Anda di halaman 1dari 19

REAKSI KIMIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

TRISNA YULINA 4183131039


WINDA FOURTHELINA SIANTURI 4183131024
YASMIN NURUL FATHONAH 4183131036
WENNY WIDIANTI 4184531001

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA D 2018


MATA KULIAH : KIMIA ANORGANIK NONLOGAM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kesehatan dan kesempatan. Sehingga tugas makalah ini selesai
pada waktunya. Didalam makalah ini kami menjelaskan mengenai rekasi kimia,
yaitu mulai dari reaksi penggabungan, rekasi penguraian, reaksi pendesakan,
reaksi pertukaran pasangan, reaksi asam basa, dan reaksi redoks.
Penulis menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam tugas ini masih
banyak terdapat kekurangannya baik menyangkut isi maupun penulisan,
kekurangan- kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan
keterbatasan pengetahuan maupun kemampuan penulis sendiri. Hanya dengan
kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran dan
kritik yang konstruktif kekurangan-kekurangan tersebut dapat diminimalisir
sedemikian mungkin sehingga tugas ini dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi pembaca.
Dengan kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih
kepada dosen pembimbing Dasar-Dasar Kimia Anorganik Nonlogam.
Demikianlah, mudah-mudahan tugas ini memberikan manfaat kepada kita.
Terima kasih.

Medan, Maret 2020


Penulis

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
5.1 Pendahuluan..............................................................................................3
5.2 Reaksi Penggabungan................................................................................3
5.3 Reaksi Penguraian.....................................................................................3
5.4 Reaksi Pendesakan....................................................................................4
5.5 Reaksi Pertukaran Pasangan......................................................................5
5.6 Reaksi Asam-Basa.....................................................................................5
5.7 Reaksi Redoks...........................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antar senyawa kimia yang
melibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses
ikatan dimana senyawa pereaksi beraksi menghasilkan senyawa baru. Reaksi
kimia banyak dimanfaatkan untuk memproduksi senyawa-senyawa kimia
yang tidak terdapat secara alami di bumi. Misalnya pembuatan kristal silikon
dan senyawa-senyawa yang bermanfaat lainnya.
Reaksi kimia juga merupakan transformasi dalam struktur molekul. Reaksi
ini bisa menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih
besar, pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil
serta penata ulangan atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu
melibatkan terbentuk atau terputusnya ikatan kimia. Beberapa hal yang
menandai terjadinya suatu reaksi kimia, diantaranya terjadi perubahan warna,
endapan, timbulnya gas, dan terjadinya perubahan suhu. Pada reaksi kimia ada
yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat. Reaksi kimia
yang berlangsung lambat misalnya, pembentukan minyak bumi, besi berkarat
dan lain-lain, sedangkan yang berlangsung cepat misalnya ledakan, reaksi
oksidasi dan lain-lain. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh
suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalisator.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis rekasi kimia?
2. Apa itu reaksi penggabungan dan penguraian?
3. Apa yang dimaksud dengan reaksi pendesakkan?
4. Apa yang dimaksud dengan reaksi pertukaran?
5. Bagaimana proses reaksi asam basa dan redoks terjadi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis reaksi kimia.
2. Untuk mengetahui tentang reaksi penggabungan dan penguraian.

