Anda di halaman 1dari 30

MATERIAL BAJA

“KOROSI”

HABIBI FAHREZA HUTASUHUT


2305131016

DOSEN PENGAMPU:
INDRA FAUZI , Drs., M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN
JEMBATAN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita kesehatan
dan kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Material Baja Oleh Bapak INDRA
FAUZI , Drs., M.T selaku dosen pengampu.Dalam penulisan makalah ini saya banyak
menemukan kesulitan, utamanya dalamketerbatasan referensi yang saya dapatkan. Oleh
karena itu, jika ada kesalahan dalammakalah ini penulis mengucapkan maaf yang sebesar-
besarnya dan penulis mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pengajar saya untuk
pembelajaran selajutnya.

Lubuk Pakam,07 APRIL 2024

Penulis

Habibi Fahreza Hutasuhut

2305131016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A...... LATAR BELAKANG....................................................................................................
B...... PERMASALAHAN........................................................................................................
C...... TUJUAN.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.2.1 PENGERTIAN................................................................................................................
2.2 JENIS – JENIS KOROSI....................................................................................................
2.3 CIRI – CIRI LOGAM YANG TERKENA KOROSI.........................................................
2.4 FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI PADA LOGAM..........
2.5 PROSES TERJADINYA KOROSI PADA LOGAM........................................................
2.6 CARA MENCEGAH TERJADINYA KOROSI................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................
3.2 REFERENSI.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Baja merupakan salah satu material logam yang paling banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi, mulai dari konstruksi, otomotif, perkapalan, hingga peralatan rumah tangga. Namun,
baja juga rentan terhadap korosi, yang dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan kinerja.
Proses korosi terjadi hampir pada semua material terutama logam terjadi secara perlahan
tetapi pasti, korosi dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan pemakaian,
dimana material yang diperkirakan untuk pemakain dalm waktu kama umur ternyata
mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya. Korosi adalah reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di ingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tak dikehendaki,
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi, Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi nerupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat
padat berwama coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori Rumus kimia dari karat
besi adalh Fe2O3.xH20. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak
kecewa bia bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi Pasti tidak ada.
Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, schingga bisa diambil
kngkah-langkah antisipasi.

.
1.2. PERMASALAHAN
 Apa yang dimaksud korosi dalam material logam?
 Apa saja jenis - jenis korosi pada material logam?
 Apa saja faktor yang menyebabkan korosi pada logam?
 Bagaimana cara mencegah terjadi korosi pada logam?
 Bagaimana cara terjadinya korosi pada logam?
 Bagaimana ciri ciri baja yang sudah terkena korosi pada logam?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui pengeertian dari korosi
 Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan korosi
 Untuk mengetahui cara mencegah korosi pada material baja
 Untuk mengetahui cara terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Korosi adalah proses degradasi atau kerusakan material yang disebabkan oleh reaksi kimia
atau elektrokimia antara material dengan lingkungannya. Berikut adalah penjelasan lebih
rinci mengenai pengertian korosi:

1. Proses degradasi material: Korosi menyebabkan penurunan kualitas, kekuatan, dan umur
pakai dari suatu material. Hal ini terjadi karena material mengalami kehilangan massa,
perubahan struktur, dan kerusakan permukaan akibat proses korosi.

2. Reaksi kimia atau elektrokimia: Korosi terjadi karena adanya reaksi antara material dengan
lingkungan sekitarnya, seperti udara, air, atau zat kimia lainnya. Reaksi ini dapat berupa
reaksi kimia maupun reaksi elektrokimia.

3. Lingkungan: Lingkungan yang dapat menyebabkan korosi antara lain udara, air (laut, tawar,
atau air tanah), tanah, bahan kimia, dan lain-lain. Semakin agresif lingkungan, semakin cepat
proses korosi terjadi.

4. Material: Korosi dapat terjadi pada berbagai jenis material, seperti logam, beton, plastik,
dan lain-lain. Sifat material yang rentan terhadap korosi bergantung pada komposisi dan
struktur materialnya.

Dengan demikian, korosi dapat didefinisikan sebagai proses degradasi material yang
disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia antara material dengan lingkungannya, yang
dapat menurunkan kualitas, kekuatan, dan umur pakai dari material tersebut.
2.2. Jenis – Jenis Korosi

2.2.1 Korosi Merata ( Uniform Corrosion )


Korosi merata (uniform corrosion) adalah jenis korosi yang terjadi secara seragam di seluruh
permukaan logam. Tidak terjadi secara lokal atau terpusat, melainkan menyebar merata di
seluruh area permukaan logam.
A. Karakteristik:
- Pengurangan ketebalan logam terjadi secara seragam di seluruh permukaan.
- Tidak ada pembentukan lubang-lubang kecil (pitting) atau kerusakan lokal.
- Tidak ada perbedaan laju korosi yang signifikan di berbagai area permukaan.
- Permukaan logam yang terkorosi umumnya terlihat rata dan seragam.

B. Mekanisme terjadinya korosi merata (uniform corrosion) pada logam :


1. Reaksi Anodik:
- Pada permukaan logam, terjadi reaksi oksidasi (anodik) yang menyebabkan logam
terlarut.
- Reaksi anodik dapat ditulis sebagai: M → M2n+ + ne2-
- Contoh: Fe → Fe2+ + 2e2- (untuk besi)

2. Reaksi Katodik:
- Pada permukaan logam, terjadi reaksi reduksi (katodik) yang melibatkan oksigen atau
ion lain.
- Reaksi katodik dapat berupa reduksi oksigen: O2 + 2H2O + 4e2- → 4OH2-
- Atau reduksi ion hidrogen: 2H2+ + 2e2- → H2

3. Pembentukan Sel Korosi:


- Reaksi anodik dan katodik terjadi secara bersamaan di seluruh permukaan logam.
- Terbentuk sel korosi yang menyebabkan aliran elektron dari area anodik ke katodik.

4. Pengurangan Ketebalan Seragam:


- Logam yang teroksidasi (anodik) akan larut secara merata di seluruh permukaan.
- Tidak ada perbedaan laju korosi yang signifikan di berbagai area permukaan.
- Hal ini menyebabkan pengurangan ketebalan logam secara seragam.

