“KOROSI”
DOSEN PENGAMPU:
INDRA FAUZI , Drs., M.T
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita kesehatan
dan kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Material Baja Oleh Bapak INDRA
FAUZI , Drs., M.T selaku dosen pengampu.Dalam penulisan makalah ini saya banyak
menemukan kesulitan, utamanya dalamketerbatasan referensi yang saya dapatkan. Oleh
karena itu, jika ada kesalahan dalammakalah ini penulis mengucapkan maaf yang sebesar-
besarnya dan penulis mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pengajar saya untuk
pembelajaran selajutnya.
Penulis
2305131016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A...... LATAR BELAKANG....................................................................................................
B...... PERMASALAHAN........................................................................................................
C...... TUJUAN.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.2.1 PENGERTIAN................................................................................................................
2.2 JENIS – JENIS KOROSI....................................................................................................
2.3 CIRI – CIRI LOGAM YANG TERKENA KOROSI.........................................................
2.4 FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI PADA LOGAM..........
2.5 PROSES TERJADINYA KOROSI PADA LOGAM........................................................
2.6 CARA MENCEGAH TERJADINYA KOROSI................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................
3.2 REFERENSI.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Baja merupakan salah satu material logam yang paling banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi, mulai dari konstruksi, otomotif, perkapalan, hingga peralatan rumah tangga. Namun,
baja juga rentan terhadap korosi, yang dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan kinerja.
Proses korosi terjadi hampir pada semua material terutama logam terjadi secara perlahan
tetapi pasti, korosi dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan pemakaian,
dimana material yang diperkirakan untuk pemakain dalm waktu kama umur ternyata
mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya. Korosi adalah reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di ingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tak dikehendaki,
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi, Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi nerupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat
padat berwama coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori Rumus kimia dari karat
besi adalh Fe2O3.xH20. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak
kecewa bia bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi Pasti tidak ada.
Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, schingga bisa diambil
kngkah-langkah antisipasi.
.
1.2. PERMASALAHAN
Apa yang dimaksud korosi dalam material logam?
Apa saja jenis - jenis korosi pada material logam?
Apa saja faktor yang menyebabkan korosi pada logam?
Bagaimana cara mencegah terjadi korosi pada logam?
Bagaimana cara terjadinya korosi pada logam?
Bagaimana ciri ciri baja yang sudah terkena korosi pada logam?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui pengeertian dari korosi
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan korosi
Untuk mengetahui cara mencegah korosi pada material baja
Untuk mengetahui cara terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Korosi adalah proses degradasi atau kerusakan material yang disebabkan oleh reaksi kimia
atau elektrokimia antara material dengan lingkungannya. Berikut adalah penjelasan lebih
rinci mengenai pengertian korosi:
1. Proses degradasi material: Korosi menyebabkan penurunan kualitas, kekuatan, dan umur
pakai dari suatu material. Hal ini terjadi karena material mengalami kehilangan massa,
perubahan struktur, dan kerusakan permukaan akibat proses korosi.
2. Reaksi kimia atau elektrokimia: Korosi terjadi karena adanya reaksi antara material dengan
lingkungan sekitarnya, seperti udara, air, atau zat kimia lainnya. Reaksi ini dapat berupa
reaksi kimia maupun reaksi elektrokimia.
3. Lingkungan: Lingkungan yang dapat menyebabkan korosi antara lain udara, air (laut, tawar,
atau air tanah), tanah, bahan kimia, dan lain-lain. Semakin agresif lingkungan, semakin cepat
proses korosi terjadi.
4. Material: Korosi dapat terjadi pada berbagai jenis material, seperti logam, beton, plastik,
dan lain-lain. Sifat material yang rentan terhadap korosi bergantung pada komposisi dan
struktur materialnya.
Dengan demikian, korosi dapat didefinisikan sebagai proses degradasi material yang
disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia antara material dengan lingkungannya, yang
dapat menurunkan kualitas, kekuatan, dan umur pakai dari material tersebut.
2.2. Jenis – Jenis Korosi
2. Reaksi Katodik:
- Pada permukaan logam, terjadi reaksi reduksi (katodik) yang melibatkan oksigen atau
ion lain.
- Reaksi katodik dapat berupa reduksi oksigen: O2 + 2H2O + 4e2- → 4OH2-
- Atau reduksi ion hidrogen: 2H2+ + 2e2- → H2
5. Faktor Lingkungan:
- Lingkungan korosif yang homogen dan seragam di seluruh permukaan logam.
- Tidak ada perbedaan konsentrasi oksigen atau ion-ion korosif di berbagai area.
Mekanisme korosi merata ini terjadi secara terus-menerus selama logam terpapar lingkungan
korosif yang seragam, sehingga mengakibatkan pengurangan ketebalan logam secara merata.
C. Penyebab:
- Lingkungan korosif yang homogen dan seragam di seluruh permukaan logam.
- Tidak ada perbedaan komposisi kimia, struktur, atau sifat-sifat logam di berbagai area.
- Tidak ada perbedaan konsentrasi oksigen atau ion-ion korosif di permukaan logam.
D. Contoh:
- Korosi pada baja yang terpapar cuaca lembab dan basah secara merata.
- Korosi pada peralatan rumah tangga berbahan logam seperti panci, sendok, dan garpu.
- Korosi pada badan mobil yang terpapar lingkungan luar secara merata.
E. Pengendalian:
- Penggunaan lapisan pelindung (coating) untuk mencegah kontak langsung dengan
lingkungan korosif.
- Pemilihan material logam yang lebih tahan korosi, seperti stainless steel atau paduan
tembaga.
- Pemantauan ketebalan logam secara berkala untuk mendeteksi laju korosi.
Korosi merata umumnya lebih mudah dikendalikan dibandingkan jenis korosi lokal lainnya,
karena sifatnya yang seragam di seluruh permukaan.
4. Aliran Elektron
- Elektron yang dilepaskan oleh logam anodik akan mengalir melalui koneksi elektrik
menuju logam katodik.
- Aliran elektron ini menyebabkan logam anodik terkorosi lebih cepat, sedangkan logam
katodik terlindungi dari korosi.
Jadi, mekanisme korosi galvanik pada logam melibatkan terbentuknya sel korosi galvanik,
reaksi oksidasi pada logam anodik, reaksi reduksi pada logam katodik, serta aliran
elektron dari logam anodik ke logam katodik, yang menyebabkan logam anodik
terkorosi lebih cepat.
C. Contoh
- Besi yang terhubung dengan tembaga di lingkungan lembab.
- Besi akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Tembaga akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.
- Aluminium yang terhubung dengan baja di lingkungan laut.
- Aluminium akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Baja akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.
- Seng yang terhubung dengan besi di lingkungan atmosfer.
- Seng akan menjadi logam anodik dan terkorosi lebih cepat.
- Besi akan menjadi logam katodik dan terlindungi dari korosi.
D. Dampak Pengendalian
- Korosi galvanik dapat menyebabkan kerusakan cepat pada logam anodik.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan:
- Menghindari kontak langsung antara logam yang berbeda.
- Menggunakan lapisan pelindung (coating) pada salah satu logam.
- Memilih logam yang lebih katodik (lebih mulia) sebagai pelindung.
2. Propagasi Pit:
- Pada daerah pit yang terbentuk, terjadi reaksi oksidasi logam yang menghasilkan ion
logam.
- Ion logam ini bereaksi dengan air membentuk ion hidrogen (H+), yang menyebabkan
pH di dalam pit menjadi rendah (asam).
- Kondisi pH rendah dan konsentrasi ion logam yang tinggi di dalam pit mempercepat
laju korosi, sehingga pit semakin dalam.
Korosi sumuran sering terjadi pada logam yang memiliki lapisan pasif, seperti stainless steel,
aluminium, dan titanium, ketika terpapar lingkungan yang mengandung ion klorida. Korosi
sumuran dapat menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan, sehingga perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian yang tepat, seperti penggunaan inhibitor korosi atau pelapisan
permukaan.
B. Contoh : Korosi sumuran (pitting corrosion) yang terjadi pada logam:
adalah adanya perbedaan konsentrasi oksigen antara bagian dalam dan luar celah.
2. Propagasi korosi:
- Perbedaan konsentrasi oksigen menyebabkan terbentuknya sel korosi di dalam celah.
- Bagian dalam celah menjadi anoda, sedangkan bagian luar celah menjadi katoda.
- Reaksi oksidasi logam terjadi di dalam celah, menghasilkan ion logam yang kemudian
terhidrolisis, menurunkan pH di dalam celah.
