REVIEW OLEH
PUTRI WENNY SISWANTY
TENTANG :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PASCASARJANA KIMIA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah industri tekstil saat ini cukup pesat, maka semakin meningkat
pula limbah industri yang dihasilkan. Salah satu senyawa organik yang umum
digunakan dalam industri tekstil adalah Rhodamin B (Merck Index, 2006).
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai tahun 1984 karena Rhodamin B
termasuk karsinogenik yang kuat sehingga apabila terakumulasi di perairan maka
bersifat toksik dan membahayakan lingkungan. Pemerintah Indonesia melalui
keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP.42/MENLH/10/1996 tanggal 29
Oktober 1996 telah menetapkan aturan-aturan dan parameter-parameter cemaran air
limbah industri yang berbahaya bagi kehidupan sekitarnya.
Beberapa usaha telah dilakukan untuk menanggulangi masalah pencemaran, antara
lain dengan cara konvensional misalnya proses biologis menggunakan mikroorganisme
maupun pendekatan lain seperti penggunaan karbon aktif. Akan tetapi pengolahan
limbah secara konvensional kurang efektif, karena struktur senyawa organik yang
terdapat dalam limbah mengandung satu atau beberapa buah cincin benzena yang relatif
stabil (Safni dkk., 2007).
Salah satu alternatif penanganan pencemaran yang sedang dikembangkan untuk
mendegradasi berbagai limbah industri khususnya limbah organik adalah proses
fotokatalitik. Beberapa keunggulan dari proses ini yaitu polutan organik dapat
didegradasi menjadi senyawa yang tidak berbahaya seperti air dan CO 2, serta
pemakaian bahan kimia dan energi yang lebih hemat. Penggunaan teknologi fotokatalis
dengan katalis semikonduktor TiO2 merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengatasi limbah cair. Proses fotokatalisis dapat berlangung pada suhu kamar
dan kebutuhan energinya jauh lebih rendah (Slamet dkk., 2006).
Berbagai modifikasi dan metode untuk meningkatkan aktivitas fotokatalis TiO 2, telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Gunlazuardi dkk. (2007) telah memodifikasi
material TiO2 dengan pendekatan pemanfaatan template molekul (surfaktan) dan
penambahan logam alkali serta penambahan suatu logam transisi atau logam - doped.
Slamet dkk. (2006) memodifikasi TiO2 dengan penambahan logam transisi berupa Cu
sehingga meningkatkan aktivitas fotokatalisis. Zhao et al. (2013) melakukan preparasi
N-doped TiO2 dengan proses hidrotermal dan telah berhasil memperkecil celah energi
sehingga membuat katalis aktif pada cahaya visibel.
Untuk meningkatkan kinerja fotokatalis TiO 2 dapat dilakukan secara elektrokimia
dengan menggabungkan proses fotokatalisis dengan proses elektrokimia, yang dikenal
dengan istilah fotoelektrokatalisis (Nurdin dkk., 2009). Metode fotoelektrokatalisis
merupakan metode proses reaksi dengan foton dan tegangan listrik. Mekanisme ini
tidak jauh beda dengan fotokatalisis tetapi dengan penambahan variabel medan listrik
yang dapat diamati adanya hubungan antara reaksi fotokatalis yang terjadi dan arus
yang dihasilkan (Gunlazuardi, 2001). Proses fotoelektrokatalisis telah terbukti menjadi
salah satu metode yang sangat efektif untuk mendegradasi polutan organik dalam air
(Li dan Liu, 2005; Quan et al., 2005). Santoso dkk. (2010) telah melaporkan
pengembangan sistem sel fotoelektrokimia, dimana bagian terpenting adalah preparasi
film TiO2 yang berukuran nano.
Penambahan dopan (logam maupun non logam) dapat meningkatkan aktivitas
fotokatalis pada pemaparan sinar tampak. Beberapa penelitian telah mencoba
melakukan amobilisasi logam dalam TiO 2, diantaranya amobilisasi emas (Yogi et al.,
2008), besi (Wang et al., 2008) dan perak (Whang et al., 2009; Soekoenay, 2014).