5. Faktor Lingkungan:
- Lingkungan korosif yang homogen dan seragam di seluruh permukaan logam.
- Tidak ada perbedaan konsentrasi oksigen atau ion-ion korosif di berbagai area.
Mekanisme korosi merata ini terjadi secara terus-menerus selama logam terpapar lingkungan
korosif yang seragam, sehingga mengakibatkan pengurangan ketebalan logam secara merata.
C. Penyebab:
- Lingkungan korosif yang homogen dan seragam di seluruh permukaan logam.
- Tidak ada perbedaan komposisi kimia, struktur, atau sifat-sifat logam di berbagai area.
- Tidak ada perbedaan konsentrasi oksigen atau ion-ion korosif di permukaan logam.
D. Contoh:
- Korosi pada baja yang terpapar cuaca lembab dan basah secara merata.
- Korosi pada peralatan rumah tangga berbahan logam seperti panci, sendok, dan garpu.
- Korosi pada badan mobil yang terpapar lingkungan luar secara merata.

E. Pengendalian:
- Penggunaan lapisan pelindung (coating) untuk mencegah kontak langsung dengan
lingkungan korosif.
- Pemilihan material logam yang lebih tahan korosi, seperti stainless steel atau paduan
tembaga.
- Pemantauan ketebalan logam secara berkala untuk mendeteksi laju korosi.
Korosi merata umumnya lebih mudah dikendalikan dibandingkan jenis korosi lokal lainnya,
karena sifatnya yang seragam di seluruh permukaan.

2.2.2 Korosi Galvanik ( Galvanic Corrosion )


Korosi galvanik adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua logam yang berbeda terhubung
secara elektrik dan terpapar lingkungan korosif.

A. Mekanisme Korosi Galvanik Pada Logam


1. Terbentuknya Sel Korosi Galvanik
- Ketika dua logam yang berbeda terhubung secara elektrik dan terpapar lingkungan
korosif, akan terbentuk sel korosi galvanik.
- Salah satu logam akan menjadi logam anodik, sedangkan logam lainnya akan menjadi
logam katodik.

2. Reaksi Oksidasi pada Logam Anodik


- Logam anodik akan mengalami reaksi oksidasi, di mana atom-atom logam akan
melepaskan elektron.
- Reaksi oksidasi pada logam anodik dapat ditulis sebagai: M → M2n+ + ne2-

3. Reaksi Reduksi pada Logam Katodik


- Logam katodik akan mengalami reaksi reduksi, di mana ion-ion logam atau oksigen
akan menerima elektron yang dilepaskan oleh logam anodik.
- Reaksi reduksi pada logam katodik dapat berupa reduksi oksigen atau reduksi ion
logam.

4. Aliran Elektron
- Elektron yang dilepaskan oleh logam anodik akan mengalir melalui koneksi elektrik
menuju logam katodik.
- Aliran elektron ini menyebabkan logam anodik terkorosi lebih cepat, sedangkan logam
katodik terlindungi dari korosi.

5. Faktor yang Memengaruhi


- Perbedaan potensial antara dua logam yang terhubung (perbedaan posisi dalam deret
volta).
- Luas permukaan relatif antara logam anodik dan katodik.
- Sifat lingkungan korosif, seperti konduktivitas, pH, dan konsentrasi ion.

Jadi, mekanisme korosi galvanik pada logam melibatkan terbentuknya sel korosi galvanik,
reaksi oksidasi pada logam anodik, reaksi reduksi pada logam katodik, serta aliran
elektron dari logam anodik ke logam katodik, yang menyebabkan logam anodik
terkorosi lebih cepat.

B. Faktor yang Memengaruhi


- Perbedaan potensial antara dua logam yang terhubung(perbedaan posisi dalam deret
Volta)
- Luas permukaan relatif antara logam anodik dan katodik.
- Sifat lingkungan korosif, seperti konduktivitas, pH, dan konsentrasi ion

C. Contoh
- Besi yang terhubung dengan tembaga di lingkungan lembab.
- Besi akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Tembaga akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.
- Aluminium yang terhubung dengan baja di lingkungan laut.
- Aluminium akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Baja akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.
- Seng yang terhubung dengan besi di lingkungan atmosfer.
- Seng akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Besi akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.

D. Dampak Pengendalian
- Korosi galvanik dapat menyebabkan kerusakan cepat pada logam anodik.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan:
- Menghindari kontak langsung antara logam yang berbeda.
- Menggunakan lapisan pelindung (coating) pada salah satu logam.
- Memilih logam yang lebih katodik (lebih mulia) sebagai pelindung.

2.2.3 Korosi Sumuran ( Pitting Corrosion )


Korosi sumuran adalah jenis korosi lokal yang menyebabkan terbentuknya lubang-
lubang kecil (pit) pada permukaan logam.

A. Mekanisme terjadinya korosi sumuran adalah sebagai berikut:


1. Inisiasi Pit:
- Korosi sumuran biasanya diawali oleh kerusakan pada lapisan pasif (film oksida) yang
terbentuk secara alami pada permukaan logam.
- Kerusakan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Kontaminan dalam lingkungan (misalnya ion klorida)
- Cacat permukaan akibat proses manufaktur
- Perubahan lokal dalam kondisi lingkungan (misalnya pH, oksigen terlarut)

2. Propagasi Pit:
- Pada daerah pit yang terbentuk, terjadi reaksi oksidasi logam yang menghasilkan ion
logam.
- Ion logam ini bereaksi dengan air membentuk ion hidrogen (H+), yang menyebabkan
pH di dalam pit menjadi rendah (asam).
- Kondisi pH rendah dan konsentrasi ion logam yang tinggi di dalam pit mempercepat
laju korosi, sehingga pit semakin dalam.

3. Pembentukan Pit yang Dalam:


- Pit yang terbentuk semakin dalam karena proses oksidasi logam yang terus berlanjut.
- Pit yang dalam sulit untuk dideteksi secara visual dan dapat menyebabkan kegagalan
struktur.

4. Faktor yang Memengaruhi:


- Komposisi logam, terutama adanya unsur paduan pasif seperti krom pada stainless steel.
- Lingkungan korosif, terutama adanya ion klorida yang dapat merusak lapisan pasif.
- Tegangan permukaan, yang dapat memengaruhi pembentukan pit.
- Cacat permukaan, yang dapat menjadi titik inisiasi pit.

Korosi sumuran sering terjadi pada logam yang memiliki lapisan pasif, seperti stainless steel,
aluminium, dan titanium, ketika terpapar lingkungan yang mengandung ion klorida. Korosi
sumuran dapat menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan, sehingga perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian yang tepat, seperti penggunaan inhibitor korosi atau pelapisan
permukaan.
B. Contoh : Korosi sumuran (pitting corrosion) yang terjadi pada logam:

1. Korosi sumuran pada stainless steel:


- Stainless steel biasanya tahan terhadap korosi karena lapisan pasif oksida pada
permukaannya.
- Namun, jika terkontaminasi oleh ion klorida, lapisan pasif dapat rusak dan menyebabkan
terbentuknya pit pada permukaan.
- Contoh: Peralatan dapur, pipa, dan tangki penyimpanan yang terbuat dari stainless steel
dapat mengalami korosi sumuran jika terpapar lingkungan yang mengandung klorida,
seperti air laut.

2. Korosi sumuran pada aluminium:


- Aluminium juga memiliki lapisan pasif oksida yang melindungi permukaan dari korosi.
- Namun, lapisan pasif ini dapat rusak oleh ion klorida, menyebabkan terbentuknya pit pada
permukaan aluminium.
- Contoh: Komponen pesawat terbang, bodi kendaraan, dan peralatan elektronik yang
terbuat dari aluminium dapat mengalami korosi sumuran jika terpapar lingkungan yang
mengandung klorida.

3. Korosi sumuran pada tembaga:


- Tembaga umumnya tahan terhadap korosi, tetapi dapat mengalami korosi sumuran jika
terpapar lingkungan yang mengandung polutan, seperti sulfur dioksida (SO2) atau ion
klorida.
- Contoh: Pipa, kabel, dan komponen elektronik yang terbuat dari tembaga dapat
mengalami korosi sumuran jika terpapar lingkungan yang tercemar.

4. Korosi sumuran pada baja:


- Baja yang tidak dilapisi atau tidak memiliki lapisan pasif dapat mengalami korosi
sumuran, terutama jika terpapar lingkungan yang mengandung air, garam, atau asam.
- Contoh: Struktur baja pada jembatan, kapal, dan peralatan industri dapat mengalami
korosi sumuran jika tidak dilindungi dengan baik.
C. Penyebab Korosi Sumuran ( Pitting Corrosion )
1. Kerusakan lapisan pasif:
- Logam-logam yang tahan korosi, seperti stainless steel, aluminium, dan tembaga,
umumnya memiliki lapisan pasif oksida di permukaan.
- Lapisan pasif ini melindungi logam dari korosi, tetapi dapat rusak oleh kontaminan
tertentu, seperti ion klorida.
- Kerusakan lapisan pasif menyebabkan terbentuknya pit atau lubang kecil pada permukaan
logam.

2. Perbedaan potensi elektroda:


- Adanya perbedaan potensi elektroda pada permukaan logam dapat menyebabkan
terbentuknya sel korosi lokal.
- Daerah dengan potensi elektroda yang lebih rendah (anodik) akan mengalami korosi,
sedangkan daerah dengan potensi elektroda yang lebih tinggi (katodik) akan terlindungi.
- Perbedaan potensi elektroda dapat disebabkan oleh heterogenitas struktur, komposisi, atau
kondisi permukaan logam.
3. Kontaminan lingkungan:
- Zat-zat tertentu dalam lingkungan, seperti ion klorida, sulfat, atau asam, dapat
mempercepat terjadinya korosi sumuran.
- Ion klorida, misalnya, dapat merusak lapisan pasif dan memicu terbentuknya pit pada
permukaan logam.

2.2.4 Korosi Celah (Crevice Corrosion)


Korosi celah (crevice corrosion) adalah salah satu bentuk korosi lokal yang terjadi pada
permukaan logam di dalam celah atau celah sempit. Penyebab utama terjadinya korosi celah

adalah adanya perbedaan konsentrasi oksigen antara bagian dalam dan luar celah.

A. Mekanisme terjadinya korosi celah adalah sebagai berikut:


1. Inisiasi korosi:
- Pada awalnya, oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam celah, sehingga reaksi
katodik terjadi di dalam celah.
- Namun, seiring waktu, oksigen akan terkonsumsi di dalam celah, sehingga terjadi
perbedaan konsentrasi oksigen antara bagian dalam dan luar celah.

2. Propagasi korosi:
- Perbedaan konsentrasi oksigen menyebabkan terbentuknya sel korosi di dalam celah.
- Bagian dalam celah menjadi anoda, sedangkan bagian luar celah menjadi katoda.
- Reaksi oksidasi logam terjadi di dalam celah, menghasilkan ion logam yang kemudian
terhidrolisis, menurunkan pH di dalam celah.

3. Perluasan korosi:
- Penurunan pH di dalam celah mempercepat laju korosi, sehingga celah semakin dalam
dan lebar.
- Korosi celah dapat menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan pada logam.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi celah:
- Geometri celah: Celah yang sempit dan dalam lebih rentan terhadap korosi celah.
- Komposisi logam: Logam yang memiliki lapisan pasif yang rentan terhadap kerusakan,
seperti stainless steel, lebih mudah mengalami korosi celah.
- Lingkungan: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida, sulfat, atau nitrat,
dapat memicu terjadinya korosi celah.
- Tegangan: Adanya tegangan pada permukaan logam dapat mempercepat inisiasi dan
propagasi korosi celah.

2.2.5 Korosi Erosi (Erosion Corrosion)


Korosi erosi (erosion corrosion) adalah salah satu bentuk korosi yang terjadi pada permukaan
logam akibat kombinasi antara korosi dan erosi mekanis. Dalam korosi erosi, gerakan fluida
atau partikel padat yang menabrak permukaan logam menyebabkan kerusakan lapisan
pelindung dan mempercepat laju korosi.
A. Mekanisme terjadinya korosi erosi:
1. Kerusakan lapisan pelindung:
- Gerakan fluida atau partikel padat yang menabrak permukaan logam dapat merusak atau
menghilangkan lapisan pelindung, seperti lapisan oksida atau lapisan pasif.
- Hilangnya lapisan pelindung ini menyebabkan permukaan logam terekspos langsung
dengan lingkungan korosif.

2. Pembentukan pit dan kavitasi:


- Kerusakan lapisan pelindung memicu terjadinya korosi lokal pada permukaan logam,
membentuk pit atau kavitasi.
- Pit dan kavitasi ini semakin dalam dan lebar akibat erosi mekanis yang terus-menerus.

3. Propagasi korosi:
- Pit dan kavitasi yang terbentuk menjadi tempat akumulasi produk korosi dan kontaminan.
- Kondisi ini mempercepat laju korosi di dalam pit dan kavitasi, sehingga kerusakan logam
semakin parah.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi erosi:


- Kecepatan aliran fluida: Semakin tinggi kecepatan aliran, semakin besar gaya geser dan
dampak partikel yang mengenai permukaan logam.
- Jenis dan konsentrasi partikel: Partikel padat yang keras dan tajam, serta konsentrasi
partikel yang tinggi, dapat mempercepat erosi.
- Sifat permukaan logam: Logam dengan lapisan pasif yang rapuh atau mudah rusak lebih
rentan terhadap korosi erosi.
- Komposisi kimia lingkungan: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida,
dapat mempercepat laju korosi.
C. Pencegahan dan pengendalian korosi erosi dapat dilakukan dengan berbagai metode,
seperti:
- Desain sistem yang mengurangi kecepatan aliran fluida dan turbulensi.
- Penggunaan material logam yang lebih tahan terhadap erosi dan korosi.
- Pelapisan permukaan logam dengan bahan yang lebih tahan erosi.
- Penambahan inhibitor korosi yang sesuai dalam lingkungan.
- Pemantauan dan perawatan berkala untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.

2.2.6 Korosi retak tegang (stress corrosion cracking)


Korosi retak tegang (stress corrosion cracking) adalah salah satu bentuk korosi yang terjadi
pada logam akibat kombinasi antara tegangan tarik dan lingkungan korosif. Dalam korosi
retak tegang, tegangan tarik yang bekerja pada logam, baik tegangan sisa maupun tegangan
eksternal, menyebabkan terjadinya retakan pada permukaan logam.

Mekanisme terjadinya korosi retak tegang:

1. Pembentukan retakan awal:


- Tegangan tarik yang bekerja pada permukaan logam menyebabkan terbentuknya retakan
awal.
- Retakan awal ini dapat terjadi di daerah yang memiliki konsentrasi tegangan tinggi,
seperti di sekitar takikan, lubang, atau cacat permukaan.

2. Propagasi retakan:
- Lingkungan korosif yang kontak dengan permukaan logam menyebabkan terjadinya
korosi di sekitar retakan awal.
- Produk korosi yang terbentuk akan mengisi dan memperluas retakan, sehingga retakan
semakin dalam dan panjang.

3. Kegagalan struktur:
- Retakan yang semakin dalam dan panjang akan menurunkan kekuatan dan integritas
struktur logam.
- Pada akhirnya, retakan dapat menyebabkan kegagalan struktur atau komponen logam
secara tiba-tiba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi retak tegang:
- Jenis dan komposisi logam: Logam dengan struktur kristal tertentu atau komposisi yang
rentan, seperti stainless steel, dapat lebih mudah mengalami korosi retak tegang.
- Tingkat tegangan: Semakin tinggi tegangan tarik yang bekerja pada logam, semakin besar
risiko terjadinya korosi retak tegang.
- Lingkungan korosif: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida, sulfat, atau
hidroksida, dapat mempercepat terjadinya korosi retak tegang.
- Temperatur: Peningkatan suhu dapat mempercepat laju korosi dan propagasi retakan.
- Waktu: Korosi retak tegang biasanya terjadi setelah periode inkubasi yang cukup lama.

Pencegahan dan pengendalian korosi retak tegang dapat dilakukan dengan:


- Pemilihan material logam yang lebih tahan terhadap korosi retak tegang.
- Pengendalian dan minimalisasi tegangan tarik pada struktur logam.
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi sifat korosif.
- Pelapisan permukaan logam dengan bahan yang tahan korosi.
- Pemantauan berkala untuk mendeteksi adanya retakan awal.

2.2.7 Korosi batas butir (intergranular corrosion)


Korosi batas butir (intergranular corrosion) adalah salah satu bentuk korosi yang terjadi pada
logam, terutama pada logam paduan, di mana korosi terjadi di sepanjang batas butir kristal
logam. Mekanisme terjadinya korosi batas butir adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan zona terdekomposisi:


- Pada logam paduan, proses perlakuan panas atau pengelasan dapat menyebabkan
terbentuknya zona terdekomposisi di sepanjang batas butir.
- Zona terdekomposisi ini memiliki komposisi kimia yang berbeda dari matriks logam,
biasanya lebih rentan terhadap korosi.

2. Inisiasi korosi:
- Lingkungan korosif yang kontak dengan permukaan logam akan menyerang zona
terdekomposisi yang lebih rentan.
- Korosi akan dimulai dan terjadi di sepanjang batas butir kristal logam.
3. Propagasi korosi:
- Korosi yang terjadi di batas butir akan menyebabkan terbentuknya celah atau alur di
sepanjang batas butir.
- Celah atau alur ini akan semakin dalam dan meluas seiring berjalannya waktu.

4. Kegagalan struktur:
- Korosi batas butir yang semakin parah akan menurunkan kekuatan dan integritas struktur
logam.
- Pada akhirnya, korosi batas butir dapat menyebabkan kegagalan struktur atau komponen
logam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi batas butir:


- Komposisi logam: Logam paduan dengan kandungan unsur tertentu, seperti krom, nikel,
atau molibdenum, dapat lebih rentan terhadap korosi batas butir.
- Perlakuan panas: Proses perlakuan panas yang tidak tepat dapat menyebabkan terbentuknya
zona terdekomposisi di batas butir.
- Pengelasan: Proses pengelasan dapat menghasilkan zona terdekomposisi di sekitar daerah
las.
- Lingkungan korosif: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida atau sulfat,
dapat mempercepat terjadinya korosi batas butir.

Pencegahan dan pengendalian korosi batas butir dapat dilakukan dengan:


- Pemilihan komposisi logam paduan yang lebih tahan terhadap korosi batas butir.
- Optimalisasi proses perlakuan panas dan pengelasan untuk meminimalkan zona
terdekomposisi.
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi sifat korosif.
- Pelapisan permukaan logam dengan bahan yang tahan korosi.
- Pemantauan berkala untuk mendeteksi adanya korosi batas butir.

2.3 CIRI CIRI LOGAM YANG TERKENA KOROSI


1. Perubahan warna permukaan:
- Logam yang terkorosi biasanya akan mengalami perubahan warna pada permukaannya.
- Misalnya, besi yang terkorosi akan berubah menjadi coklat kemerahan karena
terbentuknya karat (oksida besi).
- Tembaga yang terkorosi akan berubah menjadi kehijauan karena terbentuknya senyawa
tembaga oksida.

2. Terbentuknya lapisan oksida:


- Pada permukaan logam yang terkorosi, akan terbentuk lapisan oksida yang kasar dan tidak
rata.
- Lapisan ini biasanya berwarna kecoklatan, kehijauan, atau kemerahan, tergantung jenis
logamnya.
- Lapisan oksida ini terbentuk karena reaksi antara logam dengan oksigen di udara.

3. Pitting atau lubang-lubang kecil:


- Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lubang-lubang kecil (pitting) pada permukaan
logam.
- Hal ini terjadi karena proses pengikisan lokal pada permukaan logam.
- Pitting biasanya terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi oksigen atau ion-ion pada
permukaan logam.

4. Pengelupasan atau pengelupasan cat/pelapis:


- Jika logam memiliki lapisan cat atau pelapis lainnya, korosi dapat menyebabkan lapisan
tersebut mengelupas atau terkelupas.
- Hal ini terjadi karena korosi merusak ikatan antara lapisan pelindung dengan permukaan
logam.

5. Pengurangan ketebalan:
- Logam yang terkena korosi secara terus-menerus akan mengalami pengurangan ketebalan
akibat proses pengikisan.
- Semakin lama logam terpapar korosi, semakin banyak logam yang terlarut dan hilang,
sehingga ketebalan logam berkurang.

6. Kerapuhan dan keretakan:


- Korosi dapat menyebabkan logam menjadi lebih rapuh dan mudah retak, terutama jika
terjadi korosi tegangan.
- Korosi dapat melemahkan struktur internal logam, sehingga logam menjadi lebih mudah
patah atau retak.
7. Timbulnya kerak atau garam-garam:
- Pada permukaan logam yang terkorosi, sering ditemukan adanya kerak atau garam-garam
hasil reaksi korosi.
- Kerak atau garam-garam ini terbentuk karena produk korosi yang mengendap di
permukaan logam.

2.4 FAKTOR YANG MENYEBABKAN KOROSI DALAM LOGAM


faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi pada material baja:
1. Lingkungan Korosif:
- Air, uap air, atau kelembaban dapat melarutkan oksigen dan membentuk elektrolit,
sehingga memicu reaksi korosi elektrokimia.
- Zat-zat kimia seperti asam, basa, atau garam terlarut dapat merusak lapisan pasif pada
permukaan baja dan mempercepat korosi.
- Polusi udara yang mengandung gas-gas korosif seperti SO2 dan CO2 dapat bereaksi
dengan air membentuk larutan asam yang menyebabkan korosi.

2. Sifat Elektrokimia:
- Perbedaan potensi listrik antara bagian-bagian baja yang berbeda (komposisi, struktur,
atau perlakuan) dapat menciptakan sel elektrokimia, sehingga terjadi korosi.
- Kontak antara baja dengan logam lain yang lebih aktif (anodik) dapat menyebabkan
korosi galvanik, di mana baja akan terkorosi lebih cepat.

3. Tegangan Mekanis:
- Tegangan tarik, tekan, atau geser dapat merusak lapisan pasif pada permukaan baja dan
memicu korosi retak tegang.
- Deformasi plastis pada baja dapat mengubah struktur kristal dan meningkatkan kerentanan
terhadap korosi.

4. Faktor Metalurgi:
- Komposisi kimia baja yang tidak homogen dapat menyebabkan perbedaan potensi listrik
dan memicu korosi.
- Cacat struktur mikro seperti inklusi, porositas, atau batas butir dapat menjadi tempat
terjadinya korosi.
5. Faktor Biologis:
- Aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau alga dapat menghasilkan zat-zat
korosif dan menyebabkan korosi mikrobiologis pada baja.

Pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor penyebab korosi ini sangat penting untuk
menentukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian korosi yang efektif pada material
baja.

2.5 PROSES TERJADI KOROSI PADA LOGAM

1. Pembentukan sel korosi:


- Pada permukaan baja, terdapat area-area yang memiliki potensi listrik berbeda, misalnya
akibat perbedaan komposisi kimia, struktur kristal, atau perlakuan permukaan.
- Perbedaan potensi listrik ini menciptakan sel korosi, di mana area dengan potensi listrik
lebih rendah (anoda) akan terkorosi, sedangkan area dengan potensi listrik lebih tinggi
(katoda) akan terlindungi.
- Contohnya, area dengan kandungan karbon lebih tinggi akan menjadi anoda, sedangkan
area dengan kandungan karbon lebih rendah akan menjadi katoda.

2. Reaksi oksidasi (anodik):


Pada proses korosi baja, reaksi oksidasi (anodik) yang terjadi adalah:
Fe → Fe2+ + 2e-
Dalam reaksi ini, atom-atom besi (Fe) pada permukaan baja melepaskan elektron dan
teroksidasi menjadi ion besi (Fe2+). Reaksi ini terjadi pada area anoda dalam sel korosi.
Berikut penjelasan lebih lanjut:

1. Pelepasan elektron:
- Atom-atom besi pada permukaan baja melepaskan elektron, sehingga berubah menjadi ion
besi (Fe2+).
- Reaksi ini dapat ditulis sebagai: Fe → Fe2+ + 2e-

2. Pembentukan ion besi:


- Ion besi (Fe2+) yang terbentuk dari reaksi oksidasi akan larut dalam air atau elektrolit di
sekitarnya.

3. Perpindahan elektron:
- Elektron yang dilepaskan dari reaksi oksidasi akan berpindah menuju area katoda dalam
sel korosi.

Reaksi oksidasi ini merupakan reaksi anodik yang terjadi pada permukaan baja yang terkorosi.
Elektron yang dihasilkan dari reaksi ini akan berpindah menuju area katoda, di mana terjadi
reaksi reduksi oksigen.

3. Reaksi reduksi (katodik):


Pada proses korosi baja, selain reaksi oksidasi yang terjadi di area anoda, juga terdapat reaksi
reduksi yang terjadi di area katoda. Reaksi reduksi yang umum terjadi adalah reduksi oksigen.
Reaksi reduksi oksigen pada korosi baja dapat ditulis sebagai:
O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-

Dalam reaksi ini, oksigen (O2) yang terlarut dalam air atau elektrolit bereaksi dengan air
(H2O) dan menerima elektron (e-) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi di area anoda. Hal ini
menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Penjelasan lebih lanjut:
1. Reduksi oksigen:
- Oksigen yang terlarut dalam air atau elektrolit di sekitar baja akan tereduksi.
- Reaksi reduksi oksigen dapat ditulis sebagai: O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-

2. Pembentukan ion hidroksida:


- Ion hidroksida (OH-) yang terbentuk dari reaksi reduksi akan terakumulasi di area katoda.

3. Perpindahan elektron:
- Elektron yang dihasilkan dari reaksi oksidasi di area anoda akan berpindah menuju area
katoda, tempat reaksi reduksi oksigen terjadi.
Reaksi reduksi oksigen ini merupakan reaksi katodik yang terjadi pada area katoda dalam sel
korosi. Reaksi ini berjalan seiring dengan reaksi oksidasi di area anoda, sehingga membentuk
siklus korosi yang berkelanjutan.

4. Pembentukan produk korosi:


1. Oksidasi logam:
- Proses ini terjadi ketika logam bereaksi dengan oksigen di udara atau lingkungan
sekitarnya.
- Logam akan kehilangan elektron dan teroksidasi menjadi ion-ion logam.
- Contoh: 2Fe(s) + 3/2 O2(g) → Fe2O3(s) (oksidasi besi menjadi karat)
- Dalam reaksi ini, atom-atom besi melepaskan elektron dan bereaksi dengan oksigen
membentuk oksida besi (karat).

2. Pembentukan ion logam:


- Ion-ion logam yang terbentuk dari proses oksidasi akan bereaksi dengan air atau elektrolit
lainnya.
- Contoh: Fe2+(aq) + 2 OH-(aq) → Fe(OH)2(s) (pembentukan hidroksida besi)
- Dalam reaksi ini, ion besi (Fe2+) bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) membentuk
endapan hidroksida besi.

3. Presipitasi produk korosi:


- Ion-ion logam yang terbentuk akan mengendap dan membentuk produk korosi yang tidak
larut.
- Produk korosi ini dapat berupa oksida, hidroksida, atau garam-garam lainnya.
- Contoh: Fe(OH)2(s) → FeO(OH)(s) + H2O (pembentukan karat)
- Dalam reaksi ini, hidroksida besi terdekomposisi menjadi oksihidroksida besi (karat) dan
air.

4. Akumulasi produk korosi:


- Produk korosi yang terbentuk akan terakumulasi di permukaan logam, membentuk lapisan
atau kerak.
- Lapisan ini dapat melindungi logam dari korosi lebih lanjut, tetapi juga dapat
menyebabkan kerusakan struktur logam.
- Akumulasi produk korosi dapat mengurangi ketebalan logam dan menyebabkan keretakan
atau pengelupasan.

5. Interaksi dengan lingkungan:


- Produk korosi yang terbentuk dapat bereaksi lebih lanjut dengan komponen lingkungan,
seperti air, asam, atau garam-garam.
- Hal ini dapat menyebabkan perubahan sifat dan komposisi produk korosi.
- Contoh: FeO(OH) + H+ → Fe3+ + 2 H2O (reaksi dengan asam)
- Reaksi ini dapat mengubah komposisi karat menjadi ion-ion besi terlarut.

Proses pembentukan produk korosi ini terjadi secara terus-menerus selama logam terpapar
dengan lingkungan yang korosif, sehingga menyebabkan kerusakan pada logam.

2.6 CARA PENCEGAHAN KOROSI PADA LOGAM


1. Perlindungan Katodik:
Perlindungan katodik adalah salah satu metode pencegahan korosi pada logam yang sangat
efektif. Prinsip dasar perlindungan katodik adalah membuat logam yang ingin dilindungi dari
korosi menjadi katoda (elektroda negatif) dalam suatu sel elektrokimia.

Terdapat dua jenis perlindungan katodik, yaitu:

1. Perlindungan Katodik Arus Terpasang (Impressed Current Cathodic Protection - ICCP):


Cara perlindungan katodik arus terpasang (Impressed Current Cathodic Protection - ICCP)
untuk mencegah korosi pada logam adalah sebagai berikut:

A. Instalasi Sumber Arus Listrik:


- Pada sistem ICCP, dibutuhkan sumber arus listrik eksternal, biasanya berupa rectifier (alat
pengubah arus AC menjadi DC).
- Rectifier dihubungkan ke sumber listrik AC dan diatur untuk menghasilkan arus DC yang
sesuai dengan kebutuhan perlindungan.

B. Pemasangan Elektroda Anoda:


- Elektroda anoda yang terbuat dari material yang lebih aktif (lebih mudah teroksidasi)
ditempatkan di sekitar logam yang ingin dilindungi.
- Anoda ini dapat berupa batang logam, plat, atau bentuk lain yang sesuai dengan aplikasi.
- Anoda dihubungkan secara listrik dengan terminal positif (+) dari rectifier.

C. Penghubungan Logam yang Dilindungi:


- Logam yang ingin dilindungi dari korosi (misalnya pipa bawah tanah, lambung kapal, atau
struktur bawah laut) dihubungkan secara listrik dengan terminal negatif (-) dari rectifier.
- Hal ini membuat logam yang dilindungi menjadi katoda dalam sel elektrokimia.

D. Pengaturan Arus Listrik:


- Arus listrik yang dialirkan dari rectifier ke sistem ICCP diatur sedemikian rupa sehingga
memberikan perlindungan yang optimal.
- Arus listrik yang terlalu rendah tidak akan memberikan perlindungan yang cukup,
sedangkan arus yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan.

E. Pemantauan dan Pemeliharaan:


- Sistem ICCP membutuhkan pemantauan dan pemeliharaan secara berkala untuk
memastikan kinerjanya tetap optimal.
- Hal ini termasuk pemeriksaan tegangan, arus, dan potensi listrik pada logam yang
dilindungi.