3. Perluasan korosi:
- Penurunan pH di dalam celah mempercepat laju korosi, sehingga celah semakin dalam
dan lebar.
- Korosi celah dapat menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan pada logam.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi celah:
- Geometri celah: Celah yang sempit dan dalam lebih rentan terhadap korosi celah.
- Komposisi logam: Logam yang memiliki lapisan pasif yang rentan terhadap kerusakan,
seperti stainless steel, lebih mudah mengalami korosi celah.
- Lingkungan: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida, sulfat, atau nitrat,
dapat memicu terjadinya korosi celah.
- Tegangan: Adanya tegangan pada permukaan logam dapat mempercepat inisiasi dan
propagasi korosi celah.
3. Propagasi korosi:
- Pit dan kavitasi yang terbentuk menjadi tempat akumulasi produk korosi dan kontaminan.
- Kondisi ini mempercepat laju korosi di dalam pit dan kavitasi, sehingga kerusakan logam
semakin parah.
2. Propagasi retakan:
- Lingkungan korosif yang kontak dengan permukaan logam menyebabkan terjadinya
korosi di sekitar retakan awal.
- Produk korosi yang terbentuk akan mengisi dan memperluas retakan, sehingga retakan
semakin dalam dan panjang.
3. Kegagalan struktur:
- Retakan yang semakin dalam dan panjang akan menurunkan kekuatan dan integritas
struktur logam.
- Pada akhirnya, retakan dapat menyebabkan kegagalan struktur atau komponen logam
secara tiba-tiba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi retak tegang:
- Jenis dan komposisi logam: Logam dengan struktur kristal tertentu atau komposisi yang
rentan, seperti stainless steel, dapat lebih mudah mengalami korosi retak tegang.
- Tingkat tegangan: Semakin tinggi tegangan tarik yang bekerja pada logam, semakin besar
risiko terjadinya korosi retak tegang.
- Lingkungan korosif: Lingkungan yang mengandung ion agresif, seperti klorida, sulfat, atau
hidroksida, dapat mempercepat terjadinya korosi retak tegang.
- Temperatur: Peningkatan suhu dapat mempercepat laju korosi dan propagasi retakan.
- Waktu: Korosi retak tegang biasanya terjadi setelah periode inkubasi yang cukup lama.
2. Inisiasi korosi:
- Lingkungan korosif yang kontak dengan permukaan logam akan menyerang zona
terdekomposisi yang lebih rentan.
- Korosi akan dimulai dan terjadi di sepanjang batas butir kristal logam.
3. Propagasi korosi:
- Korosi yang terjadi di batas butir akan menyebabkan terbentuknya celah atau alur di
sepanjang batas butir.
- Celah atau alur ini akan semakin dalam dan meluas seiring berjalannya waktu.
4. Kegagalan struktur:
- Korosi batas butir yang semakin parah akan menurunkan kekuatan dan integritas struktur
logam.
- Pada akhirnya, korosi batas butir dapat menyebabkan kegagalan struktur atau komponen
logam.
5. Pengurangan ketebalan:
- Logam yang terkena korosi secara terus-menerus akan mengalami pengurangan ketebalan
akibat proses pengikisan.
- Semakin lama logam terpapar korosi, semakin banyak logam yang terlarut dan hilang,
sehingga ketebalan logam berkurang.
2. Sifat Elektrokimia:
- Perbedaan potensi listrik antara bagian-bagian baja yang berbeda (komposisi, struktur,
atau perlakuan) dapat menciptakan sel elektrokimia, sehingga terjadi korosi.
- Kontak antara baja dengan logam lain yang lebih aktif (anodik) dapat menyebabkan
korosi galvanik, di mana baja akan terkorosi lebih cepat.
3. Tegangan Mekanis:
- Tegangan tarik, tekan, atau geser dapat merusak lapisan pasif pada permukaan baja dan
memicu korosi retak tegang.
- Deformasi plastis pada baja dapat mengubah struktur kristal dan meningkatkan kerentanan
terhadap korosi.
4. Faktor Metalurgi:
- Komposisi kimia baja yang tidak homogen dapat menyebabkan perbedaan potensi listrik
dan memicu korosi.
- Cacat struktur mikro seperti inklusi, porositas, atau batas butir dapat menjadi tempat
terjadinya korosi.