Sedangkan untuk amobilisasi non logam, Aditi et al. (2005) telah melakukan
amobilisasi nitrogen dalam TiO2. Dopan ion logam mempunyai level energi fermi
yang lebih rendah dibandingkan dengan TiO2 sehingga elektron tereksitasi dapat
ditransfer dari pita konduksi ke partikel logam yang menyisip pada permukaan TiO 2
sementara hole di pita valensi tetap bertahan di TiO 2 yang pada akhirnya
meningkatkan aktifitas fotokatalisis (Zaleska, 2008). Para peneliti tersebut telah
menerapkan modifikasi metode ini pada proses fotokatalisis.
Berdasarkan studi literatur yang telah ada, maka dalam penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan data hasil fotoelektrokatalisis TiO2/Ti dengan menggunakan
metode anodizing (elektrokimia), selanjutnya di doping dengan non logam berupa
nitrogen (N) dan logam yaitu perak (Ag) yang berperan untuk meningkatkan
kemampuan degradasi pada polutan organik. Berdasarkan sistem ini akan dipelajari
tingkat efisiensi metode fotoelektrokatalisis dalam mendegradasi senyawa organik
Rhodamin B dengan variasi TiO2/Ti, N-TiO2/Ti dan Ag-TiO2/Ti
Secara fisika titanium memiliki sifat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Titanium memiliki massa jenis yang rendah, tahan karat, memiliki biokompabilitas
yang tinggi dengan tubuh (Supriyanto dkk., 2007) sehingga dapat digunakan
sebagai produk implan dalam tubuh. Kristal TiO 2 bersifat asam dan tidak larut
dalam air, asam klorida, asam sulfat encer dan alkohol namun larut dalam asam
No Sifat Nilai
1 Densitas 4 g.cm-3
2 Porositas 0%
3 Modulus shear 90 Gpa
4 Elastisitas 23 Gpa
5 Resistivitas (25°C) 1012 Ω.cm
6 Resistivitas (700°C) 2,5×104 Ω.cm
7 Konstanta dielektrik 1 MHz 85 Volt/mil
8 Ekspansi termal RT- 1000 °C 9 × 10-6 K-1
9 Konduktivitas termal 25°C 11,7 WmK-1
2.5 Rodamin B
Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah rhodamin B, yaitu merupakan
zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan
zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.
Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus
dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik
pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV
didapatkan LD5089,5mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal,
dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organnya (MerckIndex, 2006).
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil.
Pengaruh buruk rhodamin b bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan, kulit, mata dan saluran pencernaan serta berpotensi terjadinya kanker hati.
Penyalahgunaan rhodamin B dalam banyak ditemuipada makanan dan minuman seperti es
cendol, permen, saus tomat dan kue. (Wijaya, 2011)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik dan Fotokatalisis, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo pada bulan April hingga
Agustus 2014.
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Preparasi Plat Ti (titanium)
Preparasi plat Ti (titanium) dilakukan dengan memotong plat Ti dengan kemurnian 99%
dan ketebalan 0,5 mm dengan ukuran 4 cm x 2 cm lalu diamplas menggunakan amplas
halus ukuran 1200 CC hingga permukaannya bersih dan mengkilap kemudian dicuci
dengan menggunakan larutan detergen, air, dan akuades. Hal ini dilakukan agar plat Ti
yang akan digunakan bersih dari zat-zat pengotor. Setelah dikeringkan di udara bebas, plat
Ti kemudian direndam (etching) menggunakan larutan campuran HF, HNO3, dan akuades
dengan perbandingan 1 : 3 : 6 selama 2 menit. Perlakuan ini bertujuan menghilangkan
lemak dan lapisan oksida yang masih terdapat pada permukaan logam Ti. Tahapan akhir
dalam preparasi ini adalah membilas plat Ti dengan akuades untuk menghilangkan sisa
larutan etching pada permukaan plat Ti kemudian dikeringkan di udara bebas.
