KRISTAL SEMIKONDUKTOR
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. Aminah (4182121002)
2. Hosea Aditya S. (4183321005)
3. Muhammad Guntur (4183121061)
4. Sara Hasugian (4183121046)
5. Silva Farrera Avista (4181121012)
6. Winda Arliza (4181121015)
PENDIDIKAN FISIKA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat.
Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan yang
menyebabkan ketidak sempurnaan pada makalah ini. Dari itu, kami harap,dosen pengampu
dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat diterima dan dinilai dengan objektif oleh dosen pengampu.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
3.2. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan-bahan penghantar adalah bahan yang memiliki banyak elektron bebas pada
kulit terluar orbit. Elektron bebas ini akan sangat berpengaruh pada sifat bahan tersebut.
Jika suatu bahan listrik memiliki banyak elektron bebas padaorbit-orbit elektron, bahan
ini memiliki sifat sebagai penghantar listrik. Penghantar listrik dapat dikelompokkan
sebagai konduktor, semikonduktor, dan isolator. Masyarakat pada umumnya mengetahui
konduktor, semikonduktor dan isolator sebagai bahan penghantar listrik sebatas ukuran
baik atau tidaknya bahan tersebut menghantarkan listrik.
Umumnya konduktor didefinisikan sebagai bahan yang mudah mengalirkan arus
listrik jika dihubungkan dengan sumber tegangan; isolator sebagai bahan - bahan yang
akan menghambat arus listrik bila dihubungkan dengan sumber tegangan; semikonduktor
adalah bahan - bahan yang pada kondisi tertentu akan bersifat sebagai isolator dan pada
kondisi lain akan bersifat sebagai konduktor.Pada makalah ini akan dibahas mengenai
SEMIKONDUKTOR yang merupakan bahan penghantar listrik tidak murni yang
memiliki sifat dual-karakter (bisa berupa konduktor atau isolator).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi semikonduktor?
2. Bagaimana klasifikasi dari semikonduktor?
3. Bagaimana mengukur celah energi ( E g ) dengan metode optic?
4. Bagaimana persamaan gerak elektron dalam sebuah pita energy?
5. Apakah masssa efektif?
6. Apa alasan hole dianggap sebagai partike bermuatan positif?
7. Apa saja aplikasi semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari semikonduktor.
2. Dapat mengklasifikasikan semikonduktor.
3. Dapat mengetahui mengukur celah energy ( E g ¿ dengan metode optic
4. Dapat mengetahui persamaan gerak electron dalam sebuh pita energy
5. Dapa mengetahui massa efektif
6. Dapat mengetahui alas an hole dianggap sebagai partikel bermuatan positif
7. Dapat mengetahui aplikasi semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semikonduktor
Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara
isolator dan konduktor. Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang
bukan konduktor murni. Semikonduktor, umumnya diklasifikasikan berdasarkan harga
resistivitas listriknya pada suhu kamar, yakni dalam rentang 10−2 −109Ω cm. Sebuah
semikonduktor akan bersifat sebagai isolator pada temperatur yang sangat rendah, namun
pada temperatur ruang akan bersifat sebagai konduktor.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktivitasnya
dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut doping).
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda,
transistor dan IC (integrated circuit). Semikonduktor sangat luas pemakainnya, terutama
sejak ditemukannya transistor pada akhir tahun 1940-an. Oleh karena itu semikonduktor
dipelajari secara intensif dalam fisika zat padat. Namun dalam makalah ini hanya dibahas
sifat fisis dasar semikonduktor saja.
Dalam menyajikan sifat fisis dasar semikonduktor, makalah ini membahas rapat
elektron dan hole, yakni partikel pembawa muatan dalam semikonduktor. Makalah ini
juga membahas pengaruh ketakmurnian pada rapat elektron dan hole. Bahan
semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah silikon (Si), germanium (Ge) dan
Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu adalah bahan satu-satunya yang dikenal
untuk membuat komponen semikonduktor. Namun belakangan, Silikon menjadi popular
setelah ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam. Silikon merupakan bahan
terbanyak ke-dua yang ada dibumi setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan lain
adalah bahan alam yang banyak mengandung unsur silikon.
