Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

“TIO2”

Disusun Oleh Kelompok 1:


Figia Putri Ramaini (21034057)
Reinaldo Riadiska (21034077)
Azzahra Suriani (21034093)
Farah Dilla (21034097)
Letna Sari (21034099)

Dosen pengampu: Dr. Riri Jonuarti, S.Pd., M.Si

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika zat padat
Alhamdulillah saya sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun saya juga merasa masih banyak kekurangan di dalamnya.
Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Riri
Jonuarti, S.Pd., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Fisika zat padat yang telah
memberikan tugas ini kepada saya dan membantu saya sebagai penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
Meskipun saya sudah mengumpulkan beberapa referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa di dalam tugas individu ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan masukan,
kritikan serta saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna dan
bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
A. Deskripsi Teoritik..................................................................................................6
B. Fotokatalis TiO2.....................................................................................................8
C. Foto degradasi......................................................................................................10
D. Perak (Ag).............................................................................................................11
E. Metilen Biru..........................................................................................................13
F. Difraksi Sinar-x....................................................................................................14
G. Transmisi on Electron Microscopy (TEM)........................................................15
H. Spektroskopi UV-Vis...........................................................................................16
I. Spektroskopi Serapan Atom (AAS)...................................................................17
J. Penelitian yang Relevan......................................................................................17
K. Kerangka Berfikir................................................................................................18
L. Doping Elemen Logam dan Non Logam............................................................18
M. Metode Sol-Gel.....................................................................................................21
N. Karakterisasi TiO2..............................................................................................23
O. C-Ray Fluorescence (XRF).................................................................................23
P. X-Ray Diffraction (XRD)....................................................................................24
Q. Spektrofotometer UV-Vis....................................................................................26
R. Fotokatalis TiO2...................................................................................................27
S. Zat Warna Rhodamin B Sebagai Limbah Pencemaran Air............................29
BAB III PENUTUP..........................................................................................................30
A. Kesimpulan..........................................................................................................30
B. Saran.....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titanium dioksida (TiO2) merupakan salah satu semikonduktor oksida
yang banyak diaplikasikan sebagai fotokatalis. Material semikonduktor ini banyak
diaplikasikan karena mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya memiliki
kestabilan termal dan kimia yang tinggi, kemampuan menyerap cahaya, bersifat
inert baik secara biologi maupun kimia, non toksik, stabil terhadap korosi oleh
bahan kimia, dan harganya relatif murah. Titanium dioksida ini terbagi dalam 3
bentuk kristal polimorfik yaitu rutile, anatase, dan brookite (Burda, et al., 2003;
Karim, et al., 2016).
Struktur kristal TiO2 yang umum digunakan secara komersial ialah anatase
yang memiliki energi celah pita (band gap) sebesar 3,3-3,2 eV (Linsebigler, et al.,
1995; Juha dan Nikkanen, 2016). Besarnya energi celah pita tersebut
menyebabkan fotokatalis ini memiliki keterbatasan dalam aplikasinya dan hanya
aktif menyerap energi sinar Ultra Violet (UV). Oleh karena itu, aktivitas
fotokatalis TiO2 anatase ini perlu ditingkatkan dengan cara memperkecil energi
celah pitanya atau menggeser daerah serapan sinarnya yaitu dari sinar UV ke
daerah sinar tampak (rentang panjang gelombang sebesar 400-700 nm) (Burda, et
al., 2003; Karim, et al., 2016; Kesumaningrum, et al., 2011).
Fenomena reaksi fotokatalisis TiO2 dapat terjadi ketika permukaan
fotokatalis tersebut di iluminasi dengan sinar yang berenergi sama atau lebih besar
dari energi celah pitanya, maka akan terjadi proses eksitasi elektron dari pita
valensi menuju pita konduksi membentuk photoelectron (e-) dan meninggalkan
photohole (h+) pada pita valensi. Muatan (e-) tersebut akan menginisiasi reaksi
reduksi molekul O2 membentuk radikal peroksida (·O2- ), sedangkan muatan (h+)
mengoksidasi molekul H2O atau anion OH- membentuk radikal hidroksil (·OH).
Upaya untuk memperkecil energi celah pita dan menggeser daerah serapan
sinar (dari daerah sinar UV ke daerah sinar tampak) semikonduktor TiO2, dapat
dilakukan dengan cara doping menggunakan ion logam maupun non logam pada
struktur kisi TiO2. Doping merupakan penambahan dopan pada suatu material

4
dengan tujuan untuk memodifikasi karakteristik elektroniknya (Mustofa, et al.,
2015). Menurut Zaleska (2008) dopan ion logam mempunyai tingkat Fermi yang
lebih rendah dibandingkan TiO2. Muatan (e-) yang tereksitasi dapat ditransfer dari
pita konduksi ke partikel logam yang menyisip pada permukaan TiO2, sementara
muatan (h+) di pita valensi tetap bertahan pada TiO2 yang pada akhirnya dapat
meningkatkan aktivitas fotokatalisis suatu material (Burda, et al., 2003; Karim, et
al., 2016; Kesumaningrum, et al., 2011).

B. Rumusan Masalah
A. Ap aitu Deskripsi Teoritik?
B. Bagaimana Fotokatalis TiO2?
C. Apa yang dimaksud dengan Foto degradasi?
D. Apa saja kegunaan perakPerak (Ag)
E. Apa yang dimaksud Metilen Biru?
F. Bagaimana Difraksi Sinar-x?
G. Bagaimana Transmisi on Electron Microscopy (TEM)?
H. Menjelaskam bagaimana Spektroskopi UV-Vis?
I. Menjelaskan Spektroskopi Serapan Atom (AAS)?
J. Bagaimana Penelitian yang Relevan?
K. Menjelaskan kerangka Berfikir?
L. Menjelaskan bagaimana Doping Elemen Logam dan Non Logam?
M. Bagaimana Metode Sol-Gel?
N. Bagaimana Karakterisasi TiO2?
O. Bagaimana C-Ray Fluorescence (XRF)?
P. Menjelaskan X-Ray Diffraction (XRD)?
Q. Bagaimana Spektrofotometer UV-Vis?
R. Bagaimnaa Fotokatalis TiO2?
S. Menjelaskan Zat Warna Rhodamin B Sebagai Limbah Pencemaran Air?

