Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA

KOROSI

DOSEN PENGAMPU :
ARIEF YANDRA PUTRA, S.Si., M.Si

DISUSUN OLEH:
M. RIZKY PRAYOGO (223110159)
ERIN TRI WANTI (223110009)
DAFFA EFENDI (223110144)
AFIK SANJAYA (223110105)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala


atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Korosi” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari jenis
jenis korosi serta bagaimana proses terjadinya.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
makalah ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada Bapak
Arief Yandra Putra, S.Si, M.Si, selaku Dosen yang telah memberikan materi
pendukung, bimbingan, dan dorongan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pekanbaru, 9 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
2.1. Landasan Teori ..............................................................................3
2.1.1. Pengertian Korosi.....................................................................3
2.2. Jenis-jenis Korosi………………………………………………………7
2.3. Prose Terjadinya Korosi…………………………………………….12
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
3.1. Kesimpulan...................................................................................14
3.2. Saran.............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Korosi dapat terjadi pada berbagai jenis logam baik pada
konstruksi bangunan, pada kendaraan, kapal laut dan peralatan
yang menggunakan komponen logam seperti seng, tembaga, besi
baja, dan lain-lainnya, semuanya dapat terserang oleh korosi Selain
itu korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen
peralatan elektronik, mulai dari computer serta peralatan canggih
lainnya yang digunakan dalam berbagai aktifitas manusia. (Afandi et
al. 2017)

Proses terjadinya korosi hampir sama pada semua material


terutama pada logam terjadi secara perlahan tetapi pasti, dimana
material yang diperkirakan untuk pemakaian dalam waktu lama
ternyata mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian
rata¬-ratanya. (Rakhman 2016)

Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada logam


merupakan penurunan kemampuan suatu logam akibat lingkungan
(Ronberge, 200). Air laut merupakan lingkungan yang korosif
terhadap logam dikarenakan mengandung natrium klorida (NACl),
kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat (CaCO3), dan oksigen
(O2) terlarut yang mempengaruhi proses korosi pada material
(Sasono, 2010). Adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan
laju korosi pada logam akan bertambah dengan meningkatnya
kandungan oksigen (O2), kelarutan oksigen dalam air merupakan
fungsi dari tekanan, temperature dan kandungan klorida .(M and
Magga 2017)

Beberapa jenis material dan metode yang berbeda telah


digunakan sebagai pelapisan logam untuk menghindari korosi. Baja
karbon rendah merupakan salah satu jenis material yang memiliki
sifat kekerasan yang baik namun sifat tahan karat yang buruk. Untuk
itu perlu diadakan suatu perlakuan agar baja karbon rendah ini
memiliki sifat tahan karat yang baik. (Syafei 2017)

Banyak cara dapat dilakukan untuk meningkatkan sifat tahan


karat dari baja karbon rendah dan salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan proses pelapisan listrik pada
baja dengan menggunakan bahan pelapis tahan karat seperti nikel,
tembaga, seng, krom, dan lain-lain (Rahman and Somar 2020)

1
Kelemahan dari pelapisan listrik (electroplatting) hanya
terbatas pada gaya Faraday dan hanya dapat berlaku pada senyawa
tertentu. Pelapisan yang dilakukan dengan elektroplatting hanya
menghasilkan ikatan adhesi antara permukaan logam dasar dan
logam pelapisnya, sehingga kekuatan lapisan tidak terlalu kuat.
(Setiawan and Dewi 2019)

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan korosi pada


logam terutama baja adalah proses pelapisan dengan cara
mendifusikan atom-atom logam pelapis ke dalam logam utama dan
karena temperatur proses yang cukup tinggi maka atom-atom logam
pelapis yang berdifusi ke dalam logam utama membentuk larutan
padat dan senyawa logam lainya. (Rifky 2019)