2
bebasnya sama. Pada Kristal semikonduktor Si, 1 atom Si yang memiliki 4 elektron
valensi berikatan dengan 4 atom Si lainnya, perhatikan gambar 1.
Menurut tori pita energi, pada T =0 K pita valensi semikonduktor terisi penuh
elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita tersebut dipisahkan oleh celah
energi kecil, yakni dalam rentang 0,18−3,7 eV . Pada suhu kamar Si dan Ge masing-
masing memiliki celah energy 1,11 eV dan0,66 eV .
Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal dari energi panas, elektron
dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen dan tereksitasi menyebrangi celah energi.
Elektron valensi pada atom Ge lebih mudah tereksitasi menjadi elektron bebas
daripada elektron valensi pada atom Si, karena celah energi Si lebih besar dari pada
3
celah energi Ge. Elektron ini bebas bergerak diantara atom. Sedangkan tempat
kekosongan electron disebut hole. Dengan demikian dasar pita konduksi dihuni oleh
elektron, dan puncak pita valensi dihuni hole. Sekarang, kedua pita terisi sebagian,
dan dapat menimbulkan arus netto bila dikenakan medan listrik.
Gambar 3.
Elektron dapat menyebrangi celah energi menuju pita konduksi
sehingga menimbulkan hole pada pita valensi
2. Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor yang telah terkotori (tidak murni lagi) oleh atom dari jenis
lainnya dinamakan semikonduktor ekstrinsik. Proses penambahan atom pengotor pada
semikonduktor murni disebut pengotoran (doping). Dengan menambahkan atom
pengotor (impurities), struktur pita dan resistivitasnya akan berubah.
Ketidakmurnian dalam semikonduktor dapat menyumbangkan elektron
maupun hole dalam pita energi. Dengan demikian, konsentrasi elektron dapat menjadi
tidak sama dengan konsentrasi hole, namun masing-masing bergantung pada
konsentrasi dan jenis bahan ketidakmurnian.
Dalam aplikasi terkadang hanya diperlukan bahan dengan pembawa muatan
elektron saja, atau hole saja. Hal ini dilakukan dengan doping ketidakmurnian ke
dalam semikonduktor. Terdapat tiga jenis semikonduktor ekstrinsik yaitu
semikonduktor tipe-n, semikonduktor tipe-p, dan semikonduktor paduan.
a. Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-n
Semikonduktor dengan konsentrasi elektron lebih besar dibandingkan konsentrasi
hole disebut semikonduktor ekstrinsik tipe-n. Semikonduktor tipe-n menggunakan
semikoduktor intrinsik dengan menambahkan atom donor yang berasal dari kelompok
V pada susunan berkala, misalnya Ar (arsenic), Sb (Antimony), phosphorus (P). Atom
campuran ini akan menempati lokasi atom intrinsik didalam kisi Kristal
semikonduktor.
4
Gambar 4. Atom pengotor untuk menghasilkan semikonduktor ekstrinsik tipe-n
Konsentrasi elektron pada Si dan Ge dapat dinaikkan dengan proses doping unsur
valensi 5. Sisa satu elektron akan menjadi electron bebas, jika mendapatkan energi
yang relatif kecil saja (disebut sebagai energi ionisasi). Elektron ini akan menambah
konsentrasi elektron pada pita konduksi. Elektron yang meninggalkan atom pengotor
yang menjadi ion disebut dengan elektron ekstrinsik. Keberadan impuriti donor
digambarkan dengan keadaan diskrit pada energi gap pada posisi didekat pita
konduksi.
Gambar 5
(a) Kristal
semikonduktor
ekstrinsik tipe-n dua
dimensi
(b)Pita energi
semikonduktor
ekatrinsik tipe-n
Penambahan atom donor telah menambah level energi pada pita konduksi
yang berada diatas energi gap sehingga mempermudah electron untuk menyebrang ke
pita konduksi.
Pada suhu kamar sebagian besar atom donor terionisasi dan elektronnya
tereksitasi ke dalam pita konduksi. Sehingga jumlah electron bebas (elektron intrinsik
dan elektron ekstrinsik) pada semikonduktor tipen jauh lebih besar dari pada jumlah
5
hole (hole intrinsik). Oleh sebab itu, elektron di dalam semikonduktor tipe-n disebut
pembawa muatan mayoritas, dan hole disebut sebagai pembawa muatan minoritas.
b. Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-p
Semikonduktor tipe-p, dimana konsentrasi lubang lebih tinggi dibandingkan
elektron, dapat diperoleh dengan menambahkan atom akseptor. Pada Si dan Ge,
atomnya aseptor adalah unsur bervalensi tiga (kelompok III pada susunan berkala)
misalnya B (boron), Al (alumunium), atau Ga (galium).
Gambar 6
Atom pengotor untuk menghasilkan semikonduktor ekstrinsik tipe-p
Karena unsur tersebut hanya memiliki tiga elektron valensi, maka terdapat
satu kekosongan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom induknya. Atom
tersebut akan mengikat elektron dari pita velensi yang berpindah ke pita konduksi.
Dengan penangkapan sebuah electron tersebut, atom akseptor akan menjadi ion
negatip. Atom akseptor akan menempati keadaan energi dalam energi gap di dekat
pita valensi.
Gambar 7
(a) Kristal semikonduktor ekstrinsik tipe-p dalam dua dimensi
(b)Pita energi semikonduktor ekstrinsik tipe-p
Pada semikonduktor tipe-p, atom dari golongan III dalam sistem periodik
unsur misalnya Ga, dibubuhkan kedalam kristal semikonduktor intrinsik. Oleh karena
galium termasuk golangan III dalam sistem periodik unsur, atom Ga memiliki tiga
6
buah elektron valensi. Akibatnya, dalam berikatan dengan atom silikon di dalam
kristal, Ga memerlukan satu elektron lagi untuk berpasangan dengan atom Si. Oleh
sebab itu atom Ga mudah menangkap elektron, sehingga disebut akseptor. Jika ini
terjadi atom akseptor menjadi kelebihan elektron sehingga menjadi bermuatan negatif.
Dalam hal ini dikatakan atom akseptor terionkan. Ion akseptor ini mempunyai muatan
tak bebas, oleh karena tak bergerak dibawah medan listrik luar. Ion Si yang
elektronnya ditangkap oleh atom akseptor terbentuk menjadi lubang, yang disebut
lubang ekstrinsik.
Jelaslah bahwa pada semikonduktor tipe-p, lubang merupakan pembawa
muatan yang utama, sehingga disebut pembawa muatan mayoritas. Disini elektron
bebas merupakan pembawa muatan minoritas.
c. Semikonduktor Paduan
Semikonduktor paduan (compound semiconductor) dapat diperoleh dari unsur
valensi tiga dan valensi lima (paduan III-V, misalnya GaAs atau GaSb) atau dari
unsur valensi dua dan valensi enam (paduan II-VI, misalnya ZnS). Ikatan kimia
terbentuk dengan peminjaman elektron oleh unsur dengan velensi lebih tinggi kepada
unsur dengan valensi lebih rendah (lihat gambar 8). Atom donor pada semikonduktor
paduan adalah unsur dengan valensi lebih tinggi dibandingkan dengan unsur yang
diganti. Atom akseptor adalah unsur dengan valensi lebih rendah dibandingkan
dengan unsur yang diganti (ditempati)
Gambar 8
(a) Kristal semikonduktor paduan GaAs dalam dua dimensi
(b) Kristal semikonduktor paduan GaAs tipe-n dua dimensi
7
Seperti kita ketahui bahwa elektron valensi bertanggung jawab pada proses hantaran
arus listrik dalam suatu zat padat. Artinya, elektron valensi tersebut merupakan elektron
konduksi. Untuk memahami tingkah laku elektron konduksi di dalam zat padat, cobalah
perhatikan bagan pita energi untuk semikonduktor seperti yang ditunjukkan pada Gambar
8, bahwa pita teratas yang terisi penuh (atau hampir penuh) elektron disebut pita valensi,
dan pita di atasnya yang sedikit terisi elektron (atau kosong) disebut pita konduksi. Dan
celah antara batas atas pita valensi dengan batas bawah pita konduksi disebut celah energi
( E g). Celah energi ( E g) merupakan selisih antara energi terendah pada pita konduksi ( Ek )
dengan energi tertinggi pada pita valensi ( E v). Atau secara matematis dapat ditulis:
E g=E k −E v (1)
Untuk mengukur besarnya celah energi ( E g) dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu penerapan langsung dan penyerapan tidak langsung.
1. Penyerapan Langsung
Pada teknik penyerapan tak langsung, kristal semikonduktor yang akan diukur celah
energinya dijatuhi foton monokromatik dengan energi mulai dari yang kecil sampai yang
besar sedemikian rupa sehingga terjadi penyerapan foton oleh kristal, seperti ditunjukkan
pada bagan dalam Gambar 10.
8
Gambar 10. Bagan penyerapan langsung.
Gambar 11. Kurva penyerapan sebagai fungsi energi pada teknik penyerapan langsung.
Pada saat mulai terjadi penyerapan foton oleh kristal berarti elektron-elektron
pada pita velensi mulai memperoleh energi yang cukup untuk meloncati celah energi ( E g)
, sehingga pada saat ini timbul hole (lubang) di pita valensi dan elektron konduksi di pita
konduksi. Oleh karena itu, pada saat tepat pada saat mulai terjadi penyerapan, energi
foton yang diserap kristal (elektron) adalah tepat sama dengan nilai celah energi dari
kristal semikonduktor tersebut.
2. Penyerapan Tidak Langsung
Proses pengukuran celah energi ( E g) dengan teknik penyerapan tak langsung baik
bagan maupun prosesnya pada prinsipnya adalah sama dengan proses pengukuran celah
energi dengan teknik penyerapan langsung. Tetapi ada sedikit perbedaan. Pada teknik
9
penyerapan tak langsung di samping melibatkan elektron dan hole juga melibatkan
partikel lain yaitu fonon. Pada teknik ini, selain foton, fonon mungkin diserap oleh kristal
atau timbul di dalam kristal. Sehingga pada proses ini kita akan memperoleh tiga partikel,
yaitu elektron konduksi , hole, dan fonon. Kurva penyerapan sebagai fungsi energi untuk
teknik penyerapan tak langsung dapat di lihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Kurva penyerapan sebagai fungsi energi pada teknik penyerapan tak
langsung.
Persamaan dapat ditulis :
E g ± ℏ Ω= ℏω (3)
Pada Gambar 11 terlihat bahwa awal penyerapan terjadi pada saat energi foton
monokromatik ℏω = E g +¿ ℏ Ω . Pada proses ini berarti fonon muncul di dalam kristal
semikonduktor bersamaan dengan munculnya hole di pita valensi dan elektron di pita
konduksi. Jika nilai ℏω = E g −¿ ℏ Ω , maka berarti bahwa fonon bersama foton
diserap oleh kristal semikonduktor. Dimana tanda ± menunjukan bahwa dalam proses
penyerapan tidak langsung ini keberadaan fonon ada yang dipancarkan (+) atau
diserap (-).
10
Dengan ω merupakan frekuensi sudut. Jika frekuensi sudut ini dihubungkan
ϵ ϵ
dengan energi dari fungsi gelombang ϵ adalah ω= . Dengan mensubstitusi ω=
ℏ ℏ
kedalam persamaan untuk kecepatan maka akan diperoleh:
V g=
d
dk
( ω )=
d ϵ
()
=
1 d
dk ℏ ℏ dk
( ϵ) (5)
11
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui persamaan gerak elektron
dalam pita energi dan kecepatan grup yang dihubungkan dengan energi. Sekarang kita
akan mengetahui berapa besarnya massa efektif. Massa efektif elektron merupakan massa
elektron dalam pita energi ketika mengalami gaya atau percepatan. Besarnya massa
efektif elektron ditentukan dari persamaan gerak yang telah dibahas sebelumnya. Adapun
langkah-langkah menentukan besaarnya massa efektif adalah sebagai berikut :
Dari persamaan sebelumnya kita tahu bahwa perumusan untuk kecepatan elektron adalah
V g=
d
dk
( ω )=
d ϵ
()
=
1 d
dk ℏ ℏ dk
( ϵ) (11)
Apabila kecepatan grup ini kita turunkan terhadap waktu, maka akan kita peroleh
d V g 1 d2 ϵ
= (12)
dt ℏ dk dt
Atau dapat dituliskan dalam bentuk
d V g 1 d 2 ϵ dk
=
dt ℏ dk 2 dt
(13)
Dari persamaan gerak kita ketahui bahwa :
⃗d k ⃗F
=
dt ℏ
(14)
Dengan mensubstitusi persamaan gerak ini ke persamaan sebelumnya, sehingga
diperoleh
d V g 1 d2ϵ ⃗F
= 2
dt ℏ dk ℏ
Atau dapat ditulis menjadi
d V g 1 d2ϵ
= 2 2F
dt ℏ dk
(15)
Dari persamaan ini, ruas kiri merupkan percepatan, dan ruas kanan merupakan sesuatu
dikalikan gaya F. Berdasarkan hukum II Newton kita ketahui bahwa:
F
F=m a atau a=
m
1 dV g
F= ∙
1 d ϵ dt
2
ℏ2 dk 2
12
Sehingga dari persamaan tersebut didefinisikanlah massa efektif yang besarnya
¿ 1 ¿ 2 1
m= 2
atau m =ℏ 2
1 d ϵ d ϵ
2 2 2
ℏ dk dk
Inilah persamaan yang menunjukkan definisi massa efektif.
2.6 Alasan Hole Dianggap sebagai Partike Bermuatan Positif
Seperti disebutkan di atas bahwa lubang (hole) yang disebabkan oleh pindahnya
elektron dari pita valensi ke pita konduksi dianggap sebagai sebuah partikel yang
bermuatan positif. Sesungguhnya hal ini agak sulit diterima akal kita, sebab tempat
tinggal awal sebuah elektron dianggap sebagai partikel lain yang memiliki karakteristik
yang berlawanan dengan elektron itu sendiri. Untuk dapat memahami konsep ini secara
sederhana perhatikan Gambar 12 berikut:
Gambar 13. Proses terjadinya sebuah hole. (a) Elektron masih belum pindah. (b)
Elektron pindah.
Misalkan sebuah elektron itu sebagai sebuah bola yang volumenya sama dengan
volume daerah yang diarsir (Gambar 13. a). Sedangkan kulit tebal yang mengelilingi
elektron itu sebagai tempat awal elektron. Kemudian jika elektron itu meninggalkan
tempatnya, maka kita akan memperoleh dua partikel (Gambar 13. b), yaitu tempat
elektron (hole/lubang) dan elektron itu
sendiri. Jadi sekarang kita memiliki dua partikel, yaitu hole dan elektron.
Ada lima alasan mengapa hole dianggap sebagai sebuah partikel yang
bermuatan listrik positif.
1. Sebelum elektron itu pindah, jumlah total vektor gelombang (k ) elektron dalam
sebuah pita valensi yang terisi penuh elektron adalah nol. Misalkan sekarang
elektron yang memiliki vektor gelombang sebesar k e di pita valensi itu menyerap
energi dari luar dan pindah ke pita. konduksi yang kosong dan elektron menjadi
13
lebih leluasa untuk bergerak, elektron itu sekarang tetap memiliki vektor
gelombang k e. Akibatnya, pita valensi kekurangan vektor gelombang sebesar k e.
Oleh karena itu hole harus mengimbangi vektor gelombang elektron sedemikian
rupa sehingga jumlah total vektor gelombang di pita valensi itu sekarang pun
harus tetap sama dengan nol. Dengan demikian, vektor gelombang hole di pita
valensi harus sama dan berlawanan arah dengan vektor gelombang elektron. Jadi
k h=−k e
2. Energi hole di pita valensi adalah sama dan berlawanan tanda dengan energi
elektron di pita konduksi. Jadi
Eh ( k h )=−E e ( k e )
14
2. Dioda
Sebuah dioda berfungsi sebagai versi elektronik dari katup searah. Dengan
membatasi arah pergerakan muatan listrik, dioda hanya mengijinkan arus listrik untuk
mengalir ke satu arah saja dan menghalangi aliran ke arah yang berlawanan.
3. Sel Surya
Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri
dari sebuah wilayah-besar dioda p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya
matahari mampu menciptakan energi listrik yang berguna. Pengubahan ini disebut
efek photovoltaic. Bidang riset berhubungan dengan sel surya dikenal sebagai
photovoltaics.
4. Mikroposesor
Sebuah mikroprosesor (disingkat μP atau uP) adalah sebuah central
processing unit (CPU) elektronik komputer yang terbuat dari transistor mini dan
sirkuit lainnya di atas sebuah sirkuit terintegrasi semikonduktor.
5. LED (Light Emitting Diode)
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen yang
dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah dioda.
Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron
yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan
energi cahaya.
LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkna
emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan
phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.
Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah,
kuning dan hijau. LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa
dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED
selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-
nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi
empat, bulat dan lonjong.
15
Terbuat dari perunggu (metal), silikon dioksida (oxide) dan silikon
(semiconductor) yang telah di-dope. Dalam pembuatan integrated circuit (IC),
pertama-tama perancang chip mendesain rangkaian berdasarkan spesifikasi yang telah
ditentukan. Desain ini biasanya dilakukan dengan bantuan komputer. Kemudian
desain akan dikirim ke pabrik IC, di mana IC akan di-fabrikasi di dalam suatu
ruangan bersih (clean room) yang jumlah partikel udaranya telah dikontrol melalui
filter. Akhirnya IC yang telah jadi akan di-package dalam kemasan yang kita kenal
sebelum dipasang di atas papan rangkaian.
7. Single-Atom Transistor
16
tengah) yang disanggah oleh molekul pyridine (biru muda). Di masa depan terobosan-
terobosan di bidang nanoteknologi seperti ini akan dapat menghasilkan aplikasi-
aplikasi baru.
8. Semikonduktor organik
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara
isolator dan konduktor. Semikonduktor, umumnya diklasifikasikan berdasarkan harga
resistivitas listriknya pada suhu kamar, yakni dalam rentang 10−2 −109Ω cm.
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda,
transistor dan IC (integrated circuit). Bahan semikonduktor yang banyak dikenal
contohnya adalah silikon (Si), germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs).
Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
4.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
maka dari itu penulis meminta agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
tercapainya kesempurnaan makalah ini yang membahas tentang Pendahuluan Fisika Zat
Padat khususnya materi Kristal semikonduktor.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kittel, C.1976. Introduction to Solid State Physics. USA. John wiley & Sons.
Parno, Drs. 2002. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dan Penerapannya. Bandung: ITB.
Wiendartun. Diktat Fisika Zat Padat I. UPI Bandung.
19