C. Tujuan
A. Mengetahui Deskripsi Teoritik
B. Mengetahui Fotokatalis TiO2
C. Mengetahui Foto degradasi
D. Mengetahui Perak (Ag)
E. Mengetahui Metilen Biru
F. Mengetahui Difraksi Sinar-x
G. MengetahuiTransmisi on Electron Microscopy (TEM)
H. Mengetahui Spektroskopi UV-Vis
I. MengetauiSpektroskopi Serapan Atom (AAS)
J. Mengetahui Penelitian yang Relevan
5
K. MengetahuiKerangka Berfikir
L. MengetahuiDoping Elemen Logam dan Non Logam
M. Mengetahui Metode Sol-Gel
N. MengetahuiKarakterisasi TiO2
O. Mengetahui C-Ray Fluorescence (XRF)
P. Mengetahui X-Ray Diffraction (XRD)
Q. Mengetahui Spektrofotometer UV-Vis
R. Mengetahui Fotokatalis TiO2
S. Mengetahui Zat Warna Rhodamin B Sebagai Limbah Pencemaran Air

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Teoritik
A. Titanium Dioksida (TiO2)

Titanium dioksida (TiO2) juga bisa disebut Titania atau Titanium (IV)
oksida merupakan bentuk oksida dari titanium secara kimia dapat dituliskan
TiO2. Senyawa ini dimanfaatkan secara luas dalam bidang anatas sebagai
pigmen, bakterisida, pasta gigi, fotokatalis dan elektroda dalam sel surya.
Titanium dioksida (TiO2) dapat dihasilkan dari reaksi antara senyawa
titanium tetraklorida (TiCl4) dan O2 yang dilewatkan melalui lorong silika
pada suhu 700oC. Senyawa TiO2 bersifat amfoter, terlarut secara lambat
dalam H2SO4 (aq) pekat, membentuk kristal sulfat dan menghasilkan produk
titanat dengan alkali cair. Sifat senyawa TiO2 adalah tidak tembus cahaya,
mempunyai warna putih, lembam, tidak beracun, dan harganya relatif
murah. Titanium dioksida dapat dihasilkan dari proses sulfat ataupun klorin.
Titanium dioksida (TiO2) memiliki tiga fase struktur kristal, yaitu
anatas, rutil, brookit. Akan tetapi hanya anatas dan rutil saja yang
keberadaanya di alam cukup stabil. Kemampuan fotoaktivitas
semikonduktor TiO2 dipengaruhi oleh morfologi, luas permukaan,
kristanilitas dan ukuran partikel.Rutil mempunyai struktur kristal mirip
dengan anatas, dengan pengecualian bahwa Ti-O oktahedral patungan 4 sisi
bukan 4 sudut. Struktur rutil dan anatas dapat digambarkan sebagai rantai
oktahedral TO6 kedua struktur kristal dibedakan oleh distorsi oktahedral dan
pola susunan rantai oktahedralnya. Penataan tersebut menghasilkan
terbentuknya rantai yang tersusun dalam simetri empat lipat seperti
ditunjukan oleh Gambar 1

7
Gambar A Gambar B
Gambar 1. Anatas (A) dan rutil (B)

Perbandingan sifat struktur TiO2 jenis rutil dan anatas dapat


dilihat pada Tabel 1. Perbandingan sifat TiO2 jenis rutil dan anatas

Sifat Rutil Anatas


Bentuk kristal Tetragonal Tetragonal
Tetapan kisi a 4,58 Å 3,78 Å
Tetapan kisi c 2,95 Å 4,49 Å
Berat jenis 4,2 3,9
Indeks bias 2,71 2,52
Kekerasan 6,0-7,0 5,5-6,0
Permitivitas 114 31
Titik didih 1858 °C Berubah jadi rutil pada
suhu tinggi
Serbuk TiO2 dengan struktur rutil paling luas penggunaanya karena
indeks biasnya yang tinggi, warna yang kuat, dan sifat kimianya yang inert.
Struktur anatas lebih baik untuk aplikasi sel surya berbasis sensitiser zat warna
pada lapis tipis TiO2.

B. Fotokatalis TiO2
Fotokatalis adalah reaksi yang melibatkan cahaya (fotoreaksi) dan
mengalami peningkatan kecepatan reaksi akibat adanya katalis yang
mengabsorbsi energi cahaya ultraviolet (UV) sehingga menghasilkan senyawa
pereduksi dan pengoksidasi pada permukaan katalis. Proses di atas didasarkan
pada kemampuan ganda suatu material semikonduktor (misalnya TiO2, ZnO,
Fe2O3, CdS, ZnS) untuk menyerap foton dan melakukan reaksi transformasi
antar muka material secara simultan.
Salah satu tipe kristal dari TiO2 adalah anatas. TiO2 tipe anatas memiliki
aktivitas fotokatalisis terbaik dibandingkan dengan struktur kristal rutil dan
8
brookit. TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki celah pita yang luas,
celah pita energi rutil adalah 3,00 ev sedangkan celah pita energi anatas adalah
3,23 ev. TiO2 tipe anatas biasa digunakan dalam fotokatalis karena dapat
menunjukkan aktivitas fotokatalik yang tinggi. Keterbatasan semikonduktor
sebagai fotokatalis dapat diatasi dengan memodifikasi permukaan
semikonduktor dengan penambahan logam misalnya dengan penambahan
perak ke permukaan TiO2 dapat meningkatkan aktivitas fotokatalis. Secara
umum, fenomena fotokatalitik pada permukaan semikonduktor dapat dipahami
dengan penjelasan seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Jika suatu semikondutor
tipe n dikenai cahaya (hυ) dengan energi yang sesuai, maka elektron (e-) pada
pita valensi akan pindah ke pita konduksi, dan meninggalkan lubang positif
(hole, disingkat sebagai h+) pada pita valensi. Sebagian besar pasangan e- dan
h+ ini akan berekombinasi kembali, baik di permukaan atau di dalam bulk
partikel. Sementara itu sebagian pasangan e- dan h+ dapat bertahan sampai pada
permukaan semikondutor. Dimana h+ dapat menginisiasi reaksi oksidasi dan
dilain pihak e- akan menginisiasi reaksi reduksi zat kimia yang ada disekitar
permukaan semikonduktor

Gambar 2. Skema fotoeksitasi yang diikuti oleh deeksitasi


pada permukaan semikonduktor

9
Mekanisme yang menggambarkan efek fotokatalitik dari TiO 2 dapat
diamati pada Gambar 3 [6].

Gambar 3. Mekanisme perpindahan elektron karena adanya pengaruh cahaya pada


TiO2.

