Anda di halaman 1dari 19

KOROSI DAN PENYEPUHAN

TUGAS MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR

Disusun oleh :

Nama : Tangguh Alit Jati Nugroho

No.induk : 8822

Kelas : XII IPA 2

SMA SAVERIUS KARANGMALANG SRAGEN


TAHUN 2011
Motto
 Segala sesuatu datang kepada orang yang berusaha keras ketika dia sedang
menunggu.

 Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan keslahan-kesalahan, tetapi jadikan
penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.

 Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah dikerjakan.

 Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaiakan tugas mandiri tidak terstruktur tentang korosi dan
penyepuhan.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Guru pembimbing, yang telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga


penulis termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu , membimbing dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini dapat selesai.
3. Teman-teman di kelas XI IPA 2 yang mendukung pembuatan tugas ini.
Segala bentuk kekurangan dan kelemahan dalam tugas ini adalah tanggungjawab penulis.
Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan.

Akhirnya, penulis berharap semoga tugas yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Sragen,

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Korosi dan penyepuhan adalah dua peristiwa kimia yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Korosi merupakan degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang
disebabkan oleh lingkungan disekelilingnya. Korosi sering disebut juga dengan
perkaratan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya,
yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila
logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Dalam
kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai pada bangunan-bangunan maupun
peralatan yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan
sebagainya. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. Jembatan dari baja
maupun badan mobil juga dapat menjadi rapuh karena korosi. Selain pada perkakas
logam ukuran besar, korosi ternyata juga dapat terjadi pada komponen-komponen renik
peralatan elektronik yang terbuat dari logam.

Anda tentu akan mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak
karena berkarat. Sepeda, hiasan, mainan, alat dapur yang awalnya bersih menjadi rusak.
Secara ekonomi, sangat besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki atau
bahkan menganti barang-barang yang berkarat. Proses perkaratan pada barang-barang
dari logam tersebut merupakan proses elektrokimia, dimana logam-logam tersebut
berinteraksi dengan zat-zat kimia yang ada di lingkungannya sehingga terjadi reaksi
redoks. Apakah proses elektrokimia selalu merugikan kita? Proses elektrokimia yang
tidak terkendalikan akan banyak merugikan kita. Tetapi perkembangan ilmu telah
berhasil mengendalikan proses elektrokimia. Anda tentu pernah menggunakan barang-
barang hasil proses elektrokimia. Baterai untuk menyalakan radio, kalkulator, atau jam
tanganmu merupakan barang yang menggunakan proses elektrokimia. Contoh lain dari
proses elektrokimia adalah pelapisan logam dengan logam lain. Coba amati komponen
dari sepeda yang putih mengkilap. Komponen tersebut terbuat dari besi yang sudah
dilapisi krom. Sekarang sudah banyak barang-barang khususnya perhiasan yang
berlapiskan perak atau emas. Seperti halnya penyepuhan logam.
Pernah anda melihat penyepuhan logam? Tentu saja pernah bukan… Biasanya ibu
anda tahu atau pernah melakukannya pada perhiasan emasnya, jadi beberapa perhiasan
di lapis permukaannya dengan emas. Nah itu lah penyepuhan. Bagaimana proses ini
terjadi?
Ingat kembali apa yang pernah diajarkan guru kita mengenai itu. Sebuah wadah
diisi cairan elektrolit (misal Asam sulfat, H2SO4), lalu dua buah logam masing-masing
yang ingin di lapis (misalnya paku) dan satu lagi logam pelapis (misalnya lempeng
tembaga). Lalu masing-masing logam di ”jepit” dengan seutas kabel yang masing-
masing di hubungkan dengan sumber listrik searah (batery atau aki).Jadi proses
penyepuhan adalah proses elektrolisis, yaitu proses perubahan Energi listrik menjadi
Energi kimia. Proses ini melibatkan Elektroda (logam-logam yang dihubungkan dengan
sumber listrik) dan Elektrolit (cairan tempat logam-logam tadi dicelupkan)
Penyepuhan berguna untuk melapisi logam untuk perhiasan, atau juga untuk
pencegahan karat/korosi, seperti pada pipa atau besi, yang dilapisi oleh campuran besi
(Fe) dan Seng (Zn), yang disebut proses galvanisasi. Kalau kamu amati, sebenarnya
proses Elektrolisis ini adalah kebalikan dari proses yang terjadi pada baterei atau aki,
dimana pada sumber listrik itu terjadi proses perubahan dari energi kimia menjadi
energi Listrik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas dapat dirumuskan
masalah penelitian seagai berikut :
1. Apa yang dimaksud korosi dan cara pencegahannya ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi korosi ?
3. Apa dampak korosi dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Apa yang dimaksud penyepuhan dan bagaimana prosesnya ?
5. Bagaimana peran kimia khususnya konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari
khususnya proses penyepuhan tersebut?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan tugas tentang korosi dan peyepuhan ini adalah sebagai
berikut:
1. Memahami pengertian korosi dan penyepuhan.
2. Memahami perbedaan antara korosi dan penyepuhan.
3. Untuk memberikan gambaran mengenai contoh-contoh korosi dan penyepuhan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memahami apa saja hal yang ditimbulkan dengan adanya korosi dan penyepuhan itu.

