Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA FISIKA 2

PERSAMAAN NERST

Oleh

Kelompok 1 dan 2

Anggota Kelompok 1 Anggota Kelompok 2


1. Agil Aditya Dinata 1. Nola Aprelianda
2. Lola Indriliza 2. Nadya Dewara
3. Renda Mulia Putri 3. Shinta Harzona
4. Riska Septia Dewi 4. Winda Permatasari

Dosen Pembimbing :

Yerimadesi, S.Pd, M.Si

Asisten Dosen :

1. Stevani Yudarmi

2. Sherlin Oktaviana

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat Rahmad dan Hidayah-Nya
makalah tentang Persamaan Nerst ini sebagai tugas mata kuliah Kimia Fisika 2 dapat
diselesaikan. Makalah ini disususn dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah kimia fisiska
2.

Pada kesempatan ini anggota kelompok juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dengan penuh
kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini melainkan Allah SWT, maka makalah
ini juga tidak luput dari segala kekurangandan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki dan membangun serta menembangkan
makalah ini sangat diharapkan.

Semua angggota kelompok yang terkait berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin.

Padang, 04 April 2017

Penyusu
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan teori elektrokimia menghubungkan reaksi kimia oksidasi-reduksi melalui


aliran muatan. Elektrokimia bermanfaat unutk penyimpanan energi dalam aki dan konversi
energi yang efisien dari sumber yang telah tersedia (seperti energi matahari dan enenrgi
kimia) menjadi bentuk-bentuk yang berguna untuk aplikasi teknologi.

Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Energi yang terjadi
biasanya dalam bentuk panas, tetapi diubah dalam bentuk energi listrik, seperti yang terjadi
pada sel galvani. Voltase yang diukur dalam sel volta atau sel galvanik dapat dibagi menjadi
potensial elektroda dari anoda (tempat oksidasi berlangsung) dan katoda (tempat reduksi
berlangsung). Voltase ini dapat dihubungkan dengan perubahan energi bebas Gibbs dan
konstanta kesetimbangan dari proses redooks. Persamaan nernst menghubungkan voltase sel
ini dengan voltase sel pada kondisi keadaan standar dan konsentrasi spesi-spesi reaksi.

Berdasarkan teori tersebut maka dilakukanlah percobaan persamaan nernst untuk menyusun
dan mengukur GGL sel elektrokimia dan mencoba pengujian terhadap persamaan nernst.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana menyusun dan mengukur GGL sel galvani?

b. Bagaimana pengujian persamaan Nerst?

3. Tujuan

a. Menyusun dan mengukur GGL sel galvani

b. Mencoba menguji persamaan Nernst.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Energi yang terjadi
biasanya dalam bentuk panas, tetapi bisa diubah dalam bentuk energi listrik, seperti yang
terjadi pada sel galvani. Sel ini terdiri dari batang logam zn yang tercelup sebagian

Sel Galvani

dalam larutan Zn2+ dan batang logam Cu yang tercelup sebagian dalam larutan Cu2+ . kedua
larutan dihubungkan dengan jembatan garam ( salt bridge ).

Logam Zn dalam larutan Zn2+ dan logam Cu dalam larutan Cu2+ masing-masing
memunyai potensial listrik tertentu sehingga keduanya disebut elektroda dan nilai
potensialnya disebut potensial elektroda. Nilai potensial elektroda ini bergantung pada jenis
logam dan konsentrasi larutan logam tersebut. Nilai potensial reduksi suatu elektroda logam
dalam larutannya berkonsentrasi 1,0 M pada suhu 25℃ disebut potensial reduksi elektroda
standar ( pada tabel )
Jika logam Zn dan logam Cu dengan potensiometer akan menggerakkan jarum sebagai bukti
adanya listrik ( elektron ).

Ketika kedua elekroda belum dihubungkan maka tidak ada arus listrik yang mengalir dan
perbedaan kedua potensial elektroda adalah maksimum, maka disebut GGL sel atau Esel.
Nilai Esel pada keadaan standar ( konsentrasi larutan 1,0 M dan 298 K dilambangkan sebagai
E°sel. Nilai E°sel dapat ditentukan langsung dari nilai potensial elektroda standar. Contohnya
untuk sel Zn/ZN2+ II Cu2+ /Cu :

Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) E° = 0,34 V

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e E° = 0,76 V

Cu2+(aq) + Zn(s) → Zn2+(aq) + Cu(s) E°sel = 1,10 V


Jika konsentrasi larutan tidak 1,0 M dan tidak 25℃ maka Esel untuk reaksi umum

aAB + bCD → cAC + dBD

Harus dihitung dengan persamaan Nerst

Esel = E°sel - RT / nF ln acACadBD / aaABabBD

acAB, adBD, aaAB, abBD adalah aktivitas dipangkatkan dengan koefisien reaksi.

