Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Kromatografi kertas termasuk kromatografi partisi dimana fase bergerak maupun fase diamnya
berupa zat cair. Kromatografi kertas ini dipakai untuk memisahkan zat warna dasar tinta, karena
diketahui warna tinta terdiri dari beberapa komponen warna penyusun. Kromatografi juga mempunyai arti
teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan migrasi, komponen-komponen yang
dipisahkan antara dua fase.
Pemisahan dengan cara kromatografi dibedakan dalam dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kromatografi ialah teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen yang dibedakan atas dua fase yaitu fase gerak dan fase diam.
Apabila dua fase tersebut tidak ada maka proses kromatografi tidak akan berjalan. Oleh karena itu pada
kromatografi selalu ada fase yaitu:
 Zat yang dianalisis merupakan fase mobile (bergerak)
 Fase stationer (diam) tempat dimana zat (sampel) bergerak.

Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan
pada sepotong kertas saring dan kemudian senyawa tersebut akan meluas membentuk noda membulat.
Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang berisi pelarut sebagai fase ferak.
Pelarut bergerak melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-komponen
dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah
bergerak sampai jarak yang cukup jauh atau setelah waktu yang ditentukan, maka kertas diambil dari
bejana dan kedudukan permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika
senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagi pita-pita atau noda-noda yang terpisah.
Jika senyawa-senyawa tak berwarna maka harus dideteksi dengan cara fisika atau secara kimia yakni
dengan menggunakan pereaksi atau juga dengan deteksi menggunakan sinar ultraviolet atau teknik
radiokimia (Sastrohamidjojo, 2002).

Metode yang digunakan untuk identifikasi suatu senyawa menggunakan teknik kromatografi
kertas adalah penghitungan Rf. Rf atau racing factor merupakan perbandingan antara jarak yang
ditempuh oleh senyawa yang diidentifikasi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut (solvent). Pada
tiap-tiap senyawa mempunyai nilai Rf yamg berbeda-beda dan hal inilah yang dijadikan dasar
pengidentifikasian suatu senyawa (Plummer, 1978).

Dalam melakukan teknik kromatografi kertas perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:

1. metode yang digunakan (penaikan, penurunan, atau mendatar)


2. macam kertas
3. pemilihan dan pembuatan pelarut (solvent)
4. penempatan cuplikan
5. metode deteksi dan identifikasi
(Plummer, 1978)

Macam kertas yang digunakan dalam teknik kromatografi kertas adalah kertas khusus, yaitu
kertas yang banyak mengandung selulosa.

Penggunaan pelarut untuk senyawa-senyawa organik dipilih senyawa-senyawa bersifat polar


agar lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat-zat cair organik. Dalam pemisahan asam-asam
amino sasngat baik digunakan campuran berupa n-buthanol, asam cuka dan air. Pelarut n-buthanol
sebenarnya bukan merupakan pelarut asam amino, akan tetapi bila dijenuhkan dengan air maka akan
menjadi pelarut asam amino yang baik. Penambahan asam cuka dan pemberian lebih banyak air akan
menjadikan kenaikan kelarutan asam-asam amino sehingga lebih mudah untuk berpisah
(Sastrohamidjojo, 2002)

Beberapa kelebihan menggunakan teknik kromatografi kertas dalam usaha pemisahan sekaligus
pengidentifikasian suatu senyawa adalah pertama merupakan metode pemisahan yang cepat dan
mudah serta menggunakan peralatan yang mudah dan sederhana. Kedua, hanya membutuhkan
campuran cuplikan yang sangat sedikit dan justru tidak menggunakan dalam jumlah yasng besar, dan
ketiga pekerjaan dapat diulang-ulang. Keuntungan lainnya adalah dengan menggunakan teknik
kromatografi kertas dalam menentukan suatu senyawa dapat digunakan berbagai cara antara lain
dengan penentuan Rf dimana spesifik untuk suatu senyawa (Kalthoff and Sandel, 1952).

Nilai Rf merupakan nilai perbandingan antara jarak yang ditempuh oleh solute (zat
terlarut) dengan jarak yang ditempuh solvent (pelarut).

Jarak yang ditempuh solute

Rf = ------------------------------------

Jarak yang ditempuh solvent

(perhitungan hasil praktikum)


Kertas yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas Whatmann no. 1 karena merupakan
kertas yang banyak mengandung selulosa (96 %), dan sangat efektif sebagai media perambatan asam
amino yang mempunyai berat molekul (BM) cukup besar sehingga asam amino tersebut dapat
merambat dengan baik. Kertas Whatmann termasuk media penyangga suatu larutan dengan kecepatan
perambatan sedang serta mempunyai ketebalan yang tipis, hal ini akan mempermudah pengamatan
walaupun jumlah asam amino yang diteteskan sangat sedikit.