Proses ini disebut dengan diffusion coating atau pelapisan


difusi. Pelapisan difusi yang digunakan pada penelitian ini adalah
chromizing. Maka diperlukan penelitian mengenai proses pelapisan
logam (baja dan aluminium) yang mampu melindungi produk dari
serangan korosi. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk
mengendalikan terjadinya korosi pada logam. (Ningsih, Farida, and
Nugrahani 2017)

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan
masalah antar lain sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan Korosi?
2. Apa saja jenis-jenis korosi?
3. Bagaimanakah proses terjadinya korosi?
4. Reaksi apa yang ditimbulkan pada korosi?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.(Mustika
Sari et al. 2019)
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai
pertukaran elektron antara pereaksi, yang menyebabkan keadaan
oksidasi berubah (Eliaz 2019). Dari sejarahnya, istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu
zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil
dari dalam suatu zat. Kemudian pengangkapan hidrogen juga
disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut
dengan oksidasi.(Prasetya and Nurdin 2018)
Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang
artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya
perusakan material (khususnya logam) akibat lingkungannya. Pada
logam terjadinya akibat reaksi kimia yaitu pada temperatur yang
tinggi antara logam dan gas atau terjadi korosi elektrokimia dalam
lingkungan air atau udara basah.(Fontana 1986)
Reaksi langsung disebut juga korosi kering dan reaksi
penggantian disebut korosi basah. Reaksi langsung (korosi kering)
termasuk oksidasi di udara, rekasi dengan uap belerang, hidrogen
sulfida dan kandungan udara kering lainnya, juga rekasi dengan
logam cair lainnya misalnya natrium. Reaksi ini nyata dan umum
terjadi pada suhu relatif tinggi.(Susanto et al. 2016)
Pada dasarnya reaksi korosi logam berlangsung secara
elektrokimia(Trethewey and Chamberlain 1991), yang terjadi pada
daerah katoda dan anoda dengan membentuk rangkaian arus
tertutup. Reaksi korosi berlangsung di daerah permukaan katoda
dan anoda. Korosi elektrokimia dapat dijelaskan dengan suatu
sistem yang disebut sel korosi basah sederhana dengan anoda dan
katoda tunggal (Novita, Ginting, and Astuti 2018)

3
Gambar 2.1 Sel Korosi basah sederhana

Dari Gambar 2.1 diketahui bahwa katoda bertanda positif


dan anoda bertanda negatif. Tanda tersebut menunjukkan
kecenderungan potensial reduksi elektroda yang bersangkutan.
Arus listrik mengalir dari elektroda dengan potensial rendah
(anoda). Sedangkan arus elektron mengalir dari elektroda dengan
potensial rendah (anoda) menuju elektroda dengan potensial
tinggi (katoda) (Saefuloh and Winisuda 2017)
Ion-ion positif (kation) dalam elektrolit berdifusi menuju
permukaan katoda untuk mengalami reaksi reduksi (Fontana,
1983). Pada permukaan anoda atom-atom yang ditinggalkan
oleh elektron valensinya akan lepas menuju elektrolit untuk
selanjutnya bereaksi dengan anion-anion elektrolit tersebut. Faktor
yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan.
(Murti, Handani, and Yetri 2016)
Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur
bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban,
keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.
Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas
asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik
maupun organik (Taqwa, Irwan, and Pardi 2021)

4
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron.
Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-
oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia
melibatkan reaksi anodik di daerah anodik. (Pangestu, Pauzi, and
Suciyati 2018) Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi
logam yaitu :
M Mn+ + ne ( 2.1 )

Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam


menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n
bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :
Fe Fe2+ + 2e ( 2.2 )

Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi


katodik diindikasikan melalui penurunan nilai valensi atau
konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.
Reaksi katodik terletak di daerah katoda (Ispandriatno and
Krisnaputra 2015)Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi
selama proses korosi logam yaitu :

Pelepasan gas hydrogen : 2H- + 2e H2 ( 2.3 )

Reduksi oksigen : O2 + H2O4 4OH- ( 2.4 )

Reduksi ion logam : Fe 3+ + e Fe 2+


( 2.2 )

