Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRATIKUM

KOROSI PADA PAKU

DISUSUN OLEH:

ANISA FIKRATUL AFIZAH

GURU PEMBIMBING : NELIZARTI ,S.Pd

SMA NEGERI 1 NAN SABARIS

KABUPATEN PADANG PARIAMAN

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Praktikum
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lansadan Teori
2.2 Hipotesis Penelitian
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.2 Waktu dan tempat
3.3 Alat dan bahan
3.4 Langkah Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan izinNya, saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul 'Uji Korosi Pada Paku' sebagai
laporan praktikum bidang studi kimia. Praktikum ini bertujuan untuk Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi korosi.

Terima kasih tak terhingga saya ucapkan kepada Ibu Nelizarti, S.Pd sebagai guru
saya pada mata pelajaran kimia.

Tak lepas dari kekurangan, saya sadar bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi karya yang lebih
baik dimasa mendatang. Besar harapan saya semoga laporan praktikum ini
membawa manfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca pada umumnya.

Pauh Kambar, 24 Oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari, korosi atau yang biasa disebut karat sangat merugikan.
Kerugian yang ditimbulkan korosi mencapai sekitaran 13,5 triliun rupian per tahun.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.

Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis
logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen
logam seperti seng, tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang
oleh korosi ini. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga
mampu menyerang logam pada komponen komponen renik peralatan elektronik,
mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan canggih lainnya yang
digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri
maupun di dalam rumah tangga. Oleh karena itu, cara pencegahan dari korosi sangat
diperlukan untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan oleh korosi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh berbagai cairan terhadap korosi pada paku besi?


2. Bagaimana rincian proses korosi yang terjadi pada paku besi ?
3. Bagaimana cara pencegahan korosi ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan laporan ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, kami menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Metode Penelitian yang dilaksanakan dengan baik.
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan yang akan menjawab pertanyaan yang
diberikan.
3. Mengamati proses korosi paku selama 7 hari dengan rutin.
4. Mencari kajian pustaka tentang Korosi yang akan menjelaskan proses
Korosi/Oksidasi yangterjadi pada paku.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menyampaikan pengaruh berbagai cairan terhadap korosi pada paku.
2. Menyampaikan penyebab dan pencegahan korosi.
3. Mengamati proses korosi paku pada beberapa medium.
4. Memenuhi tugas dari buk Nelizarti, S.Pd selaku pemberi tugas sekaligus guru
kimia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksiredoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada
peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi
merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi. Fe(s)>Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, dimana oksigen tereduksi. O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(1)
atau O2(g) + 2H2O(l) +_4e->40H-(aq) Ion besi(II) yang terbentuk pada anode
selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk
senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan
logam itu. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuksenyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi kembali menjadi senyawa besi oksida). Deret Volta dan hukum Nernst akan
membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan
korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensialterhadap elektroda
lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
a. Penyebab korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada
dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan
meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia
yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat
menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan bahan korosif
ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam
atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam
ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya
dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk
sintesa bahan bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup
banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini
berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.
b. Pengendalian korosi
Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang
atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses
ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi. Korosi besi memerlukan
oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat
melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1.Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
besi dengan udara dan air.

2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas
dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.

3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara
dan air.

4. Tin plating (pelapisan dengan timah).


Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam
yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada
kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak,
misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu
terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu,
besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi
sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu
justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink.
Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya
tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan
perlindungan katode.
6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi
dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk
bumper mobil.Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti
zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang
rusak.
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh
lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium
dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara
ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan
kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
2.1.2 Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang
merusakkan. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26.
Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi. Salah
satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak
kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal
untuk kebanyakan penggunaan besi. Korosi besi memerlukan oksigen dan air.
Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari
korosi.
2.2 Hipotesis Penelitian
Cairan yang memiliki kandungan unsur oksigen (O2) dan air (H2O) akan
mengalami korosi pada paku besi dan dapat dicegah dengan cara pelapisan
menggunakan bahan anti korosi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian.


Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen atau percobaan. Eksperimen
ini akan didukung oleh hasil pengumpulan data dan informasi yang berhubungan
dengan proses perkorosian.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan dimulai tanggal 17 Oktober s/d 23 Oktober 2022. Tempat
penelitian dan pengamatan di rumah.
3.3 Alat dan Bahan
1. 6 buah paku
2. 6 gelas plastik
3. air biasa
4. larutan asam cuka (CH COOH), terbuat dari 2 sendok makan cuka makan + air
sampai gelas agak penuh.
5. larutan garam (NaCl) terbuat dari 1 sendok makan garam dapur + air sampai
gelas agak penuh.
6. plastik dan karet gelang
7. air panas
3.4 Langkah Kerja
1. Beri tanda berbeda A, B, C, D, E dan F pada masing-masing gelas plastik
2. Masukkan air biasa pada gelas A, air panas pada gelas B, larutan asam cuka pada
gelas C, larutan garam pada gelas D, dan biarkan gelas E dan F kosong
3. Masukkan paku pada masing-masing gelas, dengan setiap gelas berisi 1 paku
4. Tutup gelas F dengan plastic dan ikat dengan karet agar rapat.
5. Amati dan catat perubahan selama 1 minggu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil pengamatan


Dari pengamatan yang dilakukan memperoleh hasil sebagai berikut.
No. Perlakua Pengamatan hari ke….
n 1 2 3 4 5 6 7
A Air biasa - - + + ++ ++ ++
B Air panas - + ++ ++ ++ +++ +++
C Larutan - - - - - - +
cuka
D Larutan - - + + + ++ ++
NaCl
E Kosong - - - - - - -
dan
terbuka
F Kosong - - - - - - -
dan
tertutup

Keterangan pengamatan:
- tidak berkarat

+ sedikit berkarat

++ berkarat

+++ sangat berkarat


4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan selama 7 hari, didapatkan pada pada medium gelas plastik
yang diberi air biasa, pada hari pertama dan kedua tidak terjadi korosi. Namun pada
hari ketiga mulai terlihat sedikit korosi pada paku, dan korosi bertambah banyak
dimulai pada hari keenam.
Pada gelas plastik kedua diberi air panas, tidak terjadi korosi pada hari pertama.
Namun pada hari kedua mulai terbentuk korosi, dan pada hari ketiga korosi
bertambah banyak hingga hari ketujuh.

Pada gelas plastik ketiga dimasukkan larutan asam cuka. Tidak terjadi korosi pada
hari pertama hingga hari ketujuh, korosi nya hanya sedikit. Hanya saja paku yang
diamati mengalami perubahan warna menjadi hitam.

Pada gelas plastik keempat dimasukkan larutan garam, sama seperti gelas
sebelumnya pada hari pertama tidak terjadi perubahan. Pada hari kedua mulai terjadi
korosi dan korosi tidak terlalu bertambah hingga hari ketujuh.

Pada gelas plastik kelima gelas dibiarkan kosong terbuka tidak terjadi korosi pada
paku dari hari pertama hingga hari keenam. Pada hari ketujuh paku menglami
sedikit sekali perkaratan .

Dan pada gelas plastik terakhir diberikan perlakuan yang sama pada gelas kelima
namun yang membedakan adalah gelas plastik ini ditutup dengan
menggunakantoples plastik tertutup. Pada medium ini tidak terjadi korosi pada paku
hingga hari ketujuh.

Dari perlakuan berbeda yang diberikan pada paku, dapat dibandingkan pada gelas
plastik kelima dan keenam yang dibiarkan kosong namun yang membedakan adalah
gelas keenam diberi tutup pada kedua perlakuaan ini tidak terjadi korosi. Pada baku
yang terkena air diberi perbedaan air biasa dan air panas. Paku yang diberi medium
air panas lebih mudah mengalami korosi hal ini sesuai dengan teori. Kemudian paku
yang diberi larutan cuka dan larutan garam sama sama terjadi korosi.

Pada pokok penutup pembahasan, selama tujuh hari pengamatan, paku yang paling
cepat mengalami korosi berada pada gelas B yang berisi air panas . Reaksi sangat
terlihat dari hari ke-2 yang sudah menunjukan korosi pada paku dengan terlihatnya
warna kuning/karat pada permukaan paku dan terus berlanjut hingga hari ke-3.
Disusul oleh gelas A yang berisi air biasa dan gelas D yang berisi larutan garam,
gelas C yang berisi larutan cuka . Gelas E dan F tidak menunjukan pertanda korosi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Larutan yang paling cepat membuat besi berkarat pada pengamatan kali ini

adalah aquades, dengan urutan sebagai berikut:


1). Air Panas

2). Air biasa

3). Larutan NaCl

4). Larutan CH3COOH

5). kosong terbuka dan kosong tertutup

2. Oksigen, larutan, keektrolitan larutan, permukaan logam, sel elektrokimia, waktu,


dan perlakuan.

3. Al (alumunium) merupakan logam yang sebenarnya cenderung lebih reaktif


apabila dibandingkan dengan Fe (besi), terlihat dari potensial standar yang lebih
rendah yang memperlihatkan bahwa alumunium lebih mudah teroksidasi. Tetapi
terjadi peristiwa yang unik pada logam alumunium, di mana hasil korosi malah
melindungi alumunium dari korosi lebih lanjut. Hasil korosi alumunium
menghasilkan lapiran oksida Al2O3 yang kuat dan padat. Berbeda dengan besi
lapiran oksida yang rentan dan berpori berupa Fe2O3 x H2O.

4. Korosi dapat dicegah dengan melapisi dengan bahan anti korosi.

5.2 Saran

1. Lakukan percobaan dengan langkah kerja yang tertulis.

2. Penutupan gelas yang baik sehingga tanpa ada celah untuk masuknya oksigen.

3. Lakukan pencatatan data setiap hari secara berturut-turut dengan waktu yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA

Harmanto, Arie. 2009. Kimia 3 untuk kelas XII. Jakarta Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Pratana, Fajar. 2009. Mari Belajar Kimia Untuk XII SMA IPA. Jakarta Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Astuti, Widya. Praktikum pada Korosi.


http://widyaastutisahnur.blogspot.co.id/2013/10/laporan
praktikum-korosi-pada-paku.html (diakses tanggal 06 Oktober 2017)
LAMPIRAN

Gelas A Gelas B Gelas C

Gelas D Gelas E Gelas F

Anda mungkin juga menyukai