Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 2

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KOROSI

OLEH

KELOMPOK 3

1. NILA SUNDAMI
2. NOVA MAHARANI
2. PEPI MARDIANA SARI
3. YONDRIADI

KELOMPOK 4

1. ADE WAHYUNI
2. OKI MARLINA PETRI
3. SUCI ULAN SARI
4. WINDA NOVIANA

DOSEN : 1. UMAR KALMAR NIZAR, S.Si, M.Si, Ph.D

2. YERIMADESI, S.Pd, M.Si

ASISTEN : 1. SHERLIN OKTAVIA

2. STEVANI YUDARMI

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Peranan Lingkungan terhadap Korosi” dengan sebaik mungkin.
    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Padang, April 2016

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korosi atau pengaratan adalah hal yang umum kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari pada logam. Korosi merupakan reaksi elektrokimia yang berlangsung spontan.
Korosi pada logam ini menimbulkan beberapa kerugian. Diantaranya pagar yang
berkarat akan menurunkan estetika dan juga manfaatnya menjadi kurang kokoh,
bagian tertentu dari kendaraan bermotor yang terbuat dari logam, tidak sedikit juga
yang menurun kemampuannya karena proses pengaratan, dan lain-lain. Korosi ini
tidak dapat dicegah ataupun dihentikan, namun dapat dikendalikan atau diperlambat
laju reaksinya. Inilah yang melatarbelakangi percobaan tentang Peranan Lingkungan
Terhadap Korosi, untuk melihat faktor lingkungan apa saja yang terkait dengan korosi.

B. Rumusan Masalah
C. Apa pengaruh udara terhadap proses pengaratan?
D. Apa pengaruh air terhadap proses pengaratan?
E. Bagaimana pengaruh larutan asam terhadap pengaratan logam?
F. Mengapa pengaratan dipengaruhi oleh inhibitor?
G. Bagaimana pengaruh inhibitor nitrit dan natrium kromat pada pengaratan paku beton?

C. Tujuan

Untuk menunjukan peranan lingkungan sekitar dalam proses korosi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Korosi adalah suatu pokok bahasan yang menyangkut berbagai disiplin ilmu, atau
dengan kata lain, ini menggabungkan aspek-aspek fisika, kimia, metalurgi, elektronika
dan perekayasaan. Walaupun demikian kebanyakan dari kita yang berkecimpung dalam
bidang penanggulangan korosi sering mempunyai latar belakang salah satu atau beberapa
disiplin itu tetapi tidak semuanya.

Sulit bagi kita untuk menemukan proses alami yang tidak dipengaruhi oleh perubahan
energi. Korosi adalah gejala yang timbul secara alami. Pengaruhnya dialami oleh hampir
semua zat dan diatur oleh perubahan-perubahan energi. Oleh sebab itu diperlukan
pembahasan teori-teori tentang energi dan zat.

Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan


lingkungannya. Beberapa hal penting menyangkut definisi ini bisa dijelaskan sebagai
berikut:
a. Korosi berkaitan dengan logam. Ini berarti bahwa hanya setengah reaksi seperti
persamaan di bawah yang bisa dianggap reaksi korosi sejati. Setengah reaksi yang
kedua, walaupun menerangkan suatu proses yang harus ada agar korosi dapat
berlangsung, namun bukanlah suatu raksi korosi.
M  Mz+ + z e -
b. Melalui penggunaan istilah degradasi atau penurunan mutu kita mengandaikan bahwa
korosi adalah proses yang tidak dikehendaki. Namun demikian ini tidak selamanya
benar, dan dalam hal itu proses tersebut biasanya tidak disebut korosi.
c. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia, yakni antara baha-bahan
bersangkutan terjadi perpindahan elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang
bermuatan negatif, maka pengangkutannya menimbulkan arus listrik, sehingga reaksi
demikian dipengaruhi oleh potensial listrik.
d. Lingkungan adalah sebutan paling mudah untuk memaksudkan semua unsur disekitar
logam terkorosi pada saat reaksi
Cacat dalam struktur logam