3.2.2 Pembuatan Lapisan TiO2 dengan Metode Anodizing
Plat Titanium yang telah dipreparasi dimasukkan dalam probe yang telah diisi dengan
larutan elektrolit berupa NH4F 0,27 M dan akuades dalam gliserol 98%. Dimana pembuatan
larutan elektrolit ditimbang 0,99 gram NH4F dilarutkan menggunakan 4 mL akuades dan 96
mL gliserol 98%. Proses anodizing dilakukan dengan menempatkan plat Ti sebagai anoda
dan plat Cu sebagai katoda dengan menggunakan magnetic stirrer, serta memberikan beda
43
potensial sebesar 25 Volt yang dihubungkan dengan power supply. Proses anodizing ini
dilakukan selama 4 jam. Tahapan akhir yang dilakukan yaitu kalsinasi plat Ti selama 1,5
jam dengan suhu 500ᵒC untuk menguapkan sisa larutan elektrolit yang masih terdapat di
permukaan plat Ti sekaligus untuk mendapatkan kristal anatase TiO2 yang memiliki
aktivitas fotodegradasi lebih baik dibandingkan jenis kristal lainnya (Nurdin and
Maulidiyah, 2014).
3.2.3 Proses Doping TiO2/Ti dengan Nitrogen (N) menggunakan Metode Sol-Gel
Untuk mendoping TiO2 dengan nitrogen, sol terbuat dari larutan 1 berupa larutan koloid
TiO2 disiapkan dengan hidrolisis terkontrol dari titanium tetra isopropoksida diambil
sebanyak 4 mL dalam asetil asetonat 0,5 mL dan 15 mL etanol 99%. Larutan 2 berupa 15
mL etanol 99% dan 2 mL akuades dengan penambahan 1 mL asam asetat 0,1 M. Campuran
larutan direfluks selama 3 jam dengan suhu 50˚C (Adisti, 2011). Kemudian diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer selama 3 jam pada suhu 50˚C yang diikuti dengan
penambahan NH4Cl 5 M untuk menghasilkan sol TiO2 yang mengandung nitrogen. Sol yang
dihasilkan diuapkan pada suhu ruang selama 48 jam hingga membentuk gel. Selanjutnya gel
yang dihasilkan dipanaskan pada suhu 80˚C dalam oven selama 30 menit.
Proses pelapisan dengan proses pencelupan pada daerah yang telah ditumbuhi TiO 2 pada
plat titanium. Teknik pencelupan dilakukan selama 10 menit dan diangkat dengan cara
perlahan-lahan. Kemudian di kalsinasi dalam tanur selama 15 menit dengan suhu 150˚C.
3.2.4 Proses Doping dengan Logam Perak (Ag) menggunakan Metode Elektrodeposisi
Proses elektrodeposisi elektroda TiO2/Ti dilakukan dengan cara larutan elektrodeposisi
logam yang digunakan AgNO3 sebagai sumber dopan logam Ag dengan konsentrasi larutan
elektrolit yaitu 0,17 gram AgNO3 dilarutkan dalam 100 mL akuades, dengan penambahan
EDTA 0,5 gram dalam 100 mL, kedua larutan AgNO 3 dan larutan EDTA dicampurkan.
Metode elektrodeposisi dilakukan selama 1 menit, dengan beda potensial sebesar 1,0 Volt.
Ag-TiO2 yang terbentuk di simpan dalam desikator selama 24 jam (Wakhid, 2013).
3.2.5 Pembuatan ReaktorFotoelektrokatalisis
Elektroda TiO2/Ti, N-TiO2/Ti, dan Ag-TiO2/Ti yang diperoleh selanjutnya digunakan dalam
pembuatan reaktor fotoelektrokatalisis. Skema dan gambar reaktor fotoelektrokatalisis yang
dibuat adalah seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema dan gambar reaktor fotoelektrokatalisis TiO 2/Ti. (1) probe berbentuk
tabung, (2) elektroda counter Pt, (3) elektroda kerja TiO2/Ti, N-TiO2/Ti dan Ag-TiO2/Ti (4)
elektroda pembanding Ag/AgCl, (5) lampu UV, (6) magnetic bar, (7) magnetic stirrer.