Gambar 3 menunjukkan tahapan utama mekanisme fotokatalitik pada


semikonduktor TiO2 yang meliputi :
a. Pembentukan muatan oleh foton: jika fotokatalis dikenai radiasi foton (hυ)
dengan energi hυ yang besarnya sama atau melebihi energi celahnya (Eg),
maka satu elektron akan tereksitasi ke dalam pita konduksi (ecb-) dengan
meninggalkan kekosongan pada pita valensi (hvb+). Reaksi tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut.
TiO2 + hυ hvb+ + ecb-
b. Rekombinasi pembawa muatan: kekosongan (lubang pada pita valensi (h vb+)).
dapat bertindak sebagai oksidator yang cukup kuat dan dapat bergabung
dengan elektron pada pita konduksi (ecb-) sambil melepas panas. Reaksi
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
ecb- + {>TiIV OH } >TiIV OH
hvb+ + {>TiIV OH } >TiIV OH
c. Jika dalam sistem terdapat substrat yang dapat teroksidasi maka lubang pada
pita valensi (hvb+) akan menginisiasi reaksi oksidasi terhadap substrat
tersebut.
d. Jika di dalam sistem terdapat suatu oksidator (misal oksigen) maka dapat
terjadi inisiasi reaksi reduksi oleh elektron pada pita konduksi (ecb-).
e. Reaksi fotoreduksi terkatalis dan reaksi termal lanjutan (misal reaksi
hidrolisis atau reaksi dengan oksigen aktif) akan menghasilkan gas CO 2, H+,
Cl-, dan H2O.
10
f. Penjebakan(trapping) elektron pada pita konduksi (ecb-) ke permukaan
fotokatalis TiIV OH membentuk TiIIIOH. Reaksi tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut:
ecb- + >TiIV OH {>TiIV OH }
ecb- + TiIV TiIII
g. Penjebakan (trapping) lubang pada pita valensi (hvb+) ke dalam permukaan
gugus titanol menghasilkan OH•. OH• pada permukaan TiIVOH dapat
bertindak sebagai oksidator. Reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
hvb++ >TiIV OH {>TiIV OH }+

C. Fotodegradasi
Fotodegradasi adalah reaksi pemecahan senyawa oleh adanya cahaya.
Proses fotodegradasi memerlukan suatu fotokatalis, yang umumnya
merupakan bahan semikonduktor. Prinsip fotodegradasi adalah adanya
loncatan elektron dari pita valensi ke pita konduksi pada logam
semikonduktor jika dikenai suatu energi foton. Loncatan elektron ini
menyebabkan timbulnya hole (lubang elektron) yang dapat berinteraksi
dengan pelarut (air) membentuk radikal OH•. Radikal bersifat aktif dan dapat
berlanjut untuk menguraikan senyawa organik target.
Proses fotodegradasi akan diawali dengan oksidasi ion OH- dari H2O
membentuk radikal, setelah suatu semikonduktor (sebagai contoh adalah
TiO2) menyerap cahaya membentuk hole. Mekanisme reaksi yang diusulkan
adalah sebagai berikut:

Sedangkan reaksi fotodegradasi metilen biru dapat dituliskan


sebagai berikut :

Diantara beberapa logam fotokatalis, oksida Ti dilaporkan memiliki


aktivitas yang cukup besar dan efektif selain murah dan non toksik. Dalam
reaksi fotokatalis dengan TiO2 dalam bentuk kristal anatas TiO2 dilaporkan

11
sebagai komponen aktif sedangkan dalam bentuk rutil kurang menunjukkan
aktivitasnya.
TiO2 dengan bentuk kristal anatas dan rutil jika dikenai suatu sinar
UV dengan λ <385 nm untuk anatas dan λ = 405 nm untuk rutil, akan
menghasilkan spesies ditunjukkan H+ pada permukaannya. Oleh karenanya
TiO2 mampu mengoksidasi spesies kimia yangmempunyai potensi redoks
yang lebih kecil. Pengurangan ukuran kristal berguna untuk menekan
rekombinasi fotoeksitasi elektron (e-) dan lubang (H+).

D. Perak (Ag)
Perak merupakan logam putih dapat dilihat dan ditempa. Rapatannya
tinggi (10,5 g ml-1), tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer, tetapi
dapat larut dalam asam nitrat pekat. Perak murni memiliki konduktivitas
kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki
resistansi kontak yang sangat kecil. Perak meleleh pada suhu 960 oC dalam
suasana karbon monoksida, menguap pada suhu sekitar 850oC dan mendidih
pada suhu 1955oC.
Penempelan logam pada permukaan semikonduktor merupakan salah
satu metode modifikasi permukaan semikonduktor. Logam dapat
meningkatkan produk fotokatalitik atau meningkatkan kecepatan reaksi
fotokatalitik. Mekanisme migrasi elektron pada permukaan semikonduktor
yang termodifikasi logam melalui tahap eksitasi elektron dari pita valensi ke
pita konduksi dan setelah mengalami eksitasi, elektron bermigrasi menuju
logam dan terperangkap dalam logam (Gambar 4).

Gambar 4. Migrasi elekron dari perak (Ag) ke pita konduksi (PK) TiO2
(PV = pita valensi dan PK = pita konduksi)

12
Nanopartikel TiO2 yang tersensitifkan Ag menunjukkan perubahan
potensial negatif dan arus anoda dalam merespon penyinaran cahaya tampak,
sehingga atas dasar ini dapat diaplikasikan untuk fotovoltaik, fotokatalis, dan
sensor plasmon.