2. Perlindungan Katodik Anoda Korban (Sacrificial Anode Cathodic Protection - SACP):


- Pada metode ini, logam yang lebih aktif (anoda korban) dihubungkan secara listrik dengan
logam yang ingin dilindungi.
- Anoda korban akan teroksidasi (berkarat) terlebih dahulu, sehingga melindungi logam
yang terhubung dengannya.
Prinsip Kerja:
- Dalam sistem SACP, logam yang ingin dilindungi (katoda) dihubungkan secara listrik
dengan logam lain yang lebih aktif secara elektrokimia, yaitu anoda korban.
- Anoda korban bersifat lebih reaktif, sehingga akan mengalami oksidasi (korosi) terlebih
dahulu daripada logam yang dilindungi.
- Ketika anoda korban teroksidasi, elektron yang dihasilkan akan mengalir ke logam yang
dilindungi (katoda). Ini mencegah terjadinya reaksi oksidasi (korosi) pada katoda.

Pemilihan Anoda Korban:


- Anoda korban harus terbuat dari logam yang lebih aktif (lebih mudah teroksidasi) daripada
logam yang dilindungi.
- Contoh anoda korban yang umum digunakan adalah magnesium (Mg), aluminium (Al), atau
paduan seng (Zn).
- Pemilihan anoda korban yang tepat sangat penting untuk menjamin efektivitas perlindungan.

Pemasangan Sistem SACP:


- Anoda korban ditempatkan di sekitar logam yang ingin dilindungi, baik di atas permukaan
tanah/air maupun di bawahnya.
- Anoda korban dihubungkan secara listrik (konduktif) dengan logam yang dilindungi.
- Jarak antara anoda korban dan logam yang dilindungi harus sesuai dengan kebutuhan
perlindungan.

Proses Perlindungan Katodik:


- Ketika sistem SACP terbentuk, anoda korban akan mengalami oksidasi (korosi) terlebih
dahulu.
- Elektron yang dihasilkan dari oksidasi anoda akan mengalir ke logam yang dilindungi
(katoda), sehingga mencegah terjadinya korosi pada katoda.

Pemantauan dan Pemeliharaan:


- Sistem SACP membutuhkan pemantauan dan penggantian anoda korban secara berkala.
- Anoda korban akan habis seiring waktu, sehingga perlu diganti untuk mempertahankan
perlindungan yang efektif.

Keuntungan utama sistem SACP adalah kesederhanaan, biaya yang relatif rendah, dan tidak
memerlukan sumber arus listrik eksternal. Namun, efektivitas perlindungannya terbatas pada
jangkauan anoda korban. Pemilihan anoda korban yang tepat dan pemasangan yang benar
sangat penting untuk mencegah korosi pada logam secara efektif.2. Pelapisan (Coating):
- Memberikan lapisan pelindung pada permukaan logam, seperti cat, email, atau lapisan
logam lain yang lebih tahan korosi.
- Lapisan ini mencegah kontak langsung antara logam dengan lingkungan korosif.
- Contoh: pengecatan pada besi untuk mencegah karat, atau pelapisan seng (galvanis) pada
baja untuk melindungi dari korosi.

3. Pemilihan Bahan:
- Memilih jenis logam atau paduan yang lebih tahan korosi sesuai dengan lingkungan
penggunaannya.
A. Sifat Elektrokimia Logam:
- Logam memiliki tingkat kereaktifan yang berbeda-beda secara elektrokimia.
- Logam yang lebih mulia (seperti stainless steel, titanium, aluminium) cenderung lebih
tahan korosi dibandingkan logam yang lebih aktif (seperti baja karbon, tembaga).
- Memilih logam yang lebih mulia sebagai bahan dasar dapat meningkatkan ketahanan
korosi.

B. Komposisi Kimia Logam:


- Menambahkan unsur-unsur tertentu ke dalam komposisi logam dapat meningkatkan
ketahanan korosi.
- Contoh: penambahan kromium (Cr) pada stainless steel membentuk lapisan pasif yang
melindungi permukaan dari korosi.
- Modifikasi komposisi kimia dapat dilakukan melalui proses metalurgi.

C. Perlakuan Permukaan:
- Melakukan pelapisan, pengecatan, atau anodisasi pada permukaan logam dapat mencegah
kontak langsung dengan lingkungan korosif.
- Contoh: pelapisan seng (galvanisasi) pada baja untuk mencegah korosi.
- Perlakuan permukaan menciptakan barrier fisik dan/atau kimia untuk melindungi logam.
D. Modifikasi Lingkungan:
- Mengubah kondisi lingkungan agar menjadi kurang korosif, seperti mengendalikan
kelembaban, pH, atau menghilangkan kontaminan.
- Contoh: penggunaan inhibitor korosi untuk menghambat reaksi oksidasi, atau
dehumidifier untuk mengurangi kelembaban.

E. Desain yang Tepat:


- Merancang struktur atau konstruksi logam agar meminimalkan akumulasi air, kotoran,
atau kontak dengan lingkungan korosif.
- Contoh: desain sambungan yang baik untuk mencegah akumulasi air dan menghindari
celah-celah yang dapat mempercepat korosi.

F. Perawatan dan Pemeliharaan:


- Melakukan pemeriksaan, pembersihan, dan pemeliharaan secara berkala untuk mendeteksi
dan mengatasi korosi sedini mungkin.
- Contoh: pengecatan ulang, penggantian komponen yang terkorosi, atau pembersihan
permukaan logam.
4. Modifikasi Lingkungan:
Modifikasi lingkungan merupakan salah satu pendekatan yang efektif dalam mencegah
korosi pada logam. Berikut adalah beberapa cara modifikasi lingkungan untuk mencegah
korosi:

1. Kontrol Kelembaban:
- Menjaga kelembaban lingkungan pada tingkat yang rendah dapat mengurangi laju korosi.
- Contoh: menggunakan dehumidifier atau pengering udara di ruangan.
- Mengurangi kondensat air yang dapat memicu korosi.

2. Kontrol pH:
- Menjaga pH lingkungan pada rentang yang sesuai dapat menghambat korosi.
- Contoh: menambahkan inhibitor untuk menjaga pH netral pada sistem pendingin air.
- Menghindari lingkungan asam atau basa yang dapat mempercepat korosi.

3. Kontrol Oksigen:
- Mengurangi ketersediaan oksigen dalam lingkungan dapat menghambat reaksi korosi.
- Contoh: menggunakan gas inert (nitrogen, argon) untuk menggantikan udara.
- Mengurangi oksidasi logam yang menyebabkan korosi.

4. Kontrol Kontaminan:
- Menghilangkan atau meminimalkan kontaminan dalam lingkungan dapat mencegah
korosi.
- Contoh: membersihkan permukaan logam dari garam, debu, atau zat kimia yang dapat
memicu korosi.
- Mengurangi konsentrasi zat-zat yang dapat mempercepat reaksi korosi.

5. Kontrol Temperatur:
- Menjaga temperatur lingkungan pada rentang yang sesuai dapat menghambat laju korosi.
- Contoh: mendinginkan sistem pendingin air untuk mengurangi laju korosi.
- Menghindari fluktuasi suhu yang dapat memicu stres mekanis dan korosi.

6. Penggunaan Inhibitor Korosi:


- Menambahkan inhibitor korosi yang sesuai ke dalam lingkungan dapat melindungi logam.
- Contoh: menggunakan inhibitor organik atau anorganik pada sistem pendingin air.
- Inhibitor membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam.

7. Perlindungan Katodik:
- Menerapkan sistem perlindungan katodik, seperti anoda korban atau arus terlindung,
untuk mencegah korosi.
- Contoh: menggunakan sistem anoda korban pada struktur bawah air atau tanah.
- Menciptakan perbedaan potensial elektrokimia untuk melindungi logam.

Modifikasi lingkungan dapat dilakukan secara efektif dengan mengontrol faktor-faktor


seperti kelembaban, pH, oksigen, kontaminan, temperatur, dan penggunaan inhibitor atau
perlindungan katodik. Pendekatan ini dapat menghambat atau mencegah terjadinya korosi
pada logam dalam berbagai aplikasi.

5. Desain yang Tepat:


- Merancang struktur atau konstruksi logam agar meminimalkan akumulasi air, kotoran,
atau kontak dengan lingkungan korosif.
- Contoh: desain sambungan yang baik untuk mencegah akumulasi air dan menghindari
celah-celah yang dapat mempercepat korosi.

6. Perawatan dan Pemeliharaan:


Perawatan dan pemeliharaan yang tepat merupakan aspek penting dalam mencegah korosi
pada logam. Berikut adalah beberapa langkah perawatan dan pemeliharaan yang dapat
dilakukan:

1. Pembersihan Permukaan:
- Secara berkala membersihkan permukaan logam dari kotoran, minyak, garam, dan
kontaminan lainnya.
- Menggunakan metode pembersihan yang sesuai, seperti pencucian, penggosokan, atau
penggunaan bahan pembersih.
- Memastikan permukaan logam bersih dan bebas dari zat-zat yang dapat memicu korosi.

2. Pemeriksaan Berkala:
- Melakukan pemeriksaan visual secara berkala untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal
korosi.
- Menggunakan teknik pemeriksaan non-destruktif, seperti pengujian ultrasonik atau
radiografi, untuk mendeteksi korosi internal.
- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan memantau perkembangan kondisi logam.

3. Perawatan Lapisan Pelindung:


- Memastikan integritas lapisan pelindung, seperti cat, galvanisasi, atau lapisan lainnya,
yang melindungi permukaan logam.
- Melakukan perbaikan atau penggantian lapisan pelindung yang rusak atau aus.
- Menerapkan ulang lapisan pelindung secara berkala sesuai dengan rekomendasi produsen.

4. Penggantian Komponen:
- Mengganti komponen logam yang telah mengalami korosi parah atau kerusakan.
- Memastikan penggunaan bahan logam yang lebih tahan korosi untuk penggantian.
- Mempertimbangkan penggunaan lapisan pelindung atau perlindungan katodik pada
komponen pengganti.

5. Perawatan Sistem Proteksi Katodik:


- Memastikan sistem perlindungan katodik, seperti anoda korban atau arus terlindung,
berfungsi dengan baik.
- Melakukan pemeriksaan dan pengujian berkala pada sistem perlindungan katodik.
- Melakukan penggantian anoda korban atau perbaikan sistem sesuai kebutuhan.

6. Kontrol Lingkungan:
- Memantau dan menjaga kondisi lingkungan sesuai dengan persyaratan untuk mencegah
korosi.
- Mengendalikan faktor-faktor lingkungan, seperti kelembaban, pH, oksigen, dan
kontaminan.
- Menerapkan tindakan korektif jika terjadi perubahan kondisi lingkungan yang dapat
memicu korosi.

7. Dokumentasi dan Pelaporan:


- Mendokumentasikan semua kegiatan perawatan, pemeriksaan, dan perbaikan yang
dilakukan.
- Membuat laporan berkala tentang kondisi logam dan tindakan pencegahan korosi yang
telah dilakukan.
- Menggunakan data dokumentasi untuk menganalisis tren dan mengambil keputusan
perawatan yang tepat.

Dengan menerapkan langkah-langkah perawatan dan pemeliharaan yang komprehensif, dapat


membantu mencegah atau memperlambat terjadinya korosi pada logam dalam jangka panjang.
Pemeliharaan yang teratur dan tindakan korektif yang tepat waktu dapat meningkatkan umur
pakai dan keandalan komponen logam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat ialah kita mengetahui korosi itu seperti apa ,kita dapat mengetahui
apa saja penyebab terjadinya korosi pada logam serta ciri – ciri apabila suatu logam sudah
terkena korosi. Kita dapat mengetahui bagaimana cara – cara mencegah terjadi korosi pada
logam yang tentunya dapat menghemat biaya bahan dan operasional apabila kita membangun
suatu bangunan seperti rumah, Gedung,dan membangun suatu jembatan

B. PREFERENSI
o https://id.scribd.com/doc/292995455/JENIS-JENIS-KOROSI
o https://www.asmarines.com/jenis-jenis-korosi-yang-perlu-kalian-ketahui
o https://indotech-group.co.id/mengenali-korosi-pada-logam-faktor-penyebab-jenis-dan-
cara-pencegahannya/
o https://chemindo.com/jenis-korosi-pada-logam/
o https://mamikos.com/info/jenis-korosi-beserta-contoh-pljr/
o https://www.neliti.com/id/publications/313685/korosi-logam-dan-pengendaliannya-
artikel-review
o https://roboguru.ruangguru.com/question/jelaskan-proses-terjadinya-korosi-pada-besi-
beserta-reaksi-perkaratannya-_QU-I1WSZOVP

Anda mungkin juga menyukai