Anda di halaman 1dari 39

MODUL TEKNOLOGI PEMISAHAN

“ION EXCHANGE (KATION)”


Untuk memenuhi tugas dari Bu Elok Widayanti, S.Si., M.Si

Disusun oleh kelompok 5 :


Oleh Kelompok 5 :

Kiki Widyas Margareva (P17120183055)

Dinna Retnaning Pawarti (P17120183078)

Deta Yovana Pangestuti (P17120183084)

D-III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyusun Modul “ION EXCHANGE (KATION)” sebagai tugas mata kuliah Teknologi
Pemisahan serta selesai pada waktunya tanpa ada hambatan yang berarti.

Selain itu kami juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bu Elok Widayanti, S.Si., M.Si, sebagai dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Pemisahan yang telah membimbing dan memberikan tugas ini kepada kami sehinga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
2. Teman- teman D-III Anafarma kelas 2B yang telah bekerjasama dengan memberikan
ide- idenya sehingga sangat mendukung kami dalam penyususnan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, Agustus 2019

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ion Exchange (Kation) ...............................................................................3
2.2 Resin Penukar Ion ......................................................................................3
2.3 Mekanisme Pertukaran Ion .........................................................................9
2.4 Kolom Penukar Ion.......................................................................................10
2.5 Aplikasi Ion Exchange dalam kehidupan......................................................16
PRAKTIKUM.........................................................................................................19

BAB III PENUTUP


3.1 Ringkasan..................................................................................................
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu
permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini
dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan
dengan molekul-molekul bersifat polar.
Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki
muatan berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada permukaan
tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya dengan
molekul lain yang berada dalam air yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
diikat. Dengan demikian maka proses pertukaran dapat terjadi. Media yang dapat
melakukan proses pertukaran seperti ini diantaranya adalah Zeolit (baik alami atau
buatan) dan resin. Resin dapat dibagi menjadi 2 :
1. Resin Penukar Kation adalah Ion positif yang dipertukarkan
2. Resin Penukar Anion adalah Ion negatif yang dipertukarkan
Bahan penukar ion merupakan suatu struktur organik atau anorganik yang berupa
gugus-gugus fungsional berpori. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah gugus
fungsional persatuan massa resin.Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang
mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kationmempunyai gugus fungsi asam, seperti
asam sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi basa, seperti amina. Resin
penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus fungsi asam kuat, asam lemah, dan
basa lemah.
Penukar ion reaksi, salah satu darikelas reaksi kimia antara dua senyawa (masing-
masing terdiri dari spesies dibebankan positif dan negatif disebut ion) yang melibatkan
pertukaran satu atau lebih komponen ionik. Ion adalah atom, atau kelompok atom, yang
menanggung positif atau negatif muatan listrik. Dalam berpasangan atau kelipatan lain
mereka membentuk substansi bahan kristal, termasuk garam meja. Ketika seperti 2 zat
ionik dilarutkan dalam air, ion-ion dibebaskan untuk batas yang cukup dari pembatasan
yang menahan mereka dalam array larutan dengan kebebasan relatif. Bahan tidak larut
tertentu bantalan muatan positif atau negatif pada permukaan mereka bereaksi dengan
ion solusi untuk menghilangkan berbagai ion selektif, menggantinya dengan ion dari
4
jenis lainnya. Proses tersebut disebut pertukaran ion reaksi. Mereka digunakan dalam
berbagai cara untuk menghilangkan ion dari larutan dan untuk memisahkan ion dari
berbagai jenis dari satu sama lain. Pemisahan tersebut secara luas digunakan di
laboratorium ilmiah untuk efek pemurnian dan untuk membantu dalam analisis campuran
yang tidak diketahui. Ion exchanger bahan seperti zeolit juga digunakan secara komersial
untuk memurnikan air (antara penggunaan lainnya) dan medis untuk melayani sebagai
ginjal buatan dan untuk tujuan lain.

II. RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud ion exchange kation?
b. Apa itu resin penukar ion?
c. Bagaimana mekanisme pertukaran kation?
d. Apa itu kolom penukar ion?
e. Bagaimaana aplikasi pertukaran ion dalam kehidupan?

III. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud ion exchange kation
b. Untuk mengetahui apa itu resin penukar ion
c. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pertukaran kation
d. Untuk mengetahui apa itu kolom penukar ion
e. Untuk mengetahui bagaimaana aplikasi pertukaran ion dalam kehidupan

5
BAB II
PEMBAHASAN

I. ION EXCHANGE (KATION)


Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu
permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini
dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan dengan
molekul-molekul bersifat polar.
Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki muatan
berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada permukaan tersebut. Pada
kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya dengan molekul lain yang berada
dalam air yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk diikat.
Prinsip dari resin penukar ion adalah adanya penukaran ion positif atau ion negative
tertentu secara spesifik dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam
jumlah ekivalen yang sama, dan jumlah muatan yang diserap = muatan yang dilepas agar resin
tetap stabil. Jika resin tersebut dapat menukar anion maka resin disebut resin penukar anion.
Sebaliknya jika resin dapat menukar kation maka resin tersebut adalah resin penukar kation.

II. RESIN PENUKAR ION

Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan
jenis ion / muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 :
1. Resin Penukar Kation adalah Ion positif yang dipertukarkan

6
2. Resin Penukar Anion adalah Ion negatif yang dipertukarkan
Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam
fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan
padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama
operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh
resin jenuh dengan ion yang diserap.
Resin penukar ion sering digunakan untuk menghilangkan kesadahan dalam air. Air yang
banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”. Kesadahan
air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
1. Kesadahan sementara , disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO3-) dan bikarbonat
(HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
2. Kesadahan tetap, disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl-) dan sulfat (SO42-)
dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan dengan
memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu matriks polimer
organik, yang paling lazim di antaranya ialah polisterina hubungan silang yang di atas digunakan
sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai derajat hubungan silang. Suatu resin umum
yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %.
Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm,
meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat
dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat
kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada
suhu diatas 150oC (Underwood, 1989).
Resin yang umum digunakan dalam percobaan adalah resin Amberjet 1200 Na dengan
matriksnya adalah Styrene-Divinyl Benzene Copolymers Sebagai zat penukar ion , resin
memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Kemampuan menggelembung (swelling)


 Kapasitas penukaran ion
 Adanya selektivitas dalam penukaran ion

7
Gambar Struktur Polystyrene Penukar kation asam kuat

2.1 Syarat Resin Penukar Ion

Saat suatu larutan dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam larutan
akan terserap ke resin penukar ion dan resin akan menukarnya dengan ion lain dalam kesetaraan
ekivalen. Dengan kondisi tersebut maka jenis ion yang diikat dan dilepas dapat diatur. Sebagai
media penukar ion, suatu senyawa resin penukar ion perlu mimiliki syarat sebagai berikut:

a. Kapasitas penukar ion total harus tinggi. Resin harus dapat memiliki kemampuan penukar
ion yang tinggi sehingga tidak cepat jenuh.
b. Kelarutan yang rendah. Kelarutan yang rendah suatu resin dalam larutan dapat membuat
resin untuk digunakan secara berulang kali. Resin biasanya bekerja dalam cairan yang
mempunyai sifat melarutkan, oleh karena itu resin harus tahan terhadap cairan yang bersifat
melarutkan. Contohnya seperti air.
c. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja para rentang pH yang cukup
luas dan tahan terhadap cairan yang bersifat asam dan basa. Dan tahan juga terhadap
oksidasi dan radiasi, artinya dapat berjalan normal saat kondisi oksidasi dan radiasi.
d. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin harus bias tahan terhadap gesekan dari luar sehingga
tidak mengganggu proses penukaran ion.

2.2 Sifat Resin Penukar Ion

a. Kapasitas penukar ion


Kapasitas penukar ion yang dimaksud adalah jumlah pertukaran ion yang ada pada satu mol
resin. Dinyatakan dalam miliequivalent per gram (meq/gr) pada resin kering. Namun resin

8
yang digunakan selalu dalam keadaan basah sehingga kapasitas resin selalu kurang dari nilai
keadaan resin kering. Kapasitas pada keadaan basah ditentukan secara eksperimen dan pada
umumnya kapasitas yang dimiliki 65-70% dari kondisi kering.
b. Selektivitas
Merupakan sifat resin penukar ion yang menunjukkan adanya aktifitas pilihan atau seleksi
pada ion tertentu. Faktor yang mempengaruhi selektivitas resin:
 Besarnya muatan. Luas pertukaran meningkat dengan meningkatnya valensi pertukaran ion.
Contoh: Th4+ > Al3+ > Ca2+ > Na+
 Pada deret ion logam alkali yang memiliki muatan sama, luas pertukaran meningkat dengan
meningkatnya nomor atom . Contohnya: Cs+ > Rb+ > K+ > Na+ > Li+
 Jari-jari ion. Semakin kecil jari-jari suatu ion dengan muatan tertentu maka semakin kuat ion
tersebut akan diikat oleh resin.
c. Derajat Cross-linking
Derajat cross-linking menunjukkan hubungan persentase agent ikatan cross-linking. Derajat
ini mempengaruhi struktur dan ukuran pori-pori resin. Derajat cross-linking yang tinggi
membuat resin memiliki kapasitas penukaran ion yang tinggi pula. Selain kapasitas
penukaran, tingginnya derajat cross-linking membuat resin menjadi lebih selektif.
d. Porositas
Porositas adalah nilai yang menunjukkan ukuran pori-pori saluran kapiler. Ukuran saluran-
saluran ini biasanya tidak sama atau seragam. Porositas biasanya berbanding lurus dengan
derajat cross-linking walaupun ukuran saluran-saluran kapiler yang dimiliki tidak seragam.
Porositas juga mempengaruhi keselektifan dan kapasitas.
e. Kestabilan
Resin memiliki stabilitas yang dapat digunakan pada waktu yang lama dan tidak mudah
rusak saat regenerasi.

2.3 Jenis-jenis Resin Penukar Ion

Berdasarkan sifat anionik, resin penukar ion dibedakan atas dua jenis:

1. Resin alami
Umumnya yang digunakan adalah zeolit, yaitu mineral yang terdiri dari kristal alumino
silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi
Zeolit merupakan mineral yang banyak terdapat di dalam batuan yang merupakan lapisan
tanah sedimen yang terbentuk dari timbunan abu vulkano karena adanya letusan gunung berapi.
9
Terbentuknya di alam sangat bergantung pada lingkungan, umur batuan dan kedalaman dari
permukaan tanah, sehingga dapat terjadi zeolit yang jenisnya berlainan terdapat dalam batuan
yang sama.
Zeolit mempunyai sifat yang sangat khas, apabila mengalami dehidrasi, kristal zeolit akan
membentuk rongga yang dapat saling berhubungan dan membentuk 1-3 arah sehingga akan
terlihat seperti sangkar[1]. Struktur kristal yang unik ini membuat zeolit mempunyai kemampuan
sebagai absorben.
Karakteristik lainnya adalah dapat mempunyai kemampuan sebagai penukar ion secara
sangat selektif untuk ion cesium dan unsur radioaktif lainnya Zeolit merupakan kristal
aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga
dimensi. Kerangka dasar sturuktur zeolit terdiri dari unit tetrahedral AlO 2 dan SiO2 yang saling
berhubungan melalui atom O, sehingga zeolit mempunyai rumus empiris sebagai berikut x/n
Mn+[(AlO2)x (SiO2)y].zH2O. Komponen pertama M n+ adalah sumber kation yang dapat bergerak
bebas dan dapat dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh kation lain [2,3] ,
sehingga sangat baik bila digunakam sebagai bahan penukar ion.

2. Resin buatan atau sintesis


Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu
struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut.

Resin penukar ion ini dibuat melalui polimerisasi kondensasi phenol dengan formaldehid
yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam
kuat.Resin sintesis memiliki kapasitas ion exchange yang lebih besar dari resin alami baik dari

10
segi penukaran kation maupun anion. Biasanya resin sintesis terdiri dari polimerasi material
organik syrene dan DVB (divinylbenzene).

Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu :

1. resin penukar kation asam kuat


2. resin penukar kation asam lemah
3. resin penukar anion basa kuat, dan
4. resin penukar anion basa lemah
Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), phosphonat
(R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R menyatakan resin. Gugus
fungsi pada resin penukar ion asam kuat adalah asam kuatseperti sulfonat, phosphonat, atau
phenolat, dan gugus fungsi pada resin penukar asam lemah adalah karboksilat.
Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-NH2,
sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR'3/tipe I, R-
R'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH3. Resin anion yang
mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar anion basa kuat dan resin
penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain ammonium kuartener.

a. Resin penukar kation asam kuat


Resin penukar kation asam kuat fungsinya mengubah asam netral menjadi asam yang
sesuai. R-SO3H biasanya merupakan resin penukar kation yang kuat. Bila resin yang
digunakan merupakan resin tipe asam kuat dengan ion H+, reaksi kimianya adalah:
RSO3H + NaCl RSO3Na + HCl
NaCl + R-SO3 HCl + R-SO32- + Na+
Reaksi diatas digunakan untuk pemisahan garam dan membedakan antara resin kation asam
kuat dan kation asam lemah. Ion Na+ dan H+ merupakan jenis penukar ion. Ion H+
memindahkan seluruh kation yang terdapat dalam air. Jika digunakan siklus ion Na + air
akan dilunakan dan akan mengganti ion logam Fe2+ dan Mg2+ dalam air. Proses regenerasi
resin untuk siklus H dapat digunakan asam kuat HCl atau H2SO4. Reaksinya:
2 R-SO3Na+ + H2SO4 R-SO3H + Na2SO4
2 R-SO3Na+ + HCl 2 R-SO3Na+ + NaCl

11
b. Resin penukar kation asam lemah
Resin penukar kation asam lemah fungsinya untuk menukar kation-kation yang
berhubungan dengan alkalinitas yang tidak dapat menguraikan garam. Pada peristiwa
penukar ion-ion akan dihasilkan asam karbonat berarti ada asam yang lebih lemah.
Reaksinya:
R-COOH + NaHCO3 RCOONa + H2CO3
Regenerasi resin akan digunakan dengan menggunakan asam yang lebih kuat daripada
gugus fungsi resin. Reaksinya:
RCOONa + HCl RCOOH + NaCl

Betikut tabel resin yang biasa digunakan

III. MEKANISME PERTUKARAN KATION


Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion
adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh
mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak
terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion).

Berikut adalah tahap-tahap penukaran ion:

12
1) Disosiasi senyawa terlarut yang memiliki ion yang diinginkan untuk dipertukarkan
2) Difusi ion dari fasa curah (bulk phase) menuju lapisan interfasa. Tahap ini sangat
dipengaruhi oleh pengadukan atau turbulensi di fasa curahnya.
3) Difusi ion hasil disosiasi melalui lapisan interfasa menuju ke permukaan resin. Tahap ini
tidak lagi dipengaruhi turbulensi, perpindahan masa bergantung pada pergerakan ion.
4) Difusi ion ke dalam pori pori resin. Tahap ini dipengaruhi oleh sifat dari resin dan
ionnya.
5) Interaksi ion dengan gugus fungsional pada resin, sehingga ion dari fasa curah terikat di
resin
6) Resin melepaskan counter ion (seperti H+ pada resin penukar kation)
7) Difusi counter ion yang berasal dari dalam resin ke permukaan resin.
8) Difusi counter ion melalui lapisan tipis interfasa ke fasa curah larutan
9) Difusi dan distribusi counter ion dari resin kedalam larutan fasa curah
10) Counter ion berikatan dengan ion di dalam larutan

IV. KOLOM PENUKAR ION

Kriteria desain kolom penukar ion:


a. Kedalaman resin 2,0-8,5 ft;
b. Laju alir larutan 1-8 gpm/ft2;
c. Ukuran diameter butiran (0,1-1) mm;
d. Tingkat kolom harus memungkinkan terjadinya ekspansi resin selama backwash, tinggi
maksimum kolom ± 12 ft;
13
e. Selama backwash, zeolit berekspansi 25% dari kedalamannya sedangkan resin sintetis
akan mengembang 75-100% dari kedalamannya semula;
f. Bila tinggi kolom yang dikehendaki besar dari 12 ft, digunakan 2 buah kolom. Salah satu
jenis kolom ialah pra pabrikan kolom silinder baja dengan tinggi kolom 12 ft dan diameter
3 inchi.

Cara Kerja kolom penukar ion:

a. Start Up
Tujuan:
1) Mengatur laju alir air dari komponen yang memasuki kolom.
2) Mengatur jumlah resin dalam kolom yang akan digunakan

Prinsip:

Start-Up adalah proses pengaturan jumlah resin yang digunakan dan mengatur laju alir
umpan yang akan memasuki kolom. Jumlah resin di dalam kolom akan mempengaruhi jumlah
ion yang dapat dipertukarkan. Lalu llaju alir diatur agar aliran dapat pertukaran ion dapat merata
sepanjang kolom. Aliran jg tidak boleh terlalu cepat agar saat proses backwash resin terbawa
bersama aliran. Aliran yang semakin lambat akan membuat pertukaran ion semakin baik.

Resin

b. Service
Tujuan:
1) Menukar ion-ion dari larutan yang dialirkan ke dalam kolom

14
2) Mengurangi kesadahan air yang diakibatkan ada ion Ca an Mg

Prinsip:

Service merupakan proses pertukaran ion antara resin dan air sadah berlangsung. Reaksi
penukaran ion yang terjadi biasanya digambarkan dengan kurva breakthrough. Lalu hasil kluaran
kolom ditampung sejumlah volumenya lalu dititrasi dengan EDTA menggunakan indicator EBT
dan NH4Cl. Hasil titrasi akan menunjukkan sisa ion air sadah selama penukaran ion. Proses
service ini dilakukan hingga resin menjadi jenuh dan tidak bias menukar ion air sadah yang
melewati kolom resin tersebut. Hal ini ditandakan jumlah volume EDTA yang digunakan saat
titrasi sudah konstan.

Kurva Breakthrough

Kurva Breakthrough menujukkan konsentrasi ion logam yang tidak teradsorp dengan konsentrasi
ion logam mula-mula. Berikut contoh kurvanya:

15
c. Backwash
Tujuan:
1) Menghilangkan padatan dan gas yang terdapat pda resin.
2) Memisahkan atau merenggangkan resin-resin yang menggumpal
3) Mengatur aliran distribusi resin agar kembali seragam.

Prinsip:

Proses backwash dilakukan setelah service selesai. Pada proses backwash merupakan
bagian dari proses regenerasi resin penukar ion yang telah jenuh selama proses service. Proses
backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air dari bagian dasar kolom menuju atas kolom.
Aliran yang naik melalui kolom akan mengangkat dan membuat resin terekspansi. Lalu partikel-
partikel yang terakumulasi terbawa oleh aliran dan terbuang.

Resin yang terekspansi akibat aliran backwash juga menyebabkan resin yang berukuran
besar berada dibawah kolom dan resin yang berukuran lebih kecil berada pada atas kolom, hal
ini dapat memudahkan distribusi ion saat proses regenerasi atau service.

Proses backwash dilakukan selama 10 menit atau aliran backwash sudah jernih. Kecepatan
aliran backwash juga harus bias mengekspansi 50% atau lebih dari tinggi resin awal sebelum di
backwash. Aliran saat backwash tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Bila aliran terlalu tinggi
dapat membuat semua resin terbawa ke arus pembuangan. Sebaliknya bila aliran resin terlalu
rendah dapat membuat resin tidak terekspansi dan membuat ditribusi ion saat regenerasi
terganggu.

16
d. Regenerasi
Tujuan:
1) Mengembalikan ion-ion pada resin yang tertukar selama proses service agar resin dapat
digunakan kembali saat proses service.

Prinsip:

Tahap regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan regenerant melalui kolom


melewati resin. Selama proses regenerasi resin akan menangkap ion-ion pada larutan regenerant
tersebut dan melepas ion-ion yang terikat sebelumnya saat proses service. Setelah itu proses
service dapat dilakukan kembali.

Kurva Regenerasi Resin

17
e. Rinsing
Tujuan:
1) Mencuci sisa regeneran yang tersisa pada kolom resin.

Prinsip:

Proses rinsing merupakan tahapan terakhir dari serangkaian proses regenerasi resin. Proses
rinsing dilakukan dengan cara mengalirkan air demin melewati kolom berisi resin dari atas
kolom menuju dasar kolom. Lalu air keluaran kolom di cek pH nya untuk memastikan resin
sudah bisa digunakan kembali. Bila pH sudah mendekati 7 maka sudah tidak ada ion garam yang
terperangkap dalam resin.

Terdapat dua macam rinsing:

 Rinsing lambat
Rinsing lambat dilakukan untuk mencuci sisa-sisa ion selama proses pembilasan dan
mengeluarkan renegerant yang berlebih selama proses regenerasi.
 Rinsing cepat
Rinsing cepat dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa regeneran berlebih setelah proses
rinsing lambat dan memastikan laju alir sudah optimum sebelum proses service
dilakukan kembali.

18
V. APLIKASI ION EXCHANGE
Pada umumnya pertukaran ion digunakan untuk menghilangkan beberapa senyawa organik,
misalnya pada suatu proses kimia di industri akan dihilangkan senyawa organik yang memiliki bau,
warna, dan rasa.

 Ekstraksi protein
 Pemurnian Air
 Produksi air kemurnian tinggi
 Pemisahan Logam
 Katalisis
 Gula Manufactur
 Farmasi
 Desalinasi
 Demineralisasi
 Deklorisasi
Pada proses ekstraksi protein, resin ion exchange dikemas ke dalam sebuah
wadah kolom, dan diisi dengan larutan penyetimbang (equilibration buffer). Larutan
penyetimbang ini mengisi sela-sela kosong antara butiran resin serta menyelimuti
permukaan pori tiap-tiap butirannya. Kekuatan ion dan pH larutan penyetimbang
dijaga pada angka khusus, sehingga pada saat sampel campuran dimasukan ke dalam
kolom resin, hanya ion-ion molekul protein sasaran yang terikat oleh molekul resin.
Pengontrolan nilai pH ini sangat penting karena molekul-molekul protein tersusun
atas ion-ion asam amino yang kekuatan muatannya sangat bergantung terhadap pH
lingkungannya (perhatikan kurva berikut).

Kurva Pengaruh pH Lingkungan Terhadap Muatan Permukaan Protein


(Sumber)
19
Contoh penggunaan ion exchange lain yaitu pada proses softening (pelunakan)
air dan juga demineralisasi air. Proses softening air adalah proses menghilangkan zat-
zat kimia pengeras air yakni ion kalsium dan magnesium. Sedangkan proses
demineralisasi adalah proses menghilangkan seluruh kandungan ion-ion mineral yang
terlarut di dalam air.

