Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KIMIA TEKNIK
“Korosi”

DOSEN PENGAMPU :

Ir. Didin Zakariya Lubis , S.Pd, M.Eng

Nama :

Mahendra Risqi Aliftiawan 210512520020

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang KOROSI.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang,10 Juli 2023

Mahendra Risqi Aliftiawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KOROSI............................................................................................ 3
2.2. FAKTOR PENYEBAB KOROSI................................................................................. 5
2.3. BENTUK-BENTUK KOROSI..................................................................................... 8
2.4. PROSES KOROSI PADA BESI.................................................................................. 10
2.5. DAMPAK KOROSI................................................................................................. 12
2.6.PENCEGAHAN KOROSI......................................................................................... 13
2.7.MASALAH MASALAH DI LAPANGAN (KOROSI).................................................... 16
BAB III PENTUP
KESIMPULAN................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi
akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis
dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas
mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga
pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai
contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada
permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu,
korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri,
industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun
1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut,
banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian
untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.
Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada
habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang
panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta
nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga
danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan
dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan
tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam
pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan
menyeluruh di permukaan.
Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di
permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal.
Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara

1
permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan korosi?
b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi?
c. Apa saja bentuk-bentuk korosi?
d. Bagaimana proses terjadinya korosi pada besi?
e. Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi?
f.
1.3. Tujuan Penulisan
a. ]Untuk mengetahui pengertian dari korosi
b. Untuk mengetahui pengertian dari korosi
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk korosi
d. Untuk mengetahui proses terjadinya korosi pada besi
e. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian KOROSI
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang teroksidasi
disebut dengan karat dengan rumus Fe2O3·xH2O. Proses perkaratan termasuk proses
elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen
yang terlarut dalam air yang ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe → Fe2+ + 2 e–
Katode : O2 + 2H2O → 4e– + 4 OH–
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+.
Sedangkan OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H +
dari terlarutnya oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari hasil
reaksi di atas akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe 2O3·xH2O. Karat ini
bersifat katalis untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
a. Kerugian
Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini sangat
membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan atau
jembatan. Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak bisa
digunakan sebagai alat-alat masak, alat-alat industri makanan/farmasi/kimia.
b. Pencegahan
Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut.
1. Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan
dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang
digunakan adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta
(potensial reduksi lebih negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas, platina,
timah, dan nikel.
2. Proses katode pelindung (proteksi katodik)
Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katode, bukan
sebagai anode. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang mudah

3
teroksidasi, yaitu logam di sebelah kiri besi dalam deret volta (logam dengan potensial
reduksi lebih positif dari besi).
Hanya saja logam Al dan Zn tidak bisa digunakan karena kedua logam tersebut
mudah teroksidasi, tetapi oksida yang terbentuk (A12O3/ZnO) bertindak sebagai inhibitor
dengan cara menutup rapat logam yang di dalamnya, sehingga oksigen tidak mampu
masuk dan tidak teroksidasi. Logam-logam alkali, seperti Na, K juga tidak bisa
digunakan karena akan bereaksi dengan adanya air. Logam yang paling sesuai untuk
proteksi katodik adalah logam magnesium (Mg). Logam Mg di sini bertindak sebagai
anode dan akan terserang karat sampai habis, sedang besi bertindak sebagai katode tidak
mengalami korosi.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena
adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang
logam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia.
Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH).
Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak karena adanya pengaruh dari lingkungan,
misalnya adanya penurunan pH atau alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari
ion-ion klorida. Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron.
Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut.
Reaksinya :
 Fe → 2 Fe2+ + 4e-
Dengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap tinggal
pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-elektron 4e - yang
tertinggal akan menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi dengan O2 dan H2O.
O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-
Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2. Oleh
kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.
Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2
2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-
b. 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe → 3Fe2+ + 4OH- + H2
Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O

4
Faktor yang berpengaruh
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

2.2. Faktor Penyebab KOROSI


Faktor Penyebab Korosi Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya percepatan korosi, yaitu:
A) Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu factor
penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap
air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
B) Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya
korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi
redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi
besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata
dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara
atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai
anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang
mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.
C) Larutan Garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah
untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan
air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi
yang utama.

5
Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain itu
dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah), korosi,
dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat). Larutan ini
biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi
yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh kenaikan
konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif sehingga
menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan
garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya lebih
konduktif, sama halnya dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan,
tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

D) Permukaan yang tidak rata


Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan
yang akhirnya akan berperan sebagi anode dan katode. Permukaan yang licin dan
bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab terjadi kutub kutub yang
akan bertindak sebagai anode dan katode.

E) Keberadaan Zat pengotor


Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi
tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan
logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam.

F) Kontak dengan Elektrolit


Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi
dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit
yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.

G) Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara
umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek

6
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-
perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung seperti mesin
bermotor.

H) pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.

I) Metalurgi
• Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam
yang kasar cenderung mengalami korosi
• Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain
yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling, yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat
perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada
permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

J) Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan
korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

7
2.3. Bentuk-Bentuk KOROSI
Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di lingkungan laut,
yaitu;
A. Korosi merata (uniform attack)
Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk
pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang
sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi
pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja yang berkarat
dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal terexpose
diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang hilang jarang
sekali betul-betul merata. Menurut teori electrochemical mixed potential, proses
anodic dan katodik terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal. Dengan
demikian agar bentuk korosi ini terjadi, diperlukan sistem korosi yang
menunjukkan keseragaman (homogenitas) baik pada metal, media (perbedaan
konsentrasi) dan faktor-faktor korosi lainnya.
Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke
tebalan metal menurut waktu misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun.
Biasanya laju korosi hanya dinyatakan pada satu muka saja, dan bila kedua metal
terserang korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi dua kali.

B. Korosi setempat (local corrosion)


Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat tidak
begitu tajam, sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan beberapa
bentuk korosi, mulai dari korosi merata sampai korosi yang menghasilkan
sumuran dalam, korosi setempat sulit diduga.

C. Korosi galvanik (galvanik corrosion)


Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik
berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama.
Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan
tidak berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan
potensial korosi tinggi akan kurang terkorosi).

8
Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan dalam
sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah
perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan
pemakaian lebih dari satu macam metal.
Bila berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat diharapkan
akan terjadi masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis pada lingkungan
laut. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-
beda, haruslah jangan sampai menimbulkan masalah korosi.

D. Korosi sumuran (pitting)


Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan
metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat
diantisipasi:
1. Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup,
terutama air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga
pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.
2. Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya
seperti stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif, cenderung pembetukan
korosi sumuran.
3. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung chloride,
oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.

E. Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap
elektrokimia sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem
dari tipe korosi ini.
Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari
permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju
serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi
atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,

9
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau
angin. Pada kasus ini lapis protektif di hilangkan.

F. Impingement attack
Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan
kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem
pipa dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lengkungan dapat
mengakibatkan kerusakan setempat, bagian lain dari pipa tidak terpengaruh.
Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement (timpa
bentur,tekan) air yang biasanya mengandung gelembung udara pada kecepatan
serendah 1 m/s.

G. Perusakan cavitasi
Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung
di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan
perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya
terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan
terbentuk dari partial vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah,
dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan
paduan logam.

H. Korosi celah (crevice corrosion)


Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian
dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul
dari formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crivice
lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja
pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi lokal yang intensif.

2.4. Proses Korosi Pada Besi


Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia (redoks). Pada permukaan
besi (Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal:

1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi

10
Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen
terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di
bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan
oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi
oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (111)
dalam senyawa besi (111) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam)
atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.
Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih besar
dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi
(anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan
besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-
kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan.
Besi (11) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida
besi (111) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : 2 Fe2+ → 2Fe3+ + 2e = - 0,77 volt
2 Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2 Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan
dapat mempercepat reaksi korosi selanjutnya.Ion Fe di alam akan teroksidasi lagi
membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit
yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan
gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang di kenal dengan hujan asam.Selanjutnya oleh

11
oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses
perkaratan.Yaitu karat yang dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya.
Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif lebih
mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial
elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret
potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang
turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng
mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk
pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.Kedua
logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di
permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya
mudah mengalami korosi.

2.5. Dampak Korosi

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat
memperkirakan kerugian akibat korosi yang menyerag permesinan industri,
infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya tersebut mencapai
276 miliar dollar AS. Jembatan yang runtuh akibat korosi yang terjadi pada tiang
penahannya.

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak
akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan
yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat
korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan

12
meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya.
korosi yang menyebabkan kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam.

