Anda di halaman 1dari 60

MODUL VII

Disusun Oleh:

Ta’minudin, S.Pd
Nina Marliana, S.Si
Rusman, S.Si

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN SEKOLAH


MENENGAH KIMIA ANALIS BOGOR BOGOR
2005

i
KATA PENGANTAR

Modul ini berjudul ”Logam Transisi” sebagai bahan ajar bagi siswa kelas I
semester 2. Modul ini dikembangkan dengan mengintegrasikan kompetensi
pengetahuan dan sikap secara utuh sehingga siswa memiliki pemahaman konsep
dan sikap serta tanggungjawab dalam memecahkan masalah kimia.
Materi pokok modul ini meliputi unsur transisi periode keempat (sifat khas
unsur transisi, ion kompleks, dan keberadaan unsur transisi periode keempat di
alam) dan unsur transisi golongan I B (tembaga, perak dan emas). Untuk
merefleksi keberhasilan belajar, diharapkan siswa melatih diri secara intensif
dengan cara mengerjakan tugas dan evaluasi yang tersedia dalam modul. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan, siswa dapat melihat kriteria penilaian yang
ditetapkan.
Dengan keinginan belajar yang tinggi serta upaya yang sungguh-sungguh
maka keberhasilan dapat diraih.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI MODUL

Halaman
HALAMAN DALAM ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
PETA KEDUDUKAN MODUL ........................................................................ v
GLOSARIUM .....................................................................................................vi

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Deskripsi .................................................................................................... 1
B. Prasyarat ..................................................................................................... 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul ..................................................................... 1
D. Tujuan Akhir .............................................................................................. 2
E. Kompetensi ................................................................................................. 2
F. Cek Kemampuan ........................................................................................ 3

II. PEMBELAJARAN ........................................................................................ 5


A. Rencana Belajar Siswa .............................................................................. 5
B. Kegiatan Belajar ........................................................................................ 6
1. Kegiatan Belajar 1.................................................................................. 6
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1 ....................................................... 6
b. Uraian Materi : Unsur Transisi Periode Ke-empat ............................ 6
1. Sifat Khas Unsur Transisi Periode Ke-empat ................................ 6
2. Ion Kompleks................................................................................ 11
3. Unsur Transisi Periode Ke-empat di Alam ...................................
15 c. Rangkuman ......................................................................................
21 d. Tugas ................................................................................................
21 e. Tes Formatif .....................................................................................
22 f. Kunci Jawaban Tes Formatif ............................................................
23

3
2. Kegiatan Belajar 2................................................................................... 24
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2 ...................................................... 24
b. Uraian Materi : Unsur Transisi Golongan I B .................................. 24
1. Golongan I B secara Umum ......................................................... 24
2. Sifat-sifat Fisika ............................................................................ 24
3. Sifat-sifat Kimia ........................................................................... 24
4. Tembaga........................................................................................ 26
5. Perak ............................................................................................. 36
6. Emas.............................................................................................. 45
c. Rangkuman ...................................................................................... 49
d. Tugas ................................................................................................ 49
e. Tes Formatif ..................................................................................... 49
f. Kunci Jawaban Tes Formatif ............................................................ 51

III. EVALUASI .................................................................................................. 52


IV. PENUTUP ................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 54

4
PETA KEDUDUKAN MODUL

PENGANTAR KIMIA
ANORGANIK

HIDROGEN, OKSIGEN,
DAN KARBON

LOGAM ALKALI
DAN ALKALI TANAH

NITROGEN, FOSFOR,
DAN BELERANG

HALOGEN

GAS MULIA

LOGAM TRANSISI

5
GLOSARIUM

Bilangan : Bilangan yang menunjukkan banyaknya ligan yang terikat


koordinasi pada suatu atom atau ion logam (atom pusat) dalam suatu
kompleks koordinasi
Afinitas : Kecenderungan atom atau senyawa untuk bereaksi dengan
atom atau senyawa lain.
Asam Lewis : Suatu zat yang membentuk ikatan kovalen dengan cara
menerima pasangan elektron dari suatu basa.
Atom pusat : Akseptor pasangan elektron (ion transisi)
Basa Lewis : Suatu zat yang membentuk ikatan kovalen dengan cara
menyumbang pasangan elektron ke suatu asam.
Elektrolisis : Peristiwa penguraian atau perubahan kimia senyawa
tertentu jika dilewatkan muatan atau arus listrik melalui
larutan elektrolit atau zat cair senyawa tersebut (lelehannya)
Flotasi : Metode untuk menaikkan bahan tersuspensi ke permukaan
cairan dengan berbagai cara mencakup aerasi, vakum,
evolusi gas, bahan kimia, elektrolisis, panas, atau
dekomposisi oleh bakteri.
Ion kompleks : Suatu senyawa yang ligannya ion, molekul atau gugus atom
donor elektron yang membentuk ikatan koordinasi dengan
suatu ion atom-atom pusat.
Konduktor : Zat atau bahan yang dapat menghantarkan panas atau listrik
Konfigurasi : Penataan atau pembagian elektron ke dalam orbital-orbital
elektron
Ligan : Donor pasangan elektron, menunjukkan ion atau molekul
yang diikat oleh atom pusat
Logam mulia : Logam yang sukar teroksidasi
Unsur transisi : Unsur-unsur logam yang dalam pengisian elektronnya
berakhir pada orbital d (blok d) atau orbital f (blok f)

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul ini berjudul Logam Transisi. Modul ini merupakan modul ke-6 dari 6
modul yang harus dikuasai oleh siswa kelas I Analis Kimia. Materi modul ini
mencakup unsur transisi periode keempat (sifat khas unsur transisi, ion
kompleks, dan keberadaan unsur transisi periode keempat di alam) dan unsur
transisi golongan I B (tembaga, perak dan emas).

B. Prasyarat
-

C. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul ini dirancang sebagai bahan untuk melaksanakan pembelajaran maupun
kerja mandiri. Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka pada bagian
ini diberikan panduan belajar bagi siswa dan panduan mengajar bagi guru.
1. Panduan belajar bagi siswa
a. Bacalah dengan cepat keseluruhan modul ini (skimming)
b. Buatlah diagram yang merangkum konsep utama yang dibicarakan dalam
modul ini berikut aktivitas yang diminta. Buat kotak segi empat untuk setiap
konsep utama yang dibicarakan. Tiap kotak diberi nomor urut untuk
memudahkan penelusuran isi konsepnya.
c. Siapkan kertas kosong HVS berukuran 10x10 cm atau kertas lipat berwarna.
Tuliskan nomor dan makna atau isi konsep sesuai yang tercantum dalam
diagram.
d. Pahami isi masing-masing konsep yang tertera pada diagram.
e. Diskusikan dengan guru dan teman-teman tentang konsep-konsep yang
belum anda fahami hingga mendapat kejelasan.
f. Jawablah semua soal-soal yang menguji penguasaan konsep, kemudian
periksa hasilnya dengan kunci jawaban yang disediakan. Pelajari kembali
apabila penguasaan kurang dari 80%. Ingat! Kunci jawaban hanya
digunakan setelah anda mengerjakan soal dan hanya untuk mengetahui
pemahaman nyata anda.

1
2. Panduan Mengajar bagi Guru
a. Sebelum pembelajaran dengan modul ini dilangsungkan, terlebih dahulu
disiapkan OHT (Overhead Ttansparancies) yang memuat struktur konsep
utama dalam bentuk diagram
b. Tugaskan pada siswa untuk membaca modul secara berkelompok. Hal-hal
yang belum difahami didiskusikan dan penjelasannya menggunakan media
transparan yang telah disiapkan.
c. Tugaskan pada siswa untuk menguji penguasaan konsep dengan cara
mengerjakan soal-soal yang telah ada dalam modul. Bagi siswa yang belum
mencapai penguasaan minimal 80% disuruh untuk mempelajari kembali
secara mandiri di rumahnya.
d. Evaluasi kemampuan siswa sesuai sasaran yang tercantum dalam dalam
modul ini baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bagi
siswa yang belum mencapai penguasaan minimal 80% untuk pengetahuan
dan 90% untuk praktek harus diberikan remedial.

D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang harus dicapai setelah menyelesaikan modul ini, siswa
diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami sifat khas unsur transisi periode keempat
2. Mengetahui dan memahami ion kompleks
3. Mengetahui dan memahami keberadaan unsur transisi di alam
4. Mengetahui dan memahami sifat khas unsur transisi golongan I B
5. Mengetahui dan memahami tentang tembaga.
6. Mengetahui dan memahami tentang perak.
7. Mengetahui dan memahami tentang emas.

E. Kompetensi
-

2
F. Cek Kemampuan
Berikut ini merupakan lembar pengecekan kemampuan siswa terhadap isi materi
yang akan dicapai pada modul. Lembar isian tersebut harus dipandang sebagai
alat evaluasi diri, oleh karena itu harus diisi dengan sejujurnya, dan apabila
sebagian besar pertanyaan sudah dikuasai maka siswa dapat mengerjakan soal
atau minta pengujian praktek pada guru.
Beri tanda cek (√) pada tingkat penguasaan sesuai yang ada.
Tingkat penguasaan
No Aspek yang harus dikuasai
Baik Sedang Kurang
1 Pemahaman tentang konfigurasi elektron
Pemahaman tentang konfigurasi elektron dengan
2 orbital penuh dan setengah penuh
3 Pemahaman tentang sifat logam
4 Pemahaman tentang sifat magnet
5 Pemahaman tentang ion berwarna
6 Pemahaman tentang bilangan oksidasi
7 Pemahaman tentang bentuk cis dan trans
8 Pemahaman tentang penamaan ion kompleks
9 Pemahaman tentang bijih unsur transisi
Pngetahuan tentang daerah penambangan di
10 Indonesia
11 Pemahaman tentang pengolahan besi
12 Pemahaman tentang pembuatan besi baja
13 Pemahaman tentang pengolahan tembaga
14 Pemahaman tentang keberadaan tembaga di alam
15 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia tembaga
16 Pemahaman tentang pembuatan tembaga
17 Pemahaman tentang persenyawaan tembaga
18 Pemahaman tentang keberadaan perak di alam
19 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia perak
20 Pemahaman tentang pembuatan perak
21 Pemahaman tentang persenyawaan perak
22 Pemahaman tentang keberadaan emas di alam

3
23 Pemahaman tentang sifat fisika dan kimia emas
24 Pemahaman tentang pembuatan emas
25 Pemahaman tentang persenyawaan emas

Catatan: Baik = tingkat penguasaan materi > 80%


Sedang = tingkat penguasaan materi 60%-80%
Kurang = tingkat penguasaan materi <60%

4
BAB II
PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa

Tabel berikut merupakan rambu-rambu rencana pembelajaran dengan


menggunakan Modul ini. Rambu-rambu ini bersifat fleksibel dan dapat
dimodifikasi sesuai dengan kondisi sekolah.
Kompetensi : -
Sub Kompetensi : -
Tanda
Tempat Perubahan
Jenis Kegiatan Tanggal Waktu tangan
Belajar dan Alasan
Guru
KBB-1
Pembahasan/ Diskusi tentang:
Unsur Transisi Periode Ke-
empat
Sifat Khas Unsur Transisi
Periode Ke-empat
Ion Kompleks
Unsur Transisi Periode Ke-
empat di Alam

Latihan tentang penguasaan


konsep
KBB-2
Pembahasan/ Diskusi tentang:
Unsur Transisi Golongan I B
Golongan I B secara Umum
Sifat-sifat Fisika
Sifat-sifat Kimia
Tembaga
Perak

5
Emas

Latihan tentang Penguasaan


Konsep

B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1
Melalui kegiatan belajar 1 ini, siswa diharapkan mampu
1. Memahami tentang sifat-sifat unsur transisi periode ke empat
2. Memahami tentang ion kompleks
3. memahami tentang keberadaan nsur-unsur transisi periode ke empat di
alam.

b. Uraian Materi

Unsur Transisi Periode Ke Empat

Sifat Khas Unsur Transisi Periode Ke Empat

1. Konfigurasi Elektron
Dalam sisitem periodik unsur transisi termasuk golongan B dan berada
pada blok d dan blok f. Namun unsur transisi yang kita pelajari sekarang hanya
yang termasuk blok d dan terletak pada periode keempat. Dengan demikian,
terdapat 10 buah unsur. Ini sesuai dengan jumlah elektron pada sub kulit d, yaitu
1 10
dimulai dari d sampai d . Dalam sistem periodik, unsur transisi terletak diantara
golongan II A dengan golongan III A, yaitu terdiri dari golongan III B sampai
dengan golongan II B. Perhatikan elektron valensi dari unsur-unsur periode
keempat:

6
Tabel 1. Unsur-unsur periode keempat
Unsur Simbol Nomor Elektron Valensi
Atom
2 1
Skandium Sc 21 (Ar) 4s 3d
2 2
Titanium Ti 22 (Ar) 4s 3d
2 3
Vanadium V 23 (Ar) 4s 3d
1 5
Khrom Cr 24 (Ar) 4s 3d
2 6
Mangan Mn 25 (Ar) 4s 3d
2 7
Besi Fe 26 (Ar) 4s 3d
2 8
Kobal Co 27 (Ar) 4s 3d
2 10
Nikel Ni 28 (Ar) 4s 3d
1 10
Tembaga Cu 29 (Ar) 4s 3d
2 10
Seng Zn 30 (Ar) 4s 3d

2. Konfigurasi Elektron dengan Orbital Penuh atau Setengah Penuh Lebih


Stabil
Perhatikan pada konfigurasi elektron atom Cr dan Cu terjadi
penyimpangan dari prinsip Aufbau.

Atom Cr :
2 4
Menurut aturan Aufbau : 24Cr: (Ar) 4s 3d
2 4
4s 3d

2
”Nilai kesetabilan” tambahan setelah Ar adalah satu buah, yaitu pada 4s (penuh)
4
dan ino stabil. Namun, pada 3d tidak termasuk penuh dan tidak termasuk
4
setengah penuh. Jadi, pada 3d tidak stabil. Kenyataan konfigurasi elektron:
1 5
24Cr : (Ar) 4s 3d yaitu:
1 5
4s 3d

1
”Nilai kesetabilan” tambahan setelah Ar adalah dua buah, yaitu pada 4s
5
(setengah penuh dan 3d (setengah penuh). Keduanya stabil.
1 5
Jadi, pada 4s 3d punya kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan
2 4
4s 3d . Dengan demikian, pengisian elektronnya pada 4s hanya 1 dan untuk 3d

7
menjadi 5. Pengisian tersebut bukan karena perpindahan elektron ke tingkat yang
lebih tinggi (tereksitasi/terpromosi), melainkan untuk memperoleh konfigurasi
yang lebih stabil.

Atom Cu :
2 9
Menurut aturan Aufbau : 29Cu: (Ar) 4s 3d
2 9
4s 3d

1 10
Kenyataannya : 29Cu: (Ar) 4s 3d
1 10
4s 3d

2 9 2
Pada 4s 3d hanya dapat tambahan “nilai kestabilan” satu buah, yaitu pada 4s
9
(penuh, berarti stabil), sedangkan pada 3d (tidak penuh dan tidak setengah
penuh berarti tidak stabil).
1 10
Akan tetapi, pada 4s 3d mendapat tambahan “nilai kestabilan” dua buah,
1 10
yaitu pada 4s (setengah penuh, berarti stabil) dan pada 3d (penuh berarti juga
stabil).
Bandingkan dengan atom Co:
2 7
Menurut aturan Aufbau : 27Co: (Ar) 4s 3d
2 7
4s 3d

2 7
Nilai kestabilan hanya satu, yaitu pada 4s (stabil) dan pada 3d (tidak stabil).
Seandainya, pada 4s terisi satu elektron maka:
1 8
27Co: (Ar) 4s 3d
1 8
4s 3d

1 8
“Niali kestabilan”tetap satu, yaitu pada 4s (stabil) dan 3d (tidak stabil).
Karena tambahan “Niali kestabilan” sama, yaitu satu buah maka konfigurasi
2 7.
elektron atom Co tetap sesuai aturan, yaitu (Ar) 4s 3d
Pengisian elektron ini hanya berlaku untuk atom golongan transisi dan tidak
berlaku untuk atom golongan utama.
2 5
Contoh untuk atom chlor: 17Cl : (Ne) 3s 3p (benar).
Tetapi sesuai aturan seperti di atas, tidak mengikuti orbital setengah penuh/penuh
1 6
lebih stabil: 17Cl : (Ne) 3s 3p (benar).

8
3. Sifat Logam
Unsur-unsur transisi semuanya bersifat logam. Hal ini berbeda dengan
golongan utama ada yang bersifat logam dan non logam. Sifat logam ini
disebabkan jumlah elektron yang kecil, yaitu hanya satu atau dua buah elektron.
Kemudian jumlah elektron valensidari logam transisi lebih banyak
dibandingkan dengan logamgolongan utama. Dengan demikian, antar atom akan
lebih mudah berikatan dengan sesamanya, tetapi tidak membentuk molekul.
Ikatan ini dikenal dengan ikatan logam. Ikatan logam transisi lebih kuat
dibandingkan dengan logam utama sehingga logam transisi mempunyai sifat:
a. penghantar listrik yang baik
b. penghantar panas yang baik
c. lebih keras, dan
d. titik didih atau titik lelehnya tinggi.

4. Sifat Magnet
Ada beberapa sifat magnet dari unsur-unsur:
a. Diamagnetik: sifat magnetik yang ditolak (tidak tertarik medan magnet)
Ciri: atom atau molekul yang elektron-elektron dalam orbitalnya semua
berpasangan.
b. Paramagnetik: sifat magnetik yang dapat ditarik oleh medan magnet.
Ciri: atom atau molekul yang elektron-elektron dalam orbitalnya ada yang
tidak berpasangan.
Jika sifat paramagnetiknya sangat kuat disebut feromagnetik, misalnya pada
besi, nikel, dan kobal. Magnet yang umum dipakai terbuat dari zat dengan sifat
feromagnetik. Sifat magnet ini nanti akan digambarkan dalam hibridisasi ion
kompleks.

5. Ion Berwrna
Ion-ion logam transisi mempunyai sifat yang khas, yaitu menunjukkan
warna-wrna yang khas. Adanya warna disebabkan oleh elektron pad subkulit d
dari ion transisi. Ion tersebut mampu menyerap cahaya yang terletak pada sinar
tampak. Karena elektron pada subkulit ini banyak maka warnanya berbeda-beda,
seperti terlihat pada tabel berikut.

9
Tabel 2. Warna khas pada unsur logam transisi
Unsur Biloks Senyawa Warna
3+
Krom +3 Cr(H2O)6 Hijau
2+
+6 (CrO)4 Kuning
+6 (Cr2O)7
2+
Jingga
4-
Besi +2 Fe(CN)6 Kuning
3-
+3 Fe(CN)6 Kuning
+3 Fe(SCN)6 (H2O)5
4- 2+ Merah
2+
Nikel +2 Ni(H2O)6 Hijau
2+
+2 Ni(NH3O)6 Biru
+2 Ni(DMG)2 Merah
2+
Tembaga +2 Cu(H2O)4 Biru
2+
+2 Cu(NH3) 4 Biru tua
+2 CuCl4
2-
kuning

4+ 3+ +
Ion Ti , Sc , dan Cu tidak berwarna.
4+ 3+
Hal ini disebabkan Ti dan Sc tidak mempunyai elektron pada orbital d,
2+ 2+
sedangkan pada ion Zn dan Cu orbital d penuh dengan elektron.
Jadi, kemampuan ion transisi memberikan warna karena elektron yang
tidak penuh mampu menyerap cahaya tampak. Kemudian disamping pengaruh
elektron pada subkulit d juga pengaruh anion yang diikatnya. Perhatikan pada ion
2+ 2+
Ni dan Cu dengan anion/molekul yang diikatnya berbeda maka akan
menghasilkan warna yang berbeda pula.
Adanya warna-warna tersebut sehingga digunakan untuk analisis
kualitatif, yaitu untuk menentukan jenis ion dari suatu larutan.

6. Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi yang ada di alam ternyata mempunyai
bilangan (tingkat) oksidasi lebih dari satu. Sebagai contoh, atom Mn mempunyai
biloks +7 pada KMO4, biloks +6 pada K2MnO4, biloks +4 pada MnO2, dan biloks
+2 pada MnO.
Adanya biloks lebih dari satu pada unsur transisi disebabkan mudahnya
melepaskan elektron dari elektron valensinya. Hal ini berarti bagi energi ionisasi
pertama, kedua, dan seterusnya mempunyai harga yang relatif kecil dibandingkan
dengan unsur golongan utama.

10
Bilangan oksidasi yang mungkin dari unsur transisi bergantung dari
2 2
jumlah elektron valensinya. Sebagai contoh, Ti : (Ar) 3d 4s maka biloks yang
mungkin adalah +1, +2, +3, dan +4, dengan biloks maksimum dari Ti adalah +4.
lebih besar dari +4 tidak mungkin terjadi. Umumnya, biloks yang stabil
merupkan biloks maksimumnya, seperti pada Sc, Ti, V, Cr, dan Mn. Namun,
pada Fe biloks yang stabilnya adalah +2 dan +3, untuk +2 pada Fe dimungkinkan
dengan melepaskan 2 buah elektron pada 4s. Sedangkan +3 pada Fe
dimungkinkan dengan melepaskan 2 buah elektron pada 4s dan 1 buah elektron
pada 3d.
2+ 6 0 3+ 5 0
Fe : (Ar) 3d 4s dan Fe : (Ar) 3d 4s
3+ 2+
Dengan sisa elektron seperti itu, maka ion Fe lebih stabil dibandingkan Fe ,
sedangkan biloks stabil pada Co, Ni, dan Zn yaitu +2. Ini terjadi dengan
melepaskan 2 buah elektron pada 4s. Unsur transisi yang hanya mempunyai satu
jenis biloks, yaitu Zn dengan biloks +2 dan Sc dengan biloks +3.