Pengendapan logam : 3Na+ + 3e Na


( 2.6 )

Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam


larutan terbuka.
Reaksi korosi tersebut sebagai berikut :
2 Fe + O2 Fe2O3 ( 2.7 )

5
Gambar 2.2 Korosi baja pada larutan NaCL

Pada reaksi korosi yang terpenting sebenarnya ialah laju


reaksinya/laju korosi (faktor kinetik) walau dapat/tidaknya terjadi
reaksi adalah persoalan termodinamik pula. Laju korosi ditentukan
terutama oleh perilaku polarisasi sel (Supardi and Susanto
2020)Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Laju Korosi pada Reaksi Korosi

Polarisasi cenderung memperkecil daya gerak, sesuai dengan


rapat arusnya. Saat kedua garis berpotongan menentukan laju korosi
maksimum yang mungkin terjadi. Berbagai faktor menghambat
tercapainya maksimum teoritik, misalnya tahanan elektrolit ( et al. 2018)
Bila besar (garis A), banyak beda potensialnya dipakai untuk mengatasi
tahanan,

6
dan arus korosinya kecil. Bila tahanan elektrolit kecil (garis B) laju korosi
besar sesuai rapat arus di B. Polarisasi pada anoda tak selalu sama
efektif dengan yang ada pada katoda. Bila katoda luas dan anoda
sempit, kebanyakan polarisasi terjadi pada anoda dan kurva polarisasi
katodiknnya akan agak datar (Sari and Dwiyati 2015)

2.2. Jenis-jenis Korosi


Jenis-jenis korosi dapat dikelompokkan sebagai berikut, korosi
merata, korosi sumuran, korosi celah , korosi antar butir, korosi
galvanik, korosi selektif, korosi tegang dan korosi erosi.
 Korosi merata (Uniform Corrosion) Adalah korosi yang terjadi
pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH air yang
rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam
makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil,
logam homogen. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara Diberi
lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk. (Faes et
al. 2019)
a. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik.
b. Pemeliharaan material yang tepat
c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam
berpaduan tembaga 0,4%

Gambar.2.1 Korosi Seragam pada pipa ballast

7
 Korosi sumuran (Pitting Corrosion) Adalah korosi yang
disebabkan karena komposisi logam yang tidak homogen yang
dimana pada daerah batas timbul korosi yang berbentuk sumur.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberikan inhibitor
c. Diberikan coating dari zat agresif

Gambar 2. Pitting Coorsion

 Korosi celah (Crevice Corrosion) Korosi yang terjadi pada logam


yang berdempetan dengan logam lain diantaranya ada celah
yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi O2
pada mulut kaya disbanding pada bagian dalam, sehingga
bagian dalam lebih anodic dan bagian mulut jadi katodik Korosi
ini dapat dicegah dengan cara :
a. Isolator
b. Dikeringkan bagian yang basah
c. Dibersihkan kotoran yang ada

8
Gambar 7. Crevice Corrotion

 Korosi antar butir (Intergranular Corrosion) sering terjadi pada


baja tahan karat sebagai akibat perlakuan panas atau
pengelasan. Dalam keadaan tertentu bidang antar muka butiran
menjadi sangat reaktif dan menyebabkan korosi antar butir, yaitu
korosi lokal di sekitar butiran yang menyebabkan penurunan
kekuatan bahan. (Huda and Sutjahjo 2017)

 Korosi galvanik Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang


berbeda dalam satu elektrolit sehingga logam yang lebih anodic
akan terkorosi. Korosi ini dapat dicegah dengan cara :
a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran
elektolit
b. Pasang proteksi katodik
c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

9
Gambar.5. Galvanic Corrosion

 Korosi erosi adalah Korosi yang terjadi karena keausan dan


menimbulkan bagian – bagian yang tajam dan kasar, bagian –
bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga diakibatkan
karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis film
pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan
propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibotor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras

Gambar.3. Errosion Corrosion


10
 Stress corrosion (korosi tegangan) Terjadi karena butiran
logamyang berubah bentuk yang diakibatkan karena logam
mengalami perlakuan khusus (seperti diregang, ditekuk dan lain-
lain). Sehingga butiran menjadi tegang dan butiran ini sangat
mudah bereaksi dengan lingkungan. Korosi jenis ini dapat dicegah
dengan cara :
a. Diberi inhibitor
b. Apabila ada logam yang mengalami streses maka logam
harus direlaksas
i.