E. Metilen Biru
Metilen biru, juga juga dikenal sebagai kapas biru, helvetia biru,
asam biru 93, atau CI 42780, adalah senyawa kimia aromatis heterosiklik
dengan rumus molekul C16H18N3SCl. Metilen biru merupakan pewarna
thiazine yang kerap digunakan sebagai pewarna sutra, wool, tekstil, kertas,
peralatan kantor, kosmetik dan fungsida pada akuarium [39]. Di beberapa
tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena diketahui
mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan kemampuan
warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan
lainnya termasuk lem akuarium. Senyawa ini berupa kristal berwarna hijau
gelap pada suhu kamar. Ketika dilarutkan dalam air atau alkohol akan
menghasilkan larutan berwarna biru. Larutan metilen biru dapat memberikan
warna biru apabila berada pada lingkungan dengan tingkat oksidasi yang
tinggi. Memiliki berat molekul 319.86 gr/mol, dengan titik lebur di 105oC dan
daya larut sebesar 4,36 x 104 mg/L.

Reaksi substitusi aromatik eletrofilik, misalnya fenol dan amina


aromatik bereaksi dengan elektrofilik arildiazonium dan akan menghasilkan
senyawa azo, senyawa azo memiliki gugus azo –N=N–. Semua senyawa azo
berwarna, seperti metilen jingga dan metilen biru. Metilen biru merupakan
fotosensitizer yang digunakan untuk membuat oksigen singlet apabila
terkena oksigen dan cahaya. Hal ini digunakan untuk membuat peroksida
organik oleh reaksi Diels-Alder. Struktur metilen biru ditunjukkan pada
Gambar. 5.

13
Gambar 5. Struktur Metilen Biru

F. Difraksi Sinar-X
Difraksi sinar-X adalah teknik analitik yang serbaguna untuk
menentukan kristal suatu padatan, seperti keramik, logam, material
elektronik, organik, dan polimer. Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan
elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan
monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang
konstruktif.
Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi kristal
adalah berdasarkan persamaan Bragg: n.λ = 2.d.sinθ ; n = 1,2,... Dengan λ
adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak antara dua
bidang kisi, θ merupakan sudut antara sinar yang terjadi dengan penampang
lapisan sehingga lebih dikenal sebagai sudut Bragg, dan n adalah
bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan. Ketika panjang garis
edar kristal (2d sin θ) merupakan multi panjang gelombang, interferensi yang
menguatkan terjadi dan intensitas difraksi dapat ditentukan. Intensitas difraksi
berhubungan dengan puncak yang akan menentukan tipe dan pengaturan
atom-atom pada setiap lapisan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada
sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang
memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal
tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian
diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal
yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang
dihasilkannya.
Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang
kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Ilustrasi
Hukum Bragg dapat dilihat pada Gambar 6 [44].

14
Gambar 6. Ilustrasi Hukum Bragg

Puncak yang melebar menunjukkan kristalinitas rendah (amorf),


sedangkan puncak yang meruncing menunjukkan kristalinitas yang lebih
baik. Difraksi sinar-X sangat penting pada identifikasi senyawa kristalin.
Kekuatan dari cahaya yang terdifraksi tergantung pada kuantitas material
kristalin yang sesuai di dalam sampel sehingga sangat mungkin
mendapatkan analisa kuantitatif dari sejumlah relatif konstituen dari
campuran senyawa padatan.

G. Transmission Electron Microscopy (TEM)


Transmission Electron Microscopy (TEM) merupakan mikroskop
elektron yang cara kerjanya mirip dengan proyektor slide dimana elektron
ditembuskan ke dalam objek. TEM digunakan untuk menentukan bentuk dan
ukuran partikel yang sangat teliti karena memiliki resolusi yang tinggi serta
untuk mengetahui keteraturan lapisan tipis pada permukaan partikel. Partikel
dengan ukuran beberapa nanometer dapat diamati dengan jelas menggunakan
TEM.
Prinsip kerja dari TEM adalah sampel ditempatkan di mikroskop dan
kemudian dibombardir dengan elektron yang berenergi tinggi. Ukuran sampel
biasanya harus lebih tipis dari ~ 2000 Å. Proses yang terjadi saat sampel
dibombardir dengan elektron seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses Sampel yang Dibombardir dengan Elektron

Komponen dasar dari TEM terdiri dari elektron gun, lensa kondenser,
sampel, objek lensa, bidang difraksi, intermediate image, lensa proyektor, dan

15
layar fluorescen. Elekton dipancarkan dari filamen tungsten (electron gun)
yang dipercepat melalui tegangan tinggi (50 ke 1000 kV). Hubungan panjang
gelombang dengan percepatan tegangan adalah.
λ = һ (2meV)-1/2
dimana m dan e adalah massa dan muatan elektron, pada tegangan tinggi
kecepatan elektron mendekati kecepatan cahaya, m meningkat karena adanya
efek relativistik.

H. Spektroskopi UV-Vis
Spektrofotometer sinar tampak dan Ultraviolet ( UV-Vis) merupakan
suatu alat yang melibatkan spectra energi dan spektrofotometri. Prinsip dasar
spektroskopi UV-Vis adalah terjadinya transisi elektronik yang disebabkan
penyerapan sinar UV-Vis yang mampu mengeksitasi elektron dari orbital
yang kosong. Umumnya, transisi yang paling mungkin adalah transisi pada
tingkat tertinggi (HOMO) ke orbital molekul yang kosong pada tingkat
terendah (LUMO). Pada sebagian besar molekul, orbital molekul terisi pada
tingkat energi terendah adalah orbital σ, sedangkan orbital π berada pada
tingkat energi yang lebih tinggi. Orbital non ikatan (n) yang mengandung
elektron–elektron yang belum berpasangan berada pada tingkat energi yang
lebih tinggi lagi, sedangkan orbital–orbital anti ikatan yang kosong yaitu σ*
dan π* menempati tingkat energi yang tertinggi.
Intensitas penyerapan dijelaskan dengan hukum lambert-beer. Hukum
Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh
suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang
datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam
bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat
dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut.
A=εbc
Keterangan:
A = Absorbansi
ε = absorptivitas molar (dalam L mol-1 cm1)
c = konsentrasi molar (mol L-1)
b = panjang/ketebalan dari bahan/medium yang dilintasi oleh cahaya (cm).