3.2.6 Karakterisasi Katalis
a. Linear Sweep Voltametry (LSV)
Pengukuran menggunakan Linear Sweep Voltametry dengan menggunakan larutan
NaNO3 0,1 M, dimana 0,85 gram NaNO3 dilarutkan dalam labu takar 100 mL. Pengujian LSV
44 Dengan scan rate 1x10-4 V/s. Dimana masing-
dilakukan dari potensial -1 Volt, hingga 1 Volt.
masing elektroda TiO2/Ti, N-TiO2/Ti, dan Ag-TiO2/Ti diuji dengan pemberian bias lampu UV
dan visibel. Hasil dari LSV untuk melihat adanya aktivitas fotoelektrokatalitik selama proses
pengujian.
b. Spektrofotometer Ultra Violet – Visibel (UV-Vis)
Pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan untuk mengetahui kinerja degradasi
dari elektroda TiO2/Ti, N-TiO2Ti dan Ag-TiO2/Ti terhadap Rhodamin B.
Lapisan TiO2/Ti
Plat Ti
Lapisan N-TiO2/Ti
Plat Ti
Lapisan TiO2/Ti
Lapisan Ag-TiO2/Ti
Gambar 5. Spektrum XRD; (A) TiO2 pada permukaan plat Ti, (B) TiO2 anatase standar, (C) PlatTitanium
4.3 Penentuan Bentuk TiO2 Nano tube menggunakan Scanning Electrone Microscopy
(SEM)
Hasil karakterisasi dengan SEM pada TiO2 yang dibuat dengan metode anodizing
terlihat pembentukan nano tube berdiameter dalam sekitar 10-60 nm. Gambar 6 dapat
dilihat terbentuknya struktur nano tube yang dihasilkan dari proses anodizing.
Gambar 6. Hasil karakterisasi SEM lapisan tipis TiO 2 anodizing dengan waktu 4 jam
pada perbesaran (a) 20 ribu kali, (b) 40 ribu kali, dan (c) 60 ribu kali.
Terbentuknya nanomaterial TiO2 menunjukkan bentuk yang dihasilkan berupa
ukuran nano. Semakin besar luas permukaan plat Ti yang teroksidasi, maka semakin
banyak permukaan yang aktif sehingga dapat mempercepat/mengarahkan terjadinya
reaksi, sehingga semakin efisien pula kinerja fotoelektrokatalisis yang dihasilkan.
Dengan semakin kecilnya ukuran partikel TiO2 maka potensial redoks akan semakin
meningkat dan mengakibatkan laju reaksi fotoelektrokatalitik juga akan meningkat.
4.4 Pembuatan Reaktor Fotoelektrokatalisis
Elektroda yang telah diperoleh selanjutnya digunakan dalam reaktor
fotoelektrokatalisis. Teknik pembuatan reaktor dengan menggunakan lampu UV dan visibel di
dalam kotak berukuran 60 cm x 30 cm dan didalamnya dilapisi dengan aluminium foil. Skema
dan gambar reaktor fotoelektrokatalisis yang dibuat seperti yang terlihat pada Gambar 7.
2.00E-04
1.00E-04
VIS
0.00E+00 UV
-1.00E+00 0.00E+00 1.00E+00 GELAP
-1.00E-04
-2.00E-04
A B
2.50E-04
2.00E-04
1.50E-04
1.00E-04
5.00E-05 Vis
0.00E+00 UV
-5.00E-01
-5.00E-05 5.00E-01 Gelap
-1.00E-04
-1.50E-04
-2.00E-04
-2.50E-04 C
49
menjadi bukti mengapa senyawa ini memperlihatkan warna merah karena terjadi transisi di daerah
sinar tampak. Kurva kalibrasi diperoleh dengan memplotkan konsentrasi dengan absorbansi
sehingga diperoleh persamaan garis lurus ; y = 0,2018x + 0,0011 .
4.6.2 Uji Degradasi terhadap Pewarna Organik Rhodamin B menggunakan Elektroda
TiO2/Ti, N-TiO2/Ti dan Ag-TiO2/Ti
Sistem fotoelektrokatalisis merupakan kombinasi antara proses elektrokimia dengan
fotokatalisis, dimana elektroda kerja dari TiO2/Ti, N-TiO2/Ti dan Ag-TiO2/Ti jika dikenai lampu
UV ataupun visibel akan memberikan pasangan elektron dan positive hole (h+). Positive hole akan
menginisiasi reaksi oksidasi pada permukaan elektroda, sedangkan elektron dialirkan melalui back
contact ke elektroda counter dan ditransfer ke penangkap elektron yang ada pada larutan. Aliran
elektron dapat diamati sebagai arus cahaya dan besarnya proporsional dengan kandungan zat
organik Rhodamin B dalam larutan.
Pemisahan electron-hole akan meningkat dengan pemberian potensial bias positif pada
elektroda kerja yang tercelup di dalam larutan, sebagai akibat terbentuknya medan listrik di dekat
antarmuka, sehingga permukaan elektroda kerja bersifat anodik. Dalam situasi ini rekombinasi
elektron dan hole dengan cara memindahkannya ke larutan melalui elektroda bantu yang bersifat
katodik (Nurdin, 2009). Dengan cara demikian beda potensial akan meningkatkan pemisahan
muatan sehingga efisiensi pembentukkan radikal OH makin tinggi maka mempercepat proses
degradasi senyawa organik Rhodamin B.
Pengujian degradasi senyawa organik Rhodamin B dilakukan menggunakan konsentrasi
Rhodamin B 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 3 ppm, dengan perlakuan secara fotolisis dan juga
fotoelektrokatalisis. Metode fotolisis merupakan metode yang digunakan untuk mendegradasi
suatu senyawa hanya menggunakan radiasi sinar, seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
3
2.5
Konsentrasi (ppm)
2 RhB 0,5
1.5 PPM
UV
1
RhB 1
0.5 PPM
0 UV
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
3
2.5 RhB 0,5 ppm UV
N-TiO2/Ti
Konsentrasi (ppm)
0
0 10Waktu
20 (menit)
30 40 50 60
Gambar 12. Grafik Hasil degradasi Rhodamin B menggunakan katalis N-TiO 2/Ti secara
fotoelektrokatalisis
Degradasi menggunakan elektroda N-TiO2/Ti memiliki aktivitas yang baik dalam
mendegradasi senyawa Rhodamin B. Penurunan konsentrasi pada Gambar 12 menunjukkan bahwa
N-TiO2/Ti mampu bekerja aktif pada penyinaran cahaya visibel. Hal ini membuktikan bahwa N-
TiO2/Ti dapat menurunkan energi band gap maka energi cahaya yang dibutuhkan untuk membuat
elektron mengalami keadaan transisi dari pita valensi ke pita konduksi semakin sedikit,
diakibatkan karena jarak antara pita valensi dengan pita konduksi yang relatif kecil.
3
2.5
RhB 0,5
2 RhB 1,0
ppm UV N-
1.5 TiO2/Ti
RhB 2,0
1 ppm UV N-
TiO2/Ti
0.5 RhB 3,0
0 ppm UV N-
TiO2/Ti
0 10 20 30 40 50 60
RhB 0,5
Waktu (menit) ppm UV Ag-
TiO2/Ti
2.5 Rodamin B
Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah rhodamin B, yaitu merupakan zat
warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan zat
warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B
bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker.
Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan
dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi
subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD5089,5mg/kg yang
ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi
berupa pembesaran organnya (MerckIndex, 2006).
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil. Pengaruh
buruk rhodamin b bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, kulit,
mata dan saluran pencernaan serta berpotensi terjadinya kanker hati. Penyalahgunaan rhodamin
B dalam banyak ditemuipada makanan dan minuman seperti es cendol, permen, saus tomat dan
kue. (Wijaya, 2011)
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan metode anodizing terbentuknya lapisan TiO2 nano tube pada
permukaan plat Ti dan dilanjutkan dengan doping nitrogen (N) dan perak (Ag)
menghasilkan aktivitas respon arus cahaya elektroda N-TiO 2/Ti dan Ag-TiO2/Ti yang
mampu aktif pada sinar visibel, sementara elektroda TiO2/Ti mampu aktif pada sinar UV.
2. Hasil uji aktivitas fotoelektrokatalisis untuk mendegradasi senyawa organik Rhodamin B
menunjukkan tetapan laju degradasi untuk elektroda TiO 2/Ti saat diiradiasi cahaya visibel
sebesar 0,0227 menit-1 dan cahaya UV sebesar 0,09 menit-1 yang aktif pada penyinaran
sinar UV. Sementara untuk N-TiO2/Ti dan Ag-TiO2/Ti memiliki aktivitas yang baik dalam
mendegradasi senyawa organik Rhodamin B saat diiradiasi sinar visibel, dengan nilai
tetapan laju degradasi untuk N-TiO2/Ti saat diradiasi sinar visibel sebesar 0,0372 menit-1
dan sinar UV sebesar 0,0223 menit-1 dan Ag-TiO2/Ti saat diiradiasi sinar visibel sebesar
0,0732 menit-1 dan sinar UV sebesar 0,0331 menit-1.
DAFTAR PUSTAKA
Adisti, L.P., 2011, Sintesis dan Karakterisasi N-TiO2 Doping Menggunakan Titanium Tetra
Iso Propoksida (TTIP) yang Termodifikasi Asetilasetonat dengan Menggunakan
Metode Sol-Gel, Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Aditi, R., Gandhe, Julio, and B. Fernandes, 2005, A simple method to synthesize N-doped
rutile titania with enhanced photocatalytic activity in sunlight. J. of Solid State
Chemistry
Arief, S., Alif, A., dan Willian, N., 2008. Pembuatan Lapisan Tipis TiO 2-Dopped Logam (M-
Ni, Cu dan Zn) dengan Metode Dip-Coating dan Aplikasi Sifat Katalitiknya pada
Penjernihan Air Rawa Gambut. J. Ris. Kim. Vol. 2 No. 1.
Bai, J., Zhou, B., Li, L., Liu, Y., Zheng, Q., Shao, J., Zhu, X., Cai, W., Liao, J. & Zou, L.
2008. The formation mechanism of titania nanotube arrays in hydrofluoric acid
electrolyte. Journal of Materials Science,5343, 1880-1884.
Cheng, B., Le, Y., and Yu, J., 2010. Preparation and enhanced photocatalytic activity of
Ag@TiO2 core-shell nanocomposite nanowires. Journal of Hazardous Materials, 177:
971-977.
Chotimah, K., 2012. Preparasi dan Karakterisasi N doped TiO 2 nanotube dengan metodr
anodisasi serta uji aktiivitas degradasinya terhadap Zat Warna Congo Red. Universitas
Indonesia. Skripsi
El ruby Mohamed, A. & Rohani, S., 2011. Modified TiO 2 nanotube arrays (TNTAs) :
progressive strategies towards visible light response photoanode, a review. Energy &
Environmental Science, 4, 1065-1086.
Gunlazuardi, J., 2001. “Fotokatalisis pada Permukaan TiO2 : Aspek Fundamental dan
Aplikasinya” ykrisna@ui.edu., Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunlazurdi, J., Slamet, dan Krisyuningsih, Y. K., 2007. Studi Fundamental dan Aplikasi TiO 2
Fotokatalisis, jarnuzi@ui.edu, ykrisna@ui.edu., Universitas Indonesia, Jakarta.
Li, X.Z., Liu, H.S., 2005, “Development of an E-H2O2/TiO2 Photoelectrocatalytic Oxidation
System for Water and Wastewater Treatment”. Environ. Sci. Technol. 39, 4614–4620
Menteri Lingkungan Hidup No. KEP.42/MENLH/10/1996 tanggal 29 Oktober 1996
Merck Index, 2006, Chemistry Constant Companion, Now with a New Additon, Ed 14Th, 1410,
1411, Merck & Co., Inc, Whitehouse Station, NJ, USA
Nurdin dan Maulidiyah, 2014. Fabrication of TiO2/Ti Nanotube Electrode by Anodizing Method
and Its Application On Photoelectrocatalytic System, International Journal of Scientific &
Technology Research. 3 (2): 122-126.
Nurdin M., Wibowo, W., Supriyono, Febrian, M.B., Surahman, H., Krisnandi, Y.K., dan
Gunlazuardi, J., 2009. “Pengembangan Metode Baru Penentuan Chemical Oxygen Demand
(COD) Berbasis sel fotoelektrokimia: Karakterisasi Elektroda Kerja Lapis Tipis TiO 2/ITO”.
MAKARA, SAINS, 13, 1-8.
Ou, H-H. & Lo, S-L., 2007. Review of titania nanotubes synthesized via the hydrothermal
treatment: Fabrication, modification, and application. Separation and Purification
Technology, 58, 179-191.
Quan, X., Yang, S., Ruan, X., Zhao, H., 2005. “Preparation of Titania Nanotubes and Their
Environmental Applicationsas Electrode”. Environ. Sci. Technol, 39, 3770-3775.
Rahayu, E., 2011, Pengembangan Sensor Chemical Oxygen Demand (COD) Berbasis
Fotoelektrokatalitik Menggunakan Elektroda Kerja TiO 2/Ti Terhadap Senyawa Organik:
KHP, Metanol dan Asam Benzoat, Skripsi, Universitas Haluoleo, Kendari.
Safni, Maizatisna, Zulfarman, Sakai, T., 2007. “Degradasi Zat Warna Naphtol Blue Black Secara
Sonolisis Dan Fotolisis Dengan Penambahan TiO2-Anatase”. J. Ris. Kim. Vol. 1 No. 1.
Santoso, I., Surahman, H., Krisnadi, Y.K., Tribidasari, I., dan Gunlazuardi, J., 2010, Optimasi
Sistem Penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) Menggunakan Probe Berbasis
Fotoelektrokatalisis TiO2 : Preparasi dan Karakterisasi Elektroda Lapis Tipis TiO 2/SnO2-F.
Universitas Indonesia, Jakarta
54
Soekoenay, N., 2014. Uji Aktivitas TiO2 Doped-N Dan Logam Ag Terhadap Fotodegradasi Zat
Warna Organik Biru Metilena. Skripsi Universitas Halu Oleo
Slamet, Arbianti, R., Marliana, E., 2006, “Pengolahan Limbah (Cr(VI) dan Fenol dengan
Fotokatalis Serbuk TiO2 dan CuO/TiO2 Reaktor”. 11(2):78-85.
Tian, M., Wu, G., Adams, B., Wen, J., and Chen, A., 2008. Kinetics of Photoelectrocatalytic
Degradation of Nitrophenols on Nanostructured TiO2 Electrodes. J. Phys. Chem. C. 112; 825-
831.
Tjahjanto, R.T., dan Gunlazuardi, J., 2001, Preparasi Lapisan Tipis TiO 2 sebagai
Fotokatalis :Keterkaitan antara Ketebalan dan Aktivitas Fotokatalisis, J. Penelitian
Universitas Indonesia, 5(2):81-91.
Wakhid, L, I., 2013, Studi Preparasi Doped TiO 2 Nanotube yang Didekorasi Logam Transisi Ag
untuk mendapatkan Aktivitas Fotokatalitik pada Daerah Sinar Tampak, skripsi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Wang, D., B.Yu, F. Zhou, C. Wang,W. and Liu., 2008. Synthesis and Characterization of Anatase
TiO2 Nano Tubes and Their Use in Dye-Sensitized Solar Cells. Materials Chem and Phys
Whang, H.Huang., M. Hseih.,and J. Chen., 2009, Laser induced silver nanoparticles on Titanium di
oxide for photocatalytic degradation of methylene blue, International Journal of Molecular
Sciences, 10.
Wilhelm, P., and Stephan, D., 2007. Photodegradation of rhodamine B in Aqueous solution via
SiO2@TiO2 nano-spheres. Journal of Photochemmistry and Photobiology A: Chemistry 185 :
19-25.
Yogi, C., Kojima, K, Wada, N., Tokumoto, H., Takai, T., Mizoguchi, and T., Tamiaki, H., 2008,
Photocatalytic Degradation of Methylene Blue by TiO2 Film and Au Particles - TiO2 Composite
Film, Thin Solid Films, 516 (17):5881- 5884.
Zaleska, A., 2008, Doped-TiO2: A Review, Recent Patents on Engineering, 2(3):157-164.
Zhao, K., Wu, Z., Tang, R., and Jiang, Y., 2013. “Preparation of Highly Visible-Light Photocatalytic
Active N-Doped TiO2 Microcuboids”. Journal of the Korean Chemical Society, Vol. 57, No. 4