Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Sel Volta:

Merupakan sel yang merubah energi kimia menjadi energi listrik

a. Dasar Teori :
Logam mempunyai sifat mudah mengalami oksidasi ada yang sukar mengalami oksidasi

Jika dua jenis logam dimasukkan dalam larutan elektrolit maka terjadi aliran elektron dari logam yang
mudah mengalami oksidasi ke logam yang sukar mengalami oksidasi

Logam yang mudah mengalami oksidasi diberi kutub negatif dan disebut Anoda

Logam yang sukar mengalami oksidasi diberi kutub positif dan disebut Katoda

Aliran elektron terjadi karena perbedaan potensial dan dapat diukur dengan Voltameter

b. Mekanisme reaksi

Reaksi redoks yang terjadi antara logam Zn dan larutan CuSO4 menghasilkan aliran listrik

Elektron mengalir dari anode (Zn) ke katode (logam Cu)


Anoda ( - ) : Zn Zn2+ + 2e ( oksidasi )
Katoda ( + ) : Cu2+ + 2e Cu ( reduksi )

Logam Zn melepas elektron mengalir dari anoda ( - ) ke katoda ( + )


elektron akan bereaksi dengan ion Cu2+ dan membentuk Logam Cu.
Akibatnya muatan pada gelas kimia (II) akan kelebihan ion SO 42- / kelebihan muatan negatif
Fungsi jembatan garam ( berisi larutan NaCl/NaNO 3) sebagai penghantar elektrolit mengalirkan
ion-ion dari 1 elektrode ke electrode lain.,sehingga terjadi aliran elektron yang kontinu

ZnSO4(aq) CuSO4(aq)

c. Potensial Elektroda ( E )

Potensial Elektroda merupakan perbedaan potensial elektroda suatu logam terhadap elektroda
hidrogen. Potensial elektroda hidrogen diberi harga 0,00 volt
d. Potensial Elektroda Standart ( Eo )
Merupakan perbedaan potensial elektroda suatu logam terhadap elektroda hidrogen yang diukur pada
suhu 25oC, tekanan 1 atm dan pada 1 M.

e. Potensial Sel Standart ( Eo Sel )


Potensial Sel dapat diukur dengan menggunakan Voltameter, dengan cara mengukur potensial listrik
yang timbul karena penggabungan dua setengah sel

Potensial Sel dapat diukur dengan menggunakan menggunakan rumus :

Reaksi dapat berlangsung jika harga Eo Sel > 0, dan reaksi tidak berlangsung bila Eo Sel < 0
(negative).

Tabel . Potensial electrode (reduksi) standar E

Unsure logam disusun berdasar harga potensial yang makin besar atau urutan logam yang makin
mudah mengalami reduksi. Urutan ini disebut Deret Volta.
K BaCaNaMgAlMn(H2O)ZnCrFeCdCo NiSnPb( H) Cu HgAgPt Au

Dari kiri ke kanan bersifat makin mudah mengalami reduksi (oksidator makin kuat)
Paling kiri paling mudah mengalami oksidasi (reduktor kuat)
suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi tidak
mampu mereduksi ion ion di sebelah kirinya

Contoh: Zn + 2HCl ZnCl2 + H2

Ag + HCl tidak bereaksi

Zn + 2H+ Zn2+ + H2
Ag + H+ tidak bereaksi

f. Notasi Sel Volta / Diagram Sel Volta

Jika logam Zn dilarutkan dalam larutan CuSO4 maka akan terjadi reaksi :

Zn(s) + CuSO4(aq) Zn SO4 (aq) + Cu(s)

Reaksi tersebut ditulis dalam bentuk ion : Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

Notasi Sel Volta ditulis : Zn / Zn2+ // Cu2+ / Cu

Oksidasi reduksi

Hal hal yang perlu diperhatikan tentang sel volta :

1. Di antara dua electrode pada sel volta, logam yang memiliki E lebih kecil (lebih negative)
selalu berfungsi sebagai anode (mengalami oksidasi)
2. Karena electron (muatan negative) berpindah dari anode ke katode, maka pada sel volta anode
merupakan electrode negative dan katode merupakan electrode positif.
3. Suatu sel volta dapat digambarkan melalui notasi: Anoda/ion // ion / katoda
4. Potensial listrik yang dihasilkan sel volta disebut potensial sel (E sel), dan selalu berharga
positif Esel = E reduksi - E oksidasi
Atau Esel = E katode - E anode E kanan - E kiri = E yang besar - E yang kecil

Harga E sel merupakan sifat intensif, artinya tidak bergantung pada jumlah zat.