1
3. Untuk mengetahui tentang rekasi pendesakan.
4. Untuk mengetahui tentang reaksi pertukaran.
5. Untuk mengetahui proses reaksi asam basa dan reaksi redoks.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari maklah ini yaitu untuk menambah pengetahuan pembaca
dan penulis mengenai reaksi-reaksi kimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
5. Reaksi Kimia
5.1 Pendahuluan
Jika atom-atom dan molekul-molekul bergabung lagi membentuk zat lain,
para ahli kimia memakai istilah persamaan reaksi untuk melukiskan terjadinya
perubahan kimia. Persamaan reaksi melukiskan berbagai macam rumus
molekul senyawa yang terlibat. Mempelajari rumus kimia ialah sangat penting
sebagai aspek kimia deskriptif yang menyangkut misalnya perihal zat-zat
mana saja yang dapat berekasi satu dengan yang lain, tipe reaksi yang mana
yang mungkin terjadi pada reaktan-reaktan tertentu dan produk seperti apa
yang mungkin di peroleh dan sebagainya. Untuk itu persamaan reaksi dapat
dipelajari secara sistematis berdasarkan pendekatan kualitatif hingga
klasifikasinya dapat ditentukan dan hasilnya dapat diramalkan. Ada cara
klasifikasi yang paling umum dan sederhana untuk reaksi senyawa-senyawa
“anorganik” sehingga menghasilkan berbagai tipe reaksi, antara lain adalah
reaksi kombinasi, reaksi dekomposisi, reaksi pendesakan dan reaksi
pertukaran pasangan. Klasifikasi ini tanpa memperhatikan adanya perubahan
bilangan oksidasi atom atau ion yang terlibat. Klasifikasi lain yang
berdasarkan ada tidaknya perubahan bilangan oksidasi menghasilkan dua jenis
reaksi yaitu reaksi redoks dan rekasi non-redoks. Reaksi-reaksi yang
dibicarakan umum berlaku dalam pelarut air (aqua).
5.2 Reaksi Penggabungan
Reaksi penggabungan atau kombinasi melukiskan reaksi antara dua atau
lebih reaktan membentuk satu jenis produk. Hal ini biasanya dapat terjadi
karena sifat reaktivitas yang tinggi dari reaktan yang bersangkutan. Sebagai
contoh adalah logam natrium dan gas klorin yang keduanya sangat reaktif bila
saling kontak akan membentuk Kristal putih baru yaitu garam dapur bahkan
sering disertai ledakan, menurut persamaan rekasi:
Na(s) + Cℓ2 (g) → 2NaCℓ(s)
Logam, putih gas, kuning-hijau Kristal Putih

5.3 Reaksi Penguraian

3
Sebagai lawan penggabungan adalah penguraian atau dekomposisi. Jadi,
dalam peristiwa kimia ini suatu senyawa terurai menjadi bagian-bagian
produk yang lebih sederhana. Biasanya, energy panas membantu kelancaran
proses dekomposisi ini. Sebagai contoh yaitu pemanasan raksa(II) oksida yang
berwarna merah akan menghasilkan cairan logam air raksa bebas dan evolusi
gas oksigen. Demikian juga pemanasan garam-garam asam karbonat akan
mengakibatkan dekomposisi yang disertai dengan evolusi gas karbondioksida.
Menurut persamaan reaksi:
2HgO(S) → 2Hg(ℓ) + O2(g)
Serbuk merah cairan putih-perak gas tidak berwarna
5.4 Reaksi Pendesakan
Bilasuatu atom unsur, misalnya A relatif lebih reaktif dibanding dengan atom
unsur lain, B, maka dapat diramalkan bahwa kedudukan atom B dalam
senyawanya misalnya BC, dapat didesak dan diganti oleh atom unsur A.
Contoh :
Fe(s) + 2HCl(aq) FeCl2(aq) + H2(g)
2K(s) + FeSO4(aq) K2SO4(aq) + Fe(s)
2Na(s) + 2H2O(l) 2NaOH(aq) + H2(g)
Kereaktifan logam telah berhasil disusun menurut deret Nernst; deret ini yang
disusun semakin berkurang reaktivitasnya adalah :
Li, K, Ba, Sr, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Ni, Sn, Pb, H, Sb, Cu, Hg,
Ag, Pd, Pt, Au.
Pada reaksi-reaksi pendesakan berikut menghasilkan gas H2(g) :
a) Li-Pb dengan asam non oksidator, dan garam yang diperoleh
mempunyai bilangan oksidasi rendah dari logam yang bersangkutan;
namun bila dengan asam oksidator diperoleh garam dengan bilangan
oksidasi tinggi dari logam yang bersangkutan dan tidak membebaskan
H2.
b) Li-Na dengan H2O(l), dan menghasilkan basa.
c) Li-Fe dengan uap air panas, dan menghasilkan basa.
Pada b) dan c) bila basa yang diperoleh tidak stabil, akan mengalami
dekomposisi termal menjadi oksidanya, misalnya :

4
Mg(s) + H2O(g) uappanas MgO(s) + H2(g)
Pada suhu tinggi, reaksi oksida logam-logam Fe-Cu dengan H2(g),
membebaskan logam-logam yang bersangkutan, misalnya :
NiO(s) + H2(g) H2O(g) + Ni(s)