F = konsentrrasi faraday

n = jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks.

Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas dapat diganti
dengan konsentrasi, maka :

Esel = E°sel - RT / nF ln [AC]c[BD]d / [AB]a[CD]b

Jika untuk sel Zn/ZN2+ II Cu2+ /Cu, maka a=b=c=d=1, sehingga persamaan Nerst adalah

Esel = E°sel - RT / nF ln [Zn2+][Cu] / [Cu2+][Zn]

Tetapi karena zat padat dianggap mempunyai konsentrasi satu maka [Cu] dan [Zn]
adalah satu, sehingga

Esel = E°sel - RT / nF ln [Zn2+] / [Cu2+]

Persamaan ini merupakan persamaan garis lurus dengan y = Esel ; x = ln [Zn 2+] /
[Cu2+] ; a = - RT / nF dan b = E°sel.

Pada percobaan ini akan dicoba menguji kebenaran persamaan Nerst. Jika terjadi
penyimpangan mungkin terjadi ketidak akuratan pengukuran (Tim Kimia fisika, 2017 : 38-
40).

Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani (sel volta).
Sel ini mengubah energi kimia menjadi energi lisrtik, yang dapat digunakan untuk melakukan
kerja. Sebuah sel dimana potensial luar yang berlawanan menyebabkan reaksi berlangsung
dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis, sel seperti ini menggunakan
energi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian luar untuk melakukan reaksi kimia yang
sebenarnya tidak dapat berlangsung. Jika sebuah sel diubah menjadi sel elektrolisis dengan
penambahan sumber potensial luar yang berlawanan arah dengan aliran elektron, juga
terdapat sebuah pembalikan pada posisi anoda dan katoda, dalam sel elektrolisis oksidasi
berlangsung di elektroda perak karena menjadi anoda dan tembaga menjadi katoda (Oxtoby,
2001: 379).

Voltase yang diukur dalam sel volta atau sel galvanik dapat dibagi menjadi potensial
elektroda dari anoda (tempat oksidasi berlangsung) dan katoda (tempat reduksi berlangsung).
Voltase ini dapat dihubungkan dengan perubahan energi bebas Gibbs dan konstanta
kesetimbangan dari proses redooks. Persamaan nernst menghubungkan voltase sel ini dengan
voltase sel pada kondisi keadaan standar dan konsentrasi spesi-spesi reaksi. Arus listrik
mengalir dari anoda ke katoda karena ada selisih energi potensial listrik diantara kedua
elektroda. Selisih potensial listrik diantara anoda dan katoda diukur dengan voltmeter dan
angkanya (dalam volt) disebut voltase sel. Namun dua istilah lain, gaya elektromotif  atau
emf (E) dan potensial sel juga digunakan untuk menyatakan voltase sel. Voltase suatu sel
bergantung tidak hanya pada jenis elektroda dan ion-ionnya, tetapi juga pada konsentrasi ion
dan suhu dimana sel bekerja (Chang, 2009: 193).

Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut deret


elektrokimia atau deret volta. Berikut urutan deret volta:

Li  K  Ba  Ca  Na  Mg    Al   Mn   Zn   Fe   Ni  Sn   Pb   H   Cu   Hg   Ag   Pt   Au

semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret volta menandakan, logam semakin


reaktif(semakin mudah melepas elektron) dan logam merupakan reduktor yang semakin kuat
(mudah mengalami oksidasi atau reduktor). Sebaliknya,semakin kanan kedudukan logam
dalam deret volta menandakan, logam semakin kurang reaktif(semakin sukar melepas
elektron) dan kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat (mudah mengalami reduksi
atau oksidator). Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam-logam yang
di kanannya. Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang
lebih kanan dari senyawanya ( Atkins, 1993 )

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonveksi energi
listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksedasi-reduksi) di mana
dalam reaksi ini energi yang dilepaskan oleh reaksi spontan diubang menjadi distrik atau di
mana energi listrik digunakan untuk reaksi yang nonspontan bisa terjadi. Reaksi elektrokimia
dapat dibagi dalam dua macam, yaitu: Reaksi yang menghasilkan arus listrik (proses yang
terjadi dalam baterai) dan reaksi yang dihasilkan oleh arus listrik elektrolisis (Keenan, 1992).

Reaksi kimia terjadi pada dua elektrode. Elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut
anode; tempat terjadinya reduksi disebut katode. Listrik dilewatkan melalui rangkaian di
bawah pengaruh potensial atau voltase, yaitu gaya dorong pergerakan muatan. Elektrolisis
adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik. Alat elektrolisis terdiri atas sel
elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau leburan), dan dua elektroda, anoda dan katoda.
pada anoda terjadi reaksi oksida sedangkan pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi
(Golbert, 2007).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

I. Alat

pH meter, kabel,
Gelas Kimia
penjepit

Kertas amplas
seng dan tembaga

Lembaran tembaga
II. Bahan

CuSO4.5H2O ZnSO4.7H2O

Aquades

III. Prosedur Kerja


Siapkan potongan lembaran tembaga dan seng

Bersihkan permukaan lembaran logam dengan kertas ampalas

Siapkan larutan jenuh ammonium nitrat

Gunakan kertas saring sebagai jembatan garam


Siapkan 2 gelas piala 100 ml

Isi dengan ZnSO4 1M dan CuSO4 1 M

Celupkan elektroda logam dan hubungkan dengan kabel


Ukur nilai GGL dengan pH meter

Siapkan 100 ml larutan CuSO4 0,1 M

Ganti larutan CuSO4 1 M dengan CuSO4 0,1 M

ZnSO4 tidak diganti

Cuci kembali kedua elektroda dan bersihkan dengan amplas

Ulangi langkah sebelumnya untuk CuSO4 0,01 dan 0,001 M

Catat hasil pengukuran dan suhu percobaan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Konsentrasi larutan Konsentrasi larutan


Esel (volt) T (C)
ZnSO4 (anoda) CuSO4 (katoda)
1,0 M 1,0 M 0,234 volt 30C
1,0 M 0,1 M 0,179 volt 30C
1,0 M 0,01 M 0,121 volt 30C
1,0 M 0,001 M 0,031 volt 30C

B. Perhitungan
a. Untuk konsentrasi CuSO4 1,0 M
0,059
E sel=E sel – log ¿ ¿
2
0,059 [ 1]
¿ 0,234 – log
2 [ 1]
= 0,234 – 0,0295 . log 1
= 0,234 – 0,0295 .0
= 0,234V

b. Untuk konsentrasi CuSO4 0,1 M


0,059
E sel=E sel – log ¿ ¿
2
0,059 [ 1]
¿ 0,179 – log
2 [ 0,1 ]
= 0,2179 – 0,0295 . log 10
= 0,179 – 0,0295 . 1
= 0,1495V

c. Untuk konsentrasi CuSO4 0,01 M


0,059
E sel=E sel – log ¿ ¿
2
0,059 [1 ]
¿ 0,121 – log
2 [ 0,01 ]
= 0,121 – 0,0295 . log 100
= 0,121 – 0,0295 . 2
= 0,062V

d. Untuk konsentrasi CuSO4 0,001 M

0,059
E sel=E sel – log ¿ ¿
2
0,059 [ 1]
¿ 0,031 – log
2 [ 0,001 ]
= 0,031 – 0,0295 . log 1000
= 0,031 – 0,0295 .3
= -0,0575V

C. Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan tentang “Persamaan Nerst’ yang bertujuan
untuk menyusun GGL sel galvani serta mencoba menguji persaamaan nerst. Persamaan
nernst merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah
elektron ion-ion metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan. Pada sel elektrokimia
sederhana, elektron akan mengalir dari anoda ke katoda. Hal ini akan menimbulkan
perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial akan mencapai maksimum
jika tidak ada arus listrik yang mengalir. Perbedaan maksimum ini dinamakan GGL sel atau
Esel pada bagian faktor.

Salah satu faktor yang mempengaruhi E sel adalah konsentrasi. Persamaan yang
menghubungkan konsentrasi dengan E sel dinamakan persamaan Nernst.Oleh sebab itu pada
percobaan ini dibuat konsentrasi Cu2+ berbeda-beda.

Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan larutan jenuh ammonium nitrat yang nantinya
akan berfungsi sebagai jembatan garam, kedalam larutan ini dimasukkan kertas saring supaya
menyerap larutan ammonium nitrat dan dapat digunakan sebagai jembatan garam yang
nantinya akan dihubungkan ke kedua gelas kimia yang berisi larutan. Jembatan garam ini
nantinya aka berfungsi untuk menetralkan kelebihan anion dan kation yang terdapat dalam
laurtan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung secra terus menerus.
Kemudian juga menyiapkan larutan ZnSO4 1 M dan CuSO4 dengan berbagai konsentrasi
diantaranya 1 M, 0.1M, 0.01M, 0.001M. Logam yang digunakan sebagai elektroda adalah
logam Zn dan Cu yang telah dibersihkan dengan amplas. Dimana dari kedua logam ini yang
bertindak sebagai anoda adalah Zn dan yang bertindak sebagai katoda adalah Cu, hal ini
dikarenakan harga energi potensial Zn dalam deret volta lebih kecil dibandingkian Cu
sehingga Cu yang bertindak sebagai katoda.
Untuk pengukuran GGL kedua logam tersebut dimasuukan kedalam masing-masing
larutannya yang sesuai. Pertama yaitu pada konsentrasi Zn2+ 1M dan Cu2+ 1M didapat
Eselnya 0.234 V, pada konsentrasi Cu2+ yang dibuat berbeda didapat hasil Eselnya pada
konsentrasi 01M, 0.01M, 0.001M berturut-turut adalah 0.179V, 0.121V, 0.031V. Dari data
tersebut didapatlah hasil perhitungan Esel dengan konsentrasi Cu 2+ yang divariasikan menjadi
1M, 0.1M, 0.01M, 0.001M secara berturut-turut adalah 0.234V, 0.1495V, 0.062V, -0.0575V.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwasanya semakin kecil konsentrasi Cu 2+


maka harga kekuatan gaya gerak listrik (GGL) semakin kecil pula atau menurun. Hasil dari
data perhitungan ini dituangkan ke dalam bentuk gravik di bawah ini

Grafik Hubungan Esel dan ln [Zn2+]/[Cu2+]


0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
Esel

0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-0.05
-0.1 ln [Zn2+]/
[Cu2+]

Pada grafik tampak hubungan antara Esel dengan ln [Zn 2+]/Cu2+] dan dapat disimpulkan
bahwa Esel berbading tebalik dengan ln [Zn2+]/Cu2+] karena pada saat harga ln [Zn2+]/Cu2+]
besar nilai Esel menurun
Jawab Pertanyaan

1. Secara experimental percobaan akan lebih mudah jika setengan sel Zn/Zn 2+ diganti
dengan setengah sel Ag/Ag+. Tetapi dalam percobaan ini digunakan setengah sel
Zn/Zn2+ karena Ag mahal. Tulislah reaksi sel persamaan nerst bila setengah sel
Zn/Zn2+ diganti dengan setengah sel Ag/Ag+!
jawab :
Cu2+ + 2e  Cu x1

Ag  Ag+ + e x2

Cu2+ + 2e  Cu
2Ag  2Ag+ + 2e
Cu2+ + Ag  Cu + Ag+ Esel = 1.14 volt

2. Sebutkan alasan mengapa lebih baik mengunakan Ag/Ag+ bila dibandingkan dengan
Zn/Zn2+ ?
jawab :
Karena energi potensial ag/Ag+ lebih besar dari pada energi potensial Zn/Zn2+
sehingga Ag/Ag+ lebih baik digunakan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan


diantaranya adalah :

1. Esel yang diperoleh dari konsentrasi Cu2+ yang divariasikan menjadi 1M, 0.1M,
0.01M , 0.001 M secara berturut-turut adalah 0.234 V, 0.1495V, 0.062V, -0.0575 V.
2. Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi dimana pada
percobaan semakin kecil konsentrasi Cu2+ maka semakin kecil pula nilai Eselnya
3.
B. Saran
1. Diharapkan praktikan melakukan percobaan dengan teliti sehingga dapat diperoleh
hasil percobaan yang maksimal.
2. Agar lebih teliti dam pembuatan perhitungan untuk membuat konsentrasi Cu2+ yang
bebeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1993. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. 2009. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Golbert. 2007. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Keenan, C. W , dkk. 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 2 edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.

Oxtoby, W. David, H.P. Gillis dan Norman H. Nactried. 2001. Prinsip-prinsip Kimia


Modern Edisi Keempat Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Tim Kimia Fisika. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 2. Padang: UNP.

Anda mungkin juga menyukai