Kita mempunyai kecendrungan untuk mengandaikan bahwa ketika logam-logam


membeku struktur kristal yang sangat tertata, tidak ada cacat dalam susuna tumpukan-
tumpukannya. Sesungguhnya tidak demikian. Logam selalu mempunyai
ketidaksempurnaan, yang disebut cacat (defact), pada struktur kisinya dan ini sering
sangat berpengaruh pada sifat-sifat korosi logam. Salah satu cara bagaimana kristal
menjadi tidak sempurna, yaitu ketika membahas batas butir yang merupakan daerah
pertemuan tidak serasi antara kisi-kisi berebelahan, masing-masing dengan orientasi
berbeda. Struktur butir logam terjadi akibat proses pemadatan selama percetakan. Ini juga
sangat dipengaruhi oleh perlakuan mekanik yang diterima selama pengerjaan dan
fabrikasi. Sifat dapat ditempa yang dimiliki logam mengandung arti bahwa proses
tersebut dapat mengakibatkan perubahan bentuk yang tidak tanggung-tanggung pada
butir-butir serta retak atau patah pada bagian kisi-kisi yang semula sempurna (Tim Kimia
Fisika, 2017, 44-46).

Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi dalam
lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya suatu logam oleh gas
oksigen di udara. Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa
disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus
Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai preduksi dan
Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi
pembentukan karat :
Anode : Fe2+ + 2e→ Fe
Katode : 2H2O → O2 + 4H+ + 4e
Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan
mempercepat proses pengaratan berikutnya.korosi adalah kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa seharihari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3. nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklatmerah. Korosi
merupakan proses elektro kimia.Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi (Trethewey, K.R, 1991).
Korosi merupakan proses degradasi,deterorisasi,pengerusakan materil yang  di
sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.Adapun prosesnya yakni merupakan
reaksi redoks antara satu logam dengan berbagai zat di sekelilingnya tersebut.Dalam
bahasa sehari-hari korosi di sebut dengan perkaratan.Kata korosi berasal dari bahasa latin
“Corrodere” yang artinya  pengrusakan logam atau perkaratan.jadi jelas korosi di kenal
sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan
lingkungannya,yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan.Sistem ini di katakan
setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Pencegahan korosi merupakan salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaanya
sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi adalah sifatnya
yang sangat mudah mengalami korosi.Padahal besi yang telah mengalami korosi akan
kehilangan nilai jual ada fungsi komersialnya.Ini tentu saja akan merugikan sekaligus
membahayakan.Berdasarkan dari asumsi tersebut ,percobaan ini di fokuskan dalam upaya
pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada 
percobaan ini akan di ketahui logam-logam apa sajakah yang dapat menghambat
terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat  kimia nya (Keenan, Charles W, 1984).
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum
terdapat pada kerak bumi . Besi cukup reaktif, besi bila di biarkan di udara terbuka
untuk  beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim di sebut perkaratan besi.
Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yag melihat
oksigen. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu (Svehla,G. 1990).
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.
Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif,
ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
ia bisa larut sedikit.
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida
(Sukardjo, 2002).
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsurunsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran
udara, suhu, kelembaban, keberadaan zatzat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.
Bahanbahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta
garam, baik dalam bentuk senyawa maupun anorganik. Penguapan dan pelepasan
bahanbahan korosif keudara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan
yang terlalu asam atau basa dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada
dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaansenyawaannya
dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa
bahanbahan organik. Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak
digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada
dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara (Oxtoby, D.W. Gilis,H, 1999).

Dampak korosi
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar
atau jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada
alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panas, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat
diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi
atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang
terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC (Akhadi, Muklis, 2002).

Mencegah terjadinya korosi


Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan kontak antara permukaan
besi dengan air dan udara. Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita
ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara
pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan
udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastic
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Tin planting
mencegah kontak besi dengan udara dan air.
5. Galvanisasi
Besi terlindung dan zink yang mengalami oksidasi.
6. Cromium planting
( Aris,Tris, 2009 ).
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Rabu / 15 Maret 2017-04-04

Pukul : 13.20 – 15.50 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

B. Alat dan Bahan

Alat :

6 Tabung Reaksi dan Rak Paku Beton

Gelas Kimia Penangas Air

Bahan:
Natrium Nitrat Natrium Kromat

HCL Air Mendidih

Aquades
C. Prosedur kerja
1. Letakkan semua tabung dalam rak dan masukkan sepotong paku kedalam masing-
masing tabung. Beri nomor 1-6

