Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA DASAR

“ PEMUAIAN ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Dasar


Dosen Pengampu: Alik Mustafidal Laili, S.Si., M.Pd

Oleh:
Rieska Rahmawati (22184206019)

KELAS 2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BHINEKA PGRI TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun tugas dan menyelesaikan Makalah Fisika Dasar
dengan judul “Pemuaian” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam proses penyusunan tugas ini, saya menjumpai hambatan serta saya juga menyadari
bahwa penulisan tugas makalah ini masih banyak kekurangan, namun berkat dukungan materi dari
berbagai pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu,
kitik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari Allah SWT. Demikian makalah ini saya buat, saya berharap semoga tugas ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi para pembacanya, atas perhatian dan waktunya
saya mengucapkan terima kasih.

Tulungagung, 20 Maret 2023

Rieska Rahmawati
DAFTAR ISI

Judul.....................................................................................................................................................................................
Kata Pengantar ....................................................................................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................................................................................
BAB I ..................................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II.................................................................................................................................................................................
PEMBAHASAN .................................................................................................................................................................
2.1 Mendeskripsikan Proses Pemuaian
BAB III ..............................................................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................................................
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan unsur kimia di alam semesta sangat melimpah. Saat ini unsur-unsur kimia telah
ditemukan sebanyak 118 unsur. Dari 118 unsur yang telah diketahui, terdapat 94 unsur yang
ditemukan dari alam dan 24 sisanya merupakan unsur sintesis (unsur buatan manusia). Sumber
unsur-unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut, dan atmosfer, baik dalam bentuk unsur bebas,
senyawa ataupun campurannya. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan berdasarkan sifatnya ke dalam
beberapa golongan, yaitu golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi).
Golongan transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur-unsur transisi dalam sistem
periodik unsur dinyatakan sebagai golongan B. Golongan transisi merupakan unsur-unsur yang
terletak antara kelompok logam reaktif dengan kelompok nonlogam serta yang memiliki subkulit d
atau subkulit f yang terisi sebagian. Golongan transisi biasanya memiliki bilangan oksidasi lebih dari
satu, hal ini disebabkan karena mudahnya unsur transisi melepaskan elektron valensinya. Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik,
semakin banyak elektron yang tidak berpasangan maka semakin kuat sifat paramagnetiknya. Unsur
transisi memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks dan larutan berwarna. Hal ini
disebabkan karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi
menyebabkan terjadinya eksitasi yaitu transisi elektronik ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan
eksitasi ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh
energi eksitasnya sehingga akan menimbulkan warna tertentu pada larutan.
Senyawa kompleks dapat berupa senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionik yang
dalam pembentukannya atom logam atau ion logam disebut sebagai atom pusat, sedangkan atom
yang dapat mendonorkan elektronnya pada atom pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa molekul
netral atau anion yang memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron dari satu atau lebih
atom donor. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki
sifat fisika dan kimia yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan
sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan golongan
transisi VB?
2. Bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan golongan
transisi VIB?
3. Bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan golongan
transisi VIIB?
4. Bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan golongan
transisi VIIIB?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan
keelektronegatifan golongan transisi VB.
2. Untuk mengetahui bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan
keelektronegatifan golongan transisi VIB.
3. Untuk mengetahui bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan
keelektronegatifan golongan transisi VIIB.
4. Untuk mengetahui bagaimana sifat unsur, jari-jari, energi ionisasi, afinitas elektron dan
keelektronegatifan golongan transisi VIIIB.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Golongan Transisi VB


a). Vanadium (V)
1). Sifat Vanadium
Vanadium merupakan salah satu unsur kimia dalam table periodik yang memiliki lambang V
dan nomor atom (Z) 23. Vanadium juga merupakan bagian golongan VB yang banyak diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari serta persenyawaannya, seperti banyak digunakan dalam pembuatan
logam tahan karat.Vanadium ditemukan dalam batuan fosfat dan beberapa bijih besi, juga terdapat
dalam minyak mentah sebagai senyawa kompleks organic.
Sifat fisika unsur vanadium berwarna abu-abu cerah, agak ringan dan dalam keadaan murni
dapat renggang. Vanadium berupa fasa padat.
Sifat kimia unsur vanadium sukar larut dalam H2SO4 dan HCI, tetapi larut dalam HF dan
HNO2. Vanadium tahan terhadap korosi karena memiliki lapisan pelindung oksida dipermukaannya.
Logam ini tidak bereaksi dengan air brom, HCI/dingin, melepaskan H2 dengan HF dan membentuk
larutan hijau. Bilangan oksidasi yang paling stabil yaitu +4 jika oksidasi pada tingkat tinggi (diatas
+4) maka vanadium tidak lagi membentuk ion sederhana dan sebaliknya vanadium akan membentuk
senyawa kovalen atau ion poliatom, oleh sebab itu vanadium bersifat oksidator yang baik.
Titik lebur vanadium adalah 1910 ℃ sedangkan titik didihnya adalah 3407 ℃. Sebagian
besar vanadium (sekitar 80 %) digunakan sebagai ferrovanadium atau sebagai aditif baja, paduan
vanadium juga digunakan dalam reaktor nuklir karena logam ini memiliki kemampuan penyerapan
neutron yang rendah. Vanadium oksida (V2O5) digunakan sebagai katalis dalam pembuatan asam
sulfat dan anhidrida maleat serta dalam pembuatan keramik, unsur ini juga ditambahkan ke kaca
untuk menghasilkan warna hijau atau biru. Kaca yang dilapisi dengan vanadium dioksida (VO2) dapat
memblokir radiasi infra merah pada suhu tertentu.
2). Jari-jari Atom Vanadium: 134 pm
3). Energi Ionisasi Vanadium
Energi ionisasi pertama: 650,9 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1414 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2830 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Vanadium: 50,6 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Vanadium: 1,6 (Skala Pauling)

b). Niobium (Nb)


1). Sifat Niobium
Niobium adalah logam tahan api dengan titik leleh tinggi, hal ini terjadi terutama dalam
asosiasi tantalum. Niobium kira-kira 10 kali lebih banyak di kerak bumi daripada tantalum. Niobium
lebih banyak daripada timbal dan lebih sedikit dari tembaga dalam kerak bumi. Mineral niobium, seri
kolumbit-tantalite, di mana kolumbit (FeNb2O6) dan tantalite (FeTa2O6) terjadi pada rasio sangat
bervariasi, yang merupakan sumber komersial utama niobium. Piroklor, kalsium natrium niobate juga
merupakan sumber komersial utama. Niobium alami terjadi sepenuhnya sebagai isotop stabil
niobium-93.
Sifat fisik dan kimia unsur niobium menyerupai tantalum. Niobium merupakan logam langka,
lunak, bisa ditempa dan berwarna putih abu-abu, unsur ini memiliki struktur kristal menyerupai
kubus. Niobium mudah bereaksi dengan oksigen, karbon, halogen, nitrogen dan sulfur bahkan pada
suhu ruang. Logam ini innert terhadap asam, bahkan aqua regia pada suhu kamar akan tetapi bereaksi
dengan panas, asam pekat dan terutama oleh basa dan oksidator. Niobium ditambang terutama dari
mineral columbite yang sebelumnya dikenal sebagai columbium (Cb).
Titik lebur niobium adalah 2477 ℃ sedangkan titik didihnya adalah 4744 ℃. Tumbuhan
umumnya hanya memiliki niobium dengan konsentrasi amat rendah dan bahkan tidak memiliki sama
sekali, meskipun beberapa lumut dapat memiliki nobium 0,45 ppm. Namun, tumbuhan yang tumbuh
dekat endapan niobium dapat mengakumulasi logam ini pada tingkat diatas 1 ppm.
2). Jari-jari Atom Niobium: 146 pm
3). Energi Ionisasi Niobium
Energi ionisasi pertama: 652,1 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1380 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2416 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Niobium: 86,1 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Niobium: 1,6 (Skala Pauling)

c). Tantalum (Ta)


1). Sifat Tantalum
Tantalum merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ta dan
nomor atom 73. Unsur jenis logam transisi ini sangat tahan korosi dan ditemukan pada mineral
tantalit, tantalum dipergunakan pada alat bedah dan implantasi karena tidak bereaksi dengan cairan
tubuh dan bahan yang tidak bersifat iritasi (melukai).
Sifat fisik dan kimia unsur tantalum yaitu berwarna abu-abu, jenis logamnya keras dan padat
mudah dibuat dan sangat konduktif terhadap panas dan listrik. Dalam keadaan murni, tantalum bisa
ditempa dan bisa dibentuk menjadi kawat halus yang digunakan sebagai filamen untuk menguapkan
logam seperti aluminium. Tantalum nyaris tidak dapat dilarutkan secara kimiawi pada suhu dibawah
150 ℃ dan hanya bisa dilarutkan oleh asam florida, larutan asam yang mengandung florida dan
sulfur trioksida bebas. Senyawa basa lambat bereaksi terhadap tantalum, pada suhu tinggi tantalum
menjadi lebih reaktif. Tantalum memiliki kemampuan gettering (mengumpulkan pengotor pada satu
lapisan strukturnya).
Titik lebur tantalum adalah 3017 ℃ sedangkan titik didihnya adalah 5458 ℃. Tantalum
bagian dari kelompok logam tahan api yang banyak digunakan sebagai komponen kecil dalam
paduan. Tantalum terdapat dalam dua fase kristal beta dan beta, fase alfa relatif elastis dan lunak.
Tantalum yang berada dalam fase beta relatif keras dan rapuh, memiliki simetri kristal bersifat
tetragonal. Fase beta adalah mestabil dan mengkonversi ke fase alfa saat pemanasan menjadi 750-775
℃. Tantalum yang alfa hampir seluruhnya fase dan fase beta biasanya ada sebagai film tipis yang
diperoleh oleh magnetron sputtering, deposisi uap kimia atau deposisi elektrokimia dari larutan
garam cair eutektik.
2). Jari-jari Atom Tantalum: 146 pm
3). Energi Ionisasi Tantalum
Energi ionisasi pertama: 761 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1500 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Tantalum: 31 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Tantalum: 1,5 (Skala Pauling)

d). Dubnium (Db)


1). Sifat Dubnium
Dubnium adalah elemen super berat atau transaktinida. Dubnium juga unsur kimia dalam
sistem periodik unsur yang mempunyai simbol Db dan nomor atom 105. Unsur ini merupakan unsur
logam sintetis yang bersifat radioaktif. Dubnium dibuat melalui reaksi fusi nuklir dan hanya
diproduksi dalam jumlah kecil, karena inti atom dubnium sangat besar maka dubnium merupakan
unsur yang tidak stabil dan dapat segera meluruh ketika membentuk.
Unsur dubnium dapat dibuat dengan menembaki unsur amerisium dengan atom-atom neon
dan menghasilkan isotop-isotop dubnium, dan dengan cepat meluruh dengan memancarkan energi
dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Senyawa yang dapat terbentuk misalnya Db2O5 (Dubnium
Pentoksida) dan DbX5 (Dubnium Halida).
Sifat fisik dubnium memiliki struktur kristal dengan bentuk padat, sifat kimianya diharapkan
serupa dengan logam transisi yaitu elemen tantalum.
Titik lebur dubnium adalah 1890 ℃ sedangkan titik didinya dubnium adalah 3380 ℃.
2). Jari-jari Atom Dubnium: 139 pm
3). Energi Ionisasi Dubnium
Energi ionisasi pertama: 665 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1547 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2378 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Dubnium
5). Keelektronegatifan Dubnium

2.2 Golongan Transisi VIB

a). Kromium (Cr)


1). Sifat Kromium
Kromium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan
nomor atom 24. Kromium merupakan salah satu logam berat yang tidak ditemukan di alam bebas.
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh
logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Dalam jumlah kecil kromium
dibutuhkan oleh manusia yaitu sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari dalam
jumlah tertentu, tetapi akan berbahaya kalua berlebihan terpapar oleh tubuh manusia karena dapat
menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan gijal.
Sifat fisik dan kimia kromium berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau dan keras. Semua
senyawa kromium dapat dikatakan beracun, meskipun kromium berbahaya tetapi kromium banyak
digunakan dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang kimia kromium digunakan sebagai katalis
seperti K2Cr207 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif.
Titik lebur kromium adalah 1907 ℃ sedangkan titik didinya adalah 2671 ℃. Logam
kromium sangat tahan terhadap korosi, karena reaksi dengan udara menghasilkan lapisan Cr 2O3 yang
bersifat nonpori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi dari reaksi lebih lanjut. Dengan
sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama kromium yaitu sebagai pelapis logam atau baja. Selain
itu, lapisan kromium juga menghasilkan warna yang mengkilat sehingga memberikan manfaat
tambahan yaitu sebagai fungsi yang dekoratif.
2). Jari-jari Atom Kromium: 128 pm
3). Energi Ionisasi Kromium
Energi ionisasi pertama: 652,9 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1590,6 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2987 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Kromium: 64,3 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Kromium: 1,66 (Skala Pauling)

b). Molibdenum (Mo)


1). Sifat Molibdenum
Molibdenum adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mo dan
nomor atom 42. Molibdenum tidak terjadi secara alami sebagai logam bebas di bumi melainkan
ditemukan dalam berbagai tingkat oksidasi pada mineral.
Sifat fisik dan kimia, molibdenum tidak larut dengan reagen kimia yang paling umum.
Reagen kimia adalah suatu zat yang digunakan untuk mempelajari bahan-bahan lain seperti asam
atau alkali, sebagai contoh molibdenum tidak larut dalam asam klorida, asam fluorida, amonia,
sodium hidraksida atau asam sulfat encer. Reagen zat kimia ini sering digunakan untuk menguji
bagaimana suatu zat reaktif. Molibdenum tidak larut dalam panas sulfat atau asam nitrat, logam ini
tidak bereaksi dengan oksigen pada suhu kamar dan juga tidak bereaksi dengan oksigen pada
temperatur tinggi.
Titik lebur molibdenum adalah 2623 ℃ sedangkan titik didinya adalah 4639 ℃. Seperti
halnya kromium, konfigurasi elektron molibdenum menyimpang dari diagram aufbau. Konfigurasi
elektron tingkat dasar molibdenum adalah d5sl, dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang
stabil. Apabila dilihat dari struktur elektronnya, molibdenum diharapkan untuk membentuk senyawa-
senyawa dengan tingkat oksidasi dari (+l) sampai (+6).
2). Jari-jari Atom Molibdenum: 139 pm
3). Energi Ionisasi Molibdenum
Energi ionisasi pertama: 684,3 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1560 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2618 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Molibdenum: 71,9 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Molibdenum: 2,16 (Skala Pauling)
c). Wolfram (W)
1). Sifat Wolfram
Wolfram adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang W dan
nomor atom 74. Wolfram diperoleh kembali setelah peleburan dengan alkali dan dilarutkan kembali
dalam air dengan pengendapan WO3 oleh asam. Oksida direduksi dengan H2 menghasilkan logamnya
sebagai bubuk abu-abu. Oksida ini tidak tidak dapat bereaksi dengan asam, tetapi larut dalam basa
membentuk larutan molibdat atau wolframat.
Sifat fisik dan kimia wolfram murni merupakan logam yang berwarna putih timah hingga
abu-abu seperti baja. Bentuk murni wolfram digunakan terutama pada perangkat elektronik. Senyawa
dan aloy-nya digunakan secara luas untuk banyak hal, yang paling dikenal adalah sebagai filamen
bola lampu, tabung sinar-x dan superaloy.Dalam keadaan tidak murni wolfram rapuh dan sukar untuk
membentuknya. Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral seperti wolframit
(Fe(Mn)WO4) dan schelit (CaWO4).
Titik lebur wolfram adalah 3422 ℃ sedangkan titik didinya adalah 5555 ℃. Karena wolfram
jarang dan senyawanya umumnya inert, efek wolfram pada lingkungan cukup terbatas. Wolfram
mudah terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan.
2). Jari-jari Atom Wolfram: 139 pm
3). Energi Ionisasi Wolfram
Energi ionisasi pertama: 770 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1700 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Wolfram: -119 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Wolfram: 2,36 (Skala Pauling)

d). Seaborgium (Sg)


1). Sifat Seaborgium
Seaborgium adalah suatu unsur kimia buatan dengan nomor atom 106 dan lambang Sg dalam
tabel periodik. Seaborgium merupakan unsur yang sangat tidak stabil dengan isotop yang memiliki
waktu paruh (kebanyakan) diukur dalam detik. Ketidakstabilan ini membuat seaborgium mustahil
untuk ditemukan di alam. Seaborgium juga merupakan salah satu unsur transuranium, seaborgium
dibuat dengan membombardir californium -249 dengan inti oksigen -18. Atom seaborgium
dihasilkan, ditermal dan kemudian direaksikan dengan O2/HCI solusi.
Sifat fisik dan kimia seaborgium yaitu menyatakan bahwa seaborgium cenderung memilih
bilangan oksidasi +6 dan membentuk oksi-anion SgO42- dan senyawa SgO2CI2 yang terletak pada VI
B dalam tabel periodik.
Titik lebur seaborgium adalah 6305 ℃ sedangkan titik didinya adalah 1380 ℃.
2). Jari-jari Atom Seaborgium: 132 pm
3). Energi Ionisasi Seaborgium
Energi ionisasi pertama: 747 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1733 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2484 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Seaborgium
5). Keelektronegatifan Seaborgium

2.3 Golongan Transisi VIIB

a). Mangan (Mn)


1). Sifat Mangan
Mangan disebut juga dengan batu kawi (bekawi) adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25. Mangan berupa logam transisi yang berwarna perak
metalik. Mangan diperoleh dengan ekstraksi oksida-oksidanya dari tambang bijihnya.
Sifat fisik dan kimia mangan adalah logam berwarna putih keabu-abuan seperti besi dengan
kilap metalik sampai submetalik, logam dan ion mangan bersifat paramagnetik. Massa jenis 7.21
g/cm3 pada suhu ruang, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous
dan radial. Dalam keadaan murni logam magan bersifat keras tetapi rapuh (mudah patah). Mangan
mudah teroksidasi oleh udara, bereaksi lambat dengan air dan membentuk berbagai macam senyawa
dengan tingkat oksidasi yang paling bervariasi. Mangan sangat reaktif secara kimiawi dan terurai
dengan air dingin perlahan-lahan. Beberapa senyawa mangan ditambahkan ke bensin untuk
menambah nilai oktan dan menurunkan ketukan mesin.
Titik lebur mangan adalah 1246 ℃ sedangkan titik didinya adalah 2061 ℃.
2). Jari-jari Atom Mangan: 127 pm
3). Energi Ionisasi Mangan
Energi ionisasi pertama: 717,3 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1509,0 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 3248 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Mangan
5). Keelektronegatifan Mangan: 1,55 (Skala Pauling)

b). Teknesium (Tc)


1). Sifat Teknesium
Teknesium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang mempunyai lambang Tc
dengan nomor atom 43. Logam dan senyawa teknesium jarang ditemukan di alam, kebanyakan
diperoleh dari radiasi kosmik yang sangat kuat dari molibdenum (Mo), niobium (Nb), rutenium (Ru).
Semua isotop teknesium bersifat radioaktif. Teknesium dapat mencegah korosi dan stabil dalam
melawan aktivitas neutron, sehingga dapat digunakan untuk membangun reaktor nuklir.
Sifat fisik teknesium secara organeoleptik berwarna perak, berkilau dan tidak berbau,
kepadatannya 11500 kg/m3 ,logam teknesium bersifat paramagnetik. Dan sifat kimia teknesium yaitu
tidak larut dalam asam klorida tetapi akan larut dalam asam nitrat, aqua regia, dan asam sulfat pekat.
Teknesium berfungsi sebagai katalis dalam penghancuran hidrazin oleh asam nitrat.
Titik lebur teknesium adalah 2157 ℃ sedangkan titik didinya adalah 4265 ℃.
2). Jari-jari Atom Teknesium: 136 pm
3). Energi Ionisasi Teknesium
Energi ionisasi pertama: 702 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1470 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2850 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Teknesium
5). Keelektronegatifan Teknesium: 1,9 (Skala Pauling)

c). Renium (Re)


1). Sifat Renium
Renium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang mempunyai lambang Re dan
nomor atom 75. Renium merupakan logam transisi yang berbentuk padat, berwarna putih keperakan
dengan kilau logam, logam ini tahan korosi dan oksidasi tetapi perlahan-lahan memudar di udara
lembab. Renium mempunyai daya rentang dan elastisitas tinggi, campuran renium-molibdenum
adalah superkonduktif pada suhu 10K. Renium dapat ditemukan dalam sejumlah kecil gondolinite
dan molybdenite, renium sering dijumpai dalam bentuk bubuk atau sponge dan dalam bentuk ini
renium lebih reaktif. Renium tidak terdapat di alam atau sebagai senyawa dalam mineral tertentu.
Meski demikian, renium tersebar di kerak bumi dengan jumlah 0.001 ppm. Senyawa renium
termasuk oksida, halide dan sulfida.
Sifat fisik dan kimia renium yaitu renium tidak bereaksi dengan air, renium bereaksi dengan
oksigen membentuk renium oksida sesuai reaksi 4Re(s) + 702(g) → 2Re207(s).
Titik lebur renium adalah 3186 ℃ sedangkan titik didinya adalah 5630 ℃. Renium
digunakan dengan platina sebagai katalis dalam produksi bensin bebas timbel, beroktan tinggi serta
secara luas digunakan sebagai filamen untuk spektrogaf massa. Katalis renium sangat tahan terhadap
kontaminasi dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berguna dalam hidrogenasi bahan kimia.
2). Jari-jari Atom Renium: 137 pm
3). Energi Ionisasi Renium
Energi ionisasi pertama: 760 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1260 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2510 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Renium
5). Keelektronegatifan Renium: 1,9 (Skala Pauling)

d). Bohrium (Bh)


1). Sifat Bohrium
Bohrium adalah unsur kimia sintetik dalam sistem periodik yang mempunyai lambang Bh dan
nomor atom 107. Bohrium juga elemen sintetis yang tidak terdapat di alam sama sekali dan sifatnya
radioaktif. Bohrium dianggap berwarna perak atau abu-abu dan dalam keadaan padat dalam kondisi
normal, ada 10 isotop bohrium dengan waktu paruh yang diketahui dan yang paling stabil adalah Bh-
270, yang memiliki waktu paruh sekitar satu menit. Sifat kimianya diperkirakan mirip dengan
renium. Bohrium saat ini hanya digunakan dalam penelitian ilmu, karena merupakan unsur yang
sangat tidak stabil.
Titik lebur bohrium adalah 2250 ℃ sedangkan titik didinya adalah 3900 ℃.
2). Jari-jari Atom Bohrium: 128 pm
3). Energi Ionisasi Bohrium
Energi ionisasi pertama: 740 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1690 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2570 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Bohrium
5). Keelektronegatifan Bohrium

2.4 Golongan Transisi VIIIB


a). Besi (Fe)
1). Sifat Besi
Besi adalah unsur keempat terbesar pada kerak bumi, memiliki unsur kimia dengan simbol Fe
dan nomor atom 26. Besi adalah unsur paling umum di bumi berdasarkan massa, membentuk
sebagian besar bagian inti luar dan dalam bumi. Besi digunakan untuk pembuatan baja dan paduan
lainnya yang penting dalam konstruksi dan manufaktur. Besi adalah logam ulet, berwarna abu-abu,
relative lembut dan merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup baik serta bersifat
feromagnetik. Besi tidak ditemukan bebas di alam tetapi ditemukan dalam bijih besi seperti hematit
(Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan taconite. Secara komersial besi di produksi di tungku pada suhu sekitar
2000 ℃ oleh reduksi hematit atau magnetit dengan karbon. Besi juga memiliki isotop sebanyak 24
yang umur paruhnya diketahui dengan jumlah massa 46 sampai 69. Ada tiga bentuk besi allotropik
yang dikenal dengan alpha, gamma, dan delta. Besi alfa juga dikenal sebagai ferit adalah bentuk
stabil besi pada suhu normal.
Titik lebur besi adalah 1538 ℃ sedangkan titik didinya adalah 2750 ℃.
2). Jari-jari Atom Besi: 126 pm
3). Energi Ionisasi Besi
Energi ionisasi pertama: 762,5 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1561,9 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2957 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Besi: 15,7 kJ/mol
5). Keelektronegatifan Besi: 1,83 (Skala Pauling)

b). Rutenium (Ru)


1). Sifat Rutenium
Rutenium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ru dengan
nomor atom 44. Rutenium adalah logam transisi yang keras, rapuh, berkilau, berwarna putih
keperakan yang juga termasuk dalam kelompok logam mulia dan logam platina dalam tabel periodik.
Meskipun tidak mudah ternoda, unsur murni dapat membentuk oksida reaktif yang dapat meledak
misalnya digunakan di beberapa ujung pena. Senyawa ruthenium mirip dengan yang dibentuk oleh
unsur kadmium, seperti kadmium rutenium beracun bagi manusia. Ruthenium tetroxida (RuO4)
dianggap sangat berbahaya.
Titik lebur rutenium adalah 2334 ℃ sedangkan titik didinya adalah 4150℃.
2). Jari-jari Atom Rutenium: 134 pm
3). Energi Ionisasi Rutenium
Energi ionisasi pertama: 710,2 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1620 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2747 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Rutenium
5). Keelektronegatifan Rutenium: 2,2 (Skala Pauling)
c). Osmium (Os)
1). Sifat Osmium
Osmium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Os dengan
nomor atom 76. Osmium adalah loham langka, berkilau, sangat keras, rapuh, berwarna putih
kebiruan, dan logam yang paling padat dari semua elemen. Osmium ditemukan dalam bijih platinum
dan mineral osmiridium (paduan osmium dan iridium). Secara komersial, osmium diperoleh kembali
sebagai hasil samping dari pemurnian nikel. Osmium memiliki 34 isotop, serbuk osmium diudara
membentuk osmium teroksida (OsO4) yang tajam dan beracun dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru, kulit dan mata. Osmium terutama digunakan untuk dicampur dengan logam lain dalam
kelompok platinum untuk menghasilkan paduan yang sangat keras, paduan 90% platinum dan 10%
osmium digunakan dalam implan bedah seperti alat pacu jantung dan penggantian katup jantung.
Osmium tetroxida digunakan dalam mikroskopi sebagai noda untuk jaringan lemak dan dalam
deteksi sidik jari.
Titik lebur osmium adalah 3033 ℃ sedangkan titik didinya adalah 5012 ℃.
2). Jari-jari Atom Osmium: 135 pm
3). Energi Ionisasi Osmium
Energi ionisasi pertama: 840 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1600 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Osmium
5). Keelektronegatifan Osmium: 2,2 (Skala Pauling)

d). Hasium (Hs)


1). Sifat Hasium
Hasium adalah merupakan golongan logam transisi dengan lambang Hs dengan nomor atom
108. Hasium adalah logam radioaktif sintetis yang dibuat melalui pemboman nuklir, logam ini hanya
diproduksi dalam jumlah kecil. Hasium memiliki warna abu-abu putih atau metalik abu-abu dan tidak
ditemukan bebas di alam. Hasium berbahaya karena radioaktivitasnya dan di pergunakan untuk
kepentingan penelitian saja. Isotop yang dimiliki hasium sebanyak 12 dengan jumlah massa 263
sampai 277.
Titik lebur hasium adalah 1412 ℃ sedangkan titik didinya adalah 2567 ℃.
2). Jari-jari Atom Hasium: 126 pm
3). Energi Ionisasi Hasium
Energi ionisasi pertama: 730 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1760 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2830 kJ/mol
4). Afinitas Elektron Hasium
5). Keelektronegatifan Hasium
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Unsur-unsur golongan VB terdiri dari lima unsur, yaitu Vanadium (V), Niobium (Nb),
Tantalum (Ta), Dubnium (Db). Golongan VIB terdiri dari Kromium (Cr), Molibdenum (Mo),
Wolfram (W), Seaborgium (Sg). Golongan VIIB terdiri dari Mangan (Mn), Teknesium (Tc), Renium
(Re), Bohrium (Bh). Golongan VIIIB terdiri dari Besi (Fe), Rutenium (Ru), Osmium (Os), Hasium
(Hs).
Proses pembuatan unsur transisi periode keempat melibatkan berbagai teknik dan metode,
tergantung pada jenis logam dan aplikasi yang diinginkan. Beberapa metode produksi meliputi
ekstraksi dari bijih, pemurnian dengan elektrolisis, dan reduksi dengan logam lain. Dalam rangka
memanfaatkan unsur-unsur transisi periode ke-4 secara maksimal, perlu adanya penelitian dan
pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam penggunaannya.

B. Saran
Mengingat banyaknya kegunaan unsur-unsur periode keempat dalam kehidupan sehari-hari,
maka mahasiswa/mahasiswi harus benar-benar memahami mengenai unsur-unsur periode keempat,
sehingga menjadi sebuah pengetahuan dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. (2004). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika Molecular dan Interaksi Ion dalam
Larutan.

Laboratoriy, FMIPA, Universitas Negeri Padang Indonesia, 90(1), 46-51. Suyatno, dkk. (2012). Kimia SMA/MA Kls XII
(Diknas). Diknas : Grasindo.

Zulaiha, Zila. 2011. Unsur-unsur Golongan VIB. http://blogspot.com. Diakses tanggal 22 April 2012.

Anonymous. 2004. Seaborgium-Jurnal. http://www.rsc.org. Diakses tanggal 22 April 2012.

Cotton dan Wilkinson dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.

Haskia, A. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : Citra Adia Bakti.

Anda mungkin juga menyukai