi DSSC. Dari gambar
tersebut dapat diketahui
komponen-komponen dalam
DSSC dan letak setiap komponen
tersebut.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai