Anda di halaman 1dari 20

MINI RISET

PENGUKURAN SUHU BENDA PADAT DENGAN ENERGY2D

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Aminah (4182121002)
2. Hosea Aditya S. (4183321005)
3. Muhammad Guntur (4183121061)
4. Sara Hasugian (4183121046)
5. Silva Farrera Avista (4181121012)
6. Winda Arliza (4181121015)

Kelas : Fisika Dik C 2018

Mk : Pendahuluan Fisika Zat Padat

Dosen : Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si.

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun Mini Riset ini. Mini Riset ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat.

Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam menyelesaikan Mini Riset ini.

Dalam penulisan Mini Riset ini, kami menyadari masih banyak kesalahan yang
menyebabkan ketidak sempurnaan pada Mini Riset ini. Dari itu, kami harap,dosen pengampu
dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga Mini Riset ini
dapat diterima dan dinilai dengan objektif oleh dosen pengampu.

Medan, 11 April 2021

i
Kelompok 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Tujuan...............................................................................................................1

1.3. Manfaat.............................................................................................................1
ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

2.1. Suhu...................................................................................................................2

2.2. Kalor..................................................................................................................3

2.3. Laju Perpindahan..............................................................................................5

2.4. Software Energy2D...........................................................................................5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN............................................................6

3.1. Alat dan Bahan..................................................................................................6

3.2. Prosedur ............................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................7

4.1. Tabel Hasil Percobaan.......................................................................................7

4.2. Analisis Data.....................................................................................................8

4.3. Pembahasan.......................................................................................................9

BAB V PENUTUP................................................................................................11

3.1 Kesimpulan......................................................................................................11

3.2. Saran................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

LAMPIRAN..........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau
dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan
es yang membeku dikatakan memiliki suhu rendah. Suhu dapat mengubah sifat zat,
contohnya sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih
panjang ketika dipanaskan daripada dalam keadaan dingin. Jalan dan trotoar beton
memuai dan menyusut terhadap perubahan suhu. Suhu yang tinggi, zat padat seperti
besi bersinar jingga atau bahkan putih. Cahaya putih dari bola lampu pijar berasal dari
kawat tungsten yang sangat panas.
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat
panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga
disebut temperatur, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit, dan Reamur (Kreith, 1991).
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui hubungan waktu terhadap perubahan suhu yang terjadi jika
sebuah benda dipanaskan menggunakan variasi waktu
b. Untuk mengetahui bahan yang mengalami kenaikan suhu lebih cepat
c. Untuk mengetahui laju perpindahan kalor secara konduksi
d. Untuk mengetahui perbandingan laju perpindahan kalor antara bahan kayu dengan
bahan metal/logam
1.3 Manfaat
Adapun manfaat Mini Riset ini ialah agar penulis dapat menyumbangkan
pemikirannya terhadap topik yang diangkat dan juga menambah pengetahuan tentang hal
tersebut. Tidak hanya itu dengan dibuatnya mini reset ini semoga tujuan yang telah dibuat

1
dapat terlaksana serta dengan kemampuan yang dimiliki, mahasiswa diharapkan dapat
mengaplikasikannya di kehidupannya sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Suhu
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua
benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal (Putra, 2007). Jika panas
dialirkan pada suhu benda, maka suhu benda tersebut akan turun jika benda yang
bersangkutan kehilangan panas. Akan tetpi hubungan antara satuan panas dengan satuan
suhu tidak merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat
penerimaan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tampung panas
(heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerima tersebut (Lakitan, 2002).
Suatu benda yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi, dan
sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu yang
rendah. Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau menjadi lebih dingin
biasanya diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya. Misalnya, perubahan wujud
air menjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau dingin (Buchori, 2001).
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu sebuah benda
(Lakitan, 2002). Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat termometrik
suatu benda ketika benda tersebut mengalami perubahan suhu. Perubahan sifat
termometrik suatu benda menunjukkan adanya perubahan suhu benda, dan dengan
melakukan kalibrasi atau peneraan tertentu terhadap sifat termometrik yang teramati dan
terukur, maka nilai suhu benda dapat dinyatakan secara kuantitatif. Tidak semua sifat
termometrik benda yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan termometer (Kreith,
1991).
Perpindahan panas dapat di definisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari
temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur lebih rendah.
Perpindahan panas pada umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang
berbeda yaitu konduksi (conduction; juga dikenal dengan istilah hantaran), radiasi
(radiation; juga dikenal dengan istilah pancaran), dan konveksi (convection; juga dikenal
dengan istilah alian) (Yunus, 2009) Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari

2
daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium
(padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan
secara langsung (Ambarita, 2012). Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi
terjadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul
yang cukup besar. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana panas dapat
mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting pula dalam fluida,
tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi, dan
dalam beberapa hal juga dengan radiasi. Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi
dalam keadaan studi dapat ditulis:
∆T
q k =−kA
x
Keterangan:
qk = laju perpindahan panas dengan cara konduksi (Watt)
A = luas perpindahan panas (m 2 )
∆T = gradien suhu pada penampang (K)
x = jarak dalam arah aliran panas (m)
k = konduktivitas thermal bahan (W/m.K) (Incroperara, 1982).
2.2. Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur
suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu
benda(zat) bergantung pada 3 faktor:
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:
Q=m. c (t 2−t 1)
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kg0C)
( t2 - t1) adalah perubahan suhu (0C)
3
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1) Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
2) Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U
adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg).
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu
kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2 - t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis
adalah kalorimeter.
c = Q/m.( t2 - t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru
H = m.c
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Macam-macam Cara Perpindahan Panas:
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contoh paling mudah dari
perpindahan panas secara radiasi adalah pancaran sinar matahari. Matahari memancarkan
panasnya sehingga sampai ke permukaan bumi melalui ruang hampa. Di ruang hampa
tidak ada zat yang dapat dilalui dan juga tidak ada zat yang dapat mengalir. Panas
matahari tersebut sampai ke bumi secara langsung atau secara pancaran tanpa melalui zat
perantara.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena terjadinya perpindahan zat. Peristiwa
konveksi atau aliran zat terjadi pada perubahan suhu suatu zat. Contohnya adalah air
yang sedang direbus. Zat cair dan gas yang terkena panas maka molekulmolekulnya
bertambah besar dan beratnya tetap, sehingga akan bergerak ke atas. Gerakan ke atas ini
akan diikuti oleh gerakan zat lain secara terus menerus sehingga terjadi aliran zat karena
panas. Dari peristiwa aliran inilah, maka panas dapat merambat secara konveksi.
c. Konduksi

4
Konduksi adalah perpindahan panas melalui benda padat. Benda yang dapat
menghantarkan panas dengan baik disebut konduktor. Pada umumnya, konduktor terbuat
dari logam. Benda yang sukar menghantarkan panas disebut isolator. Menurut
Wikipedia, pada peristiwa konduksi, panas mengalir melalui molekul-molekul zat tanpa
memindahkan atau menggerakkan molekul zat itu. Benda padat memiliki kemampuan
merambatkan panas secara konduksi yang berbeda-beda (Mushin, 2019).
2.3. Laju Perpindahan
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu
fluida dapat dihitung dengan hubungan:
q=hA (T W −T f )
Keterangan:
q = laju perpindahan panas dengan cara konveksi (Watt)
A = luas penampang (m2 )
Tw= Temperatur dinding (K)
Tf = Temperatur fluida (K)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K) (Incroperara, 1982).
Koefisien perpindahan panas konveksi h bervariasi terhadap jenis aliran (aliran
laminer atau turbulen), sifat-sifat fisik fluida, temperatur ratarata, juga dipengaruhi oleh
mekanisme perpindahan panas konveksi (Stoecker, 1982).
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free convection)
dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan alirannya (Holman,
2002).
2.4. Software Energy2D
Energy2D adalah program simulasi multifisika interaktif yang memodelkan ketiga
mode perpindahan panas — konduksi, konveksi, dan radiasi, dan penggandengannya
dengan dinamika partikel. Energy2D berjalan cepat di sebagian besar komputer dan
menghilangkan sakelar di antara preprocessor, solver, dan postprocessor yang biasanya
diperlukan untuk melakukan simulasi dinamika fluida komputasi. Ini memungkinkan
Anda merancang "eksperimen komputasi" untuk menguji hipotesis ilmiah atau
memecahkan masalah teknik tanpa menggunakan matematika yang rumit. Pekerjaan juga
sedang dilakukan untuk memasukkan jenis lain dari transformasi energi (misalnya,
perubahan fasa dan reaksi kimia melalui kondisi Stefan) dan mendukung berbagai jenis
fluida (misalnya, udara dan air).

5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang saya gunakan untuk melakukan mini riset tersebut adalah
sebagai berikut : Aplikasi Energy2D, Laptop dan Stopwatch
3.2 Prosedur
Adapun langkah-langkah dalam membuat percobaan terkait mini riset tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Menginstal aplikasi Energy2D di laptop

2. Mengklik 2 kali aplikasi berikut untuk menjalankannya


3. Mengklik examples di bagian menu bar
4. Kemudian memilih conduction
5. Mengklik comparing thermal conductivities
6. Setelah tampilan workspace terbuka, selanjutnya mengklik run untuk menjalankan
aplikasi
7. Gunakan stopwatch untuk mengatur waktu
8. Mencatat data percobaan pada tabel percobaan

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Percobaan
4.1.1 Tabel Hasil Percobaan dengan Jenis Bahan Kayu
Waktu
No Jenis Bahan Suhu (℃)
(sekon)
1 0 0
2 30 10,4
3 60 23,7
4 90 34,7
5 120 41,2
6 150 45,1
7 Kayu 180 47,3
8 210 48,5
9 240 49,1
10 270 49,5
11 300 49,7
12 330 49,8
13 360 49,8

4.1.2 Tabel Hasil Percobaan dengan Jenis Bahan Metal


Waktu
No Jenis Bahan Suhu (℃)
(sekon)
1 0 0
2 10 28,7
3 20 43,3
4 30 48,8
Metal (Logam)
5 40 49,6
6 50 49,9
7 57 50
8 60 50

4.2 Analisis Data


Dari tabel hasil percobaan pertama, dapat diketahui bahwasannya suhu mula-mula adalah
0 ℃. Ketika kayu dipanaskan dalam waktu 30 detik, benda tersebut memiliki suhu 10,4 ℃.
Dalam waktu semenit, suhu mencapai 23,7 ℃. Dalam waktu 2 menit, suhu mencapai 41,2 ℃.
Dalam waktu 3 menit, suhu mencapai 47,3℃. Dalam waktu 4 menit, suhu mencapai 49,1 ℃.
Dalam waktu 4 menit, suhu mencapai 49,7 ℃. Dan dalam waktu 5 menit, suhu mencapai
49,8 ℃.

7
Dari tabel hasil percobaan kedua, dapat diketahui bahwasannya suhu mula-mula adalah
0 ℃. Ketika metal/logam dipanaskan dalam waktu 10 detik, benda tersebut memiliki suhu
28,7 ℃. Dalam waktu 30 detik, suhu mencapai 48,8 ℃. Dan dalam waktu semenit, suhu
mencapai 5 0 ℃.
Untuk perhitungan laju perpindahan kalor secara konduksi dapat menggunakan rumus
Q kA ∆ T
H= =
t L
Keterangan :
H=¿ Laju perpindahan kalor (J / s ¿
k =¿ Konduktivitas Termal bahan ¿ atau W /m ℃ ¿
A=¿ Luas penampang (m 2 ¿
∆ T =¿ Perubahan suhu ( K atau ℃ )
L=¿ Panjang benda (m)
Q=¿ Kalor yang merambat ( J )
t=¿ Waktu ( s)
Maka dari persamaan tersebut dapat dihitung laju perpindahan kalor secara konduksi pada
teflon yang memiliki jenis gagang yang berbeda.
a. Bahan Kayu
Dik : k =0,1 W /m℃
p=0,06 m
l=0,01 m } A=6 × 10−4 m2
L=0,06 m
∆ T =49,8 ℃
Dit : H=…?
Jawab :
kA ∆ T
H=
L
0,1 ( 6 ×10−4 ) 49,8
H=
0,06
0,1 ( 6 ×10−4 ) 49,8
H=
0,06
298,8 ×10−5
H=
0,06
H=49,8 ×10−3 J / s

8
b. Bahan Metal/Logam
Dik : k =1W /m℃
p=0,06 m
l=0,01 m } A=6 × 10−4 m 2
L=0,06 m
∆ T =50 ℃
Dit : H=…?
Jawab :
kA ∆ T
H=
L
1 ( 6 ×10−4 ) 50
H=
0,06
3 ×10−2
H=
6 ×10−2
H=5 × 10−1 J /s

4.3 Pembahasan
Percobaan yang saya lakukan berkaitan dengan perpindahan kalor secara konduksi yaitu
perpindahan kalor tanpa diikuti perpindahan partikel penghantarnya. Benda yang digunakan
adalah teflon dengan jenis gagang teflon yang berbeda yaitu terbuat dari kayu dan
metal/logam. Percobaan tersebut untuk mengetahui hubungan waktu terhadap perubahan
suhu yang terjadi jika teflon dipanaskan menggunakan variasi waktu kemudian mengamati
kedua bahan tersebut, bahan manakah yang mengalami kenaikan suhu lebih cepat jika suhu
maksimal yang diberikan adalah 50 ℃.
Maka dari percobaan tersebut, terkait perubahan suhu yang terjadi jika teflon dengan
gagang kayu dipanaskan menggunakan variasi waktu adalah semakin lama waktu yang
diperlukan untuk memanaskan benda, maka semakan tinggi pula suhu yang dicapai benda
tersebut. Kemudian untuk pengamatan yang berkaitan dengan bahan yang mengalami
kenaikan suhu lebih cepat jika suhu maksimal yang diberikan adalah 50 ℃ adalah teflon
dengan gagang yang terbuat dari metal/logam karena logam merupakan konduktor yang baik.
Ketika teflon yang gagangnya terbuat dari metal/logam dipanaskan maka kalor dari api
langsung terserap dengan cepat oleh logam. Sedangkan pada kayu, kayu merupakan
konduktor yang buruk. Ketika teflon yang gagangnya terbuat dari kayu dipanaskan maka
kalor dari api sulit diserap oleh kayu.

9
Laju perpindahan kalor pada gagang teflon yang terbuat dari kayu adalah 49,8 × 10−3 J / s
sedangkan Laju perpindahan kalor pada gagang teflon yang terbuat dari metal/logam adalah
5 ×10−1 J / s. Maka dari hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwasannya laju
perpindahan kalor pada gagang teflon yang terbuat dari metal/logam lebih cepat merambat
dibandingkan dengan yang terbuat dari kayu. Karena benda dengan konduktivitas termal
yang besar mempunyai kemampuan menyerap kalor lebih cepat dibandingkan dengan benda
yang mempunyai konduktivitas termal kecil. Sehingga hal ini berpengaruh pada laju
perpindahan kalor.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Benda dengan konduktivitas tinggi memiliki laju penurunan suhu yang lambat
daripada benda dengan bahan konduktivitas rendah pada suhu yang tinggi, akan tetapi ketika
benda mendekati suhu ruangan, kelajuan benda tidak berbeda signifikan untuk masing-
masing bahan. Jika benda dengan suhu yang tinggi ditempatkan dalam ruangan yang suhunya
lebih rendah, maka suhu benda tersebut akan turun dan selalu dalam arah cenderung
menyamakan dengan suhu ruangan, jika hal tersebut dibiarkan maka suhu keduanya akan

10
sama dan keduanya dikatakan dalam keadaan kesetimbang termal dan tidak ada lagi
perpindahan panas yang terjadi diantaranya.

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
maka dari itu penulis meminta agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
tercapainya kesempurnaan mini riset ini yang membahas tentang Pendahuluan Fisika Zat
Padat khususnya mengenai pengukuran suhu benda padat.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Himsar. 2012. Perpindahan Panas Konduksi dan Penyelesaian Analitik dan
Numerik. Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.

Buchori, luqman. 2011. Perpindahan Panas. Semarang : UNPID.

Holman, J & P, Jasjfi E. 2002. Perpindahan Kalor. Jakarta: Erlangga.

https://energy.concord.org/energy2d/

Incroperara, F. P. and D. P. Dewitt. 1982. Fundamental of Heat and Mass Transfer, Third
Edition. Singapore: John Wiley & Sons.

Kreith, Frank. 1991. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
11
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhsin. (2019). Application of Talking Stick Learning Model to Improve Students’ Positive
Attitude and Learning Achievement in the Subject of Heat. Jurnal Pendidikan
Fisika, 7(1), 33-48

Putra S, M. Kelana. 2007. Rancangan Bangunan dan Analisa Perpindahan Panas pada Ketel
Uap Bertenaga Listrik. Medan: USU.

Stoecker, W.F., Jones, J.W. 1982. Refrigeration and Air Conditioning. New York: McGraw-
Hill.

Yunus, Asyuri Darami. 2009. Perpindahan Panas dan Massa. Jakarta: Universitas Darma
Persada.

12
LAMPIRAN
a. Sebelum dipanaskan

b. Setelah dipanaskan

13
14
k

15
16

Anda mungkin juga menyukai