Pertukaran Kation Pada Proses Softening Air


(Sumber)

Jika R adalah senyawa resin, maka reaksi pertukaran ion kalsium yang terjadi pada
proses softening air adalah sebagai berikut:
2 RNa + Ca++ → R2Ca + 2 Na+
Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan
kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation.
Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion sodium (Na +), dan karena ion
molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan
magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium
ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan magnesium ke molekul resin.

20
Pertukaran Ion Pada Proses Demineralisasi Air
(Sumber)

Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian,


molekul resin berikatan dengan ion H+ dan OH-. Pada saat air melewati gugusan resin,
akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air karena molekul
resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul daripada ion
H+ dan OH-. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul ion resin, ion mineral
positif, dan ion mineral negatif, maka reaksi ion exchange yang terjadi pada proses
demineralisasi air yakni sebagai berikut:
2 R-H + K2+ → R2K + 2 H+
2 R-OH + A2- → R2A + 2 OH-

21
Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses demineralisasi air, resin akan
mengikat ion-ion mineral dan melepas ion-ion H+ dan OH-. Selanjutnya ion-ion
tersebut akan salin berikatan untuk membentuk molekul H2O baru.
H+ + OH- → H2O
Pada tiap proses pertukaran ion, dilakukan regenerasi resin jika resin sudah
jenuh. Jenuh berarti keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion-ion
sasaran. Pada proses softening air, resin dikatakan jenih jika keseluruhan molekul
resin telah berikatan dengan ion kalsium atau magnesium. Jenuhnya resin ditandai
dengan air output dari kolom resin masih mengandung ion-ion kalsium dan
magnesium.
Untuk melakukan regenerasi, pada proses softening air dibutuhkan larutan garam
NaCl pekat yang dialirkan melewati resin. Larutan NaCl ini biasanya 1000 kali lebih
pekat dari larutan NaCl biasa.
R2Ca + 2 NaCl → 2 RNa + CaCl2
Sedangkan pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti
H2SO4 dan juga larutan basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin
demineralisasi air.

22
PRAKTIKUM

I. Tujuan
1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin
penukar kation
2. Menentukan afisisensi resin penukar kation

II. Dasar Teori


Ion exchange atau penukaran ion merupakan salah satu metoda yang paling sering digunakan
untuk mengurangi kandungan mineral dalam air. Media yang umum dipakai berupa resin alam
atau sintesis. Pada saat operasi, air dikontakkan dengan resin penukar ion. Ion yang terkandung
dalam air akan terserap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam
kesetaraan ekuivalen. Dengan melihat kondisi tersebut, makan kita dapat mengatur jenis ion
yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi
syarat- syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang
tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan. Sehingga dapat digunakan berulang-
ulang. Resin akan bekerja dengan cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena resin
harus tahan terhadap air.
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerj pada rentang pH yang luas,
serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatik cairan, dan tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu struktur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang
terikat pada kerangka organik. Biasanya resin berupa butiran-butiran yang transparan dan
menyerap air.

PENUKAR KATION
Untuk resin penukar ion (ion exchange) proses adsorpsi sebenarnya merupakan suatu reaksi
kimia dimana suatu ion dibebaskan dari resin sedangkan ion lain diadsorpsi seperti pada
persamaan reaksi dibawah. Sebagian besar resin kation terbuat dari bahan dasar DVB
(divinibenzena) dengan gugus aktif sulfonat seperti ditunjukkan pada gambar-4 dibawah:
23
2Na-R + Ca2+ Ca-R2 + 2Na+
2H-R + Ca2+ Ca-R2 + 2H+
Dimana Na-R adalah bentuk garam natrium dari resin penukar kation dan H-R adalah
bentuk asam dari resin itu. Perhatikanlah bahwa reaksi itu dapat dibalik (reversibel). Misalnya
Na-R dapat diperoleh dari Ca-R2 dengan jalan menambah ion Na+ yang berlebihan

Resin buatan lainnya dapat dibuat dengan cara kondensasi sifat penukar anion (atau dapat
mengadsorpsi asam) menurut reaksi berikut
R-X + HCl R-X + HCl
Dengan R-X adalah resin penukar anion. Kapasitas adsorpsi dari suatu resin bervariasi dari kira-
kira 4 sampai 9 mili-exivalen asam per gram resin kering. Bila resin itu jenuh, dapat
diperbaharui (diregenerasi) dengan cara sebagai berikut.
R-X . HCl + Na2CO3 NaCl + NaHCO3R-X
Kalau air mengalir melalui kolom-kolom dari resin penukaran kation (R-H) dan resin penukar
anion maka akan diperoleh air bebas ion yang sama kualitasnya dengan air suling. Jenis Penukar
ion (Ion Exchanger). Ada dua macam resin penukar ion, yaitu:
1. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin yang mempunyai kemampuan
menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus
amin aktif. Misalnya

24
R-NH2 : amina primer
R-R1NH : amina sekunder
R-R21N : amina tersier
R-R3NOH : amina kuartener
Dalam notasi diatas R menunjukkan polimer hidrokarbon dan R1 menunjukkan gugus tertentu
misalnya CH2.
2. Kation exchange resin (resin penukar kation), yaitu resin yang mempunyai kemampuan
menyerap/menukar kation-kation seperti Ca2+, Mg2+, Na+ dan sebagainya yang ada di
dalam air, contoh:
 Hidrogen Zeolith (H2Z)
Resin organik yang mempunyai gugus aktif SO 3H(R.SO3H)
Sulfonated coalPada resin penukar kation, misalnya R.SO3H, gugus aktif SO3 mempunyai
daya afinitas yang lebih besar terhadap kation- kation lain bila dibandingkan dengan H+.
Tetapi sebaliknya dapat pula terjadi pada regenerasi. Hal ini mungkin dapat terjadi kalau
konsentrasi H+
dalam larutan sangat tinggi. Reaksi :
Ca Ca 2HCl
Mg + 2 R.SO3H Mg (RSO3)2+
Na Na H2SO4
Apabila H+ pada R.SO3H telah digantikan semua oleh kation- kation atau dengan perkataan lain
bahwa resin itu sudah jenuh,maka resin itu tidak aktif lagi. Sehingga harus diaktifkan lagi
dengan cara regenerasi. Sebagai regenerasi dapat dipakai HCl (konsentrasi 1-10%).
Lamanya waktu regenerasi bermacam-macam, tetapi pada umumnya berlangsung minimal
30 menit atau sesuai spesifikasi pembuat. Setelah tahap regenerasi maka perlu dilakukan
pembilasan terhadap resin. Pembilasan yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu pembilasan
awal dan pembilasan akhir. Pembilasan awal dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa
regeneran yang masih menempel pada resin. Pembilasan akhir dilakukan untuk menghilangkan
kemungkinan garam yang terbentuk.

