Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KUALITATIF

TEKNOLOGI INFORMASI DAN LITERASI DATA


DOSEN PENGAMPUH : Dr.Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si

DISUSUN

Oleh :

NAMA : SAFIRAH ADILAH

NIM : 4193331011

KELAS : KIMIA DIK C 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Berkat dan Karunia-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah TILDA ini. Adapun
makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.Namun tidak lepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Medan, April 2020

Safirah Adilah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data
atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/
verification).

Sejumlah peneliti kualitatif berupaya mengumpulkan data selama mungkin dan


bermaksud akan menganalisis setelah meninggalkan lapangan. Cara tersebut untuk peneliti
kualiatatif salah, karena banyak situasi atau konteks yang tak terekam dan peneliti lupa
penghayaatan situasinya, sehingga berbagai hal yang terkait dapat berubah menjadi fragmen-
fragmen tak berarti. Sehingga pekerjaan pengumpulan data bagi peneliti kaulitatif harus
langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi,
dan menyajikan; yang selanjutnya
Analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga) tahap:

1. Tahap Reduksi Data


Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan Huberman adalah :
Pertama, meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di
lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang
relevan.
Kedua, pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak-tidaknya empat
hal :
a. Digunakan simbul atau ringkasan.
b. Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu.
c. Kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu
d. Keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif.
Ketiga, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan
obyektif.Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi
sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif.
Keempat, membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh
peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara
catatan obyektif dan catatan reflektif
Kelima, membuat catatan marginal. Miles dan Huberman memisahkan komentar peneliti
mengenai subtansi dan metodologinya. Komentar subtansial merupakan catatan marginal.
Keenam, penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidak-tidaknya ada tiga hal yang
perlu diperhatikan :
a. Pemberian label
b. Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu
c. Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik.
Ketujuh, analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo. Memo
yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai
dengan pengembangan pendapat atau porposisi.
Kedelapan, analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan pada lebih
dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk
menuliskan kembali catatan deskriptif, catatan reflektif, catatn marginal dan memo masing-
masing lokasi atau masing-masing peneliti menjadi yang konform satu dengan lainnya, perlu
dilakukan.
Kesembilan, pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks
tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi.

2. Tahap Penyajian Data/ Analisis Data Setelah Pengumpulan Data


Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan
(display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat bahwa peneliti
kualitatif banyak menyusun teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi
secara tematik kepada pembaca. Miles dan Huberman (1984) memperkenalkan dua macam
format, yaitu : diagram konteks (context chart) dan matriks.
Penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan- tindakan orang yang
terjadi pada konteks tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari
situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang
berfungsi (ruang kelas, sekolah, departemen, keluarga, agen, masyarakat lokal), sebagai ilustrasi
dapat dibaca Miles dan Huberman (1984:133)
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi
yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara
menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya
terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang
baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan
handal.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan
melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah
yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat
peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap terbuka untuk menerima
masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong tidak bermakna. Namun
demikian peneliti pada tahap ini sebaiknya telah memutuskan anara data yang mempunyai
makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak bermakna. Data yang dapat diproses dalam
analisis lebih lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang data lain yang tidak menunjang,
lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana cara menganalisis data kualitatif dengan model Miles dan Huberman?
2. Mengkaji analisis data model Miles dan Huberman dalam menjawab permasalahan
kualitatif?
1.3 Tujuan Makalah
1. Menjelaskan cara menganalisis data dengan model Miles dan Huberman
2. Mengkaji analisis data model Miles dan Huberman dalam menjawab permasalahan
penelitian kualitatif
1.4 Manfaat Makalah
1. Mampu menjelaskan cara menganalisa dengan model Miles dan Huberman
2. Mampu mengkaji analisis data model Miles dan Huberman dalam menjawab
permasalahan penelitian kualitatif
1.5 Identitas Jurnal Yang Akan Dianalisis

JUDUL : STUDI LAJU KOROSI DAN MEKANISME INHIBISI ALUMINIUM MURNI


MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT

PENULIS : Tiurlina Siregar

TAHUN TERBIT : 2013

EDISI :Vol 7 (1), Hal.102-112

ISSN : 1907-9850

JENIS JURNAL : Jurnal Kimia


BAB II
LANDASAN TEORI
1. Data Kualitatif
Sifat tahan korosi suatu logam merupakan parameter yang harus dipertimbangkan
dalam memilih logam yang dapat digunakan pada suatu konstruksi, peralatan industri
maupun keperluan sehari-hari. Dari beberapa logam seperti baja, tembaga, seng,
aluminium dan paduannya, maka aluminium memiliki keunggulan, terutama dalam hal
ketahanan terhadap korosi (dalam suasana netral), ringan, kaku, dan mudah dibentuk,
sehingga logam aluminium memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai konstruksi
pesawat terbang, peralatan industri, alat-alat rumah tangga sampai ke bahan pengemas
makanan/minuman (Bradford,1992). Aluminium maupun paduannya memiliki sifat tahan
terhadap korosi karena terbentuknya lapisan tipis pasifasi yang bersifat protektif. Korosi
aluminium membentuk lapisan Al2O3, lapisan tersebut terbentuk secara spontan pada
permukaan logam, karena logam mempunyai komposisi kimia yang tidak homogen.
Lapisan Al2O3 stabil pada lingkungan pH 4 s/d pH 9 (Diagram sistim pH-potensial
dalam kesetimbangan aluminium-air pada temperatur 25oC (Pourbaix, 1974).
Inhibitor dapat menurunkan laju korosi. Penurunan laju korosi terjadi karena
berkurangnya daerah anodik, hal ini disebabkan akibat dari terbentuknya lapisan pasif
sehingga laju transfer ion-ion logam ke dalam larutan menjadi berkurang atau menurun.
Nyoman dan Isdiriyani (2000), telah melaporkan natrium benzoat, konsentrasi 60 ppm,
pH 3 digunakan pada paduan aluminium, efisiensi inhibisi diperoleh sebesar 70 % namun
belum melaporkan bagaimana mekanisme inhibisinya. Shao (2001) garam natrium tartart
dengan konsentrasi 60 ppm, pH 3 digunakan sebagai inhibitor pada aluminium murni,
efisiensi inhibisinya 71 % namun belum ada penelitian lanjut bagaimana mekanisme
inhibisinya. Natrium tartrat adalah inhibitor anodik yang merupakan senyawa organik
ampifilik yaitu suatu garam organik yang anionnya mempunyai gugus polar dan gugus
non polar. Garam-garam organik ampifilik seperti natrium merupakan inhibitor anodik
serta ramah lingkungan.Asam sitrat memiliki rumus kimia C6H8O7 dan rumus
molekulnya adalah CH2(COOH)COH(COOH) CH2(COOH) (masa relatif = 221). Nama
lain dari asam sitrat adalah asam 2-hidroksi 1,2,3 propanatrikarboksilat. Penentuan laju
korosi dilakukan dengan metode pengukuran tahanan polarisasi linier. Polarisasi terjadi
bila suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang mengandung
ion-ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari potensial korosi bebas dan selisih antara
keduanya.
2. Penyajian Data
Analisis dengan menggunakan Energy Dispersive Analys X-ray (EDAX) Analisis
aluminium dengan menggunakan energy dispersive analys x–ray (EDAX) bahwa
kemurniannya 100 %, disajikan pada Gambar 1. Aluminium telah banyak digunakan
pada industri – industri, sehingga perlu diadakan perlakuan khusus terhadap medium
tempat bekerjanya aluminium untuk meningkatkan ketahanan korosinya terhadap
lingkungan yang ada, yaitu dengan inhibitor (Megvid,2003).

Uji Korosi dengan menggunakanTahanan Polarisasi Linier Hasil analisis uji


korosi dilakukan dengan menggunakan tahanan polarisasi linier (Gambar 2), aluminium
dimasukkan ke dalam larutan medium 1 % NaCl 0,1 M HCl, lalu dimasukkan inhibitor
60 ppm natrium sitrat pH 3 dan temperatur 250C.
diperoleh efisiensi inhibisi ( IE ) sebesar :

x 100%

x 100%

IE = 82,80 %

Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi sebesar 82,80 %, berarti natrium
sitrat dapat digunakan sebagai inhibitor pada aluminium murni.

Analisis dengan menggunakan Spektrometri Infra Red (FTIR) Analisis


spektrometri FTIR reflaktan digunakan untuk membandingkan gugus fungsi yang terjadi
sebelum dan sesudah inhibisi. Spektrum spektrometri FTIR Alumina (Al2O3) digunakan
sebagai pembanding, ditunjukkan pada Gambar 4. berikut dan data bilangan gelombang,
bentuk pita, intensitas dan gugus terkait. Data spektrum spektrometri FTIR dari alumina
(Al2O3) menunjukkan bahwa pita serapan pada daerah bilangan gelombang 33501670
cm-1 diduga merupakan serapan untuk gugus OH- yang terikat pada Al2O3. Pita serapan
di daerah bilangan gelombang 1200-950 cm-1 diduga merupakan serapan gugus AlO-.
Data spektrum spektrometri FTIR (bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas
dan gugus terkait yang mungkin dari Al2O3)

Bilangan gelombang (cm-1)


Bentuk pita Intensitas Gugus terkait yang mungkin
3350-1670 1600-1300 1350-1200 1000-700
Melebar Tajam Tajam Tajam
Kuat Lemah Sedang Sedang
OH AlO- νC=O O-K

Mekanisme Inhibisi Aluminium dengan Garam-garam Natrium dari Anion


Ampifilik Sitrat Mekanisme inhibisi aluminium dengan inhibitor natrium sitrat.

1. Mekanisme korosi aluminium sbb: 2 Al (s) + 6 HCl (aq )  2 AlCl3(aq) + 3


H2(g) 2 AlCl3 (ag)  2 Al 3+ + 6 Cl – 2 Al 3+ + 6 OH - 
2 Al(OH)3 2 Al(OH)3  Al2O3 + 3 H2O 3 H2O  3 OH
- + 3/2 H2

2. Mekanisme inhibisi aluminium dengan inhibitor natrium, kalsium sitrat dan


stearat sbb: Setelah aluminium terkorosi maka disuntikkan dengan menggunakan
natrium dan kalsium sitrat atau stearat, hal ini mengakibatkan aluminium teradsorpsi di
permukaan.
Analisis dengan menggunakan Spetrometri Ultra Violet (UV) Analisis derngan
spektrometri UV, inhibitor natrium sitrat dengan medium 1 % NaCl 0,1 M HCl λmax
226,5 nm tanpa aluminium, dapat dilihat pada Gambar 11. Pengukuran dengan
menggunakan spektrometri UV, aluminium dengan inhibitor natrium sitrat dengan
medium 1 % NaCl 0,1 M HCl λmax 227,0 nm.
Analisis dengan menggunakan Mikroskop Optik (MO) Analisis permukaan
aluminium sebelum dan setelah disuntikkan inhibitor dengan menggunakan Mikroskop
Optik (MO). Korosi sumuran dapat terjadi pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan udara lembab, umumnya logam yang memiliki lapisan pasif dan tanpa
keberadaan inhibitor.
BAB III
PEMBAHASAN

Proses korosi pada logam adalah peristiwa spontan yang berlangsung bersamaan dengan
adanya elektron yang mengalir di dalam logam dari bagian yang berfungsi sebagai anoda
kebagian logam yang bertindak sebagai katoda. Dengan demikian, korosi pada logam merupakan
proses elektrokimia. Bentuk korosi yang umum terjadi pada aluminium adalah korosi sumuran.
Korosi sumuran dapat terjadi pada permukaan logam yang kontak langsung dengan udara
lembab, umumnya dengan logam yang memiliki lapisan tipis oksida. Karena hal-hal tersebut di
atas, pada berbagai proses di industri logam-logam perlu mendapat perlakuan khusus untuk
meningkatkan ketahanan korosinya terhadap lingkungannya; yaitu dengan penambahan inhibitor
korosi. Inhibitor korosi merupakan bahan aditif pada fluida yang dapat memperlambat laju
korosi. Natrium sitrat adalah inhibitor anodik yang merupakan senyawa organik ampifilik yaitu
garam organik yang anionnya mempunyai gugus polar dan gugus non polar. Natrium benzoat
dan natrium tartrat adalah garam ampifilik yang keduanya dikenal sebagai zat aditif makanan /
minuman, keduanya dapat berperan sebagai inhibitor pada korosi aluminium. Temuan ini sangat
menarik dan membuka wawasan untuk mencoba Natrium Sitrat sebagai inhibitor korosi pada
aluminium, yang ramah lingkungan mengingat garam benzoat pada kadar yang tinggi merusak
lingkungan.
BAB IV

PENUTUP

Efisiensi inhibisi menggunakan tahanan polarisasi linier yaitu : natrium sitrat 82,80 %, .
Laju korosi setelah penambahan inhibitor untuk menginhibisi aluminium dengan menggunakan
natrium sitrat sebesar 2,11 μm pertahun . Analisis spektrometri FTIR reflaktan menunjukkan
bahwa aluminium dengan inhibitor : natrium sitrat pada spektrum 3350-1670 cm-1 (gugus OH-
pada Al2O3), 1600-1300 cm-1 (gugus AlO-), 1350-1200 cm-1 (gugus C = O), 1000-700 cm-1
(gugus O-K); . Perhitungan dari data kromatografi KCKT diperoleh masing-masing inhibitor
yang teradsorpsi pada permukaan aluminium sebesar : 0,0220 mol natrium sitrat, untuk tiap 1 g
serbuk aluminium 100 mesh. Perhitungan dari data spektrometri UV diperoleh masing-masing
inhibitor yang teradsorpsi pada permukaan aluminium sebesar masing-masing sebesar: 0,0375
mol natrium sitrat untuk tiap 1 g serbuk aluminium 100 mesh. Analisis mikroskopi MO
menunjukkan bahwa dengan penambahan inhibitor.

Anda mungkin juga menyukai