Anda di halaman 1dari 12

SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan


1. Pengertian dan Rasional Supervisi Pendidikan

a. Arti morfologis
Supervisi berasal dari bahasa inggris “ supervision” yang tersdiri dari dua perkataan “suoer”
dan “vision”.super berarti atas atau , sedangkan vision berarti melihat atau meninjau .

b. Arti semantic
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar
pada khususnya.
Beberapa pendapat pakar tentang pengertian supervisi antara lain :
1) Menurut Purwanto (1987) Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif.
2) Dalam Dictionary of Education (Good, 1973), merumuskan “ Supervision all efforts
designated school afficials directed toward providing leadership to teachers in the
improvement of instruction”. Rumusan ini mengandung makna bahwa nsupervisi merupakan
usaha yang dilakukan oleh para Pembina pendidikan dengan maksud menumbuhkan
kepemimpinan guru sebagai usaha perbaikan pengajaran.
3) Sedangkan menurut Sutisna (1987), Supervisi ialah suatu bentuk pelayanan, bantuan
provisional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampunan
guru hendaknya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
4) Menurut Kimball Wiles, (Bafadal . . . .), Supervisi pendidikan itu adalah serangkaian
kegiatan membantu kepala sekolah mengembangkan kemampuannya mengelolah
sekolahnya, atau membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelolah proses
belajar mengajar. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik
tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan

Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan
dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi
para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
a. Tujuan Umum Supervisi pendidikan
 Berdasarkan Tujuan Umum Pendidikan :Membina orang-orang yang disupervisi menjadi
manusia “dewasa” yang sanggup berdiri sendiri.
 Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional Yaitu membina orang-orang yang disupervisi
menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa dan pancasilais.
 Berdasarkan Tujuan Supervisi sendiri
Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar pada khususnya

b. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan


Meliputi :
 Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan
perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya.

 Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan- kebutuhan
dan kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya.

 Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-


muridnya menjadi anggota masyrakat yang efektif.

 Membantu guru-guru mengadakan diagnose secara kritis aktivitas-aktivitasnya, serta


kesulitan- kesulitan mengajar dan belajar murid-muridnya, dan menolong mereka
merencanakan perbaikan.

 Membantu guru-guru untuk dapat menilai aktivitas-aktivasnya dalam rangka tujuan


perkembangan anak didiknya.

 Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat
mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan
program yang disusun.
 Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal
dalam bidang profesi (keahlianya).

 Membantu guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya


sendiri.

 Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah


simpati dan kesedian masyarakat untuk menyokong sekolah.

 Memperkenalkan guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya.

 Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan
kritik-kritik yang tak sehat dari masyarkat.

 Mengembangkan “profesionalisme esprit e corps” guru-guru.

3. Fungsi Supervisi Pendidikan

a. Penelitian
Proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan
1) Perumusan dari pokok masalah yang akan diteliti/diselidiki.
2) Pengumpulan data.
3) Pengolahan data
4) Konklusi hasil penelitian
b. Peniliaian
Mengevaluasi pada aspek-aspek positif dan aspek-aspek negative guna menemukan dan
mengembangkan kemajuan yang telah dicapai.
c. Perbaikan
Supervisi mengetahui keadaan umum dan situasi dalam pendidikan guna mengadakan
perbaikan, jika belum baik atau belum memuaskan agar segera diperbaiki.
d. Peningkatan
Peningkatan disini supervisor meningatkan apa-apa yang sudah baik dan mengembangkan
lagi agar lebih maju lagi. Serta mengintergrasikan antara pembinaan dan supervisi terhadap
pembinaan dari orang-orang yang disuvervisi.
Swearingen dalam bukunya “ Supervision of instruction” (Sahertian Mataheru, 1981)
mengemukakan delapan fungsi supervisi pendidikan, sebagai berikut :
1) Mengkoordinir semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pemgalaman guru-guru
4) Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
5) Memberikan fasilitas dan penilaian yang kontinu
6) Menganalisis situasi belajar-mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar
guru-guru.

B. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan

1. Supervisi Akademik

a. Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan


kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman
(1981).  Sementara itu,  Daresh (1989) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan
upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian,  esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari
penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa
supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan
prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila
dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan
penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam
supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
misalnya:  Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh
guru dan murid-murid di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di
dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?  Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam
mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh
informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal
yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti
selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan
perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui
supervisi akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.
Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menegaskan “Instructional supervision is here in defined as:
behavior officially designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a
way to facilitate pupil learning and achieve the goals of organization”. 
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai
tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui
supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat
(Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara
sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru,
melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau
motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru,
kualitas pembelajaran akan meningkat.

b. Prinsip Supervisi Akademik


Berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh
supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu:

1) Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.


Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan,
dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru,
melainkan juga antara super- visor dengan pihak lain yang terkait dengan program
supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki
sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan
penuh humor (Dodd, 1972).
2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik
bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam
keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru
telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor,
melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat
problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.
3) Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan
kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung
jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada
guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncana- kan,
dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah,
dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap
organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama,
yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku
administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku
pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981).
Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan
demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara
keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan
harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd,
1972).
5) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup
keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan
pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik
sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan
supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan
memotivasi guru.
6) Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk
mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi
akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk
mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan
pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem
akademik yang dihadapi.
7) Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi,
keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan
program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan
kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi
keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen
pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.

Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara
profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai.  Seseorang tidak akan bisa bekerja
secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi
yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan
motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional
apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara
profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.

Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru
semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu, supervisi akademik harus
menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru.  Menurut Neagley (1980) terdapat dua
aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya,
pelaksanaannya, maupun penilaiannya.

Pertama, apa yang disebut dengan substantive aspects of professional development (yang


selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru
yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi
yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya
mengelola proses pembelajaran. Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui
supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional,
dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori
yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar,
penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan
seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang
diajarkannya.

Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang


selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap
aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui
bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan
tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik
akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup.
Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia
harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do)
tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow)
kemampuan dirinya sendiri.

2. Supervisi Manajerial

a. Pengertian Supervisi Manajerial

Dalam  Panduan   Pelaksanaan  Tugas  Pengawas   Sekolah/ Madrasah (Direktorat Tenaga


Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi  manajerial adalah supervisi yang
berkenaan dengan aspek pengelolaan  sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan
efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya  lainnya.

Dalam  melaksanakan  fungsi  supervisi  manajerial,  pengawas sekolah/madrasah berperan


sebagai: (1) kolaborator  dan  negosiator  dalam proses perencanaan,  koordinasi,  pengembangan
manajemen  sekolah,  (2)  asesor  dalam  mengidentifikasi kelemahan  dan  menganalisis 
potensi  sekolah,  (3)  pusat informasi  pengembangan  mutu  sekolah, dan (4) evaluator terhadap
pemaknaan hasil pengawasan.

b. Prinsip-Prinsip Supervisi  Manajerial

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:

 Pengawas harus  menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai  atasan 
dan  kepala  sekolah/guru  sebagai  bawahan.
 Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan
kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan,  dan 
informal (Dodd, 1972).
 Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika  ada   kesempatan (Alfonso   dkk.,
1981   dan Weingartner, 1973).
 Supervisi    harus    demokratis.  Supervisor    tidak    boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
 Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat
bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso,
dkk., 1981).
 Supervisi   harus   komprehensif.   Program   supervisi   harus mencakup keseluruhan
aspek, karena hakikatnya suatu aspek    pasti terkait dengan aspek lainnya.
 Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-
kesalahan guru.
 Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi,keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam
penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu  harus  disusun  berdasarkan 
persoalan  dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.

C. Prinsip Supervisi Pendidikan

1. Memberikan bimbingan dan memberikan bantuan untuk mengatasi masalah, bukan mencari
kesalahan.
2. Pemberian bantuan langsung, tanpa dipaksakan.
3. Apabila supervisor merencanakan atau memberikan saran, sebaiknya segera. Karena
dikhawatirkan akan lupa.
4. Sebaiknya dilakukan secara berkala.
5. Suasana selama supervisi sebaiknya mencerminkan suasana baik antara supervisor dan yang
disupervisi.
6. Untuk mencegah terjadi kelupaan, maka sebaiknya supervisor membuat catatan-catatan
mengenai hal yang berlangsung selama supervisi, berisi hal penting untuk membuat laporan.

Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :


7. Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
8. Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
9. Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
10. Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
11. Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan
atas hubungan pribadi.
12. Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak
yang disupervisi.
13. Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala
sekolah
Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975) prinsip-prinsip supervisi sebagai
berikut;
(a) supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,
(b) supervisi harus kreatif dan konstruktif,
(c) supervisi harus ”scientific” dan efektif,
(d) supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru,
(e) supervisi harus berdasarkan kenyataan,
(f) supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan
“self evaluation”

D. Peranan Supervisi Pendidikan

Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh


aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang
dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas
sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah serta berupaya
menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Maka peranan supervisor
adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing).
Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka
dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila
kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru
seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam
meletakkan interaksi bersifat mematikan.

Anda mungkin juga menyukai