Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA

PENGAMATAN TERJADINYA KOROSI PADA BESI


D

OLEH :

KELOMPOK 5

NAMA ANGGOTA : 1. EGA JULIA MENTARI

2. ENDAH LUTHFIYAH

3. IKA WITROSIA PUTRI

4. M.BERLIANSYAH

5. M. SAGRA ALKAUTSAR

KELAS : XII MIA 6


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas kehendak-Nya lah makalah ini
dapat diselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kimia dengan tema
Pengamatan Korosi Pada Besi. Selain itu tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi dengan metode yang dapat
dimengerti oleh para pembaca. Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan dapat
memberi pengetahuan tentang bahan-bahan yang dapat menimbulkan dan mempercepat
terjadinya korosi (karat), proses terjadinya korosi, kerugian serta cara mencegah
terjadinya korosi.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada Guru Kimia kami yaitu
Ibu Yuliah yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca tentang faktor terjadinya
korosi. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Palembang, 28 oktober 2015

(kelompok 5)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai logam. Logam yang berumur lama
atau tua yang sudah banyak terkontaminasi dengan udara atau air biasanya akan terjadi
perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan adalah korosi.
Secara umum, korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Karat adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal korosi
merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah
satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi, tidak perlu diingkari bahwa logam itu
paling awal menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi
dan karat hamper dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam
dan sangat membahayakan.
Oleh karena itu, dengan pentingnya kita mempelajari pencegahan korosi dalam
percobaan kali ini difokuskan oleh masalah tersebut dan akan dijelaskan pengertian korosi,
faktor-faktor yang menghambat atau mempercepat korosi, serta cara pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempercepat korosi korosi?
2. Faktor- faktor apa saja yang menghambat terjadinya korosi?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan penulisan makalah ini yaitu untuk
mengenali faktor-faktor penyebab korosi.

1.4 Manfaat
Dengan dilakukannya percobaan ini, maka diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi.
2. Dapat menambah informasi mengenai korosi.
3. Dapat melatih siswa agar terampil dalam melakukan kegiatan praktikum.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KOROSI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap
sebagai musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya
dikhususkan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang
mempengaruhi hampir semua logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang
dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling banyak
digunakan, dan karena itu, paling awal menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu
tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain,
1991).

Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara
pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi
dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian
pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut
dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen
yang tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi
sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada
pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).

Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek
dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai
anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel
elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang
terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat
besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian
mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai
katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan
logam itu.

Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.
Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif,
ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan
untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

2.2 Bahan Yang Digunakan

1. Air
2. Larutan CH3COOH (cuka putih)
3. Larutan NaCl (garam dapur)
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Kegiatan mengamati peristiwa korosi pada paku dilaksanakan pada tanggal 15


november 2015 di SMAN 6 Palembang.

3.2 Alat dan bahan

a. Alat
1. 5 gelas plastik bekas
2. 5 paku kecil baru
3. Plastik penutup
4. Karet gelang

b. Bahan
1. Air
2. Larutan CH3COOH (cuka putih)
3. Larutan NaCl (garam dapur)

3.3 Cara kerja

1. Berilah nomor atau papan nama pada gelas plastik dari gelas 1 sampai 5.
2. Isilah gelas nomor 1 dengan paku dan ditutup plastik.
3. Isilah gelas nomor 2 dengan paku tanpa ditutup plastik.
4. Isilah gelas nomor 3 dengan paku ditambah air.
5. Isilah gelas nomor 4 dengan paku ditambah larutan CH3COOH.
6. Isilah gelas nomor 5 dengan paku ditambah larutan NaCl.
7. Setelah 4 sampai 5 hari amati perubahan yang terjadi pada kelima gelas tersebut.

3.4 Hasil pengamatan

1. Paku yang tidak terbentuk karat adalah pada gelas yang tertutup plastik.
2. Paku yang terbentuk karat adalah pada gelas yang terbuka, dan yang berisi air,
larutan garam dan cuka.
3. Paku yang paling menghasilkan karat adalah pada gelas yang berisi larutan cuka.
BAB IV

PEMBAHASAN

Korosi merupakan proses oksidasi oleh oksigen atau belerang di lingkungan dan membentuk
karat yang rapuh. Korosi ( Perkaratan) merupakan proses galvani alami yang menakibatkan
kerusakan ada kontruksi bangunan berbasis rangka dan bahan logam seperti besi. Pada pecobaan
ini kami menggunakan paku sebagai bahan percobaan. Dimana paku direndam ke dalam
beberapa jenis larutan yang berbeda dan membandingkan hasil dari percobaan tersebut pada
larutan mana paku akan lebih berkarat. Pada Air (H2O) paku yang kami rendam berkarat dan
mengubah warna air menjadi kecoklatan. Pada Air garam Paku juga berkarat layaknya pada air
dengan karat yang lebih banyak daripada di air. Sedangkan yang direndam dalam air cuka, paku
berkarat dan membuat karatan pada larutan lebih pekat sehingga larutan cuka menajdi hamper
kering. Namun hal ini tidak terjadi pada paku yang dibiarkan di udara terbuka, hanya tejadi
sedikit perkaatan. dan pada paku yang disimpan di cangkir yang ditutup plastic, paku tidak
berkarat sama sekali. Adapun reaksi perkaratan pada paku tersebut adalah sebagai berikut :

2Fe(s) + 3/2O 2(g) + nH2O(l) + 4H+(aq) → Fe2O3.nH2O(s) + 4H+ (aq)

2Fe(s) + 7/2O2(g) + nH2O(l) → Fe2O3.nH2O(s)

Faktor-faktor yang dapat mempecepat terjadinya proses korosi adalah:

1. Air dan kelembapan udara


Dilihat dari reaksi terjadinya proses korosi, air merupakan faktor penting dalam proses
korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat juga proses
berlangsungnya korosi.
2. Elektrolit asam
Elektrolit asam atau garam (elektolit) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan, sehingga elektrolit lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara. Air
laut dan air hujan merupakan penyebab korosi yang utama, sebab air hujan banyak
mengandung asam, sedangkan air laut banyak mengandung garam.
3. Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan yang
akhirnya berperan sebagai anode atau katode. Permukaan logam yang licin dan bersih
akan menyebabkan korosi sulit terjadi.
4. Terbentuknya sel elektrokimia
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah. Bila dua logam
yang berbeda potensial bersinggungan dan terjadi pada lingkungan berair atau lembap
maka akan dapat terjadi sel elektrokimia secara langsung, sehingga logam yang
potensialnya rendah akan segera melepas elektron bila bersentuhan dengan logam yang
potensialnya lebih tinggi dan akan mengalami oksidasi oleh O2 dari udara.
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi, antara lain:
- Mengusahakan pencampuran zat dalam logam tersebar secara homogen.
- Mengecat benda untuk mencegah kontak antara logam dengan udara. Cat yang baik
digunakan adalah cat yang mengandung timbal dan seng.
- Melumuri benda dengan cat atau gemuk untuk mengurangi kontak dengan air.
- Pelapisan dengan timah (tin plating). Pelapisan ini dilakukan pada besi-besi yang utuh
secara elektrolisis yang disebut dengn electroplating.
- Penyalutan (galvanisasi). Besi disalut dengan lapisan tipis seng.
- Pelapisan dengan kromium (chromium plating). Kromium dapat memberikan lapisan
pelindung yang berkilat, walaupun ada lapisan yang rusak.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

fakta yang terjadi pada korosi besi adalah sebagai berikut.

1. Besi tidak berkarat dalam udara kering. Perkaratan dapat terjadi dalam kondisi udara
yang lembab.
2. Korosi besi tidak terjadi dalam air tanpa udara, tetapi dapat terjadi dalam air yang
mengandung oksigen.
3. Hilangnya besi dan terbentuknya karat terjadi pada tempat yang bebeda dalam benda
yang sama.
4. Korosi besi berlangsung lebih cepat pada pH rendah, dalam larutan elektrolit,dan karena
kontak dengan logam yang kurang aktif,misalnya Cu.
5. Korosi besi berlangsung lambat ketika besi kontak dengan logam yang lebih aktif,
misalnya Zn.

5.2 Saran

Agar hasil percobaan dapat diamati dengan jelas maka perlu dilakukan :

1. Untuk percobaan yang tidak membutuhkan udara maka plastic penutup gelas harus
benar-benar rapat sehingga dipastikan tidak ada udara yang masuk dan hasil percobaan
dapat diamati dengan jelas.
2. Pastikan bahwa tidak ada larutan yang bercampur saat dituangkan ke gelas karena hal ini
dapat mempengaruhi hasil percobaan.
LAMPIRAN

Alat & Bahan:


Cara keja :

Awal percobaan

Keadaan paku setelah 4-5 hari

Anda mungkin juga menyukai