Contoh:
1. Suatu sel volta tersusun dari electrode-elektrode timah dan alumunium.
Sn2+ + 2e Sn E = - 0,14
3+
Al + 3e Al E = - 1,66
a. Tentukan anode dan katode
b. Manakah yang merupakan electrode negative
c. Gambarkan notasi sel
d. Tuliskan reaksi sel
e. Hitunglah potensial sel

Jawab:
a. Al merupakan anode (E lebih kecil) Sn merupakan katode(E lebih besar)
b. Dalam sel volta, electrode negative adalah anode yaitu Al
c. Al / Al3+ // Sn2+ / Sn
d. Al Al3+ + 3e (x2)
Sn2+ + 2e Sn (x3)
Reaksi sel : 2Al + 3Sn2+ 2Al3+ + Sn
e. Esel = (- 0,14) ( - 1,66) = 1,52 volt

UJI KEMAMPUANMU : SOAL SOAL SEL VOLTA

1.Diketahui :
Zn2+ + 2e Zn Eo= - 0,76 volt
Cu2+ + 2e Cu Eo= +0,34 volt
a. Tuliskan diagram sel Voltanya
b. Tentukan Eo sel dari : Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu
c. Tuliskan reaksi elektroda dan reaksi selnya !

2. Diketahui :
Eo red Mg2+ = - 2,37 volt
Eo red Pb2+ = -0,13 volt
a. Tuliskan diagram sel Voltanya !
b. Tentukan Eo sel dari : Mg + Pb2+ Mg2+ + Pb
c. Tuliskan reaksi elektroda dan reaksi selnya

3. Suatu sel volta tersusun atas electrode Pb


dan electrode Cr. Bila diketahui
Pb2+ + 2e Pb Eo= - 0,13 volt
3+
Cr + 3e Cr Eo= - 0,71 volt
a. Tentukan anode dan katodenya
b. Tentukan reaksi di anode dan katode
c. Tentukan harga potensial selnya
d. Tuliskan notasi selnya
4. Diketahui :
Cd / Cd2+ //2Ag+ / 2Ag Eo = 1,20 volt
Cd / Cd2+ //Cu2+ / Cu Eo = 0,74 volt
Pb /Pb2+ //2Ag+ / 2Ag Eo = 0,93 volt
2Na / 2Na+ // Pb2+/ Pb Eo = 2,58 volt

Pb2+ + 2e Pb Eo = -0,13 volt

1. Tentukan potensial electrode Cd, Ag, Na, dan Cu


2. Urutkan daya reduksilogam-logam tersebut dari yang berdaya reduksi terlemah ke yang daya
reduksi paling kuat
3. Bila logam-logam tsb dimasukkan ke dalam larutan asam (H+) logam manakah yang dapat
larut (bereaksi) dan logam mana yang tidak larut?
4. Bila elektrode Cd dipasangkan dg electrode Na untuk membentuk sel elektrokimia, tentukan
reaksi di anode dan di katode, potensial sel dan notasi selnya.
Sel Volta (Sel Galvani)
Sel volta merupakan alat untuk menghasilkan arus listrik dengan bantuan reaksi kimia. Dalam sel
volta, oksidasi terjadi di salah satu elektroda, dan reduksi berlangsung di elektroda lainnya. Elektron
akan bermigrasi dari satu elektroda ke elektroda lainnya akibatnya akan dihasilkan listrik yang
berlawanan dengan aliran elektron.

a. Struktur Sel Volta


Bila Anda celupkan dua logam dengan kecenderungan ionisasi yang berbeda dalam larutan elektrolit
dan menghubungkan kedua elektroda dengan kawat, sebuah sel volta akan tersusun. Pertama, logam
dengan kecenderungan ionisasi yang lebih besar akan teroksidasi, menghasilkan kation yang terlarut
dalam larutan elektrolit. Kemudian elektron yang dihasilkan akan bermigrasi ke logam dengan
kecenderungan ionisasi lebih rendah melalui kawat. Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih
rendah, kation yang terlarut dalam larutan elektrolit akan direduksi dengan adanya elektron yang
mengalir ke logam tersebut.

Dalam gambar diagram skematik sel volta di atas terlihat arah arus listrik berlawanan dengan aliran
elektron, jadi arus listrik mengalir dari logam yang kecenderungan ionisasinya lebih rendah ke logam
yang kecenderungan ionisasinya lebih tinggi. Kemudian yang perlu dipahami disini bahwa kation
yang dihasilkan dari reaksi pada elektroda negatif (oksidasi) berbeda dengan kation yang bereaksi
pada elektroda positif (reduksi). Untuk lebih jelasnya perhatikan percobaan berikut ini :

Baterai Jeruk
Elektroda negatif/anoda : Logam Zn
Elektroda positif/katoda : Logam Cu
Larutan elektrolit : asam jeruk (H+)

penggunaan Zn sebagai anoda karena kecenderungan ionisasi Zn lebih tinggi dari H dan Cu sebagai
anoda karena kecenderungan ionisasi Cu lebih rendah dari H sehingga pada anoda logam Zn
dioksidasi menghasilkan ion Zn2+ dan melepas elektron.