2.6. Pencegahan Korosi

Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah terjadinya
korosi, yaitu:
a. Cara pelapisan (coating)
Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam istilah tonase
baja, untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi paduan logam dari
lingkungan yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya timbul banyak problem
dan biasanya kurang perhatian tentang masalah itu. Tersedia banyak sekali
macam pelapis dan yang paling umum adalah cat. Jembatan, pagar dan railing
biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang
mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi
besi terhadap korosi.
Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan melapisi besi
dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika besi dilapisi dengan
cat atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam yang mempunyai Enol
lebih besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah lapisan luarnya saja
sehingga logam tersebut bisa dilindungi oleh logam tersebut.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk
akan melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah
dapat digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.
Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap
besi.
Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s) EO = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s) EO =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s) EO =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng, besi
tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi
lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi dilapisi dengan timah, besi tidak
akan berkarat.

13
b. Cara proteksi katodik (katode pelindung)
Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam tanah.
Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang bertindak
sebagai anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan untuk
melindungi besi harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu
memiliki potensial reduksi yang lebih negatif daripada besi. Umumnya digunakan
logam Magnesium (Mg). Logam alkali tidak dapat di gunakan karena
reaktif.Logam alumunium(Al) dan seng (Zn) tidak dapat digunakan karena oksida
logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat proses oksidasi berikutnya
dengan cara menutupi permukaan logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah harus
dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang lebih
aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa dan di
hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg
yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan demikian
pipa yang terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini juga dapat
dicegah dengan menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif sumber
listrik.
 Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja
jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang
pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion
logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja
atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya
kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan
memberikan pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang
dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut
menjadi katoda yang kaya akan elektron. Dilihat dari cara memasok elektron,
proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu:
a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu
sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya

14
Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada sistem ini
dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya
Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda
arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau
anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.
b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain sebagai
anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran
elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang pancang pipa
baja yang potensialnya lebih tinggi.
Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari korosi
namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu akan
rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda
lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding mengganti tiang pancang
pipa baja.
c. Perancangan
Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang baik
dan pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan cara
pengendaliannya dalam batas perancangan keseluruhan. Perencanaan dan
perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan masalah
yang baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.
d. Anoda karbon
Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan menggunakan anoda
karbon. Dengan membandingkan potensial reduksi standar besi dan magnesium.
Fe2+ + 2e → Fe(s) EO = -0,41 volt
Mg2+ + 2e → Mg(s) EO =-2,39 volt
Terlihat bahwa Mg2+ lebih sulit direduksi dibandingkan dengan Fe2+ atau
sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s). Sepotong Mg yang
terhubung dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi dibandingkan dengan
besi, dan sekali terpakai oleh oksidasi harus diganti. Metode ini biasanya di
gunakan untuk melindungi lambung kapal, jembatan, dan pompa air besi dari
korosi. Pelat magnesium dihubungkan dengan interval yang teratur sepanjang
potongan pipa yang terkubur, dan ini jauh lebih mudah untuk menggantikannya
secara periodik dari pada mengganti keseluruhan pipa.

15
e. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk
 Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.
f. Pembalutan dengan Plastik
Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
plastik. Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.

2.7. Masalah-Masalah di Lapangan


Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi
disebabkan oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut
yaitu :
1. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation
(KOGAS) menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethy lene (APL
5L X-65). Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi denganim pr
es s ed current proteksi katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated
Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun
korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-
letak coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya
disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi
katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect dan daerah disbonded coating
sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada disbonded coating area
terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap
kelompok.
2. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.
Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran
mengalami masalah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun
walau tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot
terjadi suatu korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding
bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan
pembelian.
Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di
dinding bagian dalam, kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas
degradasi lokal berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas

16
ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam
dan mempercepat kelarutan logam

BAB III
KESIMPULAN
1. Korosi adal teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat jufa diartikan
sebagai serangan yang merusak logam karena logam beraksi secara kimia.
2. Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran,
korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced
hydrogen), Korosi intergranular, dan selective leaching.
3. Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu : Kontak Langsung logam dengan H2O dan
O2, Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit, temperatur, pH dan Mikroba
4. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi,
bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang
menimbulkan korban jiwa.
5. Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.

17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.angelfire.com/ak5/process_control/kor_merata.html
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
http://www.scribd.com/doc/22075509/Degradasi-Fungsi-Sistem-Industri-Akibat-Korosi-
Mikrobiologi
http://www.scribd.com/doc/17226684/Korosi

18

Anda mungkin juga menyukai