Ion Kompleks
Atom transisi dapat membentuk ion/senyawa kompleks, yaitu
kemampuan ion transisi mengikat ion/molekul lain melebihi jumlah ion yang
dipunyainya. Dalam pembentukan ion kompleks, ion transisi bertindak sebagai
atom pusat, sedangkan ion/molekul yang diikatnya dikenal sebagai ligan. Ikatan
antara keduanya merupakan ikatan koordinasi. Pada ikatan tersebut, ion transisi
memberikan orbital kosong (menerima pasangan elektron berarti bertindak
sebagai asam menurut Lewis), sedangkan ligan akan memberikan pasangan
elektron sehingga bertindak sebagai basa menurut Lewis.
Jadi ion/molekul yang bertindak sebagai ligan harus mempunyai
pasangan elektron bebas.
Contoh ligan:
-
C1 struktur elektron
C1x H2O struktur elektron H x O
x
H
H
x
CN
-
struktur elektron x xx NH3 struktur elektron H x N
C x Nx x x
H

11
Jumlah ligan yang diikat merupakan jumlah ikatan kovalen koordinasi sehingga
dinamakan bilangan koordinasi. Ligan ini tidak terionisasi atau tidak bereaksi
karena terikat kuat oleh ion transisi. Secara umum penulisan ion kompleks adalah
sebagai berikut:
n
L ( x)m

L = ion transisi, x = ligan, n = muatan ion kompleks, dan m = bilangan


koordinasi.
Jumlah bilangan koordinasi, umumnya 2 kali lipat dari biloks transisi. Sebagai
contoh, atom Fe dengan biloks +2 dan +3 maka umumnya bilangan
koordinasinya 6, sehingga ion kompleksnya adalah: Fe(CN) 63 dan Fe(CN) 64 .
Atom tembaga mempunyai biloks +1 dan +2 maka bilangan koordinasinya
empat. Contohnya, Cu(H2O) 42 dan CuC1 42 .

1. Bentuk Cis dan Trans

Bentuk molekul cis dan trans berlaku untuk ions kompleks dengan
ligan lebih besar dari satu. Bentuk molekul adalah cis jika posisi ligan tidak
seimbang dan bentuk molekul trans jika posisi ligan yang sama seimbang
(berseberangan).

12
OH H2O H2O OH

OH H2O OH H2O
Bentuk cis Bentuk trans

Senyawa [Cr(NH3)4 C11]

NH3 NH3
C1 C1
NH3 NH3
Cr Cr
C1 NH3 NH3 C1

NH3 NH3

Bentuk cis Bentuk trans

2. Penanaman Ion/Senyawa Kompleks


a. Penanaman senyawa kompleks seperti penanaman senyawa ionik, yaitu
nama kation disebutkan dahulu, baru kemudian anion.
b. Penanaman untuk ion kompleks, disebutkan nama ligan dahulu sesuai
dengan jumlahnya. Nama ligan diakhiri dengan o.
c. Jumlah ligan yang diikat lebih dari sari diberi awalan di (2); ri (3); tetra
(4); penta (5); dan heksa (6).
d. Bilangan oksidasi logam ditulis menggunakan angka Romawi, ditulis
dalam tanda kurung setelah nama logam.
e. Jika ion kompleksnya bermuatan negatif maka nama logam diberi akhiran
at.

13
Tabel 13.3 Penanaman ion kompleks
Ligan Nama
NH3 animo

CN siano
H2 O aquo

OH hidrokso
– fluoro
F
– kloro
C1
nitrito
NO 2
– tiosiano
SCN

Mn = manganat
Co = kobaltat
Ni = nikelat
Fe = ferrat
Cu = kuprat
Cr = khromat.

Contoh:
Ag(NH3) 4 : ion diamino argentum (I)
+
[Cr(NH3)4C1] : ion tetra amino dikhloro kromium (III)
Fe(CN) 63 : ion heksa siano ferrat (III)

Co(NO2) 63 : ion heksa nitro kobaltat (III)


K4[Fe(CN)6] : kalium heksa siano ferrat (II)
[Cr(NH3)5C1] C12 : penta amino khloro khromium (III) khlorida
Cu(H2O)4 SO4 : tetra aquo tembaga (II) sulfat
[Cu(NH3)4] [Ni(CN)4]3 : tetra amino tembaga (II) tetra siano nikelat (II)
[Co(NH3)6]4 [Fe(CN)6]3 : heksa amino kobalt (III) heksa siano ferrat (II)

14
Unsur Transisi Periode Ke Empat di Alam
1. Bijih Unsur Transisi
Unsur-unsur transisi periode keempat di alam kebanyakan terdapat
dalam bentuk senyawanya. Hanya tembaga ditemukan dalam keadaan bebas
dan dalam bentuk senyawanya. Unsur-unsur transisi relatif mudah teroksidasi
walaupun bukan merupakan logam yang aktif, seperti pada alkali atau alkali
tanah. Di dalam tanah, unsur transisi banyak bereaksi dengan sulfuda
membentuk senyawa sulfuda. Dengan demikian, mineral-mineral unsur
transisi yang merupakan bijih-bijih logam transisi kebanyakan dalam bentuk
senyawa sulfuda atau senyawa oksida.
Perhatikan bijih-bijih logam transisi periode keempat kebanyakan
merupakan senyawa oksida atau sulfuda.

Tabel 13.4 Bijih logam transisi

Unsur Bijih di alam


Se Sukar sekali bereaksi dan jumlahnya di alam sedikit
Ti TiO2, (rutile), FeTiO3, (ilmenite)
V VS4 (patronite), Pb3(VO4)2 (vanadite)
Mn MnO2 (pyrolusite/batu kawi), Mn2O3 (manganite)
Fe Fe2O3 (haematite), Fe3O4 (magnetite), FeCO3 (sidarite), FeS (pyrite)
Co CoS (kobalt sulfida)
Ni NiS (nikel sulfida)
Cu Cu (keadaan bebas), CuFeS2 (khalkopyrite), Cu2S (khalkosite),
Cu S (kovelite), 5.Cu2S.Fe2O3 (bornite)
Zn ZnS (sphalerite/seng blenda), ZnCO3 (smith sonite/calamine)

2. Daerah Penambangan di Indonesia


a. Batuan mineral tembaga ditemukan hampir disemua pulau di Indonesia
mulai dari pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
sampai Irian Jaya. Kandungan tembaga yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi adalah Irian Jaya. Adapun daerah lainnya belum mempunyai nilai
ekonomi yang menguntungkan, seperti kadar tembaga rendah atau kadar
tembaga tinggi tetapi jumlah cadangan sedikit. Pengolahan tembaga di

15
Indonesia dilakukan oleh FIC (Freeport Indonesian Company) di Irian
Jaya.
b. Bijih Nikel ditambang dan diolah oleh PT. Aneka tambang yang
beroperasi di Pomala (Sulawesi Tenggara), di Pulau Gebe (Halmahera
Tengah, Maluku) dan oleh International Nickel (INCO) di Soroako
(Sulawesi Tengah) dan di Pulau Gag (Maluku).
c. Bijih besi di Indonesia terdapat di sepanjang pantai selatan pulau Jawa,
dari Cilacap sampai Karang Bolong di Jawa Tengah, serta beberapa di
Jawa Barat (Pelabuhan Ratu Sukabumi) dan di Jawa Timur. Di Pulau
Sumatera bijih besi terdapat di pantai barat, seperti bengkulu, Sumatera
Barat, dan Aceh.
d. Bijih chromite (logam krom) terdapat di daerah Maluku Utara,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. Penambangan dilakukan oleh PT.
Palmabin dan PT. Bituminasa di Sulawesi dengan mengolah bijih
chromite menjadi pasir cetak.
e. Bijih seng terdapat di Pulau Jawa, seperti Cianjur, Tasikmalaya,
Surakarta, dan Madiun. Selain itu, terdapat juga di Palembang dan
Kalimantan Barat (Ketapang).
f. Endapan bijih mangan di Indonesia terdapat di Karang Nunggal dan
tempat-tempat lainnya.

3. Pengolahan Besi
Umumnya, pengolahan bijih besi merupakan oksida besi (Fe2O3/Fe3O4)
dilakukan dengan menggunakan tungku besar dengan suhu sangat tinggi yang
disebut tanur tinggi.
Bahan yang digunakan untuk membuat besi murni, yaitu bijih besi,
kokas (karbon), dan basa kapur (CaCO3).
Kokas atau karbon digunakan untuk menghasilkan gas CO dan gas CO
ini digunakan sebagai zat kokas (zat reduktor). Sedangan batu kapur yang
bersifat basa berfungsi untuk menetralkan dari bijih logam yang disebabkan
oleh adanya oksida silikon (SiO2).

16
Proses
Semua bahan dimasukkan dalam tungku. Kemudian ditiupkan udara
panas melalui bagian bawah tungku sehingga terjadi peleburan dan reaksi
kimia.
a. Mula-mula C akan bereaksi dengan oksigen membentuk CO2.
C + O2 CO2
b. CO2 yang terbentuk naik dalam cerobong dan dengan kokas yang panas
bereaksi membentuk gas CO :
C + O2 2CO
c. Dibagian tengah dan atas tanur, karbonmonoksida itu beraksi dengan
mereduksi besi oksida dan membentuk oksida.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3CO2
d. Batu kapur akan terurai karena pemanasan menghasilkan CaO dan CO2
CaCO2 CaO + CO2.
e. Kemudian CaO bereaksi dengan Sio2 membentuk terak (slag).
CaO + SiO2 CaSiO3
f. Cairan besi di bawah akan keluar melalui saluran di dasar, sedangkan
terak ada di permukaan cairan besi dan cairan terak akan keluar melalui
saluran yang lebih atas dari saluran besi. Cairan besi yang diperoleh dari
tanur ini disebut besi kasar (pig iron) dan kira-kira mengandung 95%
besi, 4% karbon, dan sisanya silikon, fosfor, dan unsur-unsur lain. Besi
kasar ini diinginkan dan digunakan sebagai besi tuang (cast iron),
sedangkan hasil samping terak (slag) digankan untuk proses pembuatan
semen.

17
Gambar 1 Tanur tinggi

4. Pembuatan Besi Baja


Baja merupakan pemurnian dari besi tuang, yaitu dengan mengurangi
kadar karbon atau pengot lainnya. Baja dibuat agar besi menjadi semakin
kuat dan sekaligus membuat campuran besi (paduannya) dengan logam lain.
Proses Pembuatan Baja
a. Proses Bassemer Converter
Pada proses ini digunakan tungku besar dengan suhu tinggi dan di
bawahnya ada lubang-lubang untuk mengalirkan udara panas. Besi kadar
(pig iron) dimasukkan bersama batu kapur (CaCO3). Karbon yang ada
dalam besi kasar akan bereaksi dengan O2 membentuk CO2. kemudian,
pengotor Si atau Pakan diikat oleh CO2 dan CaCO3 sehingga kadar
pengotornya berkurang. Proses ini berlangsung cepat dengan
menghasilkan kualitas baja yang bervariasi.

18
Gambar 2 Proses bessemer converter
b. Proses Open Hearth Furnace
Pada proses ini digunakan sebuah tungku yang pada bagian
dasarnya diisi dengan CaO. Bahan-bahan seperti besi kasar, bijih besi,
dan batu kapur dimasukkan ke dalam tungku. Kemudian dihembuskan
udara panas sehingga campuran itu melebur. C yang ada dalam besi akan
teroksida membentuk CO2 dan pengotor lainnya akan diikat oleh CaO
membentuk terak. Cara ini berlangsung lama, menghasilkan besi dengan
kualitas yang baik sesuai keinginan. Baja tersebut dapat langsung dibuat
paduannya dengan logam lain.

Gambar 3 Proses open hearth furnace

c. Proses basic Oxygen


Pada proses ini digunakan tungku dengan suhu yang tinggi.
Kemudian dimasukkan besi kasar dipompakan gas oksigen dan batu

19
kapur sehingga C langsung teroksidasi dan pengotor terikat oleh CaO.
Proses ini berlangsung cepat dengan kualitas baja yang bagus.

Gambar 4 Proses basic oxygen

5. Pengolahan Tembaga
Pengolahan logam tembaga dari bijih logamnya, yatu dengan cara
reaksi reduksi melalui proses pemanggangan. Ini dapat dilakukan karena
potensial reduksi Cu positif, yaitu +0,34 volt. Bertindak sebagai reduktor
adalah ion sulfida dari bijih tersebut menurut reaksi:
2Cus + 3O2 2 Cu2O + 2SO2
2Cu2O + C2S 6 Cu + SO2
Tembaga yang dihasilkan belum murni, masih ada pengotor, terutama
berupa gas SO2 yang terperangkap sehingga disebut tembaga lepuh. Tembaga
ini dimurnikan melalui proses elektrolisis dengan tembaga lepuh (yang akan
dimurnikan) ditempatkan pada anoda dan katodanya tembaga murni. Larutan
yang digunakan adalah larutan tembaga sulfat sebagai media.
2+
Reaksi elektrolisis : CuSO4(aq) Cu (aq) + SO 2 (aq) 4

2+
Katoda (tembaga murni) : Cu (aq) + 2e Cu(s)
murni
2+
Anoda (tembaga kotor) : Cu(s) Cu (aq) + 2e kotor
Tembaga lepuh (kotor) diubah menjadi ion tembaga yang kemudian
bergabung dengan ion tembaga dalam larutan. Ion tembaga bergerak ke
daerah katoda dan di katoda direduksi membentuk tembaga murni.

20
c. Rangkuman

Ada 10 unsur yang termasuk ke dalam unsur transisi periode ke empat,


yaitu Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Konfigurasi unsur-unsur selain
Cr dan Cu mengikuti prinsif Aufbau, sedangkan pada Cr dan Cu terjadi
penyimpangan. Cr memiliki konfigurasi elektron orbital ½ penh sedangkan Cu
memiliki konfigurasi elektron orbital penuh.
Unsur transisi semuanya bersifat logam, memiliki sifat magnet, dan ion-
ion dari logam transisi menunjukkan warna-warna yang khas. Bilangan oksidasi
unsur transisi dari senyawa transisi yang berada di alamlebih dari satu.
Atom transisi dapat membentuk ion/ senyawa kompleks. Dalam
pembentukkan ion kompleks ion transisi bertindak sebagai atom pusat sedangkan
ion/ molekul yang diikatnya dikenal sebagai ligan. Ion kompleks dengan ligan
lebih besar dari satu memiliki bentuk cis dan trans. Penamaan ion kompleks
merujuk pada aturan penamaan yang telah ditetapkan oleh IUPAC.
Unsur transisi periode ke empat di alam kebanyakan terdapat dalam
bentuk senyawanya. Hanya Cu yang bisa ditemukan dalam keadaan bebas.
Pengolahan bijih besi dilakukan dengan menggunakan tanur tinggi, sedangkan
untuk pembuatan baja dapat dilakukan melalui proses Bassemer Converter,
proses Open Hearth furnace, dan proses Basic Oxygen. Tembaga diolah dari
bijihnya dengan cara reaksi reduksi melalui proses pemanggangan.

d. Tugas
Buatlah suatu tulisan/ makalah mengenai unsur-unsur logam transisi. Satu
siswa satu unsur!

21
e. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan di bawah ini!
1. Perhatikan beberapa sifat unsur berikut:
I. Membentuk senyawa berwarna
II. Titik leburnya rendah
III. Dapat membentuk ion kompleks
IV. Diamagnetik
V. Mempunyai bermacam-macam bilangan oksidasi
Yang menunjukkan sifat unsur transisi periode ke-4 adalah nomor...
A. I, III, dan V D. II, IV, dan V
B. I, II, dan III E. III, IV, dan V
C. I, IV, dan V

2. Perhatikan kedudukan unsur periode ke-4 dalam sisten periodik


..... Ti V ...... X Fe Co ........ ...... .......
Maka unsur X adalah.....
A. Mangan D. Seng
B. Nikel E. Kobalt
C. Tembaga

2+
3. Jumlah ligan dari in kompleks Fe(SCN)(H2O)5 adalah....
A. 2 B. 3 C. 4 D. 5 E. 6

4. Bilangan oksidasi dari Fe dalam K4Fe(CN)6, adalah....


A. 2 B. 3 C. 4 D. 5 E. 6

5. Proses pembuatan baja dimana besi kasar dimasukkan dalam tungku bersama
CaCO3 disebut...
A. Proses Open Hearth Furnace
B. Proses Bessemer Converter
C. Proses Basic Oxygen
D. Proses Pemanggangan
E. Proses Tanur tinggi

22
f. Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Unsur transisi periode ke-4 memiliki titik lebur yang tinggi dan kebanyakan
bersifat dapat menarik medan magenetik (paramegnetik) (Jawab A)

2. Kedudukan unsur transisi periode ke-4 adalah sebagai berikut:


Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Jadi unsur X adalah Mn
(mangan) (Jawab A)

3. Jumlah ligan menunjukkan jumlah ion atau molekul yang diikat oleh atom
pusat, dalam hal ini atom pusatnya adalah Fe sedangkan ligannya adalah
SCN dan H2O. Jadi jumlah ligannya adalah 6. (Jawab E)

4. Biloks atom K = +1
Biloks atom Fe = x
Muatan CN = -1
Senyawa kompeleks tersebut bermuatan =0
0 = 4 (+1) + x + 6 (-1)
x = +2 (Jawab A)

5. Telah jelas (Jawab B)

23
2. Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2
Melalui kegiatan belajar 2 ini, siswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui unsur-unsur transisi golongan I B
2. Mengetahui dan memahami sifat-sifat fisika
3. Mengetahui dan memahami sifat-sifat kimia
4. Mengetahui dan memahami tembaga
5. Mengetahui dan memahami perak
6. Mengetahui dan memahami tentang emas

b. Uraian Materi

Unsur Transisi Golongan IB

Golongan I B secara umum


Unsur-unsur yang merupakan golongan 1 B meliputi Tembaga (Cu), Perak
(Ag), dan Emas (Au). Golongan ini dikenal sebagai pecahan uang atau logam
mata uang, karena logam-logam tersebut digunakan dalam pembuatan mata uang.

Sifat-Sifat Fisika
- Logam-logam Cu, Ag, dan Au merupakan logam mulia dan mempunyai
kilap tinggi
o
- Logam-logam ini mempunyai titik cair sekitar 1000 C
- Merupakan logam yang dapat mengkristal dalam susunan kotak tertutup
- Merupakan logam-logam yang mudah ditempa (bukan logam lunak) dan
dibengkokkan.
- Logam-logam ini adalah konduktor yang baik yang dapat mengalirkan
arus listrik dan panas.

Sifat-Sifat Kimia
Kemuliaannya
Unsur-unsur golongan tembaga yaitu Cu, Ag, dan Au disebut logam mulia.
Kemuliaan unsure-unsur tersebut atau sifat-sifat dalam kimia bertambah dari Cu-
--Ag--Au.

24
Valensi Yang Berubah-ubah
+ +2 + +3
Misalnya: Cu , Cu , Au , Au
Afinitas Terhadap Oksigen
Golongan ini tidak mudah dioksidasikan dan ditemukan dalam keadaan
murni di alam. Afinitas terhadap oksigen semakin berkurang dari tembaga ke
emas.

Reaksi dengan Cl2


Golongan ini semua bereaksi dengan Cl2 dalam bentuk klorida-klorida yang
bersesuaian dengan biloksnya.
Misalnya: CuCl2, AgCl, AuCl3

Reaksi-reaksi dengan alkali


Golongan ini tidak bereaksi jika direaksikan dengan alkali.
Reaksi dengan asam-asam
Ag, Cu, Au (logam-logam ini) tidak melepaskan hidrogen dari asam-asam.
Tembaga dan perak larut dalam asam nitrat, lain halnya dengan emas larut dalam
asam pengoksidasi yang kuat.
Kesimpulan
(1) Golongan logam mulia merupakan golongan yang sukar bereaksi dengan
unsur lain
(2) Dikenal dengan golongan tembaga/ golongan mata uang
(3) Memiliki potensial dan titik cair yang tinggi
(4) Konduktor yang paling baik sebagai penghantar listrik yang baik juga
(5) Kurang reaktif
(6) Valensinya berubah-ubah
(7) Membentuk senyawa kompleks

25
Unsur Tembaga (Cu)

Keberadaan di alam:
Sebagai unsur bebas (sedikit) umumnya dalam bentuk senyawa antara lain:
Chalcopirit : CuFeS2 (34.5% Cu)
Chalcosit : Cu2S (79.8% Cu)
Chovellit : CuS (66.4% Cu)
Malchit : CuCO3Cu(OH)2 (57.39% Cu)

Sifat Fisika:
1. Tembaga adalah logam yang berwarna coklat kemerah-merahan, dapat
ditempa, dapat mengkristal dan liat (dapat dibengkokkan)
o o
2. Titik leburnya 1083 C, titik didih 2310 C dan bermassa jenis 8.93
3. Sebagai penghantar arus listrik yang baik, hal ini dapat disebabkan
hambatan jenis tembaga kecil
4. Mempunyai kilap (berkilau)

Sifat Kimia:
1. Tembaga dapat membentuk 2 macam senyawaan, yaitu sebagai kupro
atau Cu (I) dan sebagai kupri Cu (II)
2. Reaksi tembaga dengan unsur bukan logam:
a. Dengan oksigen 4 Cu + O2 2Cu2O
b. Dengan belerang 2Cu + S Cu2S
c. Dengan gas klor Cu + Cl2 Cu2S
3. Reaksi dengan asam
a. Dengan asam sulfat pekat (panas)
2+ 2-
Cu + 2H2SO4 Cu + SO4 + SO2↑ + 2H2O
b. Dengan asam klorida tak bereaksi
c. Dengan asam nitrat
3Cu + 8HNO3 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO
encer

Cu + 4HNO3 Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O


pekat

26
4. Reaksi dengan Amoniak
3Cu + 2NH3 Cu3N2 + 3H2↑
panas

5. Sifat pereduksi
2Cu + 2NO 2CuO + N2
6. Tembaga dapat menggantikan Ag, Au, Pt dari senyawa-senyawa
Cu + 2AgNO3 Cu(NO3)2 + 2Ag
3Cu + 2AuCl3 2Au + 3CuCl2

Pembuatan Tembaga :
Pembuatan melalui proses “metalurgi” yaitu proses pengolahan suatu
bijih/mineral sampai menjadi logam.
Tahapan prosesnya sebagai berikut:
1. Proses pengolahan awal
- Proses flotasi (pengapungan)
- Pemanggangan (mineral sulfida oksida)
2. Proses Pereduksi:
Dalam senyawa-senyawanya, logam-logam senantiasa berada dalam tingkat
oksidasi yang positif. Jadi senyawa tersebut harus direduksi untuk
mendapatkan unsure logamnya.
3. Proses Pemurnian (refining)
Langkah pembuatan Cu secara rinci sbagai berikut:
a. Pemekatan senyawa
Senyawa yang telah digiling dimasukkamn ke dalam tanur. Prinsip yang
digunakan adalah pengapungan (flotasi). Partikel mineral menempel dibagian
buih atau gelembung, sedangkan kotoran akan menempel di bagian dasar buih.
Buih tersebut jumlahnya banayk dan mengapung di permukaan.
b. Pemijaran/ Pemanggangan
Sejumlah senyawa dipanaskan dalam bejana reflaktor dan berfungsi sebagai
Blast furnace (tanur sembur) dengan bantuan silikat dan batu kapur.
Zat yang tidak dibutuhkan seperti belerang oksida bebas dibuang melalui
saluran pembuangan. Bila contoh yang digunakan CuFeS2 maka Fe dan S
harus dibuang.

27
2 CuFeS2 + 3O2 Cu2S + 2FeO + 3SO2↑
Bila masih terdapat FeS maka akan diubah menjadi oksidasinya.
2FeS + 3O2 2Cu2O + 2SO2
Selanjutnya dalam tahap pencairan, Cu2O dan Cu2S akan bereaksi
membentuk logam Cu.
2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2
3. Pencairan
Dalam tahap ini senyawa panas dicampur silikat dan batu kapur dalam blast
furnace dicairkan pada suhu tinggi , FeO yang terbentuk dari senyawa asal
CuFeS2 diubah menjadi FeSiO3 cair yang membara
FeO + SiO2 FeSiO3
Karena perbedaan berat jenis maka logam Cu akan turun ke bagian bawah
tanur dan akan dialirkan ke luar sebagai hasil.
FeSiO3 cair BJ nya lebih kecil, akan dikeluarkan melalui saluran zat sisa yang
berada di atas logam Cu. Umumnya logam Cu dihasilkan tidak murni karena
akan bereaksi dengan SO2 yang berlebihan. Maka untuk memurnikannya perlu
dilaksanakan elektrolisis logam Cu yang dihasilkan dalam keadaan padat
sebagai anoda, katodanya logam Cu murni. Larutan elektrolit yang digunakan
adalah CuSO4 + H2SO4, lama kelamaan katoda akan dilapisi Cu dari anoda.
2+ 2-
Larutan : CuSO4 Cu + SO4
2+ e-
Katoda : Cu + 2 Cu
2+ e-
Anoda : Cu Cu + 2
2+ 2-
CuSO4 + Cu Cu + Cu + SO4

Persenyawaan Tembaga
Senyawa-senyawa tembaga
1. Garam Tembaga (I)
A. Tembaga (I) oksida (Cu2O) merupakan tembaga yang berwarna merah
Pembuatannya:
Tembaga (I) oksida dibuat dengan larutan pereaksi fehling atau basa hingga
dihasilkan tembaga hidroksida. Tembaga hidroksida ini direaksikan dengan
glukosa atau sejenis aldehida sehingga akan terbentuk endapan merah Cu2O.

28
Reaksinya:
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
2Cu(OH)2 + C6H12O6 Cu2O + C6H12O7 + H2O
2Cu(OH)2 + CH3CHO Cu2O + CH3COOH + H2O
Sifat-sifatnya :
1. Tembaga (I) oksida merupakan serbuk berwarna merah suram
2. Pada praktiknya tidak larut air
3. Bereaksi dengan asam-asam enser membentuk senyawa tembaga (II)
Cu2O + 3H2SO4 2CuSO4 + 3 H2O + SO2↑
Cu2O + 4HCl 2H(CuCl2) + H2O
4. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks pengikat amonia
Cu2O + 4NH3 2(Cu(NH3)2)OH
Diamin Cu(I) hidroksida
Kegunaannya:
1. Dalam industri untuk membuat gelas/kaca merah
2. Dalam pertanian digunakan untuk pertisida

B. Tembaga (I) Chlorida (Cu2Cl2)


Pembuatannya:
Tembaga (I) chlorida dibuat denagn memanaskan CuCl2 dengan HCl pekat dan
serbuk tembaga, sampai warna hijau dalam larutan lenyap.
CuCl2 + Cu Cu2Cl2

Tembaga (I) chlorida juga dapat diperoleh dengan mereduksikan tembaga (II)
chlorida dengan Zn atau SO2
2CuCl2 + Zn ZnCl2 + Cu2Cl2
2CuCl2 + 2H2O + SO2 Cu2Cl2 + 2H2SO4 + 2HCl
Sifat-sifatnya:
1. Tembaga (I) chlorida merupakan serbuk putih
2. Tidak larut dalam air
3. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2NH3 2Cu(NH3)2Cl
Diamin Cu(I) hidroksida
4. Bereaksi dengan asam encer membentuk senyawa kompleks

29
Cu2Cl2 + 2HCl H2CuCl4
Asam hidrochloro Cu (II)
Kegunaannya:
Tembaga (I) chlorida pengikat karbon monoksida campuran gas lain.
Cu2Cl2 + CO Cu2Cl2O
C. Tembaga (I) Yodida (Cu2I2)
Pembuatannya:
Tembaga (I) Yodida diperoleh dengan menambahkan KI (larutan) ke dalam
larutan CuSO4, endapan akan terbentuk dalam waktu singkat dan akan mengurai
lagi membentuk Cu2I2.
2CuSO4 + KI 2CuI2 + K2SO4
2CuI2 Cu2I2 + I2
Jika besi (II) sulfat atau sulfur oksida ditambahkan maka reaksi akan langsung
membentuk Cu2I2
Langkah pembuatan Cu secara rinci sbagai berikut:
a. Pemekatan senyawa
Senyawa yang telah digiling dimasukkamn ke dalam tanur. Prinsip yang
digunakan adalah pengapungan (flotasi). Partikel mineral menempel dibagian
buih atau gelembung, sedangkan kotoran akan menempel di bagian dasar buih.
Buih tersebut jumlahnya banayk dan mengapung di permukaan.
b. Pemijaran/ Pemanggangan
Sejumlah senyawa dipanaskan dalam bejana reflaktor dan berfungsi sebagai
Blast furnace (tanur sembur) dengan bantuan silikat dan batu kapur.
Zat yang tidak dibutuhkan seperti belerang oksida bebas dibuang melalui
saluran pembuangan. Bila contoh yang digunakan CuFeS2 maka Fe dan S
harus dibuang.
2 CuFeS2 + 3O2 Cu2S + 2FeO + 3SO2↑
Bila masih terdapat FeS maka akan diubah menjadi oksidasinya.
2FeS + 3O2 2Cu2O + 2SO2
Selanjutnya dalam tahap pencairan, Cu2O dan Cu2S akan bereaksi
membentuk logam Cu.
2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2

30
3. Pencairan
Dalam tahap ini senyawa panas dicampur silikat dan batu kapur dalam blast
furnace dicairkan pada suhu tinggi , FeO yang terbentuk dari senyawa asal
CuFeS2 diubah menjadi FeSiO3 cair yang membara
FeO + SiO2 FeSiO3
Karena perbedaan berat jenis maka logam Cu akan turun ke bagian bawah
tanur dan akan dialirkan ke luar sebagai hasil.
FeSiO3 cair BJ nya lebih kecil, akan dikeluarkan melalui saluran zat sisa yang
berada di atas logam Cu. Umumnya logam Cu dihasilkan tidak murni karena
akan bereaksi dengan SO2 yang berlebihan. Maka untuk memurnikannya perlu
dilaksanakan elektrolisis logam Cu yang dihasilkan dalam keadaan padat
sebagai anoda, katodanya logam Cu murni. Larutan elektrolit yang digunakan
adalah CuSO4 + H2SO4, lama kelamaan katoda akan dilapisi Cu dari anoda.

2+ 2-
Larutan : CuSO4 Cu + SO4
2+ e-
Katoda : Cu + 2 Cu
2+ e-
Anoda : Cu Cu + 2
2+ 2-
CuSO4 + Cu Cu + Cu + SO4
Senyawa-senyawa tembaga
1. Garam Tembaga (I)
A. Tembaga (I) oksida (Cu2O) merupakan tembaga yang berwarna merah
Pembuatannya:
Tembaga (I) oksida dibuat dengan larutan pereaksi fehling atau basa hingga
dihasilkan tembaga hidroksida. Tembaga hidroksida ini direaksikan dengan
glukosa atau sejenis aldehida sehingga akan terbentuk endapan merah Cu2O.
Reaksinya:
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4
2Cu(OH)2 + C6H12O6 Cu2O + C6H12O7 + H2O
2Cu(OH)2 + CH3CHO Cu2O + CH3COOH + H2O
Sifat-sifatnya :
1. Tembaga (I) oksida merupakan serbuk berwarna merah suram.Pada raktiknya
tidak larut air
2. Bereaksi dengan asam-asam enser membentuk senyawa tembaga (II)

31
Cu2O + 3H2SO4 2CuSO4 + 3 H2O + SO2↑
Cu2O + 4HCl 2H(CuCl2) + H2O
Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks pengikat amonia

Cu2O + 4NH3 2(Cu(NH3)2)OH


Diamin Cu(I) hidroksida
Kegunaannya:
3. Dalam industri untuk membuat gelas/kaca merah
4. Dalam pertanian digunakan untuk pertisida

B. Tembaga (I) Chlorida (Cu2Cl2)


Pembuatannya:
Tembaga (I) chlorida dibuat denagn memanaskan CuCl2 dengan HCl pekat dan
serbuk tembaga, sampai warna hijau dalam larutan lenyap.
CuCl2 + Cu Cu2Cl2

Tembaga (I) chlorida juga dapat diperoleh dengan mereduksikan tembaga (II)
chlorida dengan Zn atau SO2
2CuCl2 + Zn ZnCl2 + Cu2Cl2
2CuCl2 + 2H2O + SO2 Cu2Cl2 + 2H2SO4 + 2HCl

Sifat-sifatnya:
1. Tembaga (I) chlorida merupakan serbuk putih
2. Tidak larut dalam air
3. Bereaksi dengan amonia membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2NH3 2Cu(NH3)2Cl
Diamin Cu(I) hidroksida
4. Bereaksi dengan asam encer membentuk senyawa kompleks
Cu2Cl2 + 2HCl H2CuCl4
Asam hidrochloro Cu (II)

32
Kegunaannya:
Tembaga (I) chlorida pengikat karbon monoksida campuran gas lain.
Cu2Cl2 + CO Cu2Cl2O

C. Tembaga (I) iodida (Cu2I2)


Pembuatannya:
Tembaga (I) Yodida diperoleh dengan menambahkan KI (larutan) ke dalam
larutan CuSO4, endapan akan terbentuk dalam waktu singkat dan akan mengurai
lagi membentuk Cu2I2.
2CuSO4 + KI 2CuI2 + K2SO4
2CuI2 Cu2I2 + I2
Jika besi (II) sulfat atau sulfur oksida ditambahkan maka reaksi akan langsung
membentuk Cu2I2
2CuSO4 + SO2 + 2KI + 2H2O Cu2I2 + 2K2SO4 + H2SO4
CuSO4 + FeSO4 + 2KI Cu2I2 + K2SO4 + Fe2(SO4)3
Dilaboratorium, Cu2I2 diperoleh dengan penambahan 10 gram CuSO4.5
H2O, 12,3 gram FeSO4. 7H2O dalam 250 ml dan penambahan 7 gram KI dalam
air sebanyak 75 ml. Kedua larutan diaduk, endapan dicuci lalu disaring dan
dipanaskan.

2. Tembaga (II)
Tembaga (II) Oksida (CuO) yang terjadi di alam sebagai mineral.
Pembuatannya:
Pemanasan serbuk tembaga dalam waktu yang lama di udara.
2Cu + O2 2CuO
Pemanasan tembaga (II) hidroksida di udara.
Cu(OH)2 CuO + H2O
Pemanasan tembaga (II) nitrat atau tembaga karbonat basa.
CuCO3 Cu(OH)2 CuO + H2O + CO2
Sifat-sifatnya:
1. Merupakan hablur hitam yang higroskopis dan stabil pada suhu sedang.
o o
2. Pada 1100 C – 1200 C CuO dapat mengurai menjadi Cu2O
o
2CuO 1200 C Cu2O + O
3. Bereaksi dengan asam menghasilkan garam

33
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
4. Direduksi oleh CO/C
CuO +CO Cu + CO2
CuO + C Cu + CO
Kegunaannya:
1. Digunakan sebagai bahan pembuatan kaca atau gelas biru dan hijau.
2. Dilaboratorium digunakan untuk menguji dan mengetahui karbon
dalam suatu senyawaan organik.
Tembaga (II) Sulfat Penta Hidrat (CuSO4.5H2O) yang dikenal sebagai garam
biru
Pembuatannya:
Dilaboratorium
CuSO4.5H2O dibuat dengan CuO atau CuCO3 atau Cu(OH)2 dengan larutan
H2SO4 encer.
CuO + H2SO4(e) CuSO4 + H2O
CuCO3 + H2SO4(e) CuSO4 + H2O + CO2
Cu(OH)2 + H2SO4(e) CuSO4 + 2H2O
Diindustri
Pada skala besar tembaga sulfat dihasilkan dari pemanasan dengan asam
sulfat pekat maka akan terbentuk suatu larutan biru tembaga sulfat.
Cu + 2H2SO4(p) CuSO4 + SO2 + 2H2O
Juga diperoleh dari penambahan tembaga pada asam sulfat encer dan panas di
udara terbuka.
2Cu + 2H2SO4 + O2 2CuSO4 + 2H2O

Sifat-sifatnya:
1. CuSO4 berupa kristal biru dan bila dipanaskan akan berwarna putih dan
melepaskan hablurnya.
CuSO4. 5H2O CuSO4 + H2O
putih
2. Dapat larut dengan baik dalam air.
3. Reaksi dalam keadaan panas CuSO4. 5H2O melepaskan air dari kristalnya
o
sehingga akan terbentuk senyawa anhidrat, pada suhu 100 C menjadi

34
o o
CuSO4. H2O, pada suhu 200 C akan menjadi CuSO4. CuSO4. 5H2O 100 C
o
CuSO4. H2O, 200 C CuSO4
o
CuSO4 720 C CuO+SO2
o
Garam anhidrat tembaga sulfat putih pada suhu 720 C akan mengurai
menjadi tembaga oksida dan belerang oksida.
4. Reaksi terhadap ammonia tembaga (II) sulfat penhidrat yang berwarna biru
dengan ammonium hidroksida senyawaan lain.
2CuSO4 + 2NH4OH CuSO4. Cu(OH)2 + (NH4)2SO4
Cu(OH)2 CuSO4 dapat pula dibentuk dengan mencampurkan tembaga (II)
sulfat dengan tembaga (II) hidroksida, endapan ini lebih dikenal sebagai
suatu garam yang disebut bubur Bordeaux.
CuSO4 + Cu(OH)2 Cu(OH)2. CuSO4
Bubur Bordeaux ini berguna untuk mematikan cendawan/jamur.
5. Bereaksi dengan kalium ferrosianida menghasilkan senyawa kompleks
tembaga ferrosianida (cokelat).
+
CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] 2K2SO4
Tembaga (II) heksasianoferrat (II)
6. Reaksi terhadap kalium rodanida akan menghasilkan tembaga (II) rodanida
CuSO4 + 2KCNS Cu(CNS)2 + K2SO4
7. Daya reaksi dengan logam alkali sianida menghasilkan Cu(CN)2.
8. Reaksi dengan KI menghasilkan CuI2 kemudian mengurai lagi menjadi
Cu2I2 yang berwarna putih.
2CuSO4 + 4KI 2K2SO4 + 2CuI2
2CuI2 Cu2I2 + I2
Kegunaannya:
1. Tembaga sulfat dalam jumlah besar dipakai dalam pelapisan logam
2. Digunakan untuk fungisida
3. Digunakan untuk penahaan zat warna
4. Digunakan untuk pembuatan larutan “Luff”

35
Tembaga (II) Hidroksida
Cu(OH)2 dalam ammonia akan membentuk suatu pereaksi yang disebut pereaksi
Schweitmer.
Pereaksi Schweitmer ini berguna untuk melarutkan selulosa bila diasamkan
selulosa akan mengendap sebagai endapan murni (Sutra Sintesa).

PERAK
Perak berbentuk perak murni atau dalam mineral-mineral seperti:
1. Sulfida : Ag2S, (AgCu)2S
2. Klorida : AgCl

Pembuatan:
Sebagian besar perak diperoleh sebagai hasil sampingan produksi operasi
peleburan dari logam-logam lain. Ini diperoleh dari endapan anoda pemurnian
tembaga dan dalam jumlah besar dari pemurnian timbal perak juga diperoleh dari
bijih-bijih dengan 2 metode yang berbeda.
a. Dengan pembentukan senyawa kompleks (proses sianida)
b. Pemisahan dari kombinasi dengan logam-logam lainnya dengan prosedur
yang berbeda

A. Metoda pembentukan senyawa kompleks


Proses ini yang paling utama adalah pemisahan perak dari bijih-bijih sulfida.
Ini berdasarkan fakta bahwa bentuk perak dapat larut menjadi senyawa
kompleks sianida dengan NaCN.
4Ag + 8NaCN + O2 + 2H2O 4Na[Ag(CN)2] + 4NaOH
Natrium disiano argentat (I)

Langkah-langkah yang termasuk dalam proses ini :


a. Bijih dipekatkan lebih dahulu dengan proses pengapungan buih (flotasi)
b. Penghancuran dan pemekatan bijih dilakukan dengan larutan NaCN encer
yang diiringi hembusan udara.
Ag2S bereaksi dengan NaCN sebagai berikut:

36
Ag2S + 4NaCN 2Na[Ag(CN)2] + Na2S
Natrium sulfida (Na2S) yang terbentuk dalam reaksi, dioksida oleh
udara menjadi natrium sulfat 4Na2S + SO2 +2H2O 2Na2SO4 +
4NaOH + 2S.
Jika bijih AgCl, maka terjadi reaksi dibawah ini :
AgCl + 2NaCN Na[Ag(CN)2] + NaCl
c. Larutan Natrium disiano argentat (I) yang diperoleh disaring kemudian
hasil saringan ditambahkan aluminium atau serbuk seng dan logam perak
terendapkan (Metoda pemisahan logam)
2NaAg(CN)2 + Zn Na2[Zn(CN)4] + 2Ag
Natrium Tetrasiano Zingkat (II)
Perak yang diperoleh masih mengandung Pb, Zn, dan Au sebagai kotoran.
Logam-logam Pb dan Zn ini dioksidasikan dengan meleburkan logam
perak kotor ini dengan beberapa zat pengoksidasi seperti KNO3. Emas sisa
dipisahkan dari perak sedemikian rupa dengan elektrolisis.
Batang logam yang mengandung perak dan emas dibuat pada anoda dalam
sebuah sel elektrolisis yang mengandung AgNO3 dan HNO3 encer sebagai
elektrolit katoda terdiri dari lempeng perak asli. Perak dari anoda larut
dalam larutan, sementara emas tidak larut. Perak asli pada katoda kemudian
dicuci, dikeringkan, dicairkan dan dicetak dalam bentuk batang.

Sifat-sifat Perak
1. Sifat Fisika
a. (Ag) perak adalah logam yang mempunyai kilap putih
b. Setelah emas perak sangat lunak/luntur disbanding logam-logam lain
3
c. Mempunyai masa jenis/kerapatan 10,5 g/cm
o
d. Mempunyai titik cair 960 C
o
e. Mempunyai titik didih 1955 C
f. Cairan perak menyerap oksigen
g. Merupakan penghantar panas dan listrik yang baik, lebih baik dari Cu
(tembaga)
h. Nilai keelektonegatifannya Hg
i. Jari-jari atomnya 1,44

37
2. Sifat Kimia
Salah satu sifat perak adalah sangat tidak reaktif dan merupakan logam
mulia.
a. Udara yang mengandung H2S dapat merubah warna perak menjadi
hitam atau coklat membentuk Ag2S pada permukaannya
4Ag + 2H2S + O2 2H2O + 2Ag2S

b. Bereaksi dengan halogen


Dalam keadaan panas Ag dapat bereaksi dengan halogen membentuk perak
halida.
2Ag + Cl2 2AgCl (perak klorida)
2Ag + Br2 2AgBr (perak bromida)
c. Bereaksi dengan belerang
Perak (Ag) mempunyai daya gabung (affinitas) yang tinggi terhadap
o
belerang dan akan membentuk Ag2S pada suhu 200 C
o
2Ag + S 200 C Ag2S

d. Bereaksi dengan beberapa asam


HCl dan H2SO4 encer tidak bereaksi dengan Ag.

Dengan H2SO4 pekat akan menghasilkan perak sulfat (Ag2SO4) dan


belerang oksida, yang dipanaskan.

2Ag + H2SO4 Ag2SO4 + SO2 + 2H2O

Dengan HNO3 encer dan pekat akan membentuk perak nitrat yang
teroksidasi menjadi nitrogen oksida.

3Ag + 4HNO3 (encer) 3AgNO3 + 2H2O + 2NO?

Ag + 2HNO3 (pekat) AgNO3 + H2O + NO2?

HCl encer tidak bereaksi dengan perak dalam keadaan kekurangan


udara/tidak ada udara, tetapi jika dalam keadaan panas akan terurai menjadi
gas hidrogen berwarna kemerahan

2Ag + 2HCl 2AgCl + H2 + 171 Kkal

Bereaksi dengan Alkali Sianida

38
Dalam keadaan ada udara Ag larut dalam alkali sianida dan sifatnya
digunakan dalam pemurnian logam Ag

4Ag + 8NaCN + 2H2O + O2 4Na(Ag(CN)2) + 4NaOH

Kegunaan:

Logam Ag mempunyai beberapa kegunaan diantaranya:

1. Ag digunakan dalam pembuatan alat-alat seperti permata dan mata uang


2. Ag digunakan dalam pelapisan logam
3. Ag digunakan untuk pembuatan cermin perak
4. Ag digunakan untuk pembuatan berbagai senyawa/logam campuran
diantaranya AgNO3
5. Ag digunakan untuk alat kimia seperti krusibel untuk peleburan alkali

Senyawa-senyawa Perak

1. Perak oksida (Ag2O)


Pembuatan:

Diperoleh dari penambahan larutan basa alkali dengan AgNO3 endapan yang
o
terbentuk disaring dan dikeringkan pada suhu 60-70 C

2AgNO3 + 2NaOH Ag2O + 2NaNO3 + H2O

Ag2O juga dihasilkan dengan memanaskan AgCl dengan larutan NaOH

2AgCl + 2NaOH Ag2O + 2NaCl + H2O

Sifat-sifat:

1. Ag2O dapat larut dalam air membentuk larutan basa yang sangat lemah
2. Ag2O basah menyerap karbon dioksida (CO2)
o
3. Pada saat suhu 320 C Ag2O melepaskan oksigen
2Ag2O 4Ag + O2

4. Bereaksi dengan ammonia


Ag2O dengan mudah larut dalam ammonia dan dalam waktu yang lama akan
menghasilkan senyawa yang gelap yang dikenal sebagai perak letus yang
mudah meledak.

Ag2O + H2O + 4NH3 2[Ag(NH3)2]OH

39
5. Bersifat pengoksidasi Ag2O dapat mengoksidasi aldehida dan Ag2O sendiri
tereduksi menjadi logam Ag selama bereaksi dengan aldehida.
Ag2O + CH3CHO + NH3 2Ag + CH3COONH4

Acetaldehida amoniumasetat

Kegunaan:

Ag2O digunakan sebagai pengoksidasi dalam kimia organik

1. Perak klorida (AgCl)


AgCl terjadi sebagai mineral.

Pembuatan:

AgCl diperoleh sebagai endapan seperti susu dengan mencampur larutan


natrium klorida dan (Ag) perak nitrat.

NaCl + AgNO3 AgCl + AgNO3

Sifat-sifat:

1. AgCl tidak larut dalam air dan asam nitrat


o
2. AgCl melebur /mencair pada suhu 1550 C
3. AgCl bereaksi dengan ammonia, alkali sianida dan alkali tiosulfat
AgCl + 2NH4OH [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O

Perak diamin klorida (larutan)

AgCl + 2NaCN [Na(Ag(CN)2] + NaCl

Natrium disiano argentat (larutan)

AgCl + 2Na2S2O3 Na3[Ag(S2O3)2] + NaCl

Natrium tiosulfat argentat

4. AgCl direduksikan menjadi logam Ag dengan hidrogen, serbuk seng atau


natrium karbonat.
2 AgCl + H2 2HCl + 2Ag

2 AgCl + Zn ZnCl2 + 2Ag

4 AgCl + 2Na2CO3 4NaCl + 4Ag + 2CO2 + O2

40
5. AgCl dapat peka terhadap cahaya.
Dapat berubah menjadi lembayung dan hijau kebiruan dengan cahaya
matahari.

Kegunaan: digunakan dalam photografi.

Perak Bromida (AgBr)

Perak bromida diperoleh sebagai endapan kuning pucat dengan penambahan


natrium bromida kedalam larutan perak nitrat

NaBr + AgNO3 NaNO3 + AgBr

Sifat-sifat Perak Bromida

1. Tidak larut dalam larutan HNO3

2. Tidak larut dalam larutan ammonia encer tetapi larut dalam ammonia
pekat, alkali sianida, alkali tiosulfat dan proses pembentukan senyawanya
mirip seperti AgCl

3 Sangat peka terhadap sinar matahari

Penggunaan:

Digunakan dalam jumlah besar, sebagai bahan emulsi photo sensitive dalam
photografi.

Perak Yodida (AgI)

Perak yodida diperoleh sebagai endapan kuning ketika larutan yodida


ditambahkan kedalam larutan perak nitrat.

NaI + AgNO3 NaNO3 + AgI

41
Sifat-sifat AgI:

Tidak larut dalam air, asam nitrat dan ammonia pekat.

Perak yodida hanya larut dalam larutan KI pekat membentuk suatu larutan
garam komplek.

AgI + KI K(AgI2)

AgI + 2KI K2(AgI3)

Perak yodida larut dalam larutan tiosulfat seperti perak klorida.

Penggunaan:

Perak yodida digunakan dalam photografi untuk preparasi larutan emulsi


photo-sensitiv.

Perak Nitrat (AgNO3)

Perak nitrat atau lunar caustic adalah senyawaan perak yang paling penting.

Pembuatannya:

Perak nitrat diperoleh dengan melarutkan logam perak kedalam larutan asam
nitrat, larutan begitu terbentuk langsung pekat dan dingin.

Kristal AgNO3 diperoleh.

3Ag + 4HNO3 3AgNO3 + 2H2O + NO?

Sifat AgNO3:

Bentuknya tidak berwarna, berbidang rhomic seperti kristal


o
Mencair pada suhu 209 C

Tidak higroskopis (menyerap air) dan larut sekali dalam air, kelarutannya
bertambah dengan bertambahnya suhu.
o
Pemisahan-pemisahan/penguraian- penguraian pada suhu 450 C

2AgNO3 2AgNO2 + O2

42
o
pada suhu 700 C menghasilkan logam perak

2AgNO3 2Ag + 2NO2 + O2

Sifat pengoksidasi, mengoksidasikan bahan-bahan organik, perak nitrat


tereduksi menjadi logam perak hitam. Oleh sebab itu perak nitrat digunakan
dalam pembuatan tinta (tinta perak).

Reaksi dengan golongan alkali halida

Reaksi dengan larutan alkali halida membentuk perak halida.

NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl

NaBr + AgNO3 NaNO3 + AgBr

NaI + AgNO3 NaNO3 + AgI

Perak nitrat larut dalam ammonia membentuk garam komplek encer/pekat


seperti [Ag(NH3)2]NO3

AgNO3 + 2 NH3 [Ag(NH3)2]NO3

Perak diamina nitrat

Penggunaan:

Digunakan untuk bahan cat rambut.

Digunakan dalam cermin perak electroplating dan lain sebagainya.

Perak nitrat adalah suatu pereaksi di laboratorium untuk mendeteksi ion-ion


halida.

Perak (Silvering Of Mirror)

Cermin sering diperoleh dengan cara pelapisan lembaran kaca suatu lapisan
tipis logam perak.

Endapan putih keperakan dari logam perak memberikan suatu pantulan


permukaan yang sangat baik dan dengan demikian dapat digunakan sebagai
cermin. Proses pengendapan lapisan tipis dari logam perak diatas lembaran
kaca ini disebut silvering of mirror. Proses ini dilakukan sebagai berikut :

Mula-mula disiapkan dua larutan yang berbeda

Larutan A.

43
Dibuat dengan cara melarutkan logam perak nitrat kedalam air, ditambahkan
sejumlah ammonium hidroksida sampai endapan seperti melarut kembali
kemudian dilarutkan menjadi 1 liter.

Larutan B.

Dibuat dengan cara kira-kira 2 gram perak nitrat dalam air suling dan
ditambahkan + 17 gram natrium-kalium tartrat (garam roschell) kemudian
larutan dipanaskan dan dilarutkan menjadi 1 liter.

Larutan kaca yang akan diberi lapisan perak nitrat dibersihkan/dicuci dengan
soda kaustik atau sabun dan air, kemudian dikeringkan.

Di kempas bagian tepi kaca diberikan batas dengan lilin sehingga larutan-
larutan tersebut tidak akan tumpah.

Campuran larutan A dan B dalam jumlah yang sama langsung diatas lembaran
kaca yang akan dilapisi dan dibiarkan selama 2 jam diruang yang gelap. Suatu
lapisan tipis logam perak akan mengendap diatas lembaran kaca tersebut.

Lembaran kaca mungkin akan hangat dibagian luarnya untuk memperoleh


hasil yang baik sejumlah glukosa atau formaldehida bisa ditambahkan ke
larutan campuran diatas lembaran kaca.

Permukaan perak kemudian dicuci secara hati-hati dengan air, setelah


dikeringkan lapisan tersebut dilapisi tipis suatu cat, yang disiapkan dengan
cara mencampurkan menitimbal dalam minyak bijih rawi (pelarut).

Reaksi kimia yang terjadi dalam proses ini adalah:

CH (OH) COONa
10AgOH 10Ag + 4CO2 + KOH +
NaOH + 16H2O
+
CH (OH) COOK

Garam roschell

HCHO + AgOH 2Ag + HCOOH + H2O

44
EMAS

Penemuan Emas:

Sesuai dengan sifatnya yaitu mulia, emas sering kali ditemukan dialam bebas.
Emas ditemukan dalam dua bentuk yaitu:

1. Sebagai emas batu karang


2. Sebagai emas alluvial
Emas batu karang adalah emas yang terjadi karena partikel-partikel emas yang
halus tersebar pada batuan sebagai deposit bijih emas primer. Emas alluvial
adalah emas yang terdapat pada pasir, lumpur atau kerikil dalam dasar sungai.
Emas terdapat juga pada kombinasi dengan logam-logam lain seperti: AuBi,
AuTe.

Pemisahan Emas dari Emas Kwarsa.

Batuan yang mengandung partikel emas diledakan dan bongkahan yang agak
besar dihancurkan menjadi ukuran yang agak kecil. Bongkahan tadi kemudian
dihancurkan dengan mesin penghancur, yang pada pokoknya adalah sebagai
berikut :

1. Pembubukan; Bahan-bahan yang hancur itu dihaluskan dengan


menggunakan penggilingan.
2. Pengamalgamaan; Pada bubuk yang tertinggal pada penggilingan itu akan
terlihat banyak lempengan tembaga yang teramat gama. Bahkan partikel
emas yang terkecilpun akan larut dalam raksa membentuk suatu emas
amalgam seperti pada reaksi dibawah ini :
Hg + Au Hg-Au

Setiap saat larutan raksa berubah

3. Penyulingan; Untuk memisahkan emas dari amalgam, dilakukan


penyulingan pada retor-retor besi yang dihubungkan kederetan-deretan
keramik yang disebut ALLUDELS.
Penyulingan raksa secara terus menerus akan meninggalkan emas pada
retor-retor itu.

45
Proses Sianida :

Metode ini lebih efektif bila dibandingkan dengan proses pengamalgamaan.


Proses sianida adalah metode kimia untuk mendapatkan emas secara kimia
tergabung pada alam.

Pada bijih emas yang telah dihaluskan, ditambahkan larutan Natrium Sianida;
campuran itu dibiarkan beberapa hari.
-
4Au + 8NaCN + 2H2O + O2 4Na[Au(CN)2] + 4OH

atau
- - -
4Au + O2 + 8CN + 2H2O 4Au (CN)2 + 4OH

Emas didapatkan lagi dari larutan diatas dengan menambahkan seng seperti
pada reaksi dibawah ini.
- 2-
2 Au(CN)2 + Zn 2Au + Zn(CN)4 , atau

2 Na[Au(CN)2] + Zn 2Au + Na2[Zn(CN)4]

Emas mengendap pada permukaan larutan seng.

Proses Pengkloran :

Pada proses ini, bijih emas yang terpanggang dilembabkan dengan air lalu
dialirkan gas Cl2 selama kurang lebih 30-40 jam.

Emas berbentuk emas klorida dapat larut dalam air.

2Au + 3Cl2 2AuCl3

Larutan kemudian dipindahkan ke tangki lain, lalu ditambahkan larutan


FeSO4 sehingga didapatkan endapan emas.

AuCl3 + 3FeSO4 Au + FeCl3 + Fe2(SO4)3

Endapan emas disaring dan dilebur.

46
Pemisahan Emas dari Emas Aluvial.

Dimanapun emas ditemukan, dipasir dalam dasar sungai, pemisahan dilakukan


berdasarkan berat jenis emas yang besar, langkah-langkah berikut ini mencakup
cara perolehan emas.

1. Pendulangan:
Digunakan dulang bulat (panci dari kayu atau logam dengan dasar kerucut)
berdiamater + 12” (+ 30 cm)

Pasir yang mengandung emas dengan air ditampung dalam dulang ini,
kemudian digerak-gerakan.

Partikel emas lebih keras terkumpul pada dasar dulang sedang pasir dan
partikel lainnya dibuang.

2. Pembersihan dengan arus air, dengan menggunakan keramba besar yang


disebut pintu air, adalah metode yang lebih efesien bila dibandingkan dengan
metode pendulangan. Deposis diharuskan terbawa melewati pintu air dan
penghambat yang terletak didasar pintu air. Partikel emas lebih keras,
terkumpul didasar pintu air dan material lain yang lebih ringan terbawa oleh
arus air, kadang-kadang sedikit raksa dimasukkan kedalam pintu air selama
pencucian raksa akan menangkap partikel emas dan membentuk amalgam.
Emas amalgam ini kemudian disuling raksa dari amalgam tadi akan terpisah,
dan emas akan ditinggal dibelakang penyulingan. Raksa yang diperoleh ini
bisa digunakan kembali.

Pemurnian Emas.

Pemurnian emas dapat dilakukan dengan berbagai cara atau proses,


diantaranya pemurnian dengan menggunakan fluks, logam pengotor seperti
Cu, Zn, Pb dan sebagainya, dioksidasikan dengan cara melebur emas yang
tidak murni dengan suatu oksidator seperti HNO3, atau dengan gas Cl2
dialirkan melalui lelehan itu. Logam pengotor itu akan teroksidasi oleh Cl2
menjadi klorida-klorida. Cara terbaik untuk memurnikan emas adalah dengan
menggunakan arus listrik, emas tidak murni ditempatkan sebagai anoda
dalam sel elektrolisis yang mengandung larutan emas klorida dan HCl.
Sepotong batang emas murni ditempatkan sebagai katoda, emas murni

47
mengendap pada katoda dan logam pengotor akan terlepas sebagai lumpur
anoda, kemurnian emas yang diperoleh adalah 99,9%.

Sifat-sifat Emas.

Sifat Fisika:

1. Emas mamiliki warna kuning yang indah dan kilapan yang cerah, tidak luntur
atau kusam oleh udara
2. Emas dapat ditempa dan diregangkan
o o
3. Titik leleh 1063 C dan titik didih 2600 C
4. Merupakan konduktor yang terbaik untuk panas dan listrik
3
5. Merupakan logam terberat, dengan berat jenis 19,3 g/cm

Sifat kimia:

1. Emas adalah logam mulia yang tidak terpengaruh oleh udara dan
kelembaban.
2. Reaksi dengan asam. Emas tidak bereaksi dengan asam apapun kecuali oleh
pengoksidasi yang amat kuat. Emas larut dalam aquaregia CLn terbentuk dari
reaksi aquaregia dengan emas.
3HCl + HNO3 NOCl + 2H2O +2Cl

2Au + 6Cl 2AuCl3

AuCl3 + HCl H(AuCl4)

3. Reaksi dengan basa. Basa tidak bereaksi dengan emas.


4. Reaksi dengan halogen. Semua halogen bereaksi dengan emas membentuk
o
halida-halida. F2 bereaksi pada suhu 300-400 C pada suhu normal Br2 dan I2
hanya bereaksi jika dipanaskan suhu tinggi.
2Au + 3F2 2AuF3

2Au + 3Cl2 2AuCl3

5. Pembentukan senyawa komplek. Emas dapat larut dalam larutan alkali


sianida pada udara maupun oksigen yang membentuk emas sianida
2Au + KCN + O + H2O 2K[Au(CN)2] + 2KOH

48
6. Emas diendapkan dari larutan-larutannya dengan larutan pereduksi.
AuCl3 + 3FeSO4 Au + FeCl3 + Fe2(SO4)3

Penggunaan:

1. Emas berfungsi sebagai cadangan kekayaan dalam perdagangan internasional


2. Digunakan sebagai mata uang
3. Digunakan dalam penyepuhan logam
4. Digunakan dalam fotografi untuk memperjelas pemotretan
5. Daun emas digunakan dalam elektroskop

c. Rangkuman
Unsur-unsur golongan IB ( Cu, Ag, Au) dikenal sebagai golongan mata
uang. Terdapat di alam secara bebas atau dalam bentuk senyawa mineral antara
lain: chalcopirit ( CuF2S2), chalcosit (Cu2S), chovellit (CuS), malachit
(CuCO3.Cu(OH)2), mineral perak (AgCl, Ag2S, (AgCu)2S).
Logam golongan IB merupakan logam mulia dan mempunyai kilap tinggi.
o
Titik cair sekitar 2000 C, mudah ditempa (dibengkokan, konduktor dan
penghantar panas yang baik). Afinitas terhadap oksigen bertambah dari Cu, Ag,
Au. Gas klor dapat bereaksi membentuk CuCl2, gCl, AuCl3. Tembaga dan perak
larut dalam asam nitrat sedangkan emas larut dalam aquaregia dan dalam Hg
membentuk amalgama. Mendapatkan logam Cu melalui prosesmetalurgi dengn
tahapan sebagai berikut: pengolahan awal (flotasi dan pemanggangan), proses
pereduksian, dan pemurnian dengan elektrolisis.
Untuk mendapatkan Ag maupun Au melalui proses pembentukan senyawa
kompleks (proses sianida) baik isolasi dari logam pencemarnya ataupun dari
senyawa sulfida/ kloridanya. Khusus pemisahan emas dari batuan/ batu karang
melalui penghancuran dan pengamalgamaan (Hg, Au) yang selanjutnya
dipisahkan melalui penyulingan.
Pemisaha emas’alufial’, melalui proses pendulanganatau dengan arus air
secara keramba. Sedangkan pemurnian Cu, Ag, Au melalui proses elektrolisis.
Penggunaan logam IB secara umum adalah untuk mata uang, medali, perhiasan,
peralatan mesin, dan elektronik, khusus emas untuk cadangan perdagangan.
Senyawa dari unsur IB dan penggunaannya antara lain tembaga I oksida (Cu2O)
sebagai bahan pengisi kaca merah dan pestisida, tembaga (I) klorida (Cu2Cl2)

49
sebagai bahan pengisi masker/ pengikat gas CO, tembaga (II) oksida (CuO)
sebagai bahan pengisi kaca hijau/ biru, tembaga (II) sulfat (terusi: CuSO4.5 H2O)
untuk pelapisan logam, fungisida, dan pembuatan larutan Luff, perak oksida
(Ag2O) sebagai pengoksidasi dalam reaksi kimia organik, senyawa perak halida
(AgCl, AgBr, AgI) digunakan dalam fotografi, perak nitrat (AgNO3) digunakan
sebagai cat rambut, elektroplating, cermin perak, untuk penetapan secara
argentometri dan untuk uji ion halida.

d. Tugas
Buatlah suatu tulisan/ makalah tentang unsur-unsur golongan IA atau
senyawanya. Masing-masing siswa satu unsur.

e. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan di bawah ini!
1. Unsur golongan IB dikenal sebagai...
A. Pembentuk garam D. Pembentuk basa
B. Golongan mata uang E. Unsur metaloid
C. Unsur transisi I

2. Yang bukan merupakan ciri logam mulia adalah....


A. Mempunyai kilap tinggi
o
B. Titik leleh sekitar 2000 C
C. Mudah ditempa
D. Konduktor yang baik
E. Afinitas terhadap oksigen berkurang dari Cu, Ag, Au.

3. Malachit adalah senyawa mineral dari logam...


A. Cu B. Ag C. Ag dan Cu D. Au E. Ag dan Au

4. Unsur golongan IB yang larut dalam asam nitrat adalah...


A. Ag B. Cu C. Ag dan Cu D. Au E. Ag dan Au

50
5. Senyawa dari logam golongan IB yang biasa dignakan untuk cat rambut
adalah...
A. AgI C. AgNO3 E. AgBr
B. CuO D. CuCl2

f. Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Unsur golongan IB dikenal sebagai golongan mata uang atau logam


mulia. (Jawab B)

2. Afinitas terhadap oksigen bertambah dari Cu, Ag, dan Au (Jawab E)

3. Cu (Jawab A)

4. Ag dan Cu larut dalam nitrat sedangkan Au larut dalam aquaregia (Jawab


C)

5. AgNO3 (Jawab D)

51
BAB III
EVALUASI

Jawablah dengan singkat dan jelas!


1. Bagaimanakah konfigurasi elektron 24Cr, 25Mn, 27 Co, dan 29Cu?

2. Jelaskan mengapa terjadi penyimpangan penulisan konfigurasi elektron dari


prinsip Aufbau!

3. Jelaskan sifat pamagnetik, dan feromagnetik!

4. Gambarkan hibridasi:
a. Fe(CN) 64
b. Ni(CN) 42
Bagaimanakah bentuk hibridasi, bentuk molekul, dan sifat magnetiknya?

5. Berikan nama ion/senyawa berikut ini sesuai aturan penamaan


2+
a. [Co(NH3)5C1]
b. K3Fe(CN)6
2
c. Cu(H2O)4
d. Ni(CN) 42
e. [Ag(NH3)2] C12
f. [Cr(NH3)6] [Fe(CN)6]
g. [Fe(SCN)2 (H2O)4]2 [CuC14]

6. Mengapa golongan IB disebut logam mulia?

7. Bagaimana cara pembuatan logam Ag, Cu, dan Au?

8. Sebutkan kegunaan dari Ag, Cu, dan Au

52
BAB IV
PENUTUP

Demikianlah modul ini dibuat, mudah-mudahan cukup membantu untuk


mencapai kompetensi bidang Kimia Anorganik. Sertifikat kompetensi akan
diberikan kepada siswa setelah semua komponen evaluasi dilaksanakan dan
mencapai kriteria yang ditetapkan. Bagi siswa yang belum mampu mencapai
kriteria yang ditetapkan, wajib melaksanakan remedial.
Komponen yang dimuat dalam sertifikat meliputi aspek sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif) serta keterampilan (skill) yang didapat siswa selama
mengikuti pemelajaran.
Sertifikat ini digunakan sebagai bukti untuk melanjutkan pada tingkat
kompetensi dan modul berikutnya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N. 2001. Kamus Kimia: Arti dan Penjelasan Istilah. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Cotton, F.A.& G.Wilkinson.1989. Kimia Anorganik Dasar.UI-Press, Jakarta.

Polling, C. & R. Harsono.1984. Ilmu Kimia Jilid IIA dan IIB. Erlangga, Jakarta

Pudjaatmaka, A.H.& Meity, T.Q.1999. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta

Sutresna, N. & Wahyudin. 2000. Panduan Menguasai kimia 3. Ganeca Exact,


Bandung

54

Anda mungkin juga menyukai