Zn Zn2+ + 2 e-

pada katoda ion H+ yang dihasilkan dari larutan asam jeruk direduksi menjadi molekul hidrogen.

2H+ + 2e- H2

b. Sel Daniel
Mekanisme sel yang paling populer ditemukan oleh kimiawan Inggris John Frederic Daniell (1790-
1845) disebut sel daniel. Dalam sel daniell, dua elektroda logam dicelupkan dalam larutan logam
sulfatnya. Elektroda negatif (anoda) terdiri atas zink (Zn) dan larutan zink sulfat (ZnSO4) dan
elektroda positifnya (katoda) terdiri atas tembaga (Cu) dan larutan tembaga sulfat (CuSO4). Kedua
elektroda ini biasanya ditandai sebagai Zn/ZnSO4(aq) dan Cu/CuSO4(aq). Kadang simbol tersebut
disederhanakan menjadi Zn/Zn2+ ,dan Cu/Cu2+.Sekat berpori digunakan untuk memisahkan kedua
larutan (ZnSO4 dan CuSO4) dan pada saat yang sama memungkinkan kation (Zn2+) bermigrasi dari
elektroda negatif ke elektroda positif dan anion (SO4-2) bermigrasi dari elektroda positif ke elektroda
negatif.

Pada anoda supaya Zn dapat berubah menjadi Zn2+ dan melepas elektron maka batang Zn dicelupkan
dalam larutan elektrolit yang tidak bereaksi dengan Zn larutan elektrolitnya adalah ZnSO4.
Sedangkan pada katoda digunakan batang Cu karena Cu tidak bereaksi dengan larutan CuSO4. Jadi
fungsi batang Cu dapat digantikan dengan logam lain asal tidak bereaksi dengan larutan CuSO4.
Elektron yang dihasilkan pada batang Zn dialirkan menuju batang Cu, sehingga Cu2+ dalam larutan
CuSO4 akan berubah menjadi Cu setelah mengikat elektron yang dihasilan tersebut.
Tanpa adanya sekat pemisah ion Cu2+ akan bereaksi langsung pada permukaan batang Zn sehingga
aliran elektron melalui penghantar tidak terjadi dan saat batang Zn seluruhnya terlapisi Cu maka
reaksi akan berhenti karena Cu tidak bereaksi dengan larutan elektrolit (ZnSO4 dan CuSO4). Dengan
adanya sekat pemisah saat reaksi oksidasi berlangsung pada anoda konsentrasi ion Zn2+ makin lama
makin besar akibatnya larutannya menjadi bermuatan positif dan menolak ion-ion Zn2+dari batang
sehingga batang Zn tidak larut lagi menjadi ion Zn2+. Sedangkan saat reaksi reduksi pada katoda ion-
ion Cu2+diubah menjadi Cu. Oleh karena itu konsentrasi ion SO4-2 menjadi berlebih dan
menyebabkan larutannya bermuatan negatif. Larutan yang bermuatan negatif akan menolak elektron
dari batang sehingga tidak dapat diikat oleh ion Cu2+. Maka solusinya diperlukan sekat pemisah yang
berpori, sekat ini dapat memisahkan larutan CuSO4 dari batang Zn dan pada saat yang sama dapat
mengalirkan kelebihan kation (Zn2+) dari elektroda negatif ke elektroda positif dan anion (SO4-2)
dari elektroda positif ke elektroda negatif.

Pada batang/elektroda Zn reaksi yang berlangsung adalah reaksi oksidasi sehingga elektroda Zn
sebagai elektroda negatif (anoda) :

Zn Zn2+ + 2 e-

sedangkan pada batang Cu reaksi yang berlangsung adalah reaksi reduksi sehingga elektroda Cu
sebagai elektroda positif (katoda) :
Cu2+ + 2e- Cu
Reaksi totalnya ditulis :

Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu atau Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu

Diagram (notasi) sel tersebut adalah :

Zn l Zn2+ ll Cu2+ l Cu

Notasi tersebut menyatakan bahwa di anoda terjadi oksidasi Zn menjadi Zn2+, sedangkan di katoda
terjadi reduksi ion Cu menjadi Cu2+.
Cara Kerja Sel Volta

Contoh: anoda M tercelup pada MA, katoda N tercelup pada NB.

1. Anoda teroksidasi menjadi semakin tipis, karena berubah menjadi ion yang larut dalam
elektrolit anoda.

M(s) > Mx+(aq) + x e

Hal ini menyebabkan anoda kelebihan ion positif.

a. Elektron yang dilepas bergerak ke katoda melalui kawat penghantar.


b. Katoda tereduksi menjadi menebal/ mengendap, karena ion logam dari elektrolit katoda
menerima elektron.

Ny+(aq) + y e > N(s)

Hal ini menyebabkan katoda kelebihan ion negatif karena terjadi kelebihan ion positif pada
anoda dan ion negatif pada katoda sehingga terjadi ketidak- seimbangan muatan yang
menyebabkan reaksi tidak berkelanjutan. Kelebihan dan kekurangan tersebut dinetralkan oleh
jembatan garam yang memberikan ion positif dan negatif ke daerah yang membutuhkan.

Jenis -Jenis Elektrode pada Sel Volta

1. Elektroda padat/logam

Logam padat dijadikan elektroda dan bereaksi.Contoh: elektroda Fe pada larutan


FeSO4, elektroda Ni pada larutan H2SO4.

1 Elektroda tidak padat

Apabila elektroda merupakan elektroda inert (Pt, Au dan C), maka zat lainlah yang
mengalami reaksi sel, sesuai aturan sel elektrolisis.Contoh: ion Fe 3+ bertindak
sebagai katoda dan tereduksi menjadi Fe2+ apabila katoda sesungguhnya adalah Pt.
SEL ELEKTROLISIS
Leave a reply

Pengertian sel elektrolisis : Alat yang


memanfaatkan reaksi kimia untuk menghasilkan listrik.

Sel elektrokimia ada dua jenis yaitu :

Sel volta

Merupakan jenis sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik dari reaksi reduksi dan
oksidasi (redoks) yang berlangsung spontan.

Sel elektrolisis

Pengertian elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolis oleh arus listrik.
Sedangkan sel elektrolisis itu sendiri adalah merupakan sel kimia (elektrokimia) yang
menggunakan energi listrik agar reaksi kimia dapat terjadi .

Prinsip dasar elektrolisis adalah :

a) Memanfaatkan reaksi oksidasi dan reduksi (redoks)

b) Tidak memerlukan jembatan garam seperti sel volta. (sel elektrokimia)

Komponen utama sel elektrolisis adalah :

1. Wadah

2. Elektrode : berasal dari baterai

3. Elektrolit : cairan atau larutan yang diuji dan dapat menghantarkan listrik
4. Sumber arus searah : bisa berasal dari baterai ataupun aki

Elektrode pada sel elektrolis terdiri atas katode yang bermuatan negatif dan anode yang
bermuatan positif. Hal inilah yang membedakan antara sel elektrolis dengan sel elektrokimia.
Berikut prinsip dasar elektrolis berlawanan dengan elektrokimia, yaitu :

1. Reaksi elektrolis, mengubah energi listrik menjadi energi kimia

2. Reaksi elektrolis, merupakan reaksi tidak spontan, karena melibatkan energi listrik dan
luar.

3. Reaksi elektrolis berlangsung di dalam sel selektrolis, yaitu terdiri dari satu jenis larutan
atau leburan elektrolit dan memiliki dua macam elektrode, yaitu :

v Elektrode (-) : Elektrode yang dihubungkan dengan kutub (-) sumber arus listrik

v Elektrode (+) : Elektrode yang dihubungkan dengan kutub (+) sumber arus listrik

Bila suatu cairan atau larutan elektrolit dialiri arus listrik arus searah melalui batang elektrode,
maka ion-ion yang ada di dalam cairan atau larutan tersebut akan bergerak menuju ke elektrode
yang berlawananan muatannya. Pada sel elektrolis kutub positif merupakan terjadinya ionisasi
(oksidasi) sehingga disebut anode & kutub negatif merupakan tempat terjadinya reduksi
sehingga disebut katode.

Terdapat tiga kelompok sel elektrolisis, yaitu :

1. Sel elektrolisis bentuk lelehan/leburan

Sel bentuk ini hanya berlaku untuk senyawa inonik dengan tidak ada zat pelarut (tidak ada H 2O),
hanya ada kation dan anion.

Ketentuan :

Katode : kation langsung direduksi (kation golongan utama atau golongan transisi
langsung direduksi)
An
ode : anion langsung dioksidasi

1. Sel elektrolisis bentuk larutan dengan elektrode tidak bereaksi (inert/tidak aktif)

Sel bentuk ini tidak ada pengaruh elektrode, hanya saya selain kation dan anion juga
diperhitungkan adanya zat larut (adanya air)

Ketentuan :

Katode : terjadi reaksi reduksi, untuk ini terjadi persaingan antara kation atau air

Anode : terjadi reaksi oksidasi, untuk ini terjadi persaingan antara anion dan air

1. Sel elektrolis bentuk larutan dengan elektrode aktif

Elektrode yang bereaksi adalah tembaga (Cu), perak (Ag), Nikel (Ni), besi (Fe), dll. Elektrode ini
hanya bereaksi di anode, sedangkan dikatodenya tidak.

Ketentuan :

Katode : seperti ketentuan kation pada larutan dengan elektron tidak bereaksi

Anode : dioksidasi elektrode tersebut, apapun anodenya tidak diperhatikan.


Aplikasi sel elektrokimia

1. Proses penyepuhan / pelapisan logam (elektroplating)

Elektroplating : proses pelapisan suatu logam dengan logam lain dengan cara elektrolisis.
Tujuannya : melindungi logam agar tidak rusak karena udara (korosi)

Prinsip elektroplating :

1. Katode : logam yang akan dilapisi

2. Anode : logam untuk melapisi

3. Elektrolit : garam dari logam anode

1. Proses pemurnian logam kotor

Prinsip pemurian logam transisi dengan menggunakan reaksi elektrolisis dengan elektrode yang
bereaksi

Contoh :

Pemurnian logam tembaga

Katode : tembaga murni

Anode : tembaga kotor (tembaga yang akan dimurnikan)

Digunakan larutan cuso4

1. Produksi zat

Banyak zat kimia yang dibuat melalui elektrolisis, misal : logam-logam alkali, magnesium,
aluminium, fluorin, klorin, natrium hidrooksida, natrium hidklorit dan hidrogen peroksida.s ecara
indutri, klorin dan natrium hidrooksida dibuat dari elektrolis larutan natrium klorida. Proses ini
disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting.

Hukum faraday

Seorang ahli kimia inggris bernama Michael Faraday pada awal tahun 1830 an menemukan
bahwa larutan tertentu dapat segera mengalirkan arus listrik. Dan apada tahun 1832 Faraday
mengemukakan 2 hukum penting, yaitu :

Hukum faraday 1

Massa zat yang dihasilkan pada tiap-tiap elektrode sebanding dengan kuat arus listrik yang
megalir pada elektrode tersebut. Berdasarkan hukum faraday 1, diperoleh persamaan :

m=i.t

m=Q

Q=i.t

Keterangan :

m = massa zat yang dihasilkan (gram)

i = kuat arus listrik (ampere)

t = waktu (detik)

Q = muatan listrik (coulomb)

Hukum Faraday II

Massa dari berbagai zat yan terbentuk pada tiap-tiap elektrode sebanding dengan massa
ekuivalen zat tersebut.

Maka, m = w

w=
keterangan :

m = massa zat (gram)

w = massa ekuivalen

Ar = massa atom relatif

e = ekuivalen suatu zat (jumlah) elektrok yang berperan pada suatu mol zat

Bila 2 hukum tersebut digabung, maka :

m= x f

m= x

mol elektron = mol

keterangan :

1f = 1 mol elektron = 96.500

Normal
Proses penyepuhan[sunting | sunting sumber]

Penyepuhan suatu logam emas, perak, atau nikel, bertujuan menutupi logam yang
penampilannya kurang baik atau menutupi logam yang mudah berkarat. Logam-logam ini
dilapiasi dengan logam lain yang penampilan dan daya tahannya lebih baik agar tidak berkarat.
Misalnya mesin kendaraan bermotor yang terbuat dari baja umumya dilapisi kromium agar
terhindar dari korosi . Beberapa alat rumah tangga juga disepuh dengan perak sehingga lebih
awet dan penampilannya tampak lebih baik. Badan sepede titanium dilapisi titanium oksida
(TiO2)yang bersifat keras dan tidak dapat ditembus oleh oksigen atau uap air sehingga terhindar
dari reaksioksida yang menyebabkan korosi.Prinsip kerja proses penyepuhan adalah
penggunaan sel dengan elektrolit larutan dan electrode reaktif. Contoh jika logam atau cincin
dari besi akan dewlaps emas digunakan larutan elektrolit AuCl3(aq). Logam besi (Fe) dijadikan
sebagai katode, sedangkan logam emasnya (Au) sebagai anode. Apa yang terjadi jika kedua
logam ini ditukar posisinya? Mengapa? Reaksi yang berlangsung dalam proses penyepuhan
besi dengan emas yaitu :

AuCl3 (aq) Au3+ (aq) + 3Cl- (aq)

Katode (cincin Fe) : Au3+ (aq) + 3e-Au (s)

Anode (Au) : Au (s) Au3+ (aq) + 3e-

Proses yang terjadi yaitu oksidasi logam emas (anode) menjadi Au3+(aq) Kation ini akan
bergerak ke katode menggantikan kation Au3+ yang direduksidi katode. Kation Au3+ di katode
direduksi membentuk endapan logam emas yang melapisi logam atau cincin besi. Proses ini
cukup murah karena emas yang melapisi besihanya berupa lapisan tipis.

Proses Pemurnian logam kotor[sunting | sunting sumber]

Proses pemurnian logam kotor banyak dilakukan dalm pertambangan . logam transisi yang kotor
dapat dimurnikan dengan cara menempatkannya sebagai anode dan logam murni sebagai
katode. Elektrolit yang digunkan adalah elektrolit yang mengandung kation logam yang
dimurnikan. Contoh : prose pemurnian nikel menggunakan larutan NiSO4 . nikel murni
digunakan sebagai katode, sedangkan nikel kotor (logam yang dimurnikan ) digunakan sebagai
anode. Reaksi yang terjadi, yaitu:

NiSO4 (aq) Ni2+ (aq) + SO42- (aq)

Katode (Ni murni) : Ni2+ (aq) + 2e-Ni (s)

Anode ( Ni kotor) : Ni (s) Ni2+ (aq) + 2e-

Logam nikel yang kotor pada anode dioksidasi menjadi ion Ni2+. Kemudian, ion Ni2+ pada
katode direduksi membentuk logam Ni dan bergabung dengan katode yang merupakan logam
murni. Kation Ni2+ di anode bergerak ke daerah katode menggantikan kation yang direduksi.
Untuk mendapatkan logam nikel murni (di katode) harus ada penyaringan sehinggga
kotoran(tanah, pasir danlain-lain) hanya berada dianode dan tidak berpindah ke katodes ehingga
daerah di katode merupakan daerah yang bersih.
Korosi pada dasarnya merupakan sifat alamiah dari logam untuk kembali ke
bentuk semula. Dengan demikian sebenarnya korosi tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Akan tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
proses korosi dapat dikendalikan sampai pada titik minimum yang dilakukan
berdasarkan proses terjadinya. Salah satu metode pengendalian korosi untuk
system perpipaan adalah proteksi katodik.

Proteksi katodik untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Sir Humphrey Davy
pada tahun 1820-an sebagai sarana control korosi utama pada alat pengiriman
naval di Inggris. Kemudian lebih dikenal dan banyak dipakai pada tahun 1930-an
di Gulf Coast Amerika dalam mengendalikan korosi pada pipa yang membawa
hidrokarbon (gas bumi dan produk minyak) bertekanan tinggi. Di Indonesia
metode ini dipergunakan secara lebih luas sejak tahun 1970-an.

Pada dasarnya proteksi katodik merupakan control korosi secara elektrokimia


dimana reaksi oksida pada sel galvanis dipusatkan di daerah anoda dan
menekan proses korosi pada daerah katoda dalam sel yang sama. Dengan
demikian, teknologi ini sebenarnya merupakan gabungan yang terbentuk dari
unsur-unsur elektrokimia, listrik dan pengetahuan tentang bahan. Unsur
elektrokimia mencakup dasar-dasar proses terjadinya reaksi korosi, sedangkan
unsur kelistrikan mencakup konsep dasar perilaku obyek yang diproteksi dan
lingkungannya jika arus listrik dialirkan.

Untuk mendapatkan gambaran konsep dasar tentang proses korosi dan aplikasi
proteksi katodik secara teoritis dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada gambar 1(a) menunjukan ada dua buah logam besi dan zinc yang terpisah
dan di celupkan ke dalam suatu elektrolit. Kedua logam tersebut akan terkorosi
dan kedua reaksi korosi (oksidasi) diseimbangkan dengan reaksi reduksi yang
sama, dimana pada kedua kasus tersebut terjadi pembebasan gas hydrogen.
Kejadian akan berbeda jika kedua logam tersebut dihubungkan satu sama lain
secara elektris seperti terlihat pada Gambar 1(b). disini reaksi korosi dipusatkan
pada elektroda zinc (anode) dan hampir semua reaksi reduksi dipusatkan pada
elektroda besi (katoda). Reaksi anoda zinc pada rangkaian Gambar 1(b) akan
lebih cepat dari pada rangkaian (a). Pada waktu yang bersamaan, korosi pada
besi akan berhenti. Dengan kata lain anoda zinc telah dikorbankan untuk
memproteksi besi.

Pada aplikasi dilapangan , struktur yang dilindungi akan diusahakan menjadi


lebih katoda dibandingkan dengan bahan lain yang dikorbankan untuk terkorosi.
Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus searah dari sumber lain
melalui elektrolit ke permukaan pipa dan menghindari adanya arus yang
meninggalkan pipa. Jika jumlah arus yang dialirkan diatur dengan baik, maka
akan mencegah mengalirnya arus korosi yang keluar dari daerah anoda
dipermukaan pipa dan arus akan mengalir dalam pipa pada daerah tersebut.
Sehingga permukaan pipa tersebut akan menjadi bersifat katodik, dengan
demikian maka proteksi menjadi lengkap. Untuk jelasnya, prinsip kerja proteksi
katodik dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada gambar tersebut tampak bahwa arus mengalir ke pipa pada daerah dimana
sebelumnya sebagai anoda. Driving voltage system proteksi katodik harus lebih
besar dari pada driving voltage sel korosi yang sedang berlangsung. Supaya
system proteksi katodik bekerja, harus ada arus yang mengalir dari groundbed.
Selama terjadinya aliran arus ketanah, maka material groundbed akan menjadi
subjek korosi. Oleh karena kegunaan groundbed untuk mengeluarkan arus, maka
sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari pada
pipanya itu sendiri. Atau secara termodinamika, potensial pipa/struktur yang
diproteksi dibuat menjadi imun yaitu pada -850 mV (CSE).

Ada 2 Jenis Sistem Proteksi Katodik


1. Sistem Anoda Korban (Sacrificial Anode)

System ini dikenal juga dengan galvanic anode, dimana cara kerja dan sumber
arus yang digunakan berasal hanya dari reaksi galvanis anoda itu sendiri. Prinsip
dasar dari system anoda korban adalah hanya dengan cara menciptakan sel
elektrokimia galvanic dimana dua logam yang berbeda dihubungkan secara
elektris dan ditanam dalam elektrolit alam (tanah atau air). Dalam sel logam
yang berbeda tersebut, logam yang lebih tinggi dalam seri elektromitive-Emf
series (lebih aktif) akan menjadi anodic terhadap logam yang kurang aktif dan
terkonsumsi selama reaksi elektrokimia. Logam yang kurang aktif menerima
proteksi katodik pada permukaannya karena adanya aliran arus melalui elektrolit
dari logam yang anodic. Gambar system proteksi katodik dengan anoda korban
dapat dilihat pada Gambar 3.

System anoda korban secara umum digunakan untuk melindungi struktur


dimana kebutuhan arus proteksinya kecil dan resistivitas tanah rendah.
Disamping itu system ini juga digunakan untuk keperluan dan kondisi yang lebih
spesifik seperti:

Untuk memproteksi struktur dimana sumber listrik tidak tersedia.

Memproteksi struktur yang kebutuhan arusnya relative kecil, yang jika ditinjau
dari segi ekonomi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan system atus
tanding.

Memproteksi pada daerah hot spot yang tidak dicoating, misalnya pada daerah
dimana ada indikasi aktifitas korosi yang cukup tinggi.

Untuk mensuplemen system arus tanding, jika dipandang arus proteksi yang ada
kurang memadai. Ini biasanya terjadi pada daerah yang resistivitas tanahnya
rendah seperti daerah rawa.

Untuk mengurangi efek interferensi yang disebabkan oleh system arus tanding
atau sumber arus searah lainnya.
Untuk memproteksi pipa yang dicoating dengan baik, sehingga kebutuhan arus
proteksi relative kecil.

Untuk memperoteksi sementara selama kontruksi pipa hingga system arus


tanding terpasang.

Untuk memperoteksi pipa bawah laut, yang biasanya menggunakan bracelet


anode dengan cara ditempelkan pada pipa yang dicoating.

Ada beberapa keuntungan yang diperolah jika menggunakan system anoda


korban diantaranya:

Tidak memerlukan arus tambahan dari luar, karena arus proteksi berasal dari
anodanya itu sendiri.

Pemasangan dilapangan relative lebih sederhana

Perawatannya mudah

Ditinjau dari segi biaya, system ini lebih murah dibanding system arus tanding.

Kemungkinan menimbulkan efek interferensi kecil.

Kebutuhan material untuk sitem anoda korban relative sedikit yaitu anoda, kabel
dan test box.

Kelemahan proteksi katodik dengan anoda korban dibandingkan dengan system


arus tanding adalah:

Driving voltage dari system ini relative rendah karena arus proteksi hanya terjadi
dari reaksi galvanis material itu sendiri sehingga system ini hanya dapat
digunakan untuk memproteksi struktur yang arus proteksinya relative kecil dan
resistivitas lingkungan rendah. Karena kondisi yang demikian itu, system ini akan
menjadi kurang ekonomis jika dipakai unguk keperluan memproteksi struktur
yang relatif besar.

Kemempuan untuk mengontrol variable efek arus sesat terhadap struktur yang
diproteksi relative kecil.

2. Sistem Arus Tanding (Impressed Current)

Berbeda dengan system anoda korban, sumber arus pada system arus tanding
berasal dari luar, biasanya berasal dari DC dan AC yang dilengkapi dengan
penyearah arus (rectifier), dimana kutub negative dihubungkan ke struktur yang
dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda
melalui elektrolit ke permukaan struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur
dan kembali ke rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima
arus dari elektrolit, maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus
rectifier diatur untuk mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah
arus korosi yang akan meninggalkan daerah anoda pada struktur yang
dilindungi. Dengan keluaran arus dari anoda ini maka anoda tersebut
terkonsumsi. Untuk itu maka sebaiknya menggunakan bahan yang laju
konsumsinya lebih rendah dari magnesium, zinc dan alumunium yang biasa
dipakai untuk system tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan
yang khusus. Tipikal system arus tanding dapat dilihat pada Gambar 4.

System arus tanding digunakan untuk melindungi struktur yang besar atau yang
membutuhkan arus proteksi yang lebih besar dan dipandang kurang ekonomis
jika menggunakan anoda korban. System ini dapat dipakai untuk melindungi
struktur baik yang tidak dicoating, kondisi coating yang kurang baik maupun
yang kondisi coatingnya baik.

Kelebihan system arus tanding adalah dapat didesain untuk aplikasi dengan
tingkat fleksibilitas yang tinggi karena mempunyai rentang kapasitas output arus
yang luas. Artinya kebutuhan arus dapat diatur baik secara manual maupun
secara otomatis dengan merubah tegangan output sesuai dengan kebutuhan.
Kelebihan lain dari system ini, dengan hanya memasang system di salah satu
tempat dapat memproteksi struktur yang cukup besar.

Kekurangan dari system ini yaitu memerlukan perawatan yang lebih banyak
dibanding system anoda korban sehingga biaya operasional akan bertambah.
System ini juga mempunyai ketergantungan terhadap kehandalan pemasok
energy (rectifier) sehingga kerusakan pada system ini akan berakibat fatal
terhadap kinerja system proteksi. Kekurangan yang lain system arus tanding
adalah cenderung lebih mahal karena peralatan dan bahan yang digunakan lebih
banyak. Disamping itu ada kemungkinan dapat menimbulkan masalah efek
interferensi arus terhadap struktur disekitarnya.
Proteksi Anodik
Pada proteksi anodik objek yang akan dilindungi dipasang sebagai anoda dari suatu sel galvanic
atau biasanya sel elektrolitik. Kemudian tegangan elektrodanya digeser kearah positif sehingga
untuk logam-logam tertentu akan terjadi pasifasi kimiawi. Untuk kebanyakan logam hal ini justru
akan menyebabkan terjadinya korosi. Oleh karena itu cara ini pada prinsipnya hanya cocok untuk
logam yang menunjukkan pasifasi kimiawi. Selain itu komposisi dari larutan korosifnya harus
mendukung terjadinya pasifasi. Jadi proteksi anodic tidak dapat dipakai dalam lingkungan yang
mengandung konsentrasi anion dalam jumlah besar, seperti dalam larutan khlorida.
Ion-ion sulfat dalam konsentrasi tinggi dapat menggantikan ion-ion khlorida pada permukaan
logam. Jadi baja 18/8 dapat dilindungi secara anodic dalam larutan yang mengandung 30 %
H2SO4 dan 1 % NaCl.
Proteksi anodic dapat pula dibagi menjadi dua sub kategori yaitu :
1. Galvanic anodic protection : dalam hal ini logam-logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu) dipakai sebagai
unsure-unsur pemandu atau sebagai surlace coating pada logam-logam pasifasi (stainless steel,
Ti, Ta, Zr)
2. Electrolitic anodic protection : disini digunakan arus searah dari luar yang disuplai melalui katoda
tambahan dan tegangan potensial objek yang akan dilindungi (anoda) diatur dengan bantuan
potentiostat.

Anda mungkin juga menyukai