Gambar 6. Stress Corrosion

11
2.3. Proses Terjadinya Reaksi
Pada peristiwa korosi, logam ini akan mengalami oksidasi
sedangkan oksigen akan mengalami reduksi. Karat yang terjadi
pada suatu logam umumnya berupa oksida atau karbonat
(Fe2O3.nH2O), yang berwarna coklat-merah. Korosi merupakan
sebuah proses elektrokimia.
Pada peristiwa korosi besi, pada bagian tertentu saja dari besi
itu sebagai anode, di mana besi akan mengalami oksidasi.

Fe(s) → Fe 2+ (aq) + 2e

Elektron yang dapat dibebaskan di anode akan mengalir ke bagian


lain dari besi, bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2 (g) + 4H + (aq) + 4e → 2H 2 O(l)

atau

O 2 (g) + 2H 2 O(l) + 4e → 4OH – (aq)

Pada ion besi (II) akan terbentuk pada anode, selanjutnya


teroksidasi membentuk suatu ion besi (III) kemudian dapat juga
membentuk oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Bagian besi mana
yang akan bertindak sebagai anode maupun katode. Hal tersebut
juga akan bergantung pada banyak faktor, misalnya saja zat
pengotor atau perbedaan rapatan logam itu.

Proses terjadinya korosi hampir pada semua material


terutama pada logam terjadi secara perlahan tetapi pasti, korosi
dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan umur
pemakaian, dimana material yang diperkirakan untuk pemakaian
dalam waktu lama ternyata mempunyai umur yang lebih singkat
dari umur pemakaian rata-ratanya. (Juanda et al. 2022)

Pada dasarnya, proses korosi merupakan reaksi sel


volta (Galvanic cell), yaitu reaksi redoks yang berlangsung
secara spontan.

Sebagai contoh, reaksi korosi besi yang membentuk oksida besi


(Fe2O3+ nH2O). Secara elektrokimia, korosi besi adalah peristiwa
teroksidasinya besi (Fe) oleh oksigen (O 2) yang berasal dari udara.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

12
1. Pada anoda (anodic site) terjadi reaksi oksidasi:

Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e-

2. Elektron mengalir menuju katoda sehingga terjadi reaksi reduksi:

O2(g) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(l)

3. Selanjutnya ion Fe2+ bereaksi dengan Oksigen dan air membentuk


Fe2+O3xH2O yang dikenal dengan karat

Fe2+(l) + O2(g) + H2O(l) → Fe2+O3xH2O

Terdapat dua macam proses korosi:

1. Korosi Proses Kimia


Merupakan serangan korosi secara langsung, tanpa adanya aliran
listrik pada logam. Contohnya adalah berkaratnya baja dalam udara
terbuka. Korosi oleh proses kimia biasanya menyebar secara merata pada
seluruh permukaan logam. (Rizki Ornelasari 2015)

2. Korosi Elektrokimia
Merupakan korosi akibat dari proses elektrokimia, pada permukaan
logam akan terbentuk daerah–daerah anoda dan katoda, yang satu
dengan yang lainnya dipisahkan oleh jarak–jarak tertentu. Karena
potensial anoda “kurang mulia” atau tinggi drajatnya dibanding potensial
katoda, maka akan terjadi arus listrik diantara kedua elektroda tersebut,
electron–electron akan berpindah dari anoda ke katoda, sehingga anoda
larut dan katoda mendapat perlindungan.

13
(Mubarak, Jokosiswor, and Mulyatno 2020)

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini
antara lain sebagai berikut.
1. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.
2. Jenis-jenis korosi dapat dikelompokkan sebagai berikut, korosi
merata, korosi sumuran, korosi celah , korosi antar butir, korosi
galvanik, korosi selektif, korosi tegang dan korosi erosi.
3. Pada peristiwa korosi, logam ini akan mengalami oksidasi
sedangkan oksigen akan mengalami reduksi. Karat yang
terjadi pada suatu logam umumnya berupa oksida atau
karbonat (Fe2O3.nH2O), yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan sebuah proses elektrokimia.

3.2. Saran
Adapun saran yang diiperoleh dari pembahasan mengenai
materi korosi ini.
Korosi menjadi salah satu alasan mengapa suatu benda berbahan
dasar logam dapat rusak, untuk mengatasi korosi ini diperlukan
pencegahannya, seperti melakukan pengecatan, pembalutan, dan
lain lain agar suatu benda dapat terhindar dari peristiwa korosi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Yudha Kurniawan et al. 2017. “Jurnal Korosi (Abdi).” 4(1): 1–5.
Eliaz, Noam. 2019. “Corrosion of Metallic Biomaterials: A Review.” Materials
12(3).
Faes, Willem et al. 2019. “Corrosion and Corrosion Prevention in Heat
Exchangers.” Corrosion Reviews 37(2): 131–55.
Fontana, M. G. 1986. “Corrosion Engineering. Third Edition.”
Huda, Choirul, and Dwi Heru Sutjahjo. 2017. “ANALISIS LAJU KOROSI
MATERIAL ALUMINIUM 5083 SEBAGAI APLIKASI BAHAN LAMBUNG
KAPAL Choirul Huda Dwi Heru Sutjahjo Abstrak.” : 17–24.
Ispandriatno, Andreas Surjaka, and Radhian Krisnaputra. 2015. “Ketahanan
Korosi Baja Ringan Di Lingkungan Air Laut.” Jurnal Material Teknologi
Proses 1(1): 2477–2135.
Juanda, Muhammad, Nadia Luthfia Pratiwi, Dwi Hery Astuti, and Sani. 2022.
“STUDY OF NaNO 2 INHIBITORS AS CORROSION CONTROL RATE OF
STAINLESS STEEL IN NaCl 3 . 5 % ENVIRONMENT.” Jurnal Teknik Kimia
16.
M, Muhammad Zuchry, and Ramang Magga. 2017. “Komersil Dalam Media Air
Laut.” 8(2): 737–41.
Mubarak, Syahrul, Sarjito Jokosiswor, and Imam Pujo Mulyatno. 2020.
“‘Pengaruh Penambahan Inhibitor CaCO3 Terhadap Laju Korosi Baja SS
400 Dalam Larutan Air Laut Buatan.’” Teknik Perkapalan 8(3): 339–46.
Murti, Eri Aidio, Sri Handani, and Yuli Yetri. 2016. “Pengendalian Laju Korosi
Pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir ( Uncaria
Gambir Roxb ).” Jurnal Fisika Unand 5(2): 172–78.
Mustika Sari, Windy, Ediman Ginting Suka, Jl Soemantri Brodjonegoro, and
Bandar Lampung. 2019. “Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun
Alpukat (Persea Americana M.) Sebagai Inhibitor Pada Baja SS-304 Dalam
Larutan HCl 1M.” Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika 07(02): 207–14.
Ningsih, Tita Diana, Retno Farida, and Ratri Ariatmi Nugrahani. 2017. “Pengaruh
Blending Minyak Nabati Pada Pelumas Dari Minyak Mineral Terhadap
Stabilitas Oksidasi Dan Ketahanan Korosi.” Jurnal Konversi 6(1): 7.
Novita, Sinta, Ediman Ginting, and Widi Astuti. 2018. “Analisis Laju Korosi Dan
Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan Variasi
Kadar Ni (0, 3, Dan 10%) Dalam Medium Korosif.” JURNAL Teori dan
Aplikasi Fisika 06(01): 21–32.
Pangestu, Sinta Setiani, Gurum Ahmad Pauzi, and Sri Wahyu Suciyati. 2018.
“Analisis Laju Korosi Pada Sistem Energi Listrik Alternatif Berbasis Elektrolit
Air Laut.” Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika 6(2): 249–56.
Prasetya, Andreas Yoppy Aprianto, and Isdiriayani Nurdin. 2018. “Korosi
Alumunim Dalam Larutan Asam Sitrat.” Jurnal Teknik Kimia Indonesia 11(2):
116.
Rahman, Lulu Amalia, and Evelina Somar. 2020. “EKSTRAK TANNIN DAUN
BUAH HITAM (Haplolobus Sp) SEBAGAI INHIBITOR ALAMI KOROSI BESI
DALAM LARUTAN ASAM.” Jurnal Natural 16(1): 61–65.
16
Rakhman, Arie Noor. 2016. “2 Februari 201 6.” Jurnal Teknologi Technoscientia
8(2): 107–17.
Rifky, Mirna. 2019. “Ekstrak Daun Sukun Sebagai Inhibitor Alami Penghambat
Korosi Pada Kawat Stainless Steel.” Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran
Gigi 15(2): 61.
Rizki Ornelasari, Marsudi. 2015. “Analisa Laju Korosi Pada Stainless Steel 304
Menggunakan Metode Astm G31-72 Pada Media Air Nira Aren.” Jtm 01(01):
112–17.
Saefuloh, Iman, and Muhammad Gema Winisuda. 2017. “Studi Analisa Kuat
Arus Proses Elektroplating Dengan Pelapis Nikel Cobalt Terhadap
Kekerasan , Ketahanan Korosi ,.” Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta
III(2): 42–47.
Ramon Sanjaya, Ediman Ginting, and Agus Riyanto. 2018. “Efektivitas Ekstrak
Daun Pepaya (Carica Papaya l) Sebagai Inhibitor Pada Baja ST37 Dalam
Medium Korosif NaCl 3% Dengan Variasi Waktu Perendaman.” Jurnal Teori
dan Aplikasi Fisika 6(2): 167–74.
Sari, Yunita, and Siska Titik Dwiyati. 2015. “Korosi H2S Dan CO2 Pada
Peralatan Statik Di Industri Minyak Dan Gas.” Jurnal Konversi Energi dan
Manufaktur 2(1): 18–22.
Setiawan, Adhi, and Amilia Kristina Dewi. 2019. “Korosi Baja Karbon Tercoating
Zinc Fosfat Pada Media Asam Sulfat.” J. Teknologi 11(1): 57–66.
Supardi, Joli, and Herdi Susanto. 2020. “Laju Korosi Atmosferik Baja Konstruksi
Di Area Pabrik PT. Karya Tanah Subur.” Jurnal Mekanova: Mekanikal,
Inovasi dan Teknologi 6(2): 126.
Susanto, Herdi et al. 2016. “Laju Korosi Atmosferik Kawasan Pesisir Dan Rural
Di Kabupaten Aceh Barat Pasca Tsunami 2004.” Jurnal Mekanova:
Mekanikal, Inovasi dan Teknologi 2(2): 30–38.
Syafei, Nendi Suhendi. 2017. “Analisa Fenomena Korosi Pelat Pipa Baja Karbon
Api 5L-X65 Dalam Larutan 250 Ml Asam Asetat Dan 4750 Ml Aquades Pada
Kondisi Gas Co2 Dan H2S Jenuh Pada Suhu Ruang.” EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA 18(02): 113–20.
Taqwa, Muhammad Libasut, Irwan, and Pardi. 2021. “‘Penggunaan Ekstrak Daun
Pepaya Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Crude Oil.’”
Teknologi 21(1): 1–6.
Trethewey, K R, and J Chamberlain. 1991. Korosi Untuk Mahasiswa Sains Dan
Rekayasa. www.corrosiondoctor.com.

17

Anda mungkin juga menyukai