5.5 Reaksi Pertukaran Pasangan


Interaksi antara dua senyawa sering dapat menghasilkan senyawa-senyawa
baru dengan saling menukarkan pasangan menurut model persamaan reaksi :
AC + BD AD + BC
Dengan A, B, C dan D mungkin spesies monoatomik atau pun poliatomik.
Dalam banyak hal, kedua senyawa reaktan biasanya larut dalam air atau ionik,
dan hasilnya biasanya lebih bersifat molecular, atau meninggalkan media
larutan sebagai endapan (s), atau gas (g), sebagaimana ditunjukkan oleh
berbagai contoh berikut :
KOH(aq) + HCl(aq) KCl(aq) + H2O(l)
basa-ionik asam-ionik garam-ionik air-molekular

BaCl2(aq)+ K2CrO4(aq) BaCrO4(s) + 2KCl(aq)


padatan-kuning

Na2CO3(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + H2O(l) + CO2(g)

Untuk senyawa-senyawa ionik dalam larutan, persamaan reaksi yang ditulis


biasanya hanya persamaan reaksi ionnya saja yaitu hanya ion-ion yang terlibat
dalam perubahan menjadi endapan, atau gas, atau molecular; wujud padatan
tidak ditulis dalam bentuk ionnya. Sebagai contoh adalah :

BaCl2(aq) + K2CrO4(aq) BaCrO4(s) + 2KCl(aq)


atau Ba2+(aq) + CrO42-(aq) BaCrO4(s)

5.6 Reaksi Asam-Basa


Cara lain memandang klasifikasi suatu reksi adalah berdasarkan sifat
asam-basa spesies yang bersangkutan, dan dengan demiklan menunjuk pada

5
reaksi asam-basa. Ternyata dalam banyak hal,reaksi asam basa merupakan
reaksi penggabungan dan reaksl pertukaran pasangan sebagaimana
ditunjukkan oleh beberapa contoh berikut Ini.
SO3(g)+H2O(l)H2SO4
HCl(g)+NH3(g)NH4Cl(s)
KOH(aq)+HCl(aq)KCl(aq)+H2O(l)
Jenis-jenis reaksi tersebut berdasarkan pada bagaimana produk diperoleh. Tipe
lain berdasarkan ada tidaknya perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi yang
bersangkutan atau ada tidaknya transfer elektron. Atas dasar ini,reaksi hanya
dibedakan dalam dua jenis yaitu reaksi redoks dan non-redoks. Reaksi non redoks
merupakan semua reaksi yang tidak mengalami oksidasi dan reduksi,dan yang
tidak pernah melibatkan unsur bebas sebagai pereaksi dan atau produknya, yaitu
tanpa melibatkan perubahan tingkat oksidasi (bilangan oksidasi).Contoh reaksi
non redoks sebagai berikut:
MgCl2+Na2SO4MgSO4+NaCl
CaCO3CaO+CO2
5.7 Reaksi Redoks
5.7.1 Bilangan Oksidasi
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) melibatkan adanya transfer electron,
dengan demikian terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi spesies
yang bersangkutan. Bilangan oksidasi secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai bilangan positif atau negatif yang menunjuk pada muatan suatu
spesies bila electron-elektron dianggap terdistribusi pada atom-atom menurut
aturan tertentu.
Aturan menentukan bilangan oksidasi:
1. Biloks unsur bebas adalah nol, contoh Ne, H2, O2, Cl2, Fe, dan Na.
2. Biloks ion monoatom sama dengan muatannya, contoh: Na+ = +1, Mg+2
= +2.
3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi suatu spesies poliatomik netral adalah
nol, contoh: Cu dan O dalam CuO adalah nol, dan suatu spesies ion
poliatomik sama dengan muatan ion yang bersangkutan, contoh atom O
dan H dalam OH- = -1.