2. Biarkan paku dalam tabung no 1 berhubungan langsung dengan udara


3. Masukkan air kedalam tabung no 2 sehingga paku terbenam

4. Isi tabung no 3 larutan HCL 2M sehingga paku terbenam


5. Isi tabung no 4 dengan air yang sudah dididihkan

6. Ambil dua gelas kimia250 mL yang masing-masing diisi 100 mL air. Kedalam gelas
pertama masukkan 10 gram natrium nitrit dan gelas kedua 10 gram natrium kromat

7. Masukkan larutan natrium nitrit kedalam tabung no 6 sehingga pakunya terbenam


8. Masukkan larutan natrium kromat kedalam tabung no 7 sehingga pakunya terbenam

9. biarkan semua tabung reaksi itu sekurang-kurangnya sehari semalam, atau lebih baik
satu minggu.

10. amati pengaruh lingkungan yang berbeda-beda terhadap paku.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Tabung Reaksi Kondisi Pengamatan

1 Udara Langsung Sedikit karat


2 Aquades Banyak karat
3 HCl Banyak karat
4 Aquades yang dididihkan Banyak karat
5 Natrium Nitrat Tidak berkarat, paku terkikis,
terlihat mengkilat, terdapat
endapan hitam
6 Natrium Chromat Tidak berkarat, paku terkikis,
terdapat endapan hitam

B. Pembahasan

Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan mengenai peran lingkungan
terhadap korosi. Dimana praktikan melakukan beberapa perlakuan untuk membuat
keadaan lingkungan terhadap paku berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan pengaruh
lingkungan terhadap paku, praktikan ingin mengamati dan mengetahui keadaan seperti
apa dan keadaan lingkungan yang bagaimana yang dapat mempengaruhi korosi baik
dengan cepat maupun lambat.

Disini praktikan membuat 6 buah keadaan lingkungan yang berbeda terhadap paku
dalam tabung reaksi, diantaranya yaitu tabung 1 dibiarkan pada udara terbuka, tabung 2
tabung diisi dengan aquades, tabung 3 diisi dengan air panas, tabung 4 dan 5 diisi dengan
natrium kromat dan natrium nitrit, dan tabung 6 diisi dengan larutan HCl.

Dari keenam tabung dengan keadaan yang berbeda dan diamati setelah lebih kurang
satu minggu praktikan mendapatkan hasil bahwa pada tabung reaksi 1 yaitu pada paku
yang dibiarkan diudara terbuka hanya terbentuk sedikit karat, hal ini karena besi pada
paku akan bereaksi O2 diudara dan H2O membentuk Fe2O3.XH2O.
Selanjutnya pada tabung 2 dan 3 yaitu pada paku yang direndam dengan air dingin
(aquades) dan air panas terlihat bahwa pada paku terbentuk karat. Karat pada paku dalam
tabung yang berisi aquades dan pada paku dalam air panas yang terbentuk hampir sama
banyak. Hal ini karena air panas yang digunakan sebagai lingkungan terhadap paku
dengan maksud agar proses karat dapat berlangsung lambat tidak berhasil, karna air panas
itu hanya bertahan lebih kurang selama 2 jam, sedangkan pengamatan terhadap korosi
dilakukan setelah 1 minggu, maka pengaruh air panas ini tidak akan jauh berbeda dengan
air dingin(aquades). Secara teori paku yang dimasukkan kedalam air panas akan lambat
terkorosi karena pada air panaskandungan O2 sangat sedikit, sedangkan pada air dingin
perbandingan H2O dan air lebih kurang seimbang sehingga seharusnya karat pada paku
yang direndam dengan aquades lebih banyak dari pada karat paku dalam air panas.