5. Faktor Biologis:
- Aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau alga dapat menghasilkan zat-zat
korosif dan menyebabkan korosi mikrobiologis pada baja.
Pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor penyebab korosi ini sangat penting untuk
menentukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian korosi yang efektif pada material
baja.
1. Pelepasan elektron:
- Atom-atom besi pada permukaan baja melepaskan elektron, sehingga berubah menjadi ion
besi (Fe2+).
- Reaksi ini dapat ditulis sebagai: Fe → Fe2+ + 2e-
3. Perpindahan elektron:
- Elektron yang dilepaskan dari reaksi oksidasi akan berpindah menuju area katoda dalam
sel korosi.
Reaksi oksidasi ini merupakan reaksi anodik yang terjadi pada permukaan baja yang terkorosi.
Elektron yang dihasilkan dari reaksi ini akan berpindah menuju area katoda, di mana terjadi
reaksi reduksi oksigen.
Dalam reaksi ini, oksigen (O2) yang terlarut dalam air atau elektrolit bereaksi dengan air
(H2O) dan menerima elektron (e-) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi di area anoda. Hal ini
menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Penjelasan lebih lanjut:
1. Reduksi oksigen:
- Oksigen yang terlarut dalam air atau elektrolit di sekitar baja akan tereduksi.
- Reaksi reduksi oksigen dapat ditulis sebagai: O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-
3. Perpindahan elektron:
- Elektron yang dihasilkan dari reaksi oksidasi di area anoda akan berpindah menuju area
katoda, tempat reaksi reduksi oksigen terjadi.
Reaksi reduksi oksigen ini merupakan reaksi katodik yang terjadi pada area katoda dalam sel
korosi. Reaksi ini berjalan seiring dengan reaksi oksidasi di area anoda, sehingga membentuk
siklus korosi yang berkelanjutan.
Proses pembentukan produk korosi ini terjadi secara terus-menerus selama logam terpapar
dengan lingkungan yang korosif, sehingga menyebabkan kerusakan pada logam.
Keuntungan utama sistem SACP adalah kesederhanaan, biaya yang relatif rendah, dan tidak
memerlukan sumber arus listrik eksternal. Namun, efektivitas perlindungannya terbatas pada
jangkauan anoda korban. Pemilihan anoda korban yang tepat dan pemasangan yang benar
sangat penting untuk mencegah korosi pada logam secara efektif.2. Pelapisan (Coating):
- Memberikan lapisan pelindung pada permukaan logam, seperti cat, email, atau lapisan
logam lain yang lebih tahan korosi.
- Lapisan ini mencegah kontak langsung antara logam dengan lingkungan korosif.
- Contoh: pengecatan pada besi untuk mencegah karat, atau pelapisan seng (galvanis) pada
baja untuk melindungi dari korosi.
3. Pemilihan Bahan:
- Memilih jenis logam atau paduan yang lebih tahan korosi sesuai dengan lingkungan
penggunaannya.
A. Sifat Elektrokimia Logam:
- Logam memiliki tingkat kereaktifan yang berbeda-beda secara elektrokimia.
- Logam yang lebih mulia (seperti stainless steel, titanium, aluminium) cenderung lebih
tahan korosi dibandingkan logam yang lebih aktif (seperti baja karbon, tembaga).
- Memilih logam yang lebih mulia sebagai bahan dasar dapat meningkatkan ketahanan
korosi.
C. Perlakuan Permukaan:
- Melakukan pelapisan, pengecatan, atau anodisasi pada permukaan logam dapat mencegah
kontak langsung dengan lingkungan korosif.
- Contoh: pelapisan seng (galvanisasi) pada baja untuk mencegah korosi.
- Perlakuan permukaan menciptakan barrier fisik dan/atau kimia untuk melindungi logam.
D. Modifikasi Lingkungan:
- Mengubah kondisi lingkungan agar menjadi kurang korosif, seperti mengendalikan
kelembaban, pH, atau menghilangkan kontaminan.
- Contoh: penggunaan inhibitor korosi untuk menghambat reaksi oksidasi, atau
dehumidifier untuk mengurangi kelembaban.
1. Kontrol Kelembaban:
- Menjaga kelembaban lingkungan pada tingkat yang rendah dapat mengurangi laju korosi.
- Contoh: menggunakan dehumidifier atau pengering udara di ruangan.
- Mengurangi kondensat air yang dapat memicu korosi.
2. Kontrol pH:
- Menjaga pH lingkungan pada rentang yang sesuai dapat menghambat korosi.
- Contoh: menambahkan inhibitor untuk menjaga pH netral pada sistem pendingin air.
- Menghindari lingkungan asam atau basa yang dapat mempercepat korosi.
3. Kontrol Oksigen:
- Mengurangi ketersediaan oksigen dalam lingkungan dapat menghambat reaksi korosi.
- Contoh: menggunakan gas inert (nitrogen, argon) untuk menggantikan udara.
- Mengurangi oksidasi logam yang menyebabkan korosi.
4. Kontrol Kontaminan:
- Menghilangkan atau meminimalkan kontaminan dalam lingkungan dapat mencegah
korosi.
- Contoh: membersihkan permukaan logam dari garam, debu, atau zat kimia yang dapat
memicu korosi.
- Mengurangi konsentrasi zat-zat yang dapat mempercepat reaksi korosi.
5. Kontrol Temperatur:
- Menjaga temperatur lingkungan pada rentang yang sesuai dapat menghambat laju korosi.
- Contoh: mendinginkan sistem pendingin air untuk mengurangi laju korosi.
- Menghindari fluktuasi suhu yang dapat memicu stres mekanis dan korosi.
7. Perlindungan Katodik:
- Menerapkan sistem perlindungan katodik, seperti anoda korban atau arus terlindung,
untuk mencegah korosi.
- Contoh: menggunakan sistem anoda korban pada struktur bawah air atau tanah.
- Menciptakan perbedaan potensial elektrokimia untuk melindungi logam.
1. Pembersihan Permukaan:
- Secara berkala membersihkan permukaan logam dari kotoran, minyak, garam, dan
kontaminan lainnya.
- Menggunakan metode pembersihan yang sesuai, seperti pencucian, penggosokan, atau
penggunaan bahan pembersih.
- Memastikan permukaan logam bersih dan bebas dari zat-zat yang dapat memicu korosi.
2. Pemeriksaan Berkala:
- Melakukan pemeriksaan visual secara berkala untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal
korosi.
- Menggunakan teknik pemeriksaan non-destruktif, seperti pengujian ultrasonik atau
radiografi, untuk mendeteksi korosi internal.
- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan memantau perkembangan kondisi logam.
4. Penggantian Komponen:
- Mengganti komponen logam yang telah mengalami korosi parah atau kerusakan.
- Memastikan penggunaan bahan logam yang lebih tahan korosi untuk penggantian.
- Mempertimbangkan penggunaan lapisan pelindung atau perlindungan katodik pada
komponen pengganti.
6. Kontrol Lingkungan:
- Memantau dan menjaga kondisi lingkungan sesuai dengan persyaratan untuk mencegah
korosi.
- Mengendalikan faktor-faktor lingkungan, seperti kelembaban, pH, oksigen, dan
kontaminan.
- Menerapkan tindakan korektif jika terjadi perubahan kondisi lingkungan yang dapat
memicu korosi.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat ialah kita mengetahui korosi itu seperti apa ,kita dapat mengetahui
apa saja penyebab terjadinya korosi pada logam serta ciri – ciri apabila suatu logam sudah
terkena korosi. Kita dapat mengetahui bagaimana cara – cara mencegah terjadi korosi pada
logam yang tentunya dapat menghemat biaya bahan dan operasional apabila kita membangun
suatu bangunan seperti rumah, Gedung,dan membangun suatu jembatan
B. PREFERENSI
o https://id.scribd.com/doc/292995455/JENIS-JENIS-KOROSI
o https://www.asmarines.com/jenis-jenis-korosi-yang-perlu-kalian-ketahui
o https://indotech-group.co.id/mengenali-korosi-pada-logam-faktor-penyebab-jenis-dan-
cara-pencegahannya/
o https://chemindo.com/jenis-korosi-pada-logam/
o https://mamikos.com/info/jenis-korosi-beserta-contoh-pljr/
o https://www.neliti.com/id/publications/313685/korosi-logam-dan-pengendaliannya-
artikel-review
o https://roboguru.ruangguru.com/question/jelaskan-proses-terjadinya-korosi-pada-besi-
beserta-reaksi-perkaratannya-_QU-I1WSZOVP