Prinsip perambatan pada kertas adalah gaya kapiler dari kertas yaitu pada poro-porinya yang
besar sehingga molekul terutama yang dalam wujud cair dapat melewatinya. Fungsi kertas dalam
pemisahan terutama mempunyai pengaruh pada kecepata aliran pelarut. Efek-efek serapan disebabkan
oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil dan sejumlah gugus karboksil dari selulosa akan dapat
menaikkan efek-efek pertukaran ion.

Kemudian selama perlakuan dengan kertas Whatmann, diusahakan agar tidak ada kontak
langsung antara kulit dengan kertas atau kertas terlipat. Hal ini agar tidak terjadi penempelan asam
amino atau senyawa lain yang berasal dari tubuh kita, misal dari pengeluaran keringat sehingga
menyebabkan kontaminasi pada kertas.

Ada beberapa faktor yang deapat mempengaruhi jarak tempuh suatu senyawa pada
teknik kromatografi kertas ini, yaitu:

1. Pelarut
Karena pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi
pelarut dapat menyebabkan perubahan jarak tempuh suatu larutan.

2. Ukuran dari bejana


Volume bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer, jadi mempengaruhi kecepatan
penguapan komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi
perambatan lebih lama, lalu akan merubah koefisien partisi.

3. Suhu
Perubahan pada suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.

4. Kertas yang digunakan


Pengaruh utama kertas pada harga jarak tempuh larutan timbul dari perubahan ion dan serapan
yang berbeda untuk setiap kertas. Selain mempengaruhi kecepatan aliran, jenis kertas juga akan
memprngaruhi keseimbangan partisi.

5. Sifat dari campuran


Berbagai senyawa mwngalami diantara volume yang sama dari fase tetap dan fase bergerak akan
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lain dan akhirnya mempengaruhi
jauh dekat jarak yang ditempuhnya.

Polaritas dalam kromatografi memegang peranan sangat penting karena dalam kromatografi sifat
polaritas khususnya digunakan sebagai petunjuk sifat zat terlarut, adsorben, dan senyawa yang akan
dipisahkan. Air yang termasuk zat pelarut konfigurasi elektronnya dan geometri molekulnya dapat
menghasilkan dipol permanen yang sangat kuat. Oleh karena itu air dianggap memilki polaritas yang
sangat kuat. Senyawa lain yang memiliki atom oksigen seperti alcohol, keton, eter, dan ester memilki
dipol yang lemah dari pada air, oleh karena itu polaritasnya juga kecil. Oleh karena itu pula air lebih cepat
terserap oleh kertas saring daripada isopropyl alcohol sehingga pembentukan spot-spot noda lebih cepat
terbentuk pada fase gerak yang menggunakan air.
Akuades menghasilkan dipol permanen yang sangat kuat karena memilki polaritas yang sangat kuat
sehingga apabila dicelupkan tinta spidol biasa kedalamnya warna akan menghasilkan variasi warna
noda. Hal ini dikarenakan tinta spidol bersifat polar juga. Warna yang terbentuk dari hasil kromatografi
kertas dengan tinta hitam adalah ungu pudar, ungu tua, ungu violet, oranye, hijau tua, kuning, dan biru.
Tinta hitam tersusun oleh berbagai warna. Proses terbentuknya warna tersebut dimulai dari persiapan
membuat fase pendukung yang berupa kertas saring dengan ukuran 10x2 cm. pada ujung atas dan
bawah diberi jarak 1 cm dan ditandai dengan pensil. Setelah itu ditotolkan tinta yang akan diteliti pada
garis tepi bawah lalu celupkan pada akuades dan biarkan hingga terjadi elusi. Perhatikan juga bahwa
keadaan kertas saring harus lurus agar proses terjadi elusi tidak terganggu dan juga totolan tinta jangan
sampai tercelup ke dalam pelarut atau fase gerak, apabila sampai tercelup maka terjadinya elusi akan
dua arah, yatu ke atas dank e bawaj juga. Serta akan tercampur dengan pelarut, sehingga terjadi
kontaminasi dan praktek akan gagal.
Proses pada setiap praktikum sama, hanya diganti pelarut atau fase geraknya serta warna tintanya
sebagai perbandingan. Spot noda yang terbentuk dari tinta warna hitam dengan pelarut isopropyl alcohol
adalah biru muda dan ungu muda. Sedangkan untuk tinta warna merah dengan pelarut akuades spot
noda yang terbentuk berwarna ungu, merah muda dan kuning. Untuk tinta merah dengan pelarut
isopropyl alcohol spot noda yang terbentuk adalah merah muda dan ungu.
Dari hasil praktikum spot noda terbentuk kemudian diukur dari panjang masing-masing spot noda.
Dan Rf atau waktu tambat dapat diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah jarak yang
ditempuh komponen dan jarak yang ditempuh pelarut. Faktor ini didapat dari rumus harga Rf yaitu:
panjang jarak fase diam/panjang jarak fase gerak.
Dari hasil percobaan didapat harga Rf untuk pelarut akuades dengan tinta hitam harga Rf berturut-
turut adalah 0,375; 0,2125; 0,125; 0,1125; 0,05; 0,05; 0,0875 dan dengan tinta merah Rf berturut 0,6;
0,3375; 0,0625. Harga Rf untuk pelarut isopropyl alcohol dengan tinta hitam Rf berturut-turut adalah
0,0375; 0,1375; dan dengan tinta merah harga Rf berturut-turut adalah 0,5125; 0,225.
Prinsip dari kromatografi kertas yaitu berdasarkan perbedaan koefisien dari zat-zat terhadap dua
fase tetapi sebagai pendukung disini adalah kertas saring yang sifatnya kapiler. Pelarut yang sering
digunakan ialah pelarut yang cepat menyerap sehingga akan naik lebih cepat. Metode kromatografi
kertas ini digunakan karena peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti dan mahal. Dimana
hasil-hasil yang lain dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana. Jadi
dengan metode kromatografi kertas kita sudah dapat melakukan percobaan dengan hasil yang baik.

Day, R.A, Junior dan A.L. Underwood, 2006, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.
Basset, J., et al., 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI, Jakarta.

5.2  Pembahasan
 Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai penyerap
selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai
lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.
  Pada percobaan ini, diidentifikasi ion logam Pb, Ag dan Hg dari campurannya
menggunakan metode kromatografi kertas. Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu
tahap penotolan, pengembangan dan identifikasi. Di mana fase diamnya adalah air yang terikat
pada kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah larutan pengembang dari campuran air, n-
butanol dan etil asetoasetat pada perbandingan 15:75:10 serta asam asetat glasial secukupnya
sampai rentang pH 3,5 sampai 5. Rentang pH tersebut dimaksudkan jika larutannya terlalu asam
dikhawatirkan ion hidroksidanya akan mengendap yang akan mempengaruhi perambatan noda.
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman karena
mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat dan teratur.
Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat dari grafit yang tidak
larut dalam eluen sedangkan jika tinta pulpen maka tinta pulpen akan larut yang dapat
mengganggu penampakan noda. Penotolan sampel larutan standar logam nitrat (AgNO 3,
Pb(NO3)2 dan Hg(NO3)2) diusahakan tidak terlalu banyak karena akan mempengaruhi besar spot.
Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan noda karena nodanya dapat melebar
kesamping atau ke bawah.
Pada tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam larutan
pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan melarut
dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi. Kertas tidak boleh
menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan noda.
Selanjutnya wadah ditutup dengan tujuan untuk menjenuhkan udara di dalamnya
menggunakan uap pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan
pelarut. Komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan dan kertas dikeluarkan dari
wadah setelah pelarut hampir mencapai puncak lembaran kertas.
Untuk memperjelas penampakan noda, kertas tersebut disemprot dengan K 2CrO4. Larutan
kalium kromat dapat memperjelas penampakkan noda karena krom memiliki beberapa bilangan
oksidasi yang beragam dengan warna yang beragam pula. Reaksi yang terjadi yaitu :
2 Ag+ + K2CrO4      Ag2CrO4 + 2 K+
Pb2+  + K2CrO4      PbCrO4  + 2 K+
Hg2+ + K2CrO4      HgCrO4  + 2 K+
Setelah disemprotkan dengan K2CrO4, diperoleh warna dari Ag yaitu coklat, Hg jingga dan
Pb berwarna kuning. Untuk komponen campuran, noda yang terbentuk ada 3 yaitu jingga,
kuning dan coklat.
Dari warna yang terbentuk dapat dilihat bahwa komponen dari noda campuran adalah Ag,
Pb dan Hg karena memiliki warna yang sama dengan warna Ag, Pb dan Hg pada komponen
standar
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kromatografi Kertas. http://autumninday.com. Diakses pada 27 Mei 2012. Palu.
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai