I. Tujuan Percobaan
1. Menghitung potensial standar (E°) dari berbagai macam elektroda.
2. Memprediksi berlangsung atau tidaknya suatu reaksi redoks berdasarkan E° elktroda logam.
(Astuti, Erna.dkk.2020)
Jika sebuah logam seng dimasukka ke dalam larutan CuSO4 , Zn teroksidasi menjadi ion
Zn sementara ion Cu2+ tereduksi menjadi logam tembaga
2+
Elektron-elekrton ditransfer langsung dari zat pereduksi (Zn) ke zat pengoksidasi (Cu 2+)
dalam larutan. Namun, jika kita memisahkan secara fisik zat pengoksidasi dari zat
pereduksi, transfer elektron dapat berlangsung lewat medium penghantar eksternal (kawat
logam). Sewaktu reaksi berlangsung, kawat mengalirkan elektron secara konstan sehingga
menghasilkan listrik (dengan kata lain,kawat ini menghasilkan kerja listrik seperti untuk
menggerakkan motor lisrik).
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks
spontan disebut sel galvanik atau selvolta diambil dari nama ilmuan Italia Luigi Galvani
atau Alessandro Volta, yang membuat versi awal dari alat ini.
Sebatang seng dimasukkan ke dalam larutan ZnSO 4 , dan sebatang tembaga dimasukkan ke
dalam larutan CuSO4. Sel bekerja berdasarkan asas bahwa oksidasi Zn menjadi Zn2+ dan
mereduksi Cu2+ menjadi Cu dapat dibuat berlangsug serentak dalam lokasi-lokasi yang
terpisah dimana transfer elektron antara lokasi-lokasi tersebut terjadi melalui sebuah kawat
eksternal. Batang seng dan tembaga dinamakan elektroda. Susunan elektroda (Zn dan Cu)
dan larutan (ZnSO4 dan CuSO4 ) ini disebut sel Daniell. Berdasarkan definisi, anoda dalam
sel galvanik ialah elektroda tempat terjadinya oksidasi dan katoda ialah elektroda tempat
terjadinya reduksi.
Dengan mengetahui salah satu potensial elektroda, kita dapat memperoleh potensial
lainnya dengan operasi pengukuran. Kita tidak mungkin mengukur potensial dari suatu
elektroda saja, tetapi jika kita secara sepihak mematok nilai potensial salah satu elektroda
sebagai nol, kita dapat menggunakannya untuk menentukan potensial relatif dari elektroda
lain. Elektroda hidrogen berfungsi sebagai rujukan untuk maksud ini. Gas hidrogen
dihembuskan ke dalam larutan asam klorida pada suhu 25℃. Elektroda platinanya memiliki
dua fungsi. Fungsi pertama adalah menyediakan permukaan tempat terjadinya penguraian
molekul hidrogen:
H2 → 2H+ +2e
Superskrip “°” menyatakan kondisi keadan standar, dan E° adalah potensial reduksi
standar, atau voltase yang berkaitan dengan reaksi reduksi pada elekroda pada semua zat
terlarut 1 M dan semua gas pada 1 atm. Jadi, potensial reduksi standar dari elektroda
hidrogen ditetapkan sebagai nol. Elektroda hidrogen ini dinamakan elektroda hidrogen
standar (SHE, standard hydrogen electrode)
Nilai-nilai E° pada reaksi setengah sel adalah nilai untuk reaksi pada arah maju (kiri ke
kanan). Semakin positif E°, maka semakin besar kecenderungan zat untuk tereduksi.
Mempunyai nilai E° positif tertinggi diantara semua rekasi setengah sel. Jadi, F 2 adalah
zat pengoksidasi paling kuat karena mempunyai kecenderungan terbesar untuk tereduksi.
Hal bertolak belakang terjadi pada reaksi
Yang memiliki nilai E°paling negatif. Jadi, Li+ adalah zat yang pengoksidasi paling
lemah sebab spesi ini paling sukar direduksi. Sebaliknya, kita menyatakan bahwa F° adalah
zat pereduksi paling lemah dan logam Li adalah zat pereduksi paling kuat. Pada kondisi
keadaan standar, zat pengoksidasi menimbang kekuatannya dari bawah ke atas dan
mereduksi meningkat kekuatanya dari atas ke bawah. (Chang, Raymond.2020)
Potensial sel reaksi sel voltadapat ditentukan dengan melihat data potensial reduksi
suatu elektroda yang disebut potensial elektrode. Setiap atom memiliki potensial elektrode
yang nilainya relatif terhadap potensial elektrode atom hidrogen yang bernilai 0 volt. Oleh
karena itu, potensial atom hidrogen disebut juga potensial elektrode standar.
Menurut perjanjian, setiap unsur yang mengalami reaksi reduksi dengan hidrogen
(hidrogen mengalami oksidasi), potensial reduksi unsur tersebut diberi tanda positif.
Adapun unsur yang mengalami reaksi oksidasi dengan hidrogen (hidrogen mengalami
reduksi), → potensial reduksi unsur tersebut diberi tanda negatif.
Dengan memperhatikan tanda potensial sel, kita dapat mengetahui apakah suatu reaksi
dapat berlangsung (spontan) atau tidak dapat berlangsung. Jika potensial sel hasil
perhitungan bertanda positif, reaksi dapat berlangsunng (spontan). Adapun jika potensial sel
hasil perhitungan bertanda negatif, rekasi tidak dapat berlangsung (tidak spontan).
Dalam penentuan potensial sel, cara ini digunakan terutama dalam soal yang tidak
diketahui reaksi selnya.
Esel = E+ - E-
Keterangan:
Esel = potensial sel reaksi
E+ = potensial sel yang lebih positif
E- = potensial sel yang lebih negatif
Rumus ini didasarkan pada potensial sel harus bertanda positif, artinya reaksi sel
berlangsung spontan. Agar potensial sel positif, potensial sel yang lebih besar (belum tentu
bertanda positif), harus dikurangi dengan potensial sel yang lebih kecil (belum tentu
bertanda negatif).
Jenis elektrode pada sel volta dapat ditentukan dengan cara berikut
a. Katoda
Ingat kation (ion positif) berarti tergolong elektrode positif dan memiliki potensial lebih
besar (E°)
b. Anoda
Ingat anion (ion negatif), berarti tergolong elektrode negatif dan memiliki potensial
lebih kecil (E°)
Ada dua cara untuk menentukan kespontanan reaksi redoks. Pertama, carilah apakah
yang melakukan reaksi reduksi merupakan E+. Jika ya, berarti reaksi tersebut spontan. Kedua,
kespontanan reaksi juga dapat ditentukan dengan melihat posisi logam pada deret volta.
Deret volta merupakan unsur-unsur yang disusun berdasarkan data potensial reduksi. Berikut
unsur potensial reduksi
Li K Ca Na Mg Al Mn Zn Fe Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
(Sutresna, Nana.2008)
Bahan:
1. Aquades
2. CuCl2
3. MgCl2
4. CuSO4
5. ZnCl2
6. (CH3COO)2Pb 1M
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12
Keterangan:
1. Erlenmeyer
2. Gelas arloji
3. Pengaduk
4. Gelas piala
5. Potensiometer
6. Lempeng logam Cu
7. Labu takar
8. Jembatan garam
9. Lempeng logam Mg
10. Lempeng logam Zn
11. Lempeng logam Pb
12. Rangkai sel galvani
IV. Cara Kerja
A. Pembuatan Larutan
B. Prosedur
V. Data Percobaan
VI. Perhitungan
b. Cu2+ + Mg → Cu + Mg2+
Reduksi : Cu2+ + 2e → Cu E° = 1,34 mv
Oksidasi : Mg → Mg2+ + 2e E° = -(-2,37) mv +
Cu2+ +Mg → Cu + Mg2+ E° sel = 3,71 mv (spontan)
c. Cu2+ + Pb → Cu + Pb2+
Reduksi : Cu2+ + 2e → Cu E° = 1,34 mv
Oksidasi : Pb → Pb2+ + 2e E° = -(1,13) mv +
Cu +Pb → Cu + Pb2+
2+
E° sel = 0,21 mv (spontan)
b. Mg2+ + Cu → Mg + Cu2+
Reduksi : Mg2+ + 2e → Mg E° = -2,37 mv
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e E° = -(1,34) mv +
Cu2+ +Mg → Cu + Mg2+ E° sel = -3,72 mv (tidak spontan)
c. Mg2+ + Pb → Mg + Pb2+
Reduksi : Mg2+ + 2e → Mg E° = -2,37 mv
Oksidasi : Pb → Pb2+ + 2e E° = -(1,13) mv +
Mg2+ +Pb → Mg + Pb2+ E° sel = -3,50 mv (tidak spontan)
b. Zn2+ + Cu → Zn + Cu2+
Reduksi : Zn2+ + 2e → Zn E° = -0,76 mv
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e E° = -(1,34) mv +
Cu +Mg → Cu + Mg2+
2+
E° sel = -2,10 mv (tidak spontan)
c. Zn2+ + Pb → Zn + Pb2+
Reduksi : Zn2+ + 2e → Zn E° = -0,76 mv
Oksidasi : Pb → Pb2+ + 2e E° = -(1,13) mv +
Mg2+ +Pb → Mg + Pb2+ E° sel = -1,89 mv (tidak spontan)
b. Pb2+ + Cu → Pb + Cu2+
Reduksi : Pb2+ + 2e → Pb E° = 1,13 mv
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e E° = - (1,34) mv +
Pb2+ + Cu → Pb + Cu2+ E° sel = -0,21 mv (tidak spontan)
c. Pb2+ + Zn → Pb + Zn2+
Reduksi : Pb2+ + 2e → Pb E° = 1,13 mv
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e E° = -(-0,76) mv +
Pb2+ + Zn → Pb + Zn2+ E° sel = 0,89 mv (spontan)
VII. Pembahasan
Dari percobaan sel galvani yang bertujuan untuk menghitung potensial standar (E°) dari
elektroda Cu, Mg, Zn dan Pb serta memprediksi berlangsung atau tidaknya suatu reaksi
redoks berdasarkan E° elktroda logam Cu, Mg, Zn dan Pb. Dalam percobaan ini di dapatkan
data bahwa larutan ZnCl2 memiliki E° sebesar -2,37 , larutan CuCl2 memiliki E° sebesar
+1,34 , larutan MgCl2 memiliki E° sebesar +1,13 , larutan CuSO4 memiliki E° sebesar
-1,66 , larutan (CH3COO)2Pb memiliki E° sebesar -0,76.
IX. Diskusi
Dari data E° elektroda logam dari hasil percobaan, hitunglah E° sel dan berlangsung tidaknya
reaksi spontan dari
a. Fe2+ + Cu → Fe + Cu2+
b. Zn + Pb2+ → Zn2+ + Pb
c. Fe + Pb2+ → Fe3+ + Pb
Jawaban:
a. Fe2+ + Cu → Fe + Cu2+
Reduksi : Fe2+ + 2e → Fe E° = 0,77 mv
2+
Oksidasi : Cu → Cu + 2e E° = -(1,34) mv +
2+ 2+
Fe + Cu → Fe + Cu E° sel = 0,57 mv (tidak spontan)
b. Zn + Pb2+ → Zn2+ + Pb
Reduksi : Pb2+ + 2e → Pb E° = 1,13 mv
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e E° = -(-0,76) mv +
Zn + Pb2+ → Zn2+ + Pb E° sel = 1,89 mv (spontan)
c. Fe + Pb2+ → Fe2+ + Pb
Reduksi : Pb2+ + 2e → Pb E° = 1,13 mv
2+
Oksidasi : Fe → Fe + 2e E° = -(0,77) mv +
2+ 2+
Fe + Pb → Fe + Pb E° sel = 0,36 mv (spontan)
Reaksi dikatakan berlangsung spontan apabila nilai E° berharga positif. Reaksi dikatakan
berlangsug secara tidak spontan apabila nilai E° berharga negatif.
X. Daftar Pustaka
DisusunOleh :
2020