KESELEKTIFAN REAKSI PENUKAR ION


Pada Kation:
Untuk ion yang bermuatan satu, penyerapan resin semakin kuat bila ukuran ion yang terhidratasi
makin kecil. Misal :
25
Li+ < H+ < Na+ < NH4+ < K+ < Rb+ <Cs+
Untuk ion yang bermuatan dua, penyerapan resin ditentukan oleh ukuran ion dan
ketidaksempurnaan dissoasiasi garam ion-ion tersebut. Misal :
Ba2+ < Mn2+ < Mg2+ = Zn2+ <Cu2+ = Ni2+ <Co2+ <Ca2+ <Si2+<Pb2+ < Ba2+
Penyerapan resin juga ditentukan oleh afinitas kation yang bersangkutan.

PROSES PERCOBAAN PERTUKARAN ION DENGAN ZEOLIT


Air sadah yang dialirkan melalui kolom zeolit akan mengalami pertukaran ion-ion, ion
Ca dan ion Mg dalam air sadah ditukar dengan ion Na dalam zeolit. Hal tersebut berlangsung
terus menerus sampai suatu saat ion Na dalam Zeolit sudah habis ditukar dengan ion Ca dan Mg
dari dalam air, pada keadaan ini zeolit tersebut dinamakan telah jenuh yang berarti zeolit tidak
mampulai melakukan pertukaran ion. Agar dapat kembali aktif, Zeolit yang telah jenuh harus di
regenerasi dengan cara mengalirkan larutan garam dapur (NaCl 10-25%) ke dalam unggun
zeolit yang telah jenuh tersebut. Pada proses regenerasi ini akan terjadi pertukaran ion Na dari
dalam larutan garam, masuk ke dalam zeolit untuk menggantikan ion Ca dan Mg dari dalam
zeolit. Adapun reaksi yang terjadi pada saat proses pelunakan air sadah berlangsung adalah
sebagai berikut :
Na2Z + Ca2+ CaZ
+ 2Na+
Sedangkan reaksi yang terjadi pada saat proses regenerasi
berlangsung adalah sebagai berikut:
CaZ + 2NaCl Na2Z
+ CaCl
MgZ + 2NaCl Na2Z
+
MgCl
Pemisahan penukaran ion pada asasnya ialah pemisahan ion - ion berdasarkan pada
perbedaan muatan. Kumpulan muatan negatif atau positif terikat secara kovalen pada resin untuk
membentuk penukar kation atau penukar anion. Bila molekul sampel bermuatan dibiarkan
bersentuhan dengan penukar ion yang mempunyai muatan berlawanan, ia akan terjerap oleh
daya elektrostatik dan spesies dengan muatan yang sama akan terelusi. Prinsip dasar pemisahan
dengan kromatografi kolom penukar ion adalah perbedaan kecepatan migrasi ion-ion di dalam
kolom penukar ion. Proses pertukaran ion dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada

26
kolom penukar ion. Kemudian ion-ion yang terikat dalam resin dialiri eluen yang mampu
memberi kondisi keseimbangan yang berbeda. Keseimbangan yang berbeda ini mengakibatkan
kecepatan migrasi ion dalam kolom resin tidak sama.

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat
a) Tabung kolom berisi resin penukar kation
b) Pipet volume 10ml
c) Labu titrasi 250ml
d) Buret 50ml
e) Klem dan statif
f) Beaker glass 100ml
g) Gelas ukur 100ml
h) Botol semprot
3.2 Bahan
a) HCL 6M
b) NaOH 0,1M
c) Buffer amonia
d) Indikator EBT
e) Resin penukar ion
f) Resin penukar kation
g) EDTA 0,1M
h) Indikator asam basa
i) KCN padat

IV. Prosedur Kerja


4.1 Penyiapan kolom (Regenerasi resin)
1. Tuangkan 25ml HCL 6M dalam kolom resin penukar kation
2. Tampung larutan yang keluar dari kolom
3. Bilas tabung kolom dengan aquades hingga pH netral

27
4. Cek keasaman resin dari tabung kolom hingga mendekati pH netral

4.2 Penentuan jumlah total mgrek H+ dan ion-ion logam (Na+, Mg2+, Zn2+)
1. Masukkan 5 ml sampel dalam tabung kolom
2. Bilas dengan aquadest 25 ml 6 kali
3. Tampung hasil bilasan dalam erlenmeyer 250ml
4. Teteskan indikator asam basa phenolphtalein
5. Titrasi dengan 0,1M NaOH

4.3 Penentuan konsentrasi H+ dalam sampel


1. Masukkan 5ml sampel dalam erlenmeyer
2. Teteskan indikator asam basa phenolphtalein
3. Tambahkan 75ml aquadest
4. Titrasi dengan 0,1M NaOH
5. Lakukan perc obaan dua kali

4.4 Penentuan konsentrasi Mg2+, Zn2+


1. Masukkan 5ml sampel dalam erlenmeyer
2. Tambahkan NaOH 0,1M dengan volume sama seperti pada percobaan Penentuan
jumlah total mgrek H+
3. tambahkan 5ml buffer ammonia dan indikator EBT
4. tittrasi dengan EDTA 0,1M

4.5 Penentuan konsentrasi ion Mg2+


1. masukkan 5ml sampel dalam erlenmeyer
2. Tambahkan NaOH 0,1M dengan volume sama seperti pada percobaan Penentuan
jumlah total mgrek H+
3. Tambahkan 5ml buffer amonia
4. Tambahkan 1gr KCN padat dan indikator EBT
5. Titrasi dengan EDTA 0,1M

28
V. Data Pengamatan
Volume Titran
Volume
NO Yang dicari Sampel NaOH 0,1M EDTA 0,1M
sampel (ml)
(ml) (ml)

29
PRAKTIKUM II
RESIN PENUKAR ION

I. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode penukar ion
2. Menentukan kapasitas resin penukar ion

II. Dasar Teori

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang
mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang mengandung ion-
ion yang dapat dipertukarkan . Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi
menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation,
mengandung kation yang dapat dipertukarkan. sedang resin penukar anion, mengandung anion
yang dapat yang dapat dipertukarkan (Lestari,2007).
Penukar ion adalah pertukaran ion-ion secara reversible antara cairan dan padatan.
Pertukaran ion antar fasa yang berlangsung pada permukaan padatan tersebut merupakan proses
penyerapan yang menyerupai proses penyerapan. Dalam pengolahan air, penukar ion dapat
digunakan dalam pelunakan air, demine-ralisasi atau “recovery” ion-ion metal yang terdapat di
dalam air. Bahan penukar ion merupakan suatu struktur organik/anorganik yang berupa gugus-
gugus fungsional berpori. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah gugus fungsional per-
satuan massa resin. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang dapat mempertukarkan
ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat mempertukarkan ion-ion negatif.
Resin kation mempunyai gugus fungsi asam, seperti sulfonat, sementara resin anion mempunyai
gugus fungsi basa, seperti Amina. Resin penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus
fungsi asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan dengan
memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu matriks polimer
organik, yang paling lazim di antaranya ialah polisterina hubungan silang yang di atas digunakan
sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai derajat hubungan silang. Suatu resin umum
yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %.
Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm,
meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).

30
Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion
dalam analisis laboratorium di mana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari
suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H + diganti oleh suatu Na+. Pertukaran
ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh
mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak
terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion). Pada umumnya senyawa yang
digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa
polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah
larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas
150°C (Underwood, 1989).
Resin dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai silang,
sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik untuk memungkinkan
difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur dan berguna. Selain itu, resin juga
harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan harus stabil
kimiawi dan resin yang sedang mengembang, harus lebih besar rapatannya daripada air (Harjadi,
1993).
Prinsip-prinsip dasar dari pertukaran ion telah banyak menetapkan penelitian-penelitian
dalam sistem air, serta menghasilkan penetapan-penetapan yang berguna. Namun lingkup dari
pertukaran ion telah diperluas selama sekitar dekade terakhir ini, dengan menggunakan baik
sistem pelarut organik, maupun sistem pelarut campuran air-organik. Pelarut-pelarut organik
yang umum digunakan adalah senyawaan-senyawaan akso dari tipe alkohol, keton dan
karboksilat yang umumnya mempunyai tetapan dielektrik dibawah 40 (Svehla, 1985).
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat: mereka
hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung ion-ion katif dan
ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain dalam larutan yang
mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut.
Penukaran ion bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa
suatu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion
aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa anion-anion
dalam penukar anion (Bassett, 1994).

31
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai ke bentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah
jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam
miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai banyaknya
ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan sebagai
banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran yang dapat
teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom dan tidak
tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion, komposisi
larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990).

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain corong pisah, kolom resin, erlenmeyer 50
ml, neraca analitik, buret 25 ml, pipet tetes, klem dan statif, botol semprot, corong kaca, dan
gelas ukur 100 ml.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam perobaan ini antara lain resin penukar kation dan anion, larutan
Na2SO4 0,25 M, NaOH 0,1 N, indikator PP, aquades, larutan AgNO3 0,1 M, larutan NaNO3,
indikator K2CrO4 dan kapas.

IV. Prosedur Kerja

4.1 Resin penukar kation


1. Siapkan kolom resin penukar ion
2. Tambahkan ke dalam kolom 1 gram resin penukar kation yang telah ditimbang
sebelumnya
3. Tuangkan air suling ke dalam kolom untuk melindungi resin dengan permukaan air tetap
1 cm di atas permukaan resin
4. Tambahkan 50 ml Na2SO4 0,25 M melalui corong pisah di atas kolom dengan kecepatan
penetapan 2 ml/detik atau ± 1 tetes/2 detik
5. Tampung efluen dalam erlenmeyer
32
6. Titrasi efluen dengan larutan standar NaOH 0,1 M dengan indikator PP sampai terjadi
perubahan warna menjadi merah
7. hitung kapasitas resin penukar ionnya.

4.2 Resin penukar anion


1. Siapkan kolom resin penukar ion
2. Tambahkan ke dalam kolom 1 gram resin penukar anion yang telah ditimbang
sebelumnya
3. Tuangkan air suling ke dalam kolom untuk melindungi resin dengan permukaan air tetap
1 cm di atas permukaan resin
4. Tambahkan 50 ml NaNO3 melalui corong pisah di atas kolom dengan kecepatan
penetapan 2 ml/detik atau ± 1 tetes/2 detik
5. Tampung efluen dalam erlenmeyer
6. Titrasi efluen denganlarutan standar AgNO3 0,1 M dengan larutan indikator K2CrO4
7. Hitung kapasitas resin penukar ionnya

V. Data Pengamatan

No Perlakuan/Jenis Resin Titran Volume titran

1. Resin Penukar Kation NaOH 0,1M

2. Ressin Penukar Anion AgNO3

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Ringkasan
Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu
permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini
dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan dengan
molekul-molekul bersifat polar. Prinsip dari resin penukar ion adalah adanya penukaran ion
positif atau ion negative tertentu secara spesifik dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam
larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama, dan jumlah muatan yang diserap = muatan
yang dilepas agar resin tetap stabil. Jika resin tersebut dapat menukar anion maka resin disebut
resin penukar anion. Sebaliknya jika resin dapat menukar kation maka resin tersebut adalah resin
penukar kation.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif)
tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Syarat Resin Penukar Ion
adalah kapasitas penukar ion total harus tinggi, kelarutan yang rendah, kestabilan kimia yang
tinggi, kestabilan fisik yang tinggi. Sifat Resin Penukar Ion adalah kapasitas penukar ion,
selektivitas, derajat Cross-linking, porositas, dan stabil. Berdasarkan jenis gugus fungsi yang
digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : resin penukar kation
asam kuat, resin penukar kation asam lemah, resin penukar anion basa kuat, dan resin penukar
anion basa lemah. Keselektifan reaksi penukar ion pada kation:
Untuk ion yang bermuatan satu, penyerapan resin semakin kuat bila ukuran ion yang terhidratasi
makin kecil. Misal :
Li+ < H+ < Na+ < NH4+ < K+ < Rb+ <Cs+
Untuk ion yang bermuatan dua, penyerapan resin ditentukan oleh ukuran ion dan
ketidaksempurnaan dissoasiasi garam ion-ion tersebut. Misal :
Ba2+ < Mn2+ < Mg2+ = Zn2+ <Cu2+ = Ni2+ <Co2+ <Ca2+ <Si2+<Pb2+ < Ba2+
Penyerapan resin juga ditentukan oleh afinitas kation yang bersangkutan.
Pada umumnya pertukaran ion digunakan untuk menghilangkan beberapa senyawa organik,
misalnya pada suatu proses kimia di industri akan dihilangkan senyawa organik yang memiliki bau,
warna, dan rasa.Contohnya ekstraksi protein, pemurnian air, produksi air kemurnian tinggi,
pemisahan logam, katalisis, gula manufactur, farmasi, desalinasi, demineralisasi, deklorisasi

34
3.2 Saran
Pembaca bisa membaca literatur atau buku buku lain jika sekiranya penjelasan diatas
kurang jelas

35
SOAL

1. a. 2Na-R + Ca2+ Ca-R2 + 2Na+

b. R-COOH + NaHCO3 RCOONa + H2CO3

c. 2 R-SO3Na+ + H2SO4 R-SO3H + Na2SO4

d. 2 R-SO3Na+ + HCl 2 R-SO3Na+ + NaCl


e. 2H-R + Ca2+ Ca-R2 + 2H+
Yang merupakan pertukaran kation adalah......

A. a,b,c, dan d

B. b,c,d

C. a,c,d dan e

D. a,b,c,d,e

E. a dan b

2. Keselektivan penukaran ion pada kation untuk ion yang bermuatan satu, penyerapan resin
semakin kuat bila ukuran ion yang terhidratasi makin kecil
1. Li+
2. NH4+
3. Rb+
4. Na+
5. Cs+
6. K+
7. H+
Urutan yang benar dari yang terkecil ke terbesar adalah...

A. 1,7,5,6,3,2,4

B. 7,1,2,3,4,6,5

C. 1,7,4,2,6,3,5

D. 7,1,5,6,4,3,2

E. 7,1,4,6,5,2,3
36
3. Pada tahap pertukaran ion, difusi ion dari fasa curah (bulk phase) menuju lapisan interfasa.
Tahap ini sangat dipengaruhi oleh.....
A. Pengadukan atau turbulensi di fasa curahnya.
B. Perpindahan masa
C. Pergerakan ion.
D. Pori pori resin.
E. Sifat resin dan ionnya

4. Sebagai media penukar ion, suatu senyawa resin penukar ion perlu mimiliki syarat sebagai
berikut, kecuali...

a. Kapasitas penukar ion total harus tinggi

b. Pertukaran ion cepat

c. Kelarutan yang rendah

d.Kestabilan kimia tinggi

e. Kestabilan fisik tinggi

5. Apa tujuan dari regenerasi resin penukar ion?

A. Mengatur aliran distribusi resin agar kembali seragam

B. Menukar ion-ion dari larutan yang dialirkan ke dalam kolom

C. Mencuci sisa regeneran yang tersisa pada kolom resin

D. Menghilangkan padatan dan gas yang terdapat pda resin

E. Mengembalikan ion-ion pada resin yang tertukar selama proses service agar resin dapat
digunakan kembali saat proses service.

37
Kunci Jawaban

1. D
2. C
3. A
4. B
5. E

38
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Kedokteran EGC.

Jakarta.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Lakraimi, M., Legrouri, A., Barroug, A., de Roy, A., and Besse, J. P., 2000,Preparation of a new
stablehybrid material by chloride/2.4-dichlorophenoxyacetate ion exchange into the zinc-
aluminiumchloridelayered double hydroxide, Journal of Materials Chemistry, 10, 1007-
1011

Lestari , D. E . Utomo, S. B. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion Pada Sistem Air

Bebas Mineral (GCA01) RSG-GAS. Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN. Banten.

Polling, C. 1986. Ilmu Kimia. Erlangga. Jakarta.

Setiadi. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air.Balai Pustaka :Bandung


Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. PT Kalman Media
Pusaka. Jakarta.

Tony, Bird. 1987. Penuntun Prkatikum Kimia Fisika untuk Universitas.Gramedia: Jakarta

Underwood, A.L., dan Day R. A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga.

Jakarta.

Utoro, Yahya dkk. 1979. Kimia Fisika Teori dan Praktikum. LaboratoriumKimia Fisika FMIPA-

UGM: Yogyakarta.

Wahono.2007.Resin Penukar Ion.Balai Pustaka : Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai