Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah laporan


pengamatan ini dapat terselesaikan. Penulisan laporan pengamatan ini bertujuan
untuk mengetahui proses terjadinya korosi (karat).

Dengan terselesaikannya laporan pengamatan ini diharapkan dapat


memberi pengetahuan tentang bahan-bahan yang dapat mempercepat terjadinya
korosi, penyebab terjadinya korosi, proses terjadinya korosi, kerugian, serta cara
menanggulangi terjadinya korosi. Terselesaikannya laporan pengamatan ini tentu
saja bukan karena kemampuan penulis semata. Namun berkat dukungan dan
bantuan dari pihak-pihak terkait.

Penulis menyadari bahwa laporan pengamatan ini masih jauh dari


sempurna. Untuk itu, kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapakan demi penyempurnaan laporan pengamatan ini. Semoga
laporan pengamatan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca tentang proses
terjadinya korosi .

Lubuklinggau, 06
Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Korosi

2.2. Penyebab Korosi

2.3. Proses terjadinya Korosi

2.4. Dampak dari Korosi

2.5. Mencegah atau Menanggulangi Terjadinya Korosi

BAB III : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.2. Pembahasan

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.


Korosi ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang
ada di udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah
pada barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali
logam mulia) dapat juga mengalami korosi. Jadi jelas korosi dikenal sangat
merugikan.

Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang


berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila
logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.

Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat
luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya
yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi
akan kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan
sekaligus membahayakan.

Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari
besi hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa
awal korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bahan logam apa saja yang dapat mengalami korosi?
b. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?
c. Bagaimana cara menanggulangi proses terjadinya korosi?
d. Bagaimana proses terjadinya korosi?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui bahan logam apa saja yang dapat mengalami korosi
b. Mengetahui penyebab terjadinya korosi
c. Mengetahui cara menanggulangi terjadinya korosi
d. Mengetahui proses terjadinya korosi
BAB II LANDASAN TEORI

PENGERTIAN KOROSI

Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau


degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara
kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari - hari, besi
yang teroksidasi disebut dengan karat dengan rumus Fe2O3•xH2O. Proses
perkaratan termasuk proses elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi
bertindak sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air yang ada pada
permukaan besi bertindak sebagai katode.

Reaksi perkaratan:

Anode : Fe → Fe2+ + 2 e–

Katode : O2 + 2H2O → 4e– + 4 OH–Fe2+

yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+. Sedangkan


OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H+ dari
terlarutnya oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari
hasil reaksi di atas akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3•xH2O.
Karat ini bersifat katalis untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut
autokatalis.

a. Kerugian

Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini sangat
membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan atau
jembatan. Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak
bisa digunakan sebagai alat-alat masak, alat-alat industri
makanan/farmasi/kimia.
b. Pencegahan

Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut.

1) Proses pelapisan

Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan
dengan cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang
digunakan adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta
(potensial reduksi lebih negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas,
platina, timah, dan nikel.

2) Proses katode pelindung (proteksi katodik)

Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katode, bukan
sebagai anode. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang
mudah teroksidasi, yaitu logam di sebelah kiri besi dalam deret volta (logam
dengan potensial reduksi lebih positif dari besi).

Hanya saja logam Al dan Zn tidak bisa digunakan karena kedua logam tersebut
mudah teroksidasi, tetapi oksida yang terbentuk (A12O3/ZnO) bertindak sebagai
inhibitor dengan cara menutup rapat logam yang di dalamnya, sehingga oksigen
tidak mampu masuk dan tidak teroksidasi. Logam-logam alkali, seperti Na, K juga
tidak bisa digunakan karena akan bereaksi dengan adanya air. Logam yang paling
sesuai untuk proteksi katodik adalah logam magnesium (Mg). Logam Mg di sini
bertindak sebagai anode dan akan terserang karat sampai habis, sedang besi
bertindak sebagai katode tidak mengalami korosi.

Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya


(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam
karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan
hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi
adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh
suatu lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak
karena adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adanya penurunan pH atau
alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida. Pada proses
korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian
dari permukaan logam dimana metal akan larut.

Reaksinya :

Fe → 2 Fe2+ + 4e-

Dengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e-
tetap tinggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam
dimana elektron-elektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana (oleh logam)
dan bereaksi dengan O2 dan H2O.

O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-

Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2.
Oleh kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.

Reaksi perkaratan besi

a.Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e

Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2

2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-

b.2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe → 3Fe2+ + 4OH- + H2

Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O


Faktor yang berpengaruh

1. Kelembaban udara

2. Elektrolit

3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)

4. Adanya O2

5. Lapisan pada permukaan logam

6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

B. Penyebab Korosi

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan
meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit
yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang
dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam
bentuk senyawa an-organik maupun organik.

C. Faktor yang mempengaruhi Korosi

Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor,
antara lain:

1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi


redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi
besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata
dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik
antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam
air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat
berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2
dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat
berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.

2. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan
logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam.
Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

pengotor yang mempercepat korosi pada permukaan logam.

3. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat. Bangkai kapal di dasar laut yang telah terkorosi oleh kandungan
garam yang tinggi.

4. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.


Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.
Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula
energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada
reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor). Knalpot kendaraan
bermotor yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi.

5. pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.

6. Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan


korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans. Koloni
bakteri Thiobacillus ferrooxidans pada permukaan logam besi yang terkorosi.
Koloni bakteri Thiobacillus thiooxidans yang dapat menyebabkan korosi pada
logam.
D. Bentuk - Bentuk Korosi

Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi


sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi
retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, dan selective leaching.

1) Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh


permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata
akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian
langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam
bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak
langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).

2) Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam
yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
lebih tinggi.

3) Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali
dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan
pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif
secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi
korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya
sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur
patah mendadak.
4) Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi
oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen
(O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah
menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.

5) Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion
fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced
hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat
pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat
sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan
amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat
tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh
hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

6) Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam
akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti
yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas.
Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas
butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut
akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

7) Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi
pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching
diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur
pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos
pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi
tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi
dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous
dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

E. Dampak Korosi

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat
memperkirakan kerugian akibat korosi yang menyerag permesinan industri,
infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya tersebut
mencapai 276 miliar dollar AS. Jembatan yang runtuh akibat korosi yang terjadi
pada tiang penahannya.

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak
akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan
akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan
meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya.
korosi yang menyebabkan kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam.

F. Pencegahan Korosi

Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia.
a) Perlindungan Mekanis

Perlindungan mekanis ialah mencegah agar permukaan logam tidak bersentuhan


langsung dengan udara. Untuk jangka waktu yang pendek, cara ini dapat

dilakukan dengan mengoleskan lemak pada permukaan logam. Untuk jangka


waktu yang agak lama, dapat dilakukan dengan pengecatan. Salah satu cat
pelindung yang baik ialah meni (Pb3O4) karena selain melindungi secara mekanis
juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain pengecatan, perlindungan
mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain, yaitu dengan cara penyepuhan.

b) Perlindungan Elektrokimia

Perlindungan Elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosielektrolitik (reaksi


elektrokimia yang mengoksidasi logam). Perlindungan elektrokimia ini disebut
juga perlindungan katode (proteksi katodik) atau pengorbanan anode
(anodaising).

Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :

- Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat,
oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).
Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis
pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga
bersifat mampercepat proses korosi.

- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi
hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai
anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda,
terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman
terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk
perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.

- Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat

misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72%
Fe, 19%Cr, 9%Ni).

Pencegahan korosi juga dapat dilakukan dengan cara Dicat, Dilapisi logam yang
lebih mulia, Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi, Menanam batang-
batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan, dan Dicampur
dengan logam lain.

Anda mungkin juga menyukai