6
4. Dalam suatu senyawa unsur yang lebih elektronegatif mempunyai
bilangan oksidasi negatif dan unsure yang lebih elektropositif
mempunyai bilangan oksidasi positif.
5. Untuk suatu senyawa yang dalam molekulnya tersusun lebih dari satu
atom yang sama, dikenal dengan adanya bilangan oksidasi rata-rata
maupun bilangan oksidasi individual bagi masing-masing atom
berdasarkan ikatannya, contohnya: H2O2 dimana dalam senyawa ini
biloks O= -1.
5.7.2 Persamaan Reaksi Redoks
Reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen atau pelepasan hydrogen
atau pelepasan elektron, atau reaksi penaikkan bilangan oksidasi. Reaksi
reduksi adalah reaksi pelepasan oksiegn atau pengikatan hydrogen, atau
pengikatan elektron, atau reaksi penurunan bilangan oksidasi, contohnya:
Cu(s) + 2Ag+(aq) → Cu2+(aq) + 2Ag(s)
Reaksi redoks ini sering dinyatakan dengan penulisan setengah rekasi secara
terpisah, pelepasan elektron sebagai oksidasi, dan penangkapan elektron
sebagai reduksi.
Oksidasi : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Reduksi : 2Ag+(aq) + 2e → 2Ag(s)
Walaupun setengah reaksi tersebut sesungguhnya tidak pernah ada dalam arti
berdiri sendiri, namun pemahaman ini menjadi justru sangat penting dan
merupakan langkah awal untuk menyusun kelengkapan reaksi redoks secara
untuh termasuk penyetaraan koefisien rekasi yang bersangkutan. Contohnya
rekasi oksidasi larutan besi(II) menjadi besi (III) oleh larutan ungu
permanganate dalam suasana asam yang mengalami reduksi menjadi ion
mangan(II) yang tidak berwarna menurut kerangka persamaan rekasi yang
belum disetarakan:
Fe2+(aq) + MnO4-(aq) → Fe3+(aq) + Mn2+(aq)
Untuk menyelesaikan persamaan redoks tersebut diperlukan beberapa
langkah sebagai berikut:
1. Mengenali dua setengah reaksi, dalam hal ini kenaikan bilangan oksidasi
besi dan penurunan bilangan oksidasi mangan, sehingga diperoleh:

7
Oksidasi : Fe2+(aq) → Fe3+(aq)
Reduksi :MnO4-(aq) → Mn2+(aq)
2. Menyetarakan jenis atom yang langsung terlibat dalam redoks.
3. Menyetarakan jumlah atom-atom yang lain. Perlu melibatkan molekul
H2O maupun H3O+ (atau H+) dalam suasana asam, pada pihak yang
kekurangan atom O ditambah molekul H2O sebanyak kekurangannya dan
pada pihak yang kekurangan atom H ditambahkan ion H+ ( atau H3O+)
sebanyak kekurangannya. Dalam basa pada pihak yang kelebihan atom O
ditambahkan molekul H2O sebanyak kelebihannya dan apada pihak
lawannya ditambahkan ion OH-.
Untuk reaksi reduksi pada contoh:
Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) → Mn2+(aq) + 4H2O(l)
4. Langkah selanjutnya adalah menyetarakan muatan listrik, pada contoh
yaitu dengan melibatkan pelepasan satu elektron untuk reaksi oksidasi dan
penangkapan lima elektron untuk reaksi reduksi:
Oksidasi : Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e
Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e → Mn2+ + 4H2O(l)
5. langkah terakhir adalah menyetarakan jumlah elektron yang dilepas pada
setengah reaksi oksidasi dengan jumlah elektron yang ditangkap pada
setengah reaksi reduksi, selanjutnya menjumlahkan kedua persamaan
setengah reaksi tersebut menjadi satu persamaan redoks.
Oksidasi : {Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e} 5x
Reduksi :{MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e → Mn2+(aq) + 4H2O(l)} 1x
+
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5Fe2+(aq) → Mn2+(aq) + 5Fe3+(aq) + 4H2O(l)

5.7.3 Aspek Kuantitatif Setengah Reaksi


a. Potensial Reduksi
Daya oksidasi-reduksi suatu spesies dapat dibandingkan relative satu sama
lain, dan untuk itu dipakai setengah reaksi standar , biasanya yaitu ion
hydrogen (1 mol L-1); ion hydrogen tereduksi menjadi gas dihidrogen (dengan
tekanan 100kPa pada permukaan platina hitam) dan setengah reaksi ini diberi
nilai potensial reduksi standar, Eo = 0,00 V menurut persamaan reaksi:

8
2H+(aq) + 2e → H2(g) Eo = 0,00 V
Atas dasar ini, nilai potensial reduksi setengah reaksi dapat ditentukan.
Agar reaksi redoks berjalan spontan maka jumlah potensial reduksi standar
kedua setengah reaksi yang bersangkutan harus berharga positif, berikut
adalah potensial reduksi standard dua setengah reaksi reduksi, contohnya:
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) Eo = +0,34 V
2Ag+(aq) + 2e → 2Ag(s) Eo = +0,80 V
Reaksi redoks yang mungkin adalah reduksi Ag + oleh logam Cu atau
oksidasi logam Cu oleh ion Ag+, dan bukan sebaliknya, dengan persamaan
redoks berikut:
2Ag+(aq) + 2e → 2Ag(s) Eo = +0,80 V
Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e Eo = -0,34 V
+
2Ag+(aq) + Cu(s) → Ag(s) + Cu2+(aq) Eo = +0,46 V
Nilai potensial rekasi redoks yang terjadi dikatakan sebagai potensial sel
yang melukiskas perbedaan valtase antara dua electrode yang sering disebut
sebagai electromotive force (emf) sel, Esel. Jadi jika suatu sel dibangun oleh
Cu(s)|Cu2+(aq) || Ag+(aq)|Ag(s), maka sel ini mempunyai nilai potensial standar,
Eosel, sebesar +0,46 V. Cara penulisan lambing sel ini adalah anode||katode; ||
adalah jembatan garampenghubung, | adalah tanda pembatas fase yang
berbeda, jika fasenya sama dipisahkan dengan tanda koma. Anode tersusun
oleh electrode diikuti elektrolitnya, dan katode tersusun oleh elektrolit diikuti
elektrodenya.
5.7.4 Sel Konsentrasi
Sel konsentrasi adalah suatu sel yang dapat disusun dari dua setengah-sel
yang terdiri atas bahan yang sama tetapi berbeda konsentrasinya. Variasi nilai
potensial terhadap konsentrasi dinyatakan dalam bentuk persamaan Nernst
sebagai berikut:
RT [ produk ] 0 , 0591V [ produk ]
E = Eo - ln atau E = Eo – log
nF [reaktan] n [reaktan ]
-1 -1
dengan R adalah tetapan gas ideal (8,31 V C mol K ), T adalah temperature
(Kelvin), n adalah jumlah mol electron yang terlibat menurut persamaan
redoks yang bersangkutan, F adalah tetapan Faraday (9,65 x 104 C mol-1), dan
Eo adalah potensial reduksi kondisi standar (1 mol L-1 untuk larutan dan
tekanan 100 kPa untuk gas).
Menurut azas Le Chaterlier, kecenderungan reduksi suatu oksidan akan
naik dengan naiknya konsentrasi oksidan yang bersangkutan. Oleh karena itu,

