Disusun Oleh:
Ta’minudin, S.Pd
Nina Marliana, S.Si
Rusman, S.Si
i
KATA PENGANTAR
Modul ini berjudul ”Logam Transisi” sebagai bahan ajar bagi siswa kelas I
semester 2. Modul ini dikembangkan dengan mengintegrasikan kompetensi
pengetahuan dan sikap secara utuh sehingga siswa memiliki pemahaman konsep
dan sikap serta tanggungjawab dalam memecahkan masalah kimia.
Materi pokok modul ini meliputi unsur transisi periode keempat (sifat khas
unsur transisi, ion kompleks, dan keberadaan unsur transisi periode keempat di
alam) dan unsur transisi golongan I B (tembaga, perak dan emas). Untuk
merefleksi keberhasilan belajar, diharapkan siswa melatih diri secara intensif
dengan cara mengerjakan tugas dan evaluasi yang tersedia dalam modul. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan, siswa dapat melihat kriteria penilaian yang
ditetapkan.
Dengan keinginan belajar yang tinggi serta upaya yang sungguh-sungguh
maka keberhasilan dapat diraih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI MODUL
Halaman
HALAMAN DALAM ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
PETA KEDUDUKAN MODUL ........................................................................ v
GLOSARIUM .....................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Deskripsi .................................................................................................... 1
B. Prasyarat ..................................................................................................... 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul ..................................................................... 1
D. Tujuan Akhir .............................................................................................. 2
E. Kompetensi ................................................................................................. 2
F. Cek Kemampuan ........................................................................................ 3
3
2. Kegiatan Belajar 2................................................................................... 24
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2 ...................................................... 24
b. Uraian Materi : Unsur Transisi Golongan I B .................................. 24
1. Golongan I B secara Umum ......................................................... 24
2. Sifat-sifat Fisika ............................................................................ 24
3. Sifat-sifat Kimia ........................................................................... 24
4. Tembaga........................................................................................ 26
5. Perak ............................................................................................. 36
6. Emas.............................................................................................. 45
c. Rangkuman ...................................................................................... 49
d. Tugas ................................................................................................ 49
e. Tes Formatif ..................................................................................... 49
f. Kunci Jawaban Tes Formatif ............................................................ 51
4
PETA KEDUDUKAN MODUL
PENGANTAR KIMIA
ANORGANIK
HIDROGEN, OKSIGEN,
DAN KARBON
LOGAM ALKALI
DAN ALKALI TANAH
NITROGEN, FOSFOR,
DAN BELERANG
HALOGEN
GAS MULIA
LOGAM TRANSISI
5
GLOSARIUM
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berjudul Logam Transisi. Modul ini merupakan modul ke-6 dari 6
modul yang harus dikuasai oleh siswa kelas I Analis Kimia. Materi modul ini
mencakup unsur transisi periode keempat (sifat khas unsur transisi, ion
kompleks, dan keberadaan unsur transisi periode keempat di alam) dan unsur
transisi golongan I B (tembaga, perak dan emas).
B. Prasyarat
-
1
2. Panduan Mengajar bagi Guru
a. Sebelum pembelajaran dengan modul ini dilangsungkan, terlebih dahulu
disiapkan OHT (Overhead Ttansparancies) yang memuat struktur konsep
utama dalam bentuk diagram
b. Tugaskan pada siswa untuk membaca modul secara berkelompok. Hal-hal
yang belum difahami didiskusikan dan penjelasannya menggunakan media
transparan yang telah disiapkan.
c. Tugaskan pada siswa untuk menguji penguasaan konsep dengan cara
mengerjakan soal-soal yang telah ada dalam modul. Bagi siswa yang belum
mencapai penguasaan minimal 80% disuruh untuk mempelajari kembali
secara mandiri di rumahnya.
d. Evaluasi kemampuan siswa sesuai sasaran yang tercantum dalam dalam
modul ini baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bagi
siswa yang belum mencapai penguasaan minimal 80% untuk pengetahuan
dan 90% untuk praktek harus diberikan remedial.
D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang harus dicapai setelah menyelesaikan modul ini, siswa
diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami sifat khas unsur transisi periode keempat
2. Mengetahui dan memahami ion kompleks
3. Mengetahui dan memahami keberadaan unsur transisi di alam
4. Mengetahui dan memahami sifat khas unsur transisi golongan I B
5. Mengetahui dan memahami tentang tembaga.
6. Mengetahui dan memahami tentang perak.
7. Mengetahui dan memahami tentang emas.
E. Kompetensi
-
2
F. Cek Kemampuan
Berikut ini merupakan lembar pengecekan kemampuan siswa terhadap isi materi
yang akan dicapai pada modul. Lembar isian tersebut harus dipandang sebagai
alat evaluasi diri, oleh karena itu harus diisi dengan sejujurnya, dan apabila
sebagian besar pertanyaan sudah dikuasai maka siswa dapat mengerjakan soal
atau minta pengujian praktek pada guru.
Beri tanda cek (√) pada tingkat penguasaan sesuai yang ada.
Tingkat penguasaan
No Aspek yang harus dikuasai
Baik Sedang Kurang
1 Pemahaman tentang konfigurasi elektron
Pemahaman tentang konfigurasi elektron dengan
2 orbital penuh dan setengah penuh
3 Pemahaman tentang sifat logam
4 Pemahaman tentang sifat magnet
5 Pemahaman tentang ion berwarna
6 Pemahaman tentang bilangan oksidasi
7 Pemahaman tentang bentuk cis dan trans
8 Pemahaman tentang penamaan ion kompleks
9 Pemahaman tentang bijih unsur transisi
Pngetahuan tentang daerah penambangan di
10 Indonesia
11 Pemahaman tentang pengolahan besi
12 Pemahaman tentang pembuatan besi baja
13 Pemahaman tentang pengolahan tembaga
14 Pemahaman tentang keberadaan tembaga di alam
15 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia tembaga
16 Pemahaman tentang pembuatan tembaga
17 Pemahaman tentang persenyawaan tembaga
18 Pemahaman tentang keberadaan perak di alam
19 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia perak
20 Pemahaman tentang pembuatan perak
21 Pemahaman tentang persenyawaan perak
22 Pemahaman tentang keberadaan emas di alam
3
23 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia emas
24 Pemahaman tentang pembuatan emas
25 Pemahaman tentang persenyawaan emas
4
BAB II
PEMBELAJARAN
5
Emas
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1
Melalui kegiatan belajar 1 ini, siswa diharapkan mampu
1. Memahami tentang sifat-sifat unsur transisi periode ke empat
2. Memahami tentang ion kompleks
3. memahami tentang keberadaan nsur-unsur transisi periode ke empat di
alam.
b. Uraian Materi
1. Konfigurasi Elektron
Dalam sisitem periodik unsur transisi termasuk golongan B dan berada
pada blok d dan blok f. Namun unsur transisi yang kita pelajari sekarang hanya
yang termasuk blok d dan terletak pada periode keempat. Dengan demikian,
terdapat 10 buah unsur. Ini sesuai dengan jumlah elektron pada sub kulit d, yaitu
1 10
dimulai dari d sampai d . Dalam sistem periodik, unsur transisi terletak diantara
golongan II A dengan golongan III A, yaitu terdiri dari golongan III B sampai
dengan golongan II B. Perhatikan elektron valensi dari unsur-unsur periode
keempat:
6
Tabel 1. Unsur-unsur periode keempat
Unsur Simbol Nomor Elektron Valensi
Atom
2 1
Skandium Sc 21 (Ar) 4s 3d
2 2
Titanium Ti 22 (Ar) 4s 3d
2 3
Vanadium V 23 (Ar) 4s 3d
1 5
Khrom Cr 24 (Ar) 4s 3d
2 6
Mangan Mn 25 (Ar) 4s 3d
2 7
Besi Fe 26 (Ar) 4s 3d
2 8
Kobal Co 27 (Ar) 4s 3d
2 10
Nikel Ni 28 (Ar) 4s 3d
1 10
Tembaga Cu 29 (Ar) 4s 3d
2 10
Seng Zn 30 (Ar) 4s 3d
Atom Cr :
2 4
Menurut aturan Aufbau : 24Cr: (Ar) 4s 3d
2 4
4s 3d
2
”Nilai kesetabilan” tambahan setelah Ar adalah satu buah, yaitu pada 4s (penuh)
4
dan ino stabil. Namun, pada 3d tidak termasuk penuh dan tidak termasuk
4
setengah penuh. Jadi, pada 3d tidak stabil. Kenyataan konfigurasi elektron:
1 5
24Cr : (Ar) 4s 3d yaitu:
1 5
4s 3d
1
”Nilai kesetabilan” tambahan setelah Ar adalah dua buah, yaitu pada 4s
5
(setengah penuh dan 3d (setengah penuh). Keduanya stabil.
1 5
Jadi, pada 4s 3d punya kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan
2 4
4s 3d . Dengan demikian, pengisian elektronnya pada 4s hanya 1 dan untuk 3d
7
menjadi 5. Pengisian tersebut bukan karena perpindahan elektron ke tingkat yang
lebih tinggi (tereksitasi/terpromosi), melainkan untuk memperoleh konfigurasi
yang lebih stabil.
Atom Cu :
2 9
Menurut aturan Aufbau : 29Cu: (Ar) 4s 3d
2 9
4s 3d
1 10
Kenyataannya : 29Cu: (Ar) 4s 3d
1 10
4s 3d
2 9 2
Pada 4s 3d hanya dapat tambahan “nilai kestabilan” satu buah, yaitu pada 4s
9
(penuh, berarti stabil), sedangkan pada 3d (tidak penuh dan tidak setengah
penuh berarti tidak stabil).
1 10
Akan tetapi, pada 4s 3d mendapat tambahan “nilai kestabilan” dua buah,
1 10
yaitu pada 4s (setengah penuh, berarti stabil) dan pada 3d (penuh berarti juga
stabil).
Bandingkan dengan atom Co:
2 7
Menurut aturan Aufbau : 27Co: (Ar) 4s 3d
2 7
4s 3d
2 7
Nilai kestabilan hanya satu, yaitu pada 4s (stabil) dan pada 3d (tidak stabil).
Seandainya, pada 4s terisi satu elektron maka:
1 8
27Co: (Ar) 4s 3d
1 8
4s 3d
1 8
“Niali kestabilan”tetap satu, yaitu pada 4s (stabil) dan 3d (tidak stabil).
Karena tambahan “Niali kestabilan” sama, yaitu satu buah maka konfigurasi
2 7.
elektron atom Co tetap sesuai aturan, yaitu (Ar) 4s 3d
Pengisian elektron ini hanya berlaku untuk atom golongan transisi dan tidak
berlaku untuk atom golongan utama.
2 5
Contoh untuk atom chlor: 17Cl : (Ne) 3s 3p (benar).
Tetapi sesuai aturan seperti di atas, tidak mengikuti orbital setengah penuh/penuh
1 6
lebih stabil: 17Cl : (Ne) 3s 3p (benar).
8
3. Sifat Logam
Unsur-unsur transisi semuanya bersifat logam. Hal ini berbeda dengan
golongan utama ada yang bersifat logam dan non logam. Sifat logam ini
disebabkan jumlah elektron yang kecil, yaitu hanya satu atau dua buah elektron.
Kemudian jumlah elektron valensidari logam transisi lebih banyak
dibandingkan dengan logamgolongan utama. Dengan demikian, antar atom akan
lebih mudah berikatan dengan sesamanya, tetapi tidak membentuk molekul.
Ikatan ini dikenal dengan ikatan logam. Ikatan logam transisi lebih kuat
dibandingkan dengan logam utama sehingga logam transisi mempunyai sifat:
a. penghantar listrik yang baik
b. penghantar panas yang baik
c. lebih keras, dan
d. titik didih atau titik lelehnya tinggi.
4. Sifat Magnet
Ada beberapa sifat magnet dari unsur-unsur:
a. Diamagnetik: sifat magnetik yang ditolak (tidak tertarik medan magnet)
Ciri: atom atau molekul yang elektron-elektron dalam orbitalnya semua
berpasangan.
b. Paramagnetik: sifat magnetik yang dapat ditarik oleh medan magnet.
Ciri: atom atau molekul yang elektron-elektron dalam orbitalnya ada yang
tidak berpasangan.
Jika sifat paramagnetiknya sangat kuat disebut feromagnetik, misalnya pada
besi, nikel, dan kobal. Magnet yang umum dipakai terbuat dari zat dengan sifat
feromagnetik. Sifat magnet ini nanti akan digambarkan dalam hibridisasi ion
kompleks.
5. Ion Berwrna
Ion-ion logam transisi mempunyai sifat yang khas, yaitu menunjukkan
warna-wrna yang khas. Adanya warna disebabkan oleh elektron pad subkulit d
dari ion transisi. Ion tersebut mampu menyerap cahaya yang terletak pada sinar
tampak. Karena elektron pada subkulit ini banyak maka warnanya berbeda-beda,
seperti terlihat pada tabel berikut.
9
Tabel 2. Warna khas pada unsur logam transisi
Unsur Biloks Senyawa Warna
3+
Krom +3 Cr(H2O)6 Hijau
2+
+6 (CrO)4 Kuning
+6 (Cr2O)7
2+
Jingga
4-
Besi +2 Fe(CN)6 Kuning
3-
+3 Fe(CN)6 Kuning
+3 Fe(SCN)6 (H2O)5
4- 2+ Merah
2+
Nikel +2 Ni(H2O)6 Hijau
2+
+2 Ni(NH3O)6 Biru
+2 Ni(DMG)2 Merah
2+
Tembaga +2 Cu(H2O)4 Biru
2+
+2 Cu(NH3) 4 Biru tua
+2 CuCl4
2-
kuning
4+ 3+ +
Ion Ti , Sc , dan Cu tidak berwarna.
4+ 3+
Hal ini disebabkan Ti dan Sc tidak mempunyai elektron pada orbital d,
2+ 2+
sedangkan pada ion Zn dan Cu orbital d penuh dengan elektron.
Jadi, kemampuan ion transisi memberikan warna karena elektron yang
tidak penuh mampu menyerap cahaya tampak. Kemudian disamping pengaruh
elektron pada subkulit d juga pengaruh anion yang diikatnya. Perhatikan pada ion
2+ 2+
Ni dan Cu dengan anion/molekul yang diikatnya berbeda maka akan
menghasilkan warna yang berbeda pula.
Adanya warna-warna tersebut sehingga digunakan untuk analisis
kualitatif, yaitu untuk menentukan jenis ion dari suatu larutan.
6. Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi yang ada di alam ternyata mempunyai
bilangan (tingkat) oksidasi lebih dari satu. Sebagai contoh, atom Mn mempunyai
biloks +7 pada KMO4, biloks +6 pada K2MnO4, biloks +4 pada MnO2, dan biloks
+2 pada MnO.
Adanya biloks lebih dari satu pada unsur transisi disebabkan mudahnya
melepaskan elektron dari elektron valensinya. Hal ini berarti bagi energi ionisasi
pertama, kedua, dan seterusnya mempunyai harga yang relatif kecil dibandingkan
dengan unsur golongan utama.
10
Bilangan oksidasi yang mungkin dari unsur transisi bergantung dari
2 2
jumlah elektron valensinya. Sebagai contoh, Ti : (Ar) 3d 4s maka biloks yang
mungkin adalah +1, +2, +3, dan +4, dengan biloks maksimum dari Ti adalah +4.
lebih besar dari +4 tidak mungkin terjadi. Umumnya, biloks yang stabil
merupkan biloks maksimumnya, seperti pada Sc, Ti, V, Cr, dan Mn. Namun,
pada Fe biloks yang stabilnya adalah +2 dan +3, untuk +2 pada Fe dimungkinkan
dengan melepaskan 2 buah elektron pada 4s. Sedangkan +3 pada Fe
dimungkinkan dengan melepaskan 2 buah elektron pada 4s dan 1 buah elektron
pada 3d.
2+ 6 0 3+ 5 0
Fe : (Ar) 3d 4s dan Fe : (Ar) 3d 4s
3+ 2+
Dengan sisa elektron seperti itu, maka ion Fe lebih stabil dibandingkan Fe ,
sedangkan biloks stabil pada Co, Ni, dan Zn yaitu +2. Ini terjadi dengan
melepaskan 2 buah elektron pada 4s. Unsur transisi yang hanya mempunyai satu
jenis biloks, yaitu Zn dengan biloks +2 dan Sc dengan biloks +3.
Ion Kompleks
Atom transisi dapat membentuk ion/senyawa kompleks, yaitu
kemampuan ion transisi mengikat ion/molekul lain melebihi jumlah ion yang
dipunyainya. Dalam pembentukan ion kompleks, ion transisi bertindak sebagai
atom pusat, sedangkan ion/molekul yang diikatnya dikenal sebagai ligan. Ikatan
antara keduanya merupakan ikatan koordinasi. Pada ikatan tersebut, ion transisi
memberikan orbital kosong (menerima pasangan elektron berarti bertindak
sebagai asam menurut Lewis), sedangkan ligan akan memberikan pasangan
elektron sehingga bertindak sebagai basa menurut Lewis.
Jadi ion/molekul yang bertindak sebagai ligan harus mempunyai
pasangan elektron bebas.
Contoh ligan:
-
C1 struktur elektron
C1x H2O struktur elektron H x O
x
H
H
x
CN
-
struktur elektron x xx NH3 struktur elektron H x N
C x Nx x x
H
11
Jumlah ligan yang diikat merupakan jumlah ikatan kovalen koordinasi sehingga
dinamakan bilangan koordinasi. Ligan ini tidak terionisasi atau tidak bereaksi
karena terikat kuat oleh ion transisi. Secara umum penulisan ion kompleks adalah
sebagai berikut:
n
L ( x)m
Bentuk molekul cis dan trans berlaku untuk ions kompleks dengan
ligan lebih besar dari satu. Bentuk molekul adalah cis jika posisi ligan tidak
seimbang dan bentuk molekul trans jika posisi ligan yang sama seimbang
(berseberangan).
12
OH H2O H2O OH
OH H2O OH H2O
Bentuk cis Bentuk trans
NH3 NH3
C1 C1
NH3 NH3
Cr Cr
C1 NH3 NH3 C1
NH3 NH3
13
Tabel 13.3 Penanaman ion kompleks
Ligan Nama
NH3 animo
–
CN siano
H2 O aquo
–
OH hidrokso
– fluoro
F
– kloro
C1
nitrito
NO 2
– tiosiano
SCN
Mn = manganat
Co = kobaltat
Ni = nikelat
Fe = ferrat
Cu = kuprat
Cr = khromat.
Contoh:
Ag(NH3) 4 : ion diamino argentum (I)
+
[Cr(NH3)4C1] : ion tetra amino dikhloro kromium (III)
Fe(CN) 63 : ion heksa siano ferrat (III)
14
Unsur Transisi Periode Ke Empat di Alam
1. Bijih Unsur Transisi
Unsur-unsur transisi periode keempat di alam kebanyakan terdapat
dalam bentuk senyawanya. Hanya tembaga ditemukan dalam keadaan bebas
dan dalam bentuk senyawanya. Unsur-unsur transisi relatif mudah teroksidasi
walaupun bukan merupakan logam yang aktif, seperti pada alkali atau alkali
tanah. Di dalam tanah, unsur transisi banyak bereaksi dengan sulfuda
membentuk senyawa sulfuda. Dengan demikian, mineral-mineral unsur
transisi yang merupakan bijih-bijih logam transisi kebanyakan dalam bentuk
senyawa sulfuda atau senyawa oksida.
Perhatikan bijih-bijih logam transisi periode keempat kebanyakan
merupakan senyawa oksida atau sulfuda.
15
Indonesia dilakukan oleh FIC (Freeport Indonesian Company) di Irian
Jaya.
b. Bijih Nikel ditambang dan diolah oleh PT. Aneka tambang yang
beroperasi di Pomala (Sulawesi Tenggara), di Pulau Gebe (Halmahera
Tengah, Maluku) dan oleh International Nickel (INCO) di Soroako
(Sulawesi Tengah) dan di Pulau Gag (Maluku).
c. Bijih besi di Indonesia terdapat di sepanjang pantai selatan pulau Jawa,
dari Cilacap sampai Karang Bolong di Jawa Tengah, serta beberapa di
Jawa Barat (Pelabuhan Ratu Sukabumi) dan di Jawa Timur. Di Pulau
Sumatera bijih besi terdapat di pantai barat, seperti bengkulu, Sumatera
Barat, dan Aceh.
d. Bijih chromite (logam krom) terdapat di daerah Maluku Utara,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. Penambangan dilakukan oleh PT.
Palmabin dan PT. Bituminasa di Sulawesi dengan mengolah bijih
chromite menjadi pasir cetak.
e. Bijih seng terdapat di Pulau Jawa, seperti Cianjur, Tasikmalaya,
Surakarta, dan Madiun. Selain itu, terdapat juga di Palembang dan
Kalimantan Barat (Ketapang).
f. Endapan bijih mangan di Indonesia terdapat di Karang Nunggal dan
tempat-tempat lainnya.
3. Pengolahan Besi
Umumnya, pengolahan bijih besi merupakan oksida besi (Fe2O3/Fe3O4)
dilakukan dengan menggunakan tungku besar dengan suhu sangat tinggi yang
disebut tanur tinggi.
Bahan yang digunakan untuk membuat besi murni, yaitu bijih besi,
kokas (karbon), dan basa kapur (CaCO3).
Kokas atau karbon digunakan untuk menghasilkan gas CO dan gas CO
ini digunakan sebagai zat kokas (zat reduktor). Sedangan batu kapur yang
bersifat basa berfungsi untuk menetralkan dari bijih logam yang disebabkan
oleh adanya oksida silikon (SiO2).
16
Proses
Semua bahan dimasukkan dalam tungku. Kemudian ditiupkan udara
panas melalui bagian bawah tungku sehingga terjadi peleburan dan reaksi
kimia.
a. Mula-mula C akan bereaksi dengan oksigen membentuk CO2.
C + O2 CO2
b. CO2 yang terbentuk naik dalam cerobong dan dengan kokas yang panas
bereaksi membentuk gas CO :
C + O2 2CO
c. Dibagian tengah dan atas tanur, karbonmonoksida itu beraksi dengan
mereduksi besi oksida dan membentuk oksida.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3CO2
d. Batu kapur akan terurai karena pemanasan menghasilkan CaO dan CO2
CaCO2 CaO + CO2.
e. Kemudian CaO bereaksi dengan Sio2 membentuk terak (slag).
CaO + SiO2 CaSiO3
f. Cairan besi di bawah akan keluar melalui saluran di dasar, sedangkan
terak ada di permukaan cairan besi dan cairan terak akan keluar melalui
saluran yang lebih atas dari saluran besi. Cairan besi yang diperoleh dari
tanur ini disebut besi kasar (pig iron) dan kira-kira mengandung 95%
besi, 4% karbon, dan sisanya silikon, fosfor, dan unsur-unsur lain. Besi
kasar ini diinginkan dan digunakan sebagai besi tuang (cast iron),
sedangkan hasil samping terak (slag) digankan untuk proses pembuatan
semen.
17
Gambar 1 Tanur tinggi
18
Gambar 2 Proses bessemer converter
b. Proses Open Hearth Furnace
Pada proses ini digunakan sebuah tungku yang pada bagian
dasarnya diisi dengan CaO. Bahan-bahan seperti besi kasar, bijih besi,
dan batu kapur dimasukkan ke dalam tungku. Kemudian dihembuskan
udara panas sehingga campuran itu melebur. C yang ada dalam besi akan
teroksida membentuk CO2 dan pengotor lainnya akan diikat oleh CaO
membentuk terak. Cara ini berlangsung lama, menghasilkan besi dengan
kualitas yang baik sesuai keinginan. Baja tersebut dapat langsung dibuat
paduannya dengan logam lain.
19
kapur sehingga C langsung teroksidasi dan pengotor terikat oleh CaO.
Proses ini berlangsung cepat dengan kualitas baja yang bagus.
5. Pengolahan Tembaga
Pengolahan logam tembaga dari bijih logamnya, yatu dengan cara
reaksi reduksi melalui proses pemanggangan. Ini dapat dilakukan karena
potensial reduksi Cu positif, yaitu +0,34 volt. Bertindak sebagai reduktor
adalah ion sulfida dari bijih tersebut menurut reaksi:
2Cus + 3O2 2 Cu2O + 2SO2
2Cu2O + C2S 6 Cu + SO2
Tembaga yang dihasilkan belum murni, masih ada pengotor, terutama
berupa gas SO2 yang terperangkap sehingga disebut tembaga lepuh. Tembaga
ini dimurnikan melalui proses elektrolisis dengan tembaga lepuh (yang akan
dimurnikan) ditempatkan pada anoda dan katodanya tembaga murni. Larutan
yang digunakan adalah larutan tembaga sulfat sebagai media.
2+
Reaksi elektrolisis : CuSO4(aq) Cu (aq) + SO 2 (aq) 4
2+
Katoda (tembaga murni) : Cu (aq) + 2e Cu(s)
murni
2+
Anoda (tembaga kotor) : Cu(s) Cu (aq) + 2e kotor
Tembaga lepuh (kotor) diubah menjadi ion tembaga yang kemudian
bergabung dengan ion tembaga dalam larutan. Ion tembaga bergerak ke
daerah katoda dan di katoda direduksi membentuk tembaga murni.
20
c. Rangkuman
d. Tugas
Buatlah suatu tulisan/ makalah mengenai unsur-unsur logam transisi. Satu
siswa satu unsur!
21
e. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan di bawah ini!
1. Perhatikan beberapa sifat unsur berikut:
I. Membentuk senyawa berwarna
II. Titik leburnya rendah
III. Dapat membentuk ion kompleks
IV. Diamagnetik
V. Mempunyai bermacam-macam bilangan oksidasi
Yang menunjukkan sifat unsur transisi periode ke-4 adalah nomor...
A. I, III, dan V D. II, IV, dan V
B. I, II, dan III E. III, IV, dan V
C. I, IV, dan V
2+
3. Jumlah ligan dari in kompleks Fe(SCN)(H2O)5 adalah....
A. 2 B. 3 C. 4 D. 5 E. 6
5. Proses pembuatan baja dimana besi kasar dimasukkan dalam tungku bersama
CaCO3 disebut...
A. Proses Open Hearth Furnace
B. Proses Bessemer Converter
C. Proses Basic Oxygen
D. Proses Pemanggangan
E. Proses Tanur tinggi
22
f. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. Unsur transisi periode ke-4 memiliki titik lebur yang tinggi dan kebanyakan
bersifat dapat menarik medan magenetik (paramegnetik) (Jawab A)
3. Jumlah ligan menunjukkan jumlah ion atau molekul yang diikat oleh atom
pusat, dalam hal ini atom pusatnya adalah Fe sedangkan ligannya adalah
SCN dan H2O. Jadi jumlah ligannya adalah 6. (Jawab E)
4. Biloks atom K = +1
Biloks atom Fe = x
Muatan CN = -1
Senyawa kompeleks tersebut bermuatan =0
0 = 4 (+1) + x + 6 (-1)
x = +2 (Jawab A)
23
2. Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2
Melalui kegiatan belajar 2 ini, siswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui unsur-unsur transisi golongan I B
2. Mengetahui dan memahami sifat-sifat fisika
3. Mengetahui dan memahami sifat-sifat kimia
4. Mengetahui dan memahami tembaga
5. Mengetahui dan memahami perak
6. Mengetahui dan memahami tentang emas
b. Uraian Materi
Sifat-Sifat Fisika
- Logam-logam Cu, Ag, dan Au merupakan logam mulia dan mempunyai
kilap tinggi
o
- Logam-logam ini mempunyai titik cair sekitar 1000 C
- Merupakan logam yang dapat mengkristal dalam susunan kotak tertutup
- Merupakan logam-logam yang mudah ditempa (bukan logam lunak) dan
dibengkokkan.
- Logam-logam ini adalah konduktor yang baik yang dapat mengalirkan
arus listrik dan panas.
Sifat-Sifat Kimia
Kemuliaannya
Unsur-unsur golongan tembaga yaitu Cu, Ag, dan Au disebut logam mulia.
Kemuliaan unsure-unsur tersebut atau sifat-sifat dalam kimia bertambah dari Cu-
--Ag--Au.
24
Valensi Yang Berubah-ubah
+ +2 + +3
Misalnya: Cu , Cu , Au , Au
Afinitas Terhadap Oksigen
Golongan ini tidak mudah dioksidasikan dan ditemukan dalam keadaan
murni di alam. Afinitas terhadap oksigen semakin berkurang dari tembaga ke
emas.
25
Unsur Tembaga (Cu)
Keberadaan di alam:
Sebagai unsur bebas (sedikit) umumnya dalam bentuk senyawa antara lain:
Chalcopirit : CuFeS2 (34.5% Cu)
Chalcosit : Cu2S (79.8% Cu)
Chovellit : CuS (66.4% Cu)
Malchit : CuCO3Cu(OH)2 (57.39% Cu)
Sifat Fisika:
1. Tembaga adalah logam yang berwarna coklat kemerah-merahan, dapat
ditempa, dapat mengkristal dan liat (dapat dibengkokkan)
o o
2. Titik leburnya 1083 C, titik didih 2310 C dan bermassa jenis 8.93
3. Sebagai penghantar arus listrik yang baik, hal ini dapat disebabkan
hambatan jenis tembaga kecil
4. Mempunyai kilap (berkilau)
Sifat Kimia:
1. Tembaga dapat membentuk 2 macam senyawaan, yaitu sebagai kupro
atau Cu (I) dan sebagai kupri Cu (II)
2. Reaksi tembaga dengan unsur bukan logam:
a. Dengan oksigen 4 Cu + O2 2Cu2O
b. Dengan belerang 2Cu + S Cu2S
c. Dengan gas klor Cu + Cl2 Cu2S
3. Reaksi dengan asam
a. Dengan asam sulfat pekat (panas)
2+ 2-
Cu + 2H2SO4 Cu + SO4 + SO2↑ + 2H2O
b. Dengan asam klorida tak bereaksi
c. Dengan asam nitrat
3Cu + 8HNO3 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO
encer
26
4. Reaksi dengan Amoniak
3Cu + 2NH3 Cu3N2 + 3H2↑
panas
5. Sifat pereduksi
2Cu + 2NO 2CuO + N2
6. Tembaga dapat menggantikan Ag, Au, Pt dari senyawa-senyawa
Cu + 2AgNO3 Cu(NO3)2 + 2Ag
3Cu + 2AuCl3 2Au + 3CuCl2
Pembuatan Tembaga :
Pembuatan melalui proses “metalurgi” yaitu proses pengolahan suatu
bijih/mineral sampai menjadi logam.
Tahapan prosesnya sebagai berikut:
1. Proses pengolahan awal
- Proses flotasi (pengapungan)
- Pemanggangan (mineral sulfida oksida)
2. Proses Pereduksi:
Dalam senyawa-senyawanya, logam-logam senantiasa berada dalam tingkat
oksidasi yang positif. Jadi senyawa tersebut harus direduksi untuk
mendapatkan unsure logamnya.
3. Proses Pemurnian (refining)
Langkah pembuatan Cu secara rinci sbagai berikut:
a. Pemekatan senyawa
Senyawa yang telah digiling dimasukkamn ke dalam tanur. Prinsip yang
digunakan adalah pengapungan (flotasi). Partikel mineral menempel dibagian
buih atau gelembung, sedangkan kotoran akan menempel di bagian dasar buih.
Buih tersebut jumlahnya banayk dan mengapung di permukaan.
b. Pemijaran/ Pemanggangan
Sejumlah senyawa dipanaskan dalam bejana reflaktor dan berfungsi sebagai
Blast furnace (tanur sembur) dengan bantuan silikat dan batu kapur.
Zat yang tidak dibutuhkan seperti belerang oksida bebas dibuang melalui
saluran pembuangan. Bila contoh yang digunakan CuFeS2 maka Fe dan S
harus dibuang.
27
2 CuFeS2 + 3O2 Cu2S + 2FeO + 3SO2↑
Bila masih terdapat FeS maka akan diubah menjadi oksidasinya.
2FeS + 3O2 2Cu2O + 2SO2
Selanjutnya dalam tahap pencairan, Cu2O dan Cu2S akan bereaksi
membentuk logam Cu.
2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2
3. Pencairan
Dalam tahap ini senyawa panas dicampur silikat dan batu kapur dalam blast
furnace dicairkan pada suhu tinggi , FeO yang terbentuk dari senyawa asal
CuFeS2 diubah menjadi FeSiO3 cair yang membara
FeO + SiO2 FeSiO3
Karena perbedaan berat jenis maka logam Cu akan turun ke bagian bawah
tanur dan akan dialirkan ke luar sebagai hasil.
FeSiO3 cair BJ nya lebih kecil, akan dikeluarkan melalui saluran zat sisa yang
berada di atas logam Cu. Umumnya logam Cu dihasilkan tidak murni karena
akan bereaksi dengan SO2 yang berlebihan. Maka untuk memurnikannya perlu
dilaksanakan elektrolisis logam Cu yang dihasilkan dalam keadaan padat
sebagai anoda, katodanya logam Cu murni. Larutan elektrolit yang digunakan
adalah CuSO4 + H2SO4, lama kelamaan katoda akan dilapisi Cu dari anoda.
2+ 2-
Larutan : CuSO4 Cu + SO4
2+ e-
Katoda : Cu + 2 Cu
2+ e-
Anoda : Cu Cu + 2
2+ 2-
CuSO4 + Cu Cu + Cu + SO4
Persenyawaan Tembaga
Senyawa-senyawa tembaga
1. Garam Tembaga (I)
A. Tembaga (I) oksida (Cu2O) merupakan tembaga yang berwarna merah
Pembuatannya:
Tembaga (I) oksida dibuat dengan larutan pereaksi fehling atau basa hingga
dihasilkan tembaga hidroksida. Tembaga hidroksida ini direaksikan dengan
glukosa atau sejenis aldehida sehingga akan terbentuk endapan merah Cu2O.
28
Reaksinya:
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
2Cu(OH)2 + C6H12O6 Cu2O + C6H12O7 + H2O
2Cu(OH)2 + CH3CHO Cu2O + CH3COOH + H2O
Sifat-sifatnya :
1. Tembaga (I) oksida merupakan serbuk berwarna merah suram
2. Pada praktiknya tidak larut air
3. Bereaksi dengan asam-asam enser membentuk senyawa tembaga (II)
Cu2O + 3H2SO4 2CuSO4 + 3 H2O + SO2↑
Cu2O + 4HCl 2H(CuCl2) + H2O
4. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks pengikat amonia
Cu2O + 4NH3 2(Cu(NH3)2)OH
Diamin Cu(I) hidroksida
Kegunaannya:
1. Dalam industri untuk membuat gelas/kaca merah
2. Dalam pertanian digunakan untuk pertisida
Tembaga (I) chlorida juga dapat diperoleh dengan mereduksikan tembaga (II)
chlorida dengan Zn atau SO2
2CuCl2 + Zn ZnCl2 + Cu2Cl2
2CuCl2 + 2H2O + SO2 Cu2Cl2 + 2H2SO4 + 2HCl
Sifat-sifatnya:
1. Tembaga (I) chlorida merupakan serbuk putih
2. Tidak larut dalam air
3. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2NH3 2Cu(NH3)2Cl
Diamin Cu(I) hidroksida
4. Bereaksi dengan asam encer membentuk senyawa kompleks
29
Cu2Cl2 + 2HCl H2CuCl4
Asam hidrochloro Cu (II)
Kegunaannya:
Tembaga (I) chlorida pengikat karbon monoksida campuran gas lain.
Cu2Cl2 + CO Cu2Cl2O
C. Tembaga (I) Yodida (Cu2I2)
Pembuatannya:
Tembaga (I) Yodida diperoleh dengan menambahkan KI (larutan) ke dalam
larutan CuSO4, endapan akan terbentuk dalam waktu singkat dan akan mengurai
lagi membentuk Cu2I2.
2CuSO4 + KI 2CuI2 + K2SO4
2CuI2 Cu2I2 + I2
Jika besi (II) sulfat atau sulfur oksida ditambahkan maka reaksi akan langsung
membentuk Cu2I2
Langkah pembuatan Cu secara rinci sbagai berikut:
a. Pemekatan senyawa
Senyawa yang telah digiling dimasukkamn ke dalam tanur. Prinsip yang
digunakan adalah pengapungan (flotasi). Partikel mineral menempel dibagian
buih atau gelembung, sedangkan kotoran akan menempel di bagian dasar buih.
Buih tersebut jumlahnya banayk dan mengapung di permukaan.
b. Pemijaran/ Pemanggangan
Sejumlah senyawa dipanaskan dalam bejana reflaktor dan berfungsi sebagai
Blast furnace (tanur sembur) dengan bantuan silikat dan batu kapur.
Zat yang tidak dibutuhkan seperti belerang oksida bebas dibuang melalui
saluran pembuangan. Bila contoh yang digunakan CuFeS2 maka Fe dan S
harus dibuang.
2 CuFeS2 + 3O2 Cu2S + 2FeO + 3SO2↑
Bila masih terdapat FeS maka akan diubah menjadi oksidasinya.
2FeS + 3O2 2Cu2O + 2SO2
Selanjutnya dalam tahap pencairan, Cu2O dan Cu2S akan bereaksi
membentuk logam Cu.
2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2
30
3. Pencairan
Dalam tahap ini senyawa panas dicampur silikat dan batu kapur dalam blast
furnace dicairkan pada suhu tinggi , FeO yang terbentuk dari senyawa asal
CuFeS2 diubah menjadi FeSiO3 cair yang membara
FeO + SiO2 FeSiO3
Karena perbedaan berat jenis maka logam Cu akan turun ke bagian bawah
tanur dan akan dialirkan ke luar sebagai hasil.
FeSiO3 cair BJ nya lebih kecil, akan dikeluarkan melalui saluran zat sisa yang
berada di atas logam Cu. Umumnya logam Cu dihasilkan tidak murni karena
akan bereaksi dengan SO2 yang berlebihan. Maka untuk memurnikannya perlu
dilaksanakan elektrolisis logam Cu yang dihasilkan dalam keadaan padat
sebagai anoda, katodanya logam Cu murni. Larutan elektrolit yang digunakan
adalah CuSO4 + H2SO4, lama kelamaan katoda akan dilapisi Cu dari anoda.
2+ 2-
Larutan : CuSO4 Cu + SO4
2+ e-
Katoda : Cu + 2 Cu
2+ e-
Anoda : Cu Cu + 2
2+ 2-
CuSO4 + Cu Cu + Cu + SO4
Senyawa-senyawa tembaga
1. Garam Tembaga (I)
A. Tembaga (I) oksida (Cu2O) merupakan tembaga yang berwarna merah
Pembuatannya:
Tembaga (I) oksida dibuat dengan larutan pereaksi fehling atau basa hingga
dihasilkan tembaga hidroksida. Tembaga hidroksida ini direaksikan dengan
glukosa atau sejenis aldehida sehingga akan terbentuk endapan merah Cu2O.
Reaksinya:
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
2Cu(OH)2 + C6H12O6 Cu2O + C6H12O7 + H2O
2Cu(OH)2 + CH3CHO Cu2O + CH3COOH + H2O
Sifat-sifatnya :
1. Tembaga (I) oksida merupakan serbuk berwarna merah suram.Pada raktiknya
tidak larut air
2. Bereaksi dengan asam-asam enser membentuk senyawa tembaga (II)
31
Cu2O + 3H2SO4 2CuSO4 + 3 H2O + SO2↑
Cu2O + 4HCl 2H(CuCl2) + H2O
Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks pengikat amonia
Tembaga (I) chlorida juga dapat diperoleh dengan mereduksikan tembaga (II)
chlorida dengan Zn atau SO2
2CuCl2 + Zn ZnCl2 + Cu2Cl2
2CuCl2 + 2H2O + SO2 Cu2Cl2 + 2H2SO4 + 2HCl
Sifat-sifatnya:
1. Tembaga (I) chlorida merupakan serbuk putih
2. Tidak larut dalam air
3. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2NH3 2Cu(NH3)2Cl
Diamin Cu(I) hidroksida
4. Bereaksi dengan asam encer membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2HCl H2CuCl4
Asam hidrochloro Cu (II)
32
Kegunaannya:
Tembaga (I) chlorida pengikat karbon monoksida campuran gas lain.
Cu2Cl2 + CO Cu2Cl2O
2. Tembaga (II)
Tembaga (II) Oksida (CuO) yang terjadi di alam sebagai mineral.
Pembuatannya:
Pemanasan serbuk tembaga dalam waktu yang lama di udara.
2Cu + O2 2CuO
Pemanasan tembaga (II) hidroksida di udara.
Cu(OH)2 CuO + H2O
Pemanasan tembaga (II) nitrat atau tembaga karbonat basa.
CuCO3 Cu(OH)2 CuO + H2O + CO2
Sifat-sifatnya:
1. Merupakan hablur hitam yang higroskopis dan stabil pada suhu sedang.
o o
2. Pada 1100 C – 1200 C CuO dapat mengurai menjadi Cu2O
o
2CuO 1200 C Cu2O + O
3. Bereaksi dengan asam menghasilkan garam
33
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
4. Direduksi oleh CO/C
CuO +CO Cu + CO2
CuO + C Cu + CO
Kegunaannya:
1. Digunakan sebagai bahan pembuatan kaca atau gelas biru dan hijau.
2. Dilaboratorium digunakan untuk menguji dan mengetahui karbon
dalam suatu senyawaan organik.
Tembaga (II) Sulfat Penta Hidrat (CuSO4.5H2O) yang dikenal sebagai garam
biru
Pembuatannya:
Dilaboratorium
CuSO4.5H2O dibuat dengan CuO atau CuCO3 atau Cu(OH)2 dengan larutan
H2SO4 encer.
CuO + H2SO4(e) CuSO4 + H2O
CuCO3 + H2SO4(e) CuSO4 + H2O + CO2
Cu(OH)2 + H2SO4(e) CuSO4 + 2H2O
Diindustri
Pada skala besar tembaga sulfat dihasilkan dari pemanasan dengan asam
sulfat pekat maka akan terbentuk suatu larutan biru tembaga sulfat.
Cu + 2H2SO4(p) CuSO4 + SO2 + 2H2O
Juga diperoleh dari penambahan tembaga pada asam sulfat encer dan panas di
udara terbuka.
2Cu + 2H2SO4 + O2 2CuSO4 + 2H2O
Sifat-sifatnya:
1. CuSO4 berupa kristal biru dan bila dipanaskan akan berwarna putih dan
melepaskan hablurnya.
CuSO4. 5H2O CuSO4 + H2O
putih
2. Dapat larut dengan baik dalam air.
3. Reaksi dalam keadaan panas CuSO4. 5H2O melepaskan air dari kristalnya
o
sehingga akan terbentuk senyawa anhidrat, pada suhu 100 C menjadi
34
o o
CuSO4. H2O, pada suhu 200 C akan menjadi CuSO4. CuSO4. 5H2O 100 C
o
CuSO4. H2O, 200 C CuSO4
o
CuSO4 720 C CuO+SO2
o
Garam anhidrat tembaga sulfat putih pada suhu 720 C akan mengurai
menjadi tembaga oksida dan belerang oksida.
4. Reaksi terhadap ammonia tembaga (II) sulfat penhidrat yang berwarna biru
dengan ammonium hidroksida senyawaan lain.
2CuSO4 + 2NH4OH CuSO4. Cu(OH)2 + (NH4)2SO4
Cu(OH)2 CuSO4 dapat pula dibentuk dengan mencampurkan tembaga (II)
sulfat dengan tembaga (II) hidroksida, endapan ini lebih dikenal sebagai
suatu garam yang disebut bubur Bordeaux.
CuSO4 + Cu(OH)2 Cu(OH)2. CuSO4
Bubur Bordeaux ini berguna untuk mematikan cendawan/jamur.
5. Bereaksi dengan kalium ferrosianida menghasilkan senyawa kompleks
tembaga ferrosianida (cokelat).
+
CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] 2K2SO4
Tembaga (II) heksasianoferrat (II)
6. Reaksi terhadap kalium rodanida akan menghasilkan tembaga (II) rodanida
CuSO4 + 2KCNS Cu(CNS)2 + K2SO4
7. Daya reaksi dengan logam alkali sianida menghasilkan Cu(CN)2.
8. Reaksi dengan KI menghasilkan CuI2 kemudian mengurai lagi menjadi
Cu2I2 yang berwarna putih.
2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI2
2CuI2 Cu2I2 + I2
Kegunaannya:
1. Tembaga sulfat dalam jumlah besar dipakai dalam pelapisan logam
2. Digunakan untuk fungisida
3. Digunakan untuk penahaan zat warna
4. Digunakan untuk pembuatan larutan “Luff”
35
Tembaga (II) Hidroksida
Cu(OH)2 dalam ammonia akan membentuk suatu pereaksi yang disebut pereaksi
Schweitmer.
Pereaksi Schweitmer ini berguna untuk melarutkan selulosa bila diasamkan
selulosa akan mengendap sebagai endapan murni (Sutra Sintesa).
PERAK
Perak berbentuk perak murni atau dalam mineral-mineral seperti:
1. Sulfida : Ag2S, (AgCu)2S
2. Klorida : AgCl
Pembuatan:
Sebagian besar perak diperoleh sebagai hasil sampingan produksi operasi
peleburan dari logam-logam lain. Ini diperoleh dari endapan anoda pemurnian
tembaga dan dalam jumlah besar dari pemurnian timbal perak juga diperoleh dari
bijih-bijih dengan 2 metode yang berbeda.
a. Dengan pembentukan senyawa kompleks (proses sianida)
b. Pemisahan dari kombinasi dengan logam-logam lainnya dengan prosedur
yang berbeda
36
Ag2S + 4NaCN 2Na[Ag(CN)2] + Na2S
Natrium sulfida (Na2S) yang terbentuk dalam reaksi, dioksida oleh
udara menjadi natrium sulfat 4Na2S + SO2 +2H2O 2Na2SO4 +
4NaOH + 2S.
Jika bijih AgCl, maka terjadi reaksi dibawah ini :
AgCl + 2NaCN Na[Ag(CN)2] + NaCl
c. Larutan Natrium disiano argentat (I) yang diperoleh disaring kemudian
hasil saringan ditambahkan aluminium atau serbuk seng dan logam perak
terendapkan (Metoda pemisahan logam)
2NaAg(CN)2 + Zn Na2[Zn(CN)4] + 2Ag
Natrium Tetrasiano Zingkat (II)
Perak yang diperoleh masih mengandung Pb, Zn, dan Au sebagai kotoran.
Logam-logam Pb dan Zn ini dioksidasikan dengan meleburkan logam
perak kotor ini dengan beberapa zat pengoksidasi seperti KNO3. Emas sisa
dipisahkan dari perak sedemikian rupa dengan elektrolisis.
Batang logam yang mengandung perak dan emas dibuat pada anoda dalam
sebuah sel elektrolisis yang mengandung AgNO3 dan HNO3 encer sebagai
elektrolit katoda terdiri dari lempeng perak asli. Perak dari anoda larut
dalam larutan, sementara emas tidak larut. Perak asli pada katoda kemudian
dicuci, dikeringkan, dicairkan dan dicetak dalam bentuk batang.
Sifat-sifat Perak
1. Sifat Fisika
a. (Ag) perak adalah logam yang mempunyai kilap putih
b. Setelah emas perak sangat lunak/luntur disbanding logam-logam lain
3
c. Mempunyai masa jenis/kerapatan 10,5 g/cm
o
d. Mempunyai titik cair 960 C
o
e. Mempunyai titik didih 1955 C
f. Cairan perak menyerap oksigen
g. Merupakan penghantar panas dan listrik yang baik, lebih baik dari Cu
(tembaga)
h. Nilai keelektonegatifannya Hg
i. Jari-jari atomnya 1,44
37
2. Sifat Kimia
Salah satu sifat perak adalah sangat tidak reaktif dan merupakan logam
mulia.
a. Udara yang mengandung H2S dapat merubah warna perak menjadi
hitam atau coklat membentuk Ag2S pada permukaannya
4Ag + 2H2S + O2 2H2O + 2Ag2S
Dengan HNO3 encer dan pekat akan membentuk perak nitrat yang
teroksidasi menjadi nitrogen oksida.
38
Dalam keadaan ada udara Ag larut dalam alkali sianida dan sifatnya
digunakan dalam pemurnian logam Ag
Kegunaan:
Senyawa-senyawa Perak
Diperoleh dari penambahan larutan basa alkali dengan AgNO3 endapan yang
o
terbentuk disaring dan dikeringkan pada suhu 60-70 C
Sifat-sifat:
1. Ag2O dapat larut dalam air membentuk larutan basa yang sangat lemah
2. Ag2O basah menyerap karbon dioksida (CO2)
o
3. Pada saat suhu 320 C Ag2O melepaskan oksigen
2Ag2O 4Ag + O2
39
5. Bersifat pengoksidasi Ag2O dapat mengoksidasi aldehida dan Ag2O sendiri
tereduksi menjadi logam Ag selama bereaksi dengan aldehida.
Ag2O + CH3CHO + NH3 2Ag + CH3COONH4
Acetaldehida amoniumasetat
Kegunaan:
Pembuatan:
Sifat-sifat:
40
5. AgCl dapat peka terhadap cahaya.
Dapat berubah menjadi lembayung dan hijau kebiruan dengan cahaya
matahari.
2. Tidak larut dalam larutan ammonia encer tetapi larut dalam ammonia
pekat, alkali sianida, alkali tiosulfat dan proses pembentukan senyawanya
mirip seperti AgCl
Penggunaan:
Digunakan dalam jumlah besar, sebagai bahan emulsi photo sensitive dalam
photografi.
41
Sifat-sifat AgI:
Perak yodida hanya larut dalam larutan KI pekat membentuk suatu larutan
garam komplek.
AgI + KI K(AgI2)
Penggunaan:
Perak nitrat atau lunar caustic adalah senyawaan perak yang paling penting.
Pembuatannya:
Perak nitrat diperoleh dengan melarutkan logam perak kedalam larutan asam
nitrat, larutan begitu terbentuk langsung pekat dan dingin.
Sifat AgNO3:
Tidak higroskopis (menyerap air) dan larut sekali dalam air, kelarutannya
bertambah dengan bertambahnya suhu.
o
Pemisahan-pemisahan/penguraian- penguraian pada suhu 450 C
2AgNO3 2AgNO2 + O2
42
o
pada suhu 700 C menghasilkan logam perak
Penggunaan:
Cermin sering diperoleh dengan cara pelapisan lembaran kaca suatu lapisan
tipis logam perak.
Larutan A.
43
Dibuat dengan cara melarutkan logam perak nitrat kedalam air, ditambahkan
sejumlah ammonium hidroksida sampai endapan seperti melarut kembali
kemudian dilarutkan menjadi 1 liter.
Larutan B.
Dibuat dengan cara kira-kira 2 gram perak nitrat dalam air suling dan
ditambahkan + 17 gram natrium-kalium tartrat (garam roschell) kemudian
larutan dipanaskan dan dilarutkan menjadi 1 liter.
Larutan kaca yang akan diberi lapisan perak nitrat dibersihkan/dicuci dengan
soda kaustik atau sabun dan air, kemudian dikeringkan.
Di kempas bagian tepi kaca diberikan batas dengan lilin sehingga larutan-
larutan tersebut tidak akan tumpah.
Campuran larutan A dan B dalam jumlah yang sama langsung diatas lembaran
kaca yang akan dilapisi dan dibiarkan selama 2 jam diruang yang gelap. Suatu
lapisan tipis logam perak akan mengendap diatas lembaran kaca tersebut.
CH (OH) COONa
10AgOH 10Ag + 4CO2 + KOH +
NaOH + 16H2O
+
CH (OH) COOK
Garam roschell
44
EMAS
Penemuan Emas:
Sesuai dengan sifatnya yaitu mulia, emas sering kali ditemukan dialam bebas.
Emas ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
Batuan yang mengandung partikel emas diledakan dan bongkahan yang agak
besar dihancurkan menjadi ukuran yang agak kecil. Bongkahan tadi kemudian
dihancurkan dengan mesin penghancur, yang pada pokoknya adalah sebagai
berikut :
45
Proses Sianida :
Pada bijih emas yang telah dihaluskan, ditambahkan larutan Natrium Sianida;
campuran itu dibiarkan beberapa hari.
-
4Au + 8NaCN + 2H2O + O2 4Na[Au(CN)2] + 4OH
atau
- - -
4Au + O2 + 8CN + 2H2O 4Au (CN)2 + 4OH
Emas didapatkan lagi dari larutan diatas dengan menambahkan seng seperti
pada reaksi dibawah ini.
- 2-
2 Au(CN)2 + Zn 2Au + Zn(CN)4 , atau
Proses Pengkloran :
Pada proses ini, bijih emas yang terpanggang dilembabkan dengan air lalu
dialirkan gas Cl2 selama kurang lebih 30-40 jam.
46
Pemisahan Emas dari Emas Aluvial.
1. Pendulangan:
Digunakan dulang bulat (panci dari kayu atau logam dengan dasar kerucut)
berdiamater + 12” (+ 30 cm)
Pasir yang mengandung emas dengan air ditampung dalam dulang ini,
kemudian digerak-gerakan.
Partikel emas lebih keras terkumpul pada dasar dulang sedang pasir dan
partikel lainnya dibuang.
Pemurnian Emas.
47
mengendap pada katoda dan logam pengotor akan terlepas sebagai lumpur
anoda, kemurnian emas yang diperoleh adalah 99,9%.
Sifat-sifat Emas.
Sifat Fisika:
1. Emas mamiliki warna kuning yang indah dan kilapan yang cerah, tidak luntur
atau kusam oleh udara
2. Emas dapat ditempa dan diregangkan
o o
3. Titik leleh 1063 C dan titik didih 2600 C
4. Merupakan konduktor yang terbaik untuk panas dan listrik
3
5. Merupakan logam terberat, dengan berat jenis 19,3 g/cm
Sifat kimia:
1. Emas adalah logam mulia yang tidak terpengaruh oleh udara dan
kelembaban.
2. Reaksi dengan asam. Emas tidak bereaksi dengan asam apapun kecuali oleh
pengoksidasi yang amat kuat. Emas larut dalam aquaregia CLn terbentuk dari
reaksi aquaregia dengan emas.
3HCl + HNO3 NOCl + 2H2O +2Cl
48
6. Emas diendapkan dari larutan-larutannya dengan larutan pereduksi.
AuCl3 + 3FeSO4 Au + FeCl3 + Fe2(SO4)3
Penggunaan:
c. Rangkuman
Unsur-unsur golongan IB ( Cu, Ag, Au) dikenal sebagai golongan mata
uang. Terdapat di alam secara bebas atau dalam bentuk senyawa mineral antara
lain: chalcopirit ( CuF2S2), chalcosit (Cu2S), chovellit (CuS), malachit
(CuCO3.Cu(OH)2), mineral perak (AgCl, Ag2S, (AgCu)2S).
Logam golongan IB merupakan logam mulia dan mempunyai kilap tinggi.
o
Titik cair sekitar 2000 C, mudah ditempa (dibengkokan, konduktor dan
penghantar panas yang baik). Afinitas terhadap oksigen bertambah dari Cu, Ag,
Au. Gas klor dapat bereaksi membentuk CuCl2, gCl, AuCl3. Tembaga dan perak
larut dalam asam nitrat sedangkan emas larut dalam aquaregia dan dalam Hg
membentuk amalgama. Mendapatkan logam Cu melalui prosesmetalurgi dengn
tahapan sebagai berikut: pengolahan awal (flotasi dan pemanggangan), proses
pereduksian, dan pemurnian dengan elektrolisis.
Untuk mendapatkan Ag maupun Au melalui proses pembentukan senyawa
kompleks (proses sianida) baik isolasi dari logam pencemarnya ataupun dari
senyawa sulfida/ kloridanya. Khusus pemisahan emas dari batuan/ batu karang
melalui penghancuran dan pengamalgamaan (Hg, Au) yang selanjutnya
dipisahkan melalui penyulingan.
Pemisaha emas’alufial’, melalui proses pendulanganatau dengan arus air
secara keramba. Sedangkan pemurnian Cu, Ag, Au melalui proses elektrolisis.
Penggunaan logam IB secara umum adalah untuk mata uang, medali, perhiasan,
peralatan mesin, dan elektronik, khusus emas untuk cadangan perdagangan.
Senyawa dari unsur IB dan penggunaannya antara lain tembaga I oksida (Cu2O)
sebagai bahan pengisi kaca merah dan pestisida, tembaga (I) klorida (Cu2Cl2)
49
sebagai bahan pengisi masker/ pengikat gas CO, tembaga (II) oksida (CuO)
sebagai bahan pengisi kaca hijau/ biru, tembaga (II) sulfat (terusi: CuSO4.5 H2O)
untuk pelapisan logam, fungisida, dan pembuatan larutan Luff, perak oksida
(Ag2O) sebagai pengoksidasi dalam reaksi kimia organik, senyawa perak halida
(AgCl, AgBr, AgI) digunakan dalam fotografi, perak nitrat (AgNO3) digunakan
sebagai cat rambut, elektroplating, cermin perak, untuk penetapan secara
argentometri dan untuk uji ion halida.
d. Tugas
Buatlah suatu tulisan/ makalah tentang unsur-unsur golongan IA atau
senyawanya. Masing-masing siswa satu unsur.
e. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan di bawah ini!
1. Unsur golongan IB dikenal sebagai...
A. Pembentuk garam D. Pembentuk basa
B. Golongan mata uang E. Unsur metaloid
C. Unsur transisi I
50
5. Senyawa dari logam golongan IB yang biasa dignakan untuk cat rambut
adalah...
A. AgI C. AgNO3 E. AgBr
B. CuO D. CuCl2
3. Cu (Jawab A)
5. AgNO3 (Jawab D)
51
BAB III
EVALUASI
4. Gambarkan hibridasi:
a. Fe(CN) 64
b. Ni(CN) 42
Bagaimanakah bentuk hibridasi, bentuk molekul, dan sifat magnetiknya?
52
BAB IV
PENUTUP
53
DAFTAR PUSTAKA
Polling, C. & R. Harsono.1984. Ilmu Kimia Jilid IIA dan IIB. Erlangga, Jakarta
54