BAB II
KOROSI

A. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa
oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
Atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan
besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi
senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

B. Contoh Korosi

Beton yang selama ini dikenal sebagai material yang “tahan karat”, sebenarnya bisa
juga mengalami korosi sebagaimana korosi atau karat yang terjadi pada struktur baja.
Korosi yang dimaksud di sini adalah kerusakan material beton tersebut akibat proses
kimia yang terjadi di dalamnya. Tentu saja bentuk korosi beton ini tidak sama dengan
korosi yang terjadi pada besi baja.

Struktur beton yang rentan terhadap korosi adalah :

 Struktur yang terletak di lingkungan laut, seperti platform offshore, dermaga, jetty,
dsb.
 Struktur yang terletak di dalam tanah, seperti pondasi, basement, terowongan, dsb.
 Struktur yang terletak di lingkungan karbondioksida yang tinggi

Korosi pada struktur beton bertulang ada 2 jenis, yaitu :

1. Korosi Pada Baja Tulangan

Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini
disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk
karat. Karat yang terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan
volume besi tulangan tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak
beton sehingga beton tersebut terkelupas atau pecah.
+
Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe ) di dalam
tulangan dengan unsur hidroksi (OH-) dari air.
2+ -
2Fe + 4OH → 2Fe(OH)2

Proses korosi pada baja tulangan

Lalu dari mana datangnya air yang kemudian menyebabkan besi tulangan tersebut
berkarat ? Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2
cara, yaitu:

1. Air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena
beton tidak kedap air.
2. Proses karbonasi, yaitu reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan unsur
kalsium hidroksida di dalam beton (Ca(OH)2) karena beton tidak kedap udara.
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O
2. Korosi Pada Beton

Foto di atas adalah contoh korosi pada beton yang terjadi di permukaan bagian
bawah lantai dermaga. Korosi pada beton terjadi akibat terbentuknya ettringite
akibat reaksi kimia antara unsur kalsium di dalam beton dengan garam sulfat dari
luar. Sama seperti karat pada besi, ettringite yang terjadi menyebabkan
pengembangan volume beton sehingga menyebabkan massa beton terdesak dan
pecah. Secara lengkapnya, proses terjadinya ettringite ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Proses hidrasi antara semen (C3S dan C2S) dengan air menjadi pasta semen
(3CaO.2SiO2.3H2O disingkat CSH).

C3S + H2O → CSH + Ca(OH)2


C2S + H2O → CSH + Ca(OH)2

Ca(OH)2 yang terjadi kemudian bereaksi dengan garam sulfat dari tanah atau laut

Ca(OH)2 + MgSO4 → Mg(OH)2 + CaSO4

CaSO4 yang terjadi bereaksi kembali dengan C3A dari semen dan air menjadi
ettringite

C3A + CaSO4 + H2O → ettringite

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi

Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara
lain:

1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi


redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam
logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom
logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan
atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks
pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak
denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut. Perhatikan animasi. berikut: animasi korosi besi

2. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam
mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan
demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

pengotor yang mempercepat korosi pada permukaan logam

3. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi
dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang
besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.

bangkai kapal di dasar laut yang telah terkorosi oleh kandungan garam yang
tinggi
4. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara


umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-
perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin
kendaraan bermotor).

knalpot kendaraan bermotor yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi

5. pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:

2H+(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
korosi pada kondisi asam lebih cepat terjad logam besi yang belum terkorosi
pada kondisi netral

6. Metalurgi

• Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.

permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi

• Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain


yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat
perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada
permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan
korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

korosi pada permukaan logam yang disebabkan oleh mikroba

koloni bakteri Thiobacillus ferrooxidans pada permukaan logam besi yang


terkorosi

koloni bakteri Thiobacillus thiooxidans yang dapat menyebabkan korosi pada


logam
D. Cara pencegahan korosi

Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :

- Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli,
logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).
Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada
kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat
mampercepat proses korosi.

- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam
lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem
jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara
berkala harus dikontrol dan diganti.

- Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi
dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

BAB III
PENYEPUHAN
A. Pengertian Penyepuhan
PENYEPUHAN (ELECTROPLATING) sesuai dengan namanya, metode
elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan dari
reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama/berbeda dalam
suatu sistem elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi
elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi
spontan di dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan sel elektrokimia di mana reaksi
tak-spontan terjadi di dalamnya disebut sel elektrolisis. Peralatan dasar dari sel
elektrokimia adalah dua elektroda-umumnya konduktor logam-yang dicelupkan ke
dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun cairan) dan sumber
arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang berperan dalam
metode ini adalah elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi
yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi
katoda, yakni elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung dan anoda
di mana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.

Aplikasi utama dari metoda elektrokimia adalah untuk electroplating. Industri yang
bergerak dalam bidang electroplating menerima penyepuhan peralatan teknik maupun
perbaikan lapisan logam. Dalam produksi benda-benda logam, suatu benda yang terbuat
dari logam atau aliase logam seringkali disalut dengan suatu lapisan tipis logam lain.
Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau
untuk memperbaiki penampilan.

Industri penyepuhan rhodium

Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katode, sedangkan logam
penyepuhnya sebagai anode. Kedua elektroda ini dicelupkan dalam larutan garam dari
logam penyepuh dan dihubungkan dengan sumber arus searah.
Perhatikan pada gb.2 kita mempunyai logam yang siap disepuh. Garam NiCl2
terionisasi dalam air menjadi ion Ni++ dan dua ion Cl- . Sel terdiri dari dua setengah sel
yang elektodenya dihubungkan dengan kawat beraliran listrik searah. Logam yang akan
disepuh dihubungkan dengan kabel pada kutub negative baterai sedangkan logam nikel
dihubungkan dengan kutub positif baterai.
Objek yang disepuh menjadi bermuatan negative dan menarik ion positif Ni++
menuju objek, kemudian electron mengalir dari anoda ke katoda. Ion Ni++ tertarik ke
katoda dan direduksi menjadi Ni(p). Jadi, logam nikel (anoda) melarut sebagai Ni++
dalam larutan, menyediakan pengganti nikel utuk logam yang akan disepuh, dan
mempertahankan larutan nikel klorida dalam sel.
Untuk setiap ion Ni++ , 2 elektron digunakan untuk menetralisasi muatan positif
dan mereduksi atom dari logam Ni++ . Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan
sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati sel elektrolisis. Selama energi
baterai tetap ada, nikel terus melarut dari anode dan menyalut katoda.
Gb.2 Sel elektrolisis

Reduksi: Ni2+(aq) + 2e→ Ni(p)


Oksidasi : Ni(p)→ Ni2+(aq) + 2e
Total : Ni(p) (anoda)→ Ni(p) (katoda)
Untuk logam-logam berikut ini, larutan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
 Kromium : asam kromium dengan asam belerang
 Nikel : nikel sulfat dengan asam boric dan nikel klorida
 Cadmium : cadmium sianida dengan natrium sianida dan natrium hidroksida
- cadmium sianida dalam larutan alkalis
 Seng : seng sulfat dengan asam boric,
- seng sianida dengan natrium sianida
- seng sianida dalam larutan alkali
- seng klorida dalam asam hidroklorida
 Tembaga : tembaga sulfat asam belerang
- tembaga sulfat dengan natrium sianida dalam larutan alkali
- tembaga sianida dengan sodium sianida dalam larutan alkali
 Perak : perak sianida dalam larutan alkali
- perak sianida dengan kalium dalam larutan alkali.
Gb.3 Electroplating tembaga pada kunci
Faktor yang mempengaruhi dalam usaha untuk memperoleh salutan yang tebalnya
seragam dan melekat kuat pada logam dasarnya adalah:
o Bersihnya permukaan yang akan disalut
o Voltase
o Kemurnian larutan
o Temperature
o Konsentrasi ion yang akan disepuhkan
o Konsentrasi total ion-ion dalam larutan itu.

B. Contoh Penyepuhan
 PENYEPUHAN PERAK
Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katode, sedangkan logam
penyepuhnya sebagai anode. Kedua electrode itu dicelupkan dalam larutan garam
dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang digunakan sebagai katode,
sedangkan anode adalah perak murni. Larutan elektrilitnya adalah larutan perak
nitrat. Pada katode akan terjadi pengendapan perak, sedangkan perak pada anode
terus-menerus larut. Konsentrasi ion Agdalam larutan tidak berubah.

Katode (Fe) : Ag (aq ) + e Ag (S)


Anode (Ag) : Ag (S)  Ag + e
+
Ag (Anode) Ag (Katode)

 GOLD PLATING / PENYEPUHAN EMAS


Gold plating atau penyepuhan emas adalah metode memberikan lapisan tipis emas
ke permukaan logam lain, biasanya tembaga atau perak, dengan menggunakan
bahan kimia.
Gold Plating adalah proses elektrik (elektrokimia) yang merupakan proses
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Proses ini melibatkan elektroda
(logam-logam yang dihubungkan dengan sumber listrik) dan elektrolit (cairan
tempat logam-logam tadi dicelupkan).

Secara tradisional proses penyepuhan menggunakan emas 24 karat. Penyepuhan


dilakukan pertama-tama dengan merendam logam (perak) di dalam air panas yang
sebelumnya dibubuhi potasium, kemudian, logam dicuci dengan buah lerak dan
disikat dengan seksama. Setelah benar-benar bersih, perhiasan dicelupkan dalam
larutan potas dan emas yang dipanasi.
Untuk membuat larutan sepuh, emas dikaitkan pada kawat tembaga yang
disambungkan pada kutub positif aki kering. Logam yang disepuh dikaitkan pada
kawat tembaga pada sambungan kutub lain. Untuk meratakan lapisan, perhiasan
digoyang-goyangkan beberapa kali.

Penyepuhan perak oleh emas digunakan dalam pembuatan perhiasan. Namun,


karena atom perak berdifusi ke lapisan emas, lambat laun akan memudarkan
warnanya dan akhirnya menodai lapisan permukaan. Proses ini dapat berlangsung
berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, tergantung pada ketebalan lapisan
emas. Sebuah "penghalang" berupa lapisan logam digunakan untuk melawan efek
ini. Tembaga, yang juga dapat bermigrasi menjadi emas, kecepatannya jauh lebih
lambat daripada perak. Tembaga lebih jauh lagi disepuh dengan nikel, sehingga
perak berlapis emas biasanya merupakan perak yang di-substrat dengan lapisan
tembaga dan nikel, dan emas berada pada lapisan paling atas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam


pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang
kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Salah satu penyebab
ambruknya suatu infrastruktur seperti jembatan, jalan layang atau dermaga adalah
terkorosinya besi dalam beton infrastruktur tersebut. Besi dalam beton sebenarnya tahan
terhadap korosi karena sifat alkali dari beton (pH 12-13) sehingga terbentuk lapisan
pasif di permukaan besi dalam beton. Besi baru terkorosi bila lapisan ini rusak. Proses
karbonisasai (carbonation) dan intrusi ion-ion klorida dan gas CO2 ke dalam beton
merupakan faktor penyebab rusaknya lapisan tersebut yang berlanjut dengan
terkorosinya besi di dalam beton.

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam
bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi
tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat
korosif dan sebagainya.

Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta
garam,baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Flour, hidrogen fluorida
beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri,
bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas
ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan
organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk
pembuatan pupuk. Aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan
SOx dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) di udara.
Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-
gas asam tersebut di dalam udara. Dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi,
aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin
mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dan cara untuk menmgatasinya adalah
dengan penyepuhan.

Penyepuhan adalah pelapisan dengan logam menggunakan sel elektrolisis untuk


memperindah penampilan dan pencegahan korosi. Benda yang akan disepuh dijadikan
katode (Fe) dan logam penyepuh sebagai anode (Cu), (Ag). Larutan elektrolit yang
digunakan adalah larutan elektrolit dari penyepuh seperti pada penyepuhan tembaga
adalah CuSO4 dan pada penyepuh perak adalah Ag(CN)2-. Dan lamanya proses
penyepuhan mempengaruhi ketebalan lapisan logam penyepuh pada logam yang
disepuh. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa logam Cu dapat mempercepat
korosi, Zn dapat menghambat korosi, dan Al mudah menghambat korosi.

B. Saran
Korosi bukanlah hal yang bisa dianggap sebelah mata, korosi pada piranti maupun
komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan sifat elektrik pada komponen-
komponen tersebut menjadi rusak karena terbentuknya lapisan non-konduktor. Dalam
beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam
bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa. Oleh sebab itu
perlu adanya proses pelapisan pada benda agar tidak terkena korosi atau disebut
penyepuhan. Penyepuhan bukan hanya bersifat melapisi tapi juga melindungi benda
agar tetap terlihat bagus dan bisa terus digunakan.

Isu lingkungan yang menuntut penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan,


mengarahkan pengembangan produk dengan limbah sekecil mungkin. Penerapan
produksi bersih dapat meningkatan efisiensi dan produktivitas dengan prinsip
pencegahan (elimination), pengurangan (reduce), pakai ulang (reuse), daur ulang
(recycle) dan pungut ulang (recovery) bahan-bahan yang dipakai pada industri
elektroplating.

Anda mungkin juga menyukai