16
I. Spektroskopi Serapan Atom (AAS)
Atomic Absorption Spectroscopy atau disebut AAS merupakan
penentuan kadar unsur-unsur logam dan unsur yang bersifat logam dan semi
logam yang terdapat dalam suatu cuplikan yang berkadar rendah. Dasar
metodenya adalah interaksi antara tenaga radiasi dengan atom yang
dianalisis. Jika atom menyerap tenaga foton dari sinar tampak atau
ultraviolet yang sesuai maka elektron valensi dari atom akan dipindahkan
dari tingkat tenaga dasar ke tingkat tenaga tereksitasi. Setiap atom akan
memiliki panjang gelombang serapannya juga berbeda. Besarnya serapan
merupakan fungsi dari banyaknya atom yang ada.
Prinsip kerja dari spektrofotometer serapan atom adalah larutan sampel
yang mengandung unsur logam ion perak diatomisasi membentuk molekul
dalam fase gas oleh burner dan nebulizer. Molekul yang teratomisasi
merupakan atom netral yang berada dalam keadaan dasar. Sumber radiasi
yang berupa lampu elektroda cekung memancarkan frekuensi radiasi
resonansi dari unsur ion perak, kemudian sinar diteruskan pada
monokromator. Monokromator akan menyeleksi sinar yang dikehendaki
sehingga diperoleh sinar resonansi. Sinar resonansi diteruskan ke detektor
yang akan mengubah intensitas sinar menjadi pulsa listrik yang kemudian
menuju amplifier dan sistem pembacaan (pencatat).

J. Penelitian yang Relevan


Penelitian Titanium dioksida (TiO2) merupakan semikonduktor dengan
beda energi antar pita (Eg) 3,0 - 3,3 eV dan transparan di daerah sinar tampak.
Beda energi antar pita (Eg) TiO2 tergantung dari rasio bentuk kristalnya [52],
dimana bentuk kristal anatas memiliki Eg 3,2 eV lebih besar dibandingkan
kristal rutil (Eg=3,0 eV). Dengan harga Eg pada kisaran tersebut,
fotoaktivitas TiO2

17
Produk TiO2/Ag tidak akan didapatkan pada suhu 120oC, setelah suhu
dinaikkan 1500C maka terjadi pembentukan shell anatas TiO 2 yang
tersupportkan perak, hal ini ditandai dengan munculnya puncak difraksi pada
2θ = (38.1, 44.2, 64.3, dan 77.30 ) sesuai untuk perak, dan puncak (25.2 ,38.1,
0
47.8, 54.3, 62.8, dan 69.0 ) sesuai untuk fasa anatas murni. Pada TEM
Ag/anatas menunjukkan bahwa terdapat nanopartikel bulat dengan diameter
sekitar 6 nm, sedangkan pada UV-vis ditunjukkan dengan adanya spektrum
penyerapan larutan toluena dari Ag/TiO2 anatas dengan pita absorbansi di
421 nm.

K. Kerangka Berfikir
Titanium dioksida merupakan fotokatalitik yang mampu mendegradasi
berbagai senyawa organik. Karakter dari TiO2 yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan fotokatalitik untuk mendegradasi suatu senyawa
meliputi ukuran dan bentuk partikel, struktur kristal, dan energi gap. Sebagai
contoh, kemampuan fotokatalitik TiO 2 akan meningkat apabila memiliki ukuran
partikel dalam kisaran nanometer. Sedangkan faktor lingkungan meliputi
panjang gelombang dan intensitas sinar yang diterima.
TiO2 yang digunakan sebagai fotokatalis lingkungan dapat dioptimalkan
aktivitasnya dengan melakukan modifikasi material. Karakter TiO 2 dapat
dimodifikasi dengan mendispersikan zat pensensitif Ag pada saat sintesis. TiO 2
merupakan suatu bahan fotokatalis sedangkan Ag adalah sensitizer.
Nanopartikel TiO2 yang tersensitifkan Ag menunjukkan perubahan potensial
negatif dan arus anoda dalam merespon penyinaran cahaya tampak, sehingga
atas dasar ini dapat diaplikasikan untuk fotovoltaik, fotokatalis, dan sensor
plasmon. Proses fotokatalitik untuk mendegradasi metilen biru dapat diamati
menggunakan spektrofotometer sinar tampak.

L. Doping Elemen Logam dan Non logam


Doping ialah salah satu cara atau metode yang digunakan guna
mengontrol sifat semikonduktor dengan cara menambahkan ion logam
maupun nonlogam pada struktur kisi TiO2. Teknik ini dapat mempengaruhi
sifat semikonduktor seperti sifat optik, magnetik, dan elektronik.
Semikonduktor yang didoping di bawah cahaya tampak atau UV dan

18
disebabkan oleh tingkat energi baru diproduksi pada celah pita
semikonduktor oleh dispersi atom dopan (kation atau anion) dalam struktur
kristal semikonduktor.
Logam transisi termasuk dalam jenis logam yang telah dikembangkan
untuk aktivitas fotokatalis. Logam transisi terbukti dapat menunjukkan hasil
yang sebanding dengan logam mulia. Doping semikonduktor TiO2
menggunakan elemen logam dilakukan dengan proses implantasi ion yaitu
proses penambahan sejumlah kecil ion ke permukaan semikonduktor TiO 2
dan nantinya berinteraksi dengan atom di bawah permukaan. Beberapa
doping elemen logam telah dilakukan seperti alkali, alkali tanah, transisi dan
unsur lantanida.
Salah satu elemen logam yang berpotensi mampu menggeser daerah
serapan sinar pada fotokatalis TiO2 anatase ke daerah panjang gelombang
yang lebih panjang adalah kation besi (III) atau Fe3+. Fe diketahui memiliki
jari-jari ionik lebih kecil dibandingkan kation Ti (IV) (kation Fe (III) sebesar
0,55 Å dan kation Ti(IV) sebesar 0,61 Å, sehingga kation ini mampu
menggantikan beberapa kation Ti (IV) pada struktur kisi TiO2 [10]. Struktur
kristal TiO2-Fe ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Struktur kristal (a) TiO2 murni dan (b) TiO2-Fe [25].

19
Doping elemen non logam, pengotor berada di dekat pita valensi tetapi tidak
bertindak sebagai pembawa muatan (kation). Pengotor akan menempati posisi oksigen
yang menyebabkan sebagian besar pita valensi TiO 2 terdiri dari keadaan O 2p. Orbital
p ini akan berpasangan dengan orbital p pengotor, sehingga menyebabkan keadaan
elektronik pengotor di atas pita dan menghasilkan penyempitan energi celah pita. Secara
teori TiO2 yang didoping dengan elemen nonlogam seperti N menunjukkan bahwa
keadaan dopan N 2p muncul di bagian atas pita valensi dan kemudian bercampur
dengan keadaan O 2p sehingga menyebabkan penurunan celah pita [26]. Struktur kristal
TiO2-N ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Struktur kristal (a) TiO2 murni, (b) TiO2-N [27].

20
M. Metode Sol-Gel
Metode sol-gel ialah salah satu metode yang dilakukan untuk membuat suatu
material padat berukuran nano, biasa digunakan untuk sintesis oksida logam
seperti contoh silikon (Si) dan titanium (Ti). Metode ini paling banyak digunakan
karena kemungkinan memperoleh struktur morfologi homogenitas yang sangat
baik, dan menghasilkan material dengan kemurnian serta kekuatan yang cukup
tinggi daripada dengan metode lainnya. Proses sol-gel terjadi dalam beberapa
tahapan yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Diagram alir umum proses sol-gel [32].

Pada umumnya, tahapan pada metode sol-gel terbagi tiga bagian, yaitu
hidrolisis, kondensasi alkohol, dan kondensasi air.

M  O  R  H2O  M  OH  R  OH (Hidrolisis) (1)

M  OH  HO  M  M  O  M  H2O (Kondensasi air) (2)

M  O  R  HO  M  M  O  M  R  OH (Kondensasi alkohol) (3)

21
Pada tahapan hidrolisis terjadi reaksi penggantian gugus alkoksida (𝑂𝑅)
oleh gugus hidroksil (−𝑂𝐻). Kemudian logam prekursor (alkoksida) dilarutkan
dalam alkohol dan nantinya prekursor tersebut akan terhidrolisis dengan cara
penambahan air. Kemudian untuk tahap kondensasi akan terjadi setelah reaksi
hidrolisis selesai. Molekul yang sudah terhidrolisis akan akan membentuk ikatan
siloksan (𝑆𝑖 − 𝑂 − 𝑆𝑖), dua logam yang digabungkan melalui rantai oksigen. Pada
tahap Aging atau pematangan terjadi reaksi yaitu terbentuknya jaringan gel yang
menyusut di dalam larutan dan lebih kuat. Dan pada fase cair atau pelarut yang
tersisa harus dihilangkan atau dibuang melalui proses drying atau pengeringan
yang disertai dengan penyusutan dan densifikasi .
Nanopartikel TiO2 yang dibuat melalui metode sol-gel sangat kristalin.
Metode sol-gel sering digunakan karena homogenitas prekursor awal pada skala
molekular, suhu pemrosesan rendah, hemat biaya, dan pendopingan yang mudah.
Biasanya, dalam metode sol-gel, endapan turunan sol-gel bersifat amorf. Oleh
karena itu, diperlukan perlakuan panas lebih lanjut untuk menginduksi kristalisasi.
Untuk menginduksi transisi dari fase amorf ke fase anatase, diperlukan suhu yang
lebih tinggi dari 300°C, dan ini akan menghasilkan ukuran partikel yang
signifikan. Namun, TiO2 untuk aktivitas fotokatalitik bergantung pada ukuran
partikel dan kristalinitas.
Persamaan reaksi pembentukan nanopartikel TiO2 dengan menjadikan
Titanium isopropoxide (TTIP) sebagai prekursor utama dan etanol sebagai pelarut
ditunjukkan pada persamaan (4)

Ti4 (OC H) 
 4C H OH   Ti4 (OH) 
 2C H O (4)
3 7 4(l ) 2 5 (l ) 4 (s) 10 21 2

Senyawa TiO2 diperoleh dari hasil oksidasi senyawa Ti(OH)4 seperti


dideskripsikan pada persamaan (5)

Ti4 (OH)  4 2  2H O (5)


 Ti O
4 (s) 2 (s)

22
Dengan stoikiometri diatas, diperoleh besar massa (gram) yang
nantinya digunakan untuk menentukan volume (liter) yang dibutuhkan untuk
mensintesis TiO2.

N. Karakterisasi TiO2
Karakterisasi merupakan pemeriksaan untuk mengetahui beragam
sifat kimia maupun fisika pada nanomaterial TiO 2 yang telah disintesis, yang
kemudian akan dicocokkan dengan standar database atau referensi yang ada.
Digunakan beberapa karakterisasi pada penelitian ini yaitu: X-Ray
Fluorescence (XRF), X-ray Diffraction (XRD), dan Spektrofotometer UV-
Vis.

O. X-Ray Fluorescence (XRF)


XRF adalah suatu teknik yang berfungsi untuk menganalisa
komposisi komposisi unsur apa saja yang terkandung dalam suatu material
yang telah disintesis dengan interaksi sinar-X terhadap material tersebut [35].
Karakterisasi XRF hanya membutuhkan jumlah sampel (material) yang
sangat sedikit yaitu sekitar 1 gram. Skema alat XRF ditunjukkan pada
Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Skema alat XRF.

Dengan skema alat diatas, prinsip kerja XRF ditunjukkan pada Gambar 2.7.

23
Gambar 2.7. Prinsip XRF.

Pada teknik ini terjadi beberapa interaksi berbeda antara sinar-X terhadap
sampel yaitu terjadi absorpsi, difraksi, refraksi, dan emisi. Proses absorpsi sinar-
X dalam materi dapat menghasilkan fonon yaitu merangsang atom dengan emisi
foto-elektron. Karena tingginya energi sinar-X yang mengenai sampel, elektron
akan terlepas menghasilkan sinar-X 𝐾α dan mengalami kekosongan yang
mengakibatkan keadaan tidak stabil. Jika kekosongan di kulit tersebut diisi oleh
elektron terluar, atom akan masuk ke keadaan dasar dan energi dapat
dipancarkan sebagai radiasi elektro-magnetik menghasilkan energi sinar-X 𝐾β.
Proses ini disebut fluoresensi sinar-X karena dapat dieksitasi oleh radiasi atau
dapat disebut juga emisi (pancaran).

P. X-ray Diffraction (XRD)


Pengujian XRD ialah teknik yang dilakuan untuk menganalisis serta
mengidentifikasi fasa kristalin dan dapat memberikan berbagai informasi
tentang dimensi sel unit seperti fasa yang terbentuk, parameter kisi, dan
regangan [38]. Difraksi sinar-X didasarkan oleh interferensi yang sangat
menguatkan (kontruktif) sinar-X monokromatik serta sampel. Penghasil
Sinar-X yaitu tabung sinar katoda, kemudian disaring dan menghasilkan
radiasi monokromatik, lalu diarahkan ke sampel. Ilustrasi skema alat XRD
dapat dilihat pada Gambar 2.8.

24
Gambar 2.8. Skema alat XRD.

Ketika keadaan memenuhi persamaan Bragg, Interaksi sinar yang


datang kemudian mengenai sampel menghasilkan interferensi konstruktif
(dan sinar terdifraksi). Persamaan Bragg dapat ditulis secara matematis
menggunakan persamaan (6) dan skema difraksi sinar-X ditunjukkan pada
Gambar 2.9.

n  2d sin (6)

Dengan 𝑛 = bilangan bulat (1, 2, 3, 4…..), λ = panjang gelombang radiasi sinar-


X,
d = jarak antar bidang dalam kristal, dan θ = sudut difraksi [39].

Gambar 2.9. Skema difraksi sinar-X oleh atom-atom kristal.

25
Q. Spektrofotometer UV-Vis
Teknik spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengukur energi
absorbsi, transmisi, dan refleksi. Besar kecilnya energi celah pita, ditentukan
oleh spektrum serapan material komposit. Jika suatu material disinari dengan
cahaya monokromatik, maka radiasi tersebut akan dipantulkan (refleksi),
diserap (absorbsi), dan ditransmikan. Teknik ini akan menentukan komposisi
sampel berdasarkan interaksi antara sampel dan cahaya. Alat yang digunakan
pada teknik spektrometer UV-Vis disebut spektrofotometer. Cahaya yang
digunakan berupa cahaya tampak, UV, dan infrared. Skema kerja
spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Skema kerja spektrofotometer UV-Vis [41].

Pada pengujian UV-Vis akan diperoleh data absorbansi dan


transmitansi pada panjang gelombang dan dapat dihitung menggunakan
metode Tauc [42]. Metode Tauc digunakan untuk menentukan energi celah
pita (band gap) dengan mengekstrapolasi kurva linear antara E (eV) pada
sumbu-𝑥 dan (𝛼ℎ𝑣)𝑛 pada sumbu-𝑦 [40]. Hubungan antara energi foton
(ℎ𝑣) dan koefisien absorbsi (𝛼) dapat ditentukan pada persamaan (7).

( hv)n  A(hv  Eg) (7)

Dengan 𝐴=
ℎ = 6,63 × 10−34J.s, konstanta
proposional
Eg = energi celah pita energi dan eksponen 𝑛 tergantung pada sifat dari
transisi sampel. Untuk 𝑛 =

26
½ (direct allowed), 𝑛 = 3/2 (indirect allowed), 𝑛 = 2 (indirect allowed), dan
untuk 𝑛 = 3 (indirect forbidden).

Untuk sumbu-𝑥, nilai E dapat diperoleh menggunakan konstanta


Planck [43] dengan persamaan (8)

hc
E
 (8)
Dengan 𝐸 = energi foton, ℎ = konstanta Planck, 𝑐 = kecepatan
cahaya, 𝜆 = panjang gelombang. dan untuk sumbu-𝑦, nilai (𝛼ℎ𝑣)𝑛
diperoleh menggunakan hukum Lambert Beer dengan persamaan (9)

I 
I0  e
(9)

dengan 𝐼 adalah intensitas dari cahaya yang ditransmisikan, I0 adalah

intensitas cahaya awal, 𝛼 adalah koefisien absorbansi, dan adalah


panjang jalan cahaya tempat absorbansi berlangsung.
Dari persamaan (9) diperoleh persamaan (10) yang didapat dituliskan
sebagai berikut

  2,303 A (cm-1) (10)

R. Fotokatalisis TiO2
Menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC),
fotokatalis yaitu suatu istilah yang ditunjukkan untuk reaksi yang terjadi dengan
adanya bantuan suatu katalis (semikonduktor) dan cahaya [3]. Fotokatalisis
pertama dilakukan oleh Fujishima dan Honda pada tahun 1972 dengan
mendemonstrasikan fotoiradiasi elektroda yang dilapisi TiO2 direndam dalam
elektrolit berair dan menyebabkan produksi O2 dan H2 dari TiO2 dan
elektroda, masing-masing (disebut efek Honda-Fujishima). Reaksi fotokatalisis
dimulai dengan foton yang diserap oleh energi yang lebih besar dari band gap
fotokatalis.

27
Foton yang diserap menciptakan pemisahan muatan electron diangkat
dari pita valensi semikonduktor menuju pita konduksi, minciptakan hole di
pita valensi. Proses awal terjadinya fotokatalis pada semikonduktor adalah
eksitasi elektron ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Mekanisme fotoeksitasi elektron pada semikonduktor.

Berdasarkan mekanisme diatas, berikut susunan reaksi yang terjadi dalam


fotokatalisis pada semikonduktor,

TiO  hv  e  h (11)
2 cb vb

h  H O  H   HO (12)
vb 2

e 
O 
O (13)
cb 2 2

O   H   HO 
2 (14)

HO   HO   H O  O
(15)
2 2 2 2 2

R  HO  CO  H O
(16)
2 2

Ketika semikonduktor TiO2 dikenai dengan energi lebih tinggi dari


energi celah pitanya, elektron akan bergerak dari pita valensi ke pita
konduksi dengan hole (ℎ+𝑣𝑏) berada pada pita valensi dan elektron (𝑒−𝑐𝑏)
28
berada pada pita konduksi. Elektron yang tereksitasi dapat mereduksi
substrat apapun atau bereaksi dengan elektron seperti O2 pada permukaan
semikonduktor atau dilarutkan dalam air, kemudian mereduksinya menjadi
anion radikal superoksida (𝑂2−∗). Di sisi lain, hole dapat mengoksidasi
molekul organik untuk membentuk R+, atau berinteraksi serta bereaksi
dengan −𝑂𝐻 atau H2O, kemudian mengoksidasinya menjadi radikal 𝐻𝑂∗.
Oksidan tinggi lainnya seperti radikal peroksida juga berperan dan
bertanggung jawab untuk fotodekomposisi substrat organik. 𝐻𝑂∗ cukup kuat
sebagai zat pengoksidasi yang dapat mengoksidasi sebagian besar polutan ke
karbondioksida dan air.

S. Zat Warna Rhodamin B sebagai Limbah Pencemaran Air


Air merupakan sumber kebutuhan utama bagi makhluk hidup.
Ketersediaan air yang bersih dan segar semakin terus menurun, pemakaian
air telah melebihi pasokan yang tersedia, hal ini terjadi karena peningkatan
populasi dan peningkatan jumlah industri yang semakin berkembang.
RhB ialah salah satu zat warna yang cukup sering digunakan oleh
industri tekstil dengan rumus kimia C28H31ClN2O3. Rhodamin B bersifat
beracun dan apabila masuk kedalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit
seperti iritasi mata, kulit, pernapasan, kerusakan ginjal, kanker, dan
gangguan hati [48]. Struktur kimia Rhodamin B ditunjukkan pada Gambar
2.12.

Gambar 2.12. Struktur kimia Rhodamin B.

RhB memiliki beberapa nama lain, yaitu Tetra ethly rhodamin, Rheoninin B, D &
C Red No. 19, C.I. Basic Violet 10, C.I. No 45179, Food Red 15, ADC Rhodamin
B, Aizen Rhodamin dan Brilliant Pink B. Nama kimia dari Rhodamin B adalah N-

29
[9-(Carboxyphenyl)-6-(dimethylamino)-3H-xanthen-3-ylidene]-Nethylethanamine
florida. Pada struktur RhB terdapat ikatan senyawa klorin (Cl) yang termasuk
sebagai senyawa halogen. Senyawa halogen yang berada di dalam senyawa
organik berdampak sangat berbahaya yaitu dapat memicu pertumbuhan kanker
pada manusia.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sintesisnanopartikel TiO2 menggunakan ekstrak kulit Aloe vera (L.) Burm. f. telah
berhasildilakukan sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil karakterisasi. Hasil
karakterisasiXRD memperlihatkan semua sampel berfase anatase dengan adanya
pengotorberupa NaCl. Karakterisasi sifat optik menggunakan DRS UV-Vis
menunjukkan bahwananopartikel TiO2 hasil sintesis memiliki puncak penyerapan
pada rentang 326-330nm yang merupakan panjang gelombang sinar UV. Selain itu,
hasil EDX dan FTIR jugamengkonfirmasi keberhasilan dari sintesis nanopartikel
tersebut. Hasil analisis termalmenggunakan TG-DTA menunjukkan terjadinya
pembentukan nanopartikel TiO2direntang suhu 400ºC-500ºC dengan fase anatase
serta memperlihatkan terjadinyapenguapan air dan bahan organik pada kondisi
sebelum dan setelah kalsinasi.Morfologi permukaan semua sampel dikarakterisasi
menggunakan SEM yangmemperlihatkan bahwa sampel TO, TOAv4 dan TOAv10
memiliki partikel berbentukbulat, sedangkan TOAv20 berbentuk batang karena
adanya aglomerasi. Aglomerasiini terjadi karena meningkatnya interaksi antara zat
penstabil (ekstrak) denganprekursor, sehingga partikel membentuk agregat menjadi
partikel yang lebih besar.Hasil SEM juga memperlihatkan ukuran partikel dari
sampel TO, TOAv4, TOAv10 danTOAv20 yaitu 23,4 nm; 16 nm; 14 nm dan 18 nm.
Hasil analisis luas permukaan BETmenunjukkan bahwa sampel TOAv10 memiliki
luas permukaan spesifik dan volumepori yang paling besar dibandingkan sampel
lainnya yaitu 68,46 m2/g dan 0,235 mL/gsehingga sampel TOAv10 mudah
mengalami interaksi serta bersifat lebih reaktif. Olehkarena itu, semua hasil
karakterisasi menunjukkan kondisi optimum dalam pembuatannanopartikel TiO2
yaitu pada penambahan variasi ekstrak 10% v/v (TOAv10).

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
menerima kritik dan saran yang bisa membangun dari para pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, Hasniah & dkk. 2015. Semikonduktor TIO2 Sebagai Material Fotokatalis Berulang.
Jurusan Fisika FST UIN SGD: Bandung.
Babbar, R.K. Puri. 2010. Solid State Physics-S Chand & Co Ltd. Indian Institute of
Technology: New Delhi
Fauriani, reni & dkk. 2019. Sintesis dan Karakterisasi TIO2/Ti Terdoping Fe(III)
Menggunakan Metode Anodisasi In-Situ. Universitas Tanjungpura: Pontianak
https://repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2112240001/11117054_4_095626.pdf. Diakses
Pada 27 Februari 2023.

32

Anda mungkin juga menyukai