9
oksidasi akan berlangsung pada bagian setengah-sel encer dan reduksi
berlangsung pada bagian setengah-sel pekat.
5.7.5 Diagram Latimer (Potensial Reduksi)
Dikenalkan oleh Wendell Latimer, yang kemudia disebut diagram
Latimer. Manfaat diagram tersebut adalah untuk meramalkan kekuatan daya
oksidasi reduksi suatu pasangan spesies berdasarkan besarnya potensial
standarnya.
5.7.6 Diagram Frost (Tingkat Oksidasi)
Diagram Frost melukiskan energy bebas relatif, daripada potensial
electrode, sebagai sumbu vertical dan tingkat oksidasi sebagai sumbu
horizontal. Energy bebas dalam hal ini biasanya dinyatakan sebagai besaran
∆Go/F atau –nEo (dengan satuan V mol e)dan agar konsisten setiap unsure
dengan tingkat oksidasi nol mempunyai energy bebas nol dan energy bebas
spesies dihitung dari arah unsurnya.
5.7.7 Penerapan Reaksi Redoks
Reaksi redoks tidak hanya sebagai reaksi biasa, namun juga kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pada baterai dan proses korosi. Baterai
adalah suatu sel elektrokimia atau beberapa sel elektrokimia yang dipasang
secara seri sehingga dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada
voltase konstan. Beberapa contoh baterai adalah:
1) baterai sel kering, tanpa komponen cairan, yang umum yaitu sel
Leclanché, banyak digunakan pada radio dan senter. Sel anode terdiri dari
kaleng zink yang bersinggungan dengan mangan dioksida (MnO 2) dan
elektrolit; elektrolit ini terdiri atas larutan ammonium klorida dan zink
klorida dalam air yang dicampur dengan pati kanji untuk diperoleh
semacam wujud pasta agar tidak mudah menimbulkan kebocoran. Katode
batang karbon dibenamkan ke dalam elektrolit pada posisi tengah-tengah
sel. Sel demikian ini menghasilkan voltase ⁓1,5V dan penyerdehanaan
reaksi sel yang terjadi adalah:
Anode : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e:
Katode : 2NH4+(aq) + 2 MnO2(s) → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + 2H2O(l)
+
+ 2+
Redoks : Zn(s) + 2Nh4 (aq) + 2MnO2(s) → Zn (aq) + Mn2O3(s)
+ 2NH3(aq) + 2H2O(l)
2) baterai merkuri (raksa) digunakan secara ekstensif dalam industry obat-
obatan dan elektronik dan lebih mahal daripada sel kering umumnya. Sel
merkuri dibungkus dari bahan stainless steel silindrik dan terdiri atas
anode zink amalgama yang bersinggungan dengan elektrolit alkalin
(KOH) yang berisi campuran zink (II) oksida dan raksa (II) oksida
berwujud pasta. Baterai merkuri memiliki nilai voltase yang relative tetap
(1,35 V) dari apada sel Leclanché. Selain itu baterai merkuri mempunyai
kapsitas yang lebih tinggi dan masa hidupnya lebih lama.

10
3) Baterai timbale sering dipakai pada kendaraan bermotor biasanya terdiri
atas enam sel identik yang dipasang secara seri. Tiap sel mempunyai
anode timbal dan katode timbal dioksida yang dikemas pada alat metal.
Baterai timbale dapat dimuati kembali (rechargeable), yaitu membalik
arah reaksi operasi normalnya dengan cara mengenakan voltase dari luar
melalui elektrodenya.
4) Baterai padatan litium, menggunakan elektrolit padatan bukan cairan atau
pasta sebagai penghubung kedua elektrodenya.
Korosi adalah kemerosotan atau kerusakan sifat logam oleh karena proses
elektrokimia yang biasanya berjalan lambat. Contoh yang paling umum
adalah kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksidanya. Proses
reaksinya:
Anode : {Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e} 2x
Katode : O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)
+
+ 2+
Redoks : 2Fe(s) + O2(g) + 4H (aq) → 2Fe (aq) + 2H2O(l)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
1. Jenis-jenis dari rekasi kima ada enam yaitu: reak penggabungan, reaksi
penguraian, reaksi pendesakkan, reaksi pertukaran, rekasi asam-basa, dan
rekasi redoks.
2. Reaksi penggabungan adalah reaksi antara dua atau lebih reaktan
membentuk satu jenis produk. Reaksi penguraian adalah mengurainya
suatu senyawa menjadi bagian-bagian produk yang lebih sederhana.
3. Reaksi pendesakkan yaitu reaksi pergantian dan pendesakkan suatu atom
berdasarkan tingkat kereaktifannya.
4. Reaksi pertukaran pasangan yaitu interaksi antara dua senyawa yang dapat
menghasilkan senyawa-senyawa baru dengan saling menukarkan pasangan
menurut model persamaan rekasi AC + BD → AD + BC
5. Reaksi asam basa terjadi melalui proses reaksi penggabungan dan rekasi
pertukaran pasangan sehingga menghasilkan senyawa baru. Reaksi redoks
terjadi melalui proses kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi yang
dapat dimengerti dengan mudah melalui setangah reaksi sel.
B. Saran
Sebaiknya pembaca menambah revensi lain untuk menambah wawasan
tentang rekasi kimia karena apa yang disajikan oleh pemakalah dalam
makalah ini belumlah sempurna dan lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyarto, K.H., Sutrisno, H, dan Retno D. Suyanti. (2013). Dasar-Dasar Kimia


Anorganik Nonlogam. Yogyakarta: UNY Press.

12
JAWABAN SOAL

5.2 Tuliskan setengah reaksi reduksi – oksidasi dalam suasana asam berikut ini
secara lengkap:
a. H2MoO4(aq)→ Mo3+ (aq)

13
Penyelesaian:

3e- + 6H+ + H2MoO4→ Mo3+ + 4H2O (REAKSI REDUKSI)

b. NH4+ (aq)→ NO3- (aq)

Penyelesaian:

3H2O + NH4+→ NO3- + 10H (REAKSI OKSIDASI)

Yang menjawab soal : Yasmin Nurul Fathonah

5.3 Tuliskan setengah reaksi reduksi / oksidasi dalam suasana basa berikut ini
secara lengkap :
a) S2-(aq)→ SO42-(aq)
b) N2H4(aq)→ N2(g)

Penyelesaian :

a) 8OH-(aq) + 4H2O(l) + S2-(aq)→ SO42-(aq) + 8H+(aq) + 8OH-(aq)


8OH-(aq) + 4H2O(l) + S2-(aq)→ SO42-(aq) + 8H2O(l)
8OH-(aq) + S2-(aq)→ SO42-(aq) + 4H2O(l) (Reaksi oksidasi)

b) 4OH-(aq) + N2H4(aq)→ N2(g) + 4H+(aq) + 4OH-(aq)


4OH-(aq)+N2H4(aq)→ N2(g)+ 4H2O(l)+4e (Reaksi oksidasi)

Yang menjawab :WenyWidianty

5.7 Untuk kedua setengah reaksi berikut :

Al3+(aq) +3e →Al(s) E°= -1,67 V

Au3+(aq) + 3e → Au(s) E°= +1,46 V

Identifikasisetengahreaksi mana yang akan menyediakan agen pengoksidasi dan


setengah reaksi mana yang akan meyediakan agen pereduksi.

Jawab:

Dik : Al3+(aq) +3e →Al(s) E°= -1,67 V

14
Au3+(aq) + 3e → Au(s) E°= +1,46 V

Dit : Oksidasi...?

Reduksi...?

Jawab :

Oksidasi : Al(s) →Al3+(aq) +3e E°= +1,67 V

Reduksi : Au3+(aq) + 3e→ Au(s) E°= +1,46 V


+

Redoks : Al(s)+Au3+(aq)→Al3+(aq)+Au(s) E°Sel = +3,13 V (spontan)

Karena reaksi ini berlangsung secara spontan maka 𝛥G berharga negatif.Oleh


karena

𝛥G = - nFE°,maka E° harus berharga positif pada reaksi oksidasi.

Yang menjawab: Trisna Yulina

5.9 Dari diagram potensial Latimer dalam suasana asam berikut


+1,82V +1,49V +1,59V +1,07V
BrO4- → BrO3- → HBrO → Br2 → Br-

a. Hitung potensial untuk setengha reaksi reduksi ion bromat, BrO3-, menjadi
bromin
b. Gambarkan diagram Frost untuk perubahan spesies tersebut kemudia
tentukan spesies mana yang tidak stabil terhadap sifat disproporsionasi,
spesies mana yang bersifat sebagai oksidator kuat, dan spesies mana yang
paling stabil terhadap sifat redoks.

Penyelesaian:

+1,49V +1,59V
BrO3- → HBrO → Br2

E3=…?

15
a. 2BrO3-(aq) + 12 H+(aq) + 10 e → Br2(l) + H2O(l)

E3 = n2E2 + n1E1 / n1+n2

E3 = 5(+1.59) + 6(1.49) / 5 + 6

E3 = (7.95 + 8.94)V/11

E3 = 16.89/11

E3 = +1,53 V

b. Spesies yang tidak stabil terhadap sifat disproporsionasi adalah: spesies yang
terletak pada kurva cekung yaitu BrO3-
Spesies yang bersifat sebagai oksidator kuat adalah: spesies yang berada di
posisi paling tinggi dan memiliki tingkat oksidasinya yaitu BrO4-
Spesies yang paling stabil terhadap sifat redoks yaitu: yaitu spesies yang
paling rendah energinya yaitu Br-

Yang menjawab Winda F. Sianturi

16

Anda mungkin juga menyukai