Pada tabung 4 dan 5 praktikan menggunakan larutan natrium kromat dan natrium
nitrat sebagai faktor pengaruh lingkungan terhadap korosi paku. Dimana dari data
percobaan didapat bahwa paku pada kedua larutan ini tidak membentuk karat, melainkan
paku terkikis sehingga pada paku yang direndam dengan natrium kromat terlihat
mengkilat serta timbulnya endapan hitam akibat pengikisan paku oleh larutan natrium
kromat. Pada paku yang direndam dengan natrium nitrat juga terlihat seperti terkikis dan
ditandai dengan terbentuknya endapan hitam di dasar tabung. Hal ini terjadi karena
larutan natrium nitrat dan natrium kromat bertindak sebagai inhibitor atau penghambat
(mencegah) terjadinya korosi.

Selanjutnya pada tabung 6 dengan menggunakan larutan asam sebagai lingkungan


yang mempengaruhi korosi terhadap paku, yang mana larutan asam yang digunakan ialah
larutan HCl. Larutan HCl membuat paku mengalami korosi dengan cepat, karat yang
terbentuk sangat banyak. Ditandai dengan berubahnya warna larutan HCl yang bening
menjadi kuning kecoklatan dan banyak dan tebal karat yang terbentuk pada badan paku.

Dari percobaan ini praktikan dapat mengetahui bahwa korosi itu merupakan suatu
keadaan atau proses penurunan mutu logam akibat adanya reaksi kimia. Korosi
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Pada lingkungan asam dan lingkungan yang
mengandung H2O dan O2 berlebih korosi(karat) cepat sekali terjadi. Adapun persamaan
reaksi pada proses perkaratan besi yaitu :

Anoda : Fe(s)  Fe2+ + 2e-

Katoda : ½ O2 + H2O + 2e  2OH- (aq)


Maka, Fe2+ + 2OH-  Fe(OH)2

Fe(OH)2 + H2O + O2  Fe2O3.xH2O

Selanjutnya proses penghambat karatan /karat dapat juga dilakukan dengan


perendamanbesi/paku kedalam larutan natrium kromat dan natrium nitrit. Karena kedua
larutan ini bertindak sebagai inhibitor (anti karat). Ia membersihkan besi dan membuat
besi menjadi mengkilat.

Besi yang berkarat disebut juga besi yang cacat, cacat besi ini biasa dikenal sebagai
cacat kristal. Dimana cacat kristal merupakan suatu keadaan dimana kisi dan struktur
kristal tidak sempurna (mengalami cacat).

Pada peristiwa korosi besi (dalam peristiwa korosi terjadi sel galvani atau sel volta
karena pada reaksi perkaratan besi ini terjadi reaksi redoks dan ada bagian pada besi yang
mengalami/ bertindak sebagai anoda dan katoda. Selain itu proses karat besi merupakan
reaksi elektrokimia yang mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan


lingkungannya.
2. Adanya larutan asam yang bertindak dengan logam, semakin asam suatu larutan, akan
semakin cepat pula korosi terjadi.
3. Reaksi logam dengan air dan oksigen, juga akan mempercepat proses pengkaratan.
4. Meningkatnya suhu, laju rekasi korosi akan meningkat.
5. Korosi dapat dihambat dnegan menggunakan inhibitor:
Natrium nitrit : inhibitor anodic yang menghambat reaski oksidasi terjadi
(menurunkan laju korosi).
Kalium Kromat : inhibitor pasivator, membentuk lapisan pasif pada permukaan
logam (sehingga laju korosi dapat ditekan).

B. Saran
Dengan adanya percobaan mengenai peranan lingkungan terhadap korsosi ini, kita
dapat mengetahui peranan lingkungan sekitar terhadap proses pengaratan. Diharpakan
dengan makalah ini, semoga kita dapat menghindari proses pengaratan terkait dengan
reaksi kimia, konsentrasi, temperature ataupun udara.
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Muklis. 2002. Ahli peneliti Muda Bidang Fisika dibidang Tenaga Nuklir

Indonesia. Jakarta : Migas Indonesia.

Aris, Tris, dan Antonio Gomes. 2009. Bahan Konstruksi Alat Proses dan Korosi.

Malang : ITM.

Keenan, Charles W.1984. Kimia untuk Universitas .Jakarta : Erlangga.

Oxtoby, D.W. Gilis,H. 1999. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo.2002. Kimia Fisika. Bandung : Ganeca Exact

Svehla,G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro.

Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Timi kimia Fisika.2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 2. Padang : FMIPA UNP

Trethewey, K.R. 1991. Korosi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai