Anda di halaman 1dari 15

JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO.

1, TAHUN 2020 51

Strategi Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana


Berdasarkan Tingkat Kerentanan dan Bahaya Banjir Rob
di Kota Bandar Lampung
Wido Wibisono1, dan Adning Musadri Asbi2 Nama Penulis
2 Salah
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera
1,2

Email: 1widowibisono@gmail.com, 2adnin.asbi@pwk.itera.ac.id


Adnin Musadri Asbi
Letak geografis Indonesia yang berada pada kawasan rawan bencana memerlukan strategi penataan ruang yang berbasis
mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan masyarakatnya. Kota Bandar Lam-
pung merupakan salah satu kota yang memiliki kawasan pesisir menghadap Teluk Lampung dengan garis pantai sepanjang
27.01 Km. Banjir rob merupakan salah satu bencana yang mengancam kawasan pesisir disebabkan oleh perubahan iklim.
Banjir rob setiap tahunnya terjadi sedikitnya tiga kali dalam setahun dengan durasi genangan selama lebih dari tiga jam
bahkan dapat mencapai satu minggu. Banjir rob di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung memiliki klasifikasi bahaya dari
rendah hingga tinggi yang dikategorikan berdasarkan ketinggian genangan banjir. Pada tiap-tiap kelurahan ketinggian banjir
beragam mulai dari ketinggian kurang dari 50 Cm hingga lebih dari tiga meter. Kerentanan wilayah merupakan salah satu
kelemahan yang harus diatasi guna mengurangi risiko terhadap bencana banjir rob. Berdasarkan hasil analisis kerentan-
an, tiga kelurahan di wilayah pesisir diklasifikasikan ke dalam tingkat kerentanan sedang. Sub-indikator yang paling ber-
pengaruh adalah kerentanan fisik dan sosial. Dalam pengurangan tingkat kerentanan, perlu dilakukan perumusan strategi
dengan pendekatan penataan ruang berbasis mitigasi menggunakan analisis SWOT. Perumusan strategi tersebut dilakukan
dengan cara menghubungkan keterkaitan antara faktor internal dan eksternal wilayah melalui pendekatan penataan ruang
berupa perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang berperan dalam
tahapan pengembangan dan pencegahan terhadap bahaya banjir rob yang mengancam wilayah pesisir Kota Bandar Lampung
agar terciptanya kegiatan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Kata Kunci—Perencanaan Spasial, Banjir Rob, Kerentanan

Indonesia’s geographic location, which is in a disaster-prone area, requires a spatial planning strategy based on disaster miti-
gation as an effort to improve the safety and comfort of life for its people. Bandar Lampung City is one of the cities that has a
coastal area facing Lampung Bay with a coastline of 27.01 Km. Tidal flooding is a disaster that threatens coastal areas due to
climate change. Every year, tidal floods occur at least three times a year with inundation duration of more than three hours or
even one week. Tidal flooding in the coastal area of Bandar Lampung City has a hazard classification from low to high which
is categorized based on the height of the flood inundation. In each kelurahan the height of the flood varies from a height of less
than 50 cm to more than three meters. Regional vulnerability is one of the weaknesses that must be addressed in order to reduce
the risk of tidal flooding. Based on the results of the vulnerability analysis, three urban villages in the coastal area are classified
into a moderate level of vulnerability. The most influential sub-indicators are physical and social vulnerability. In reducing the
level of vulnerability, it is necessary to formulate a strategy with a mitigation-based spatial planning approach using a SWOT
analysis. The formulation of the strategy is carried out by connecting the linkages between internal and external factors in the
area through a spatial planning approach in the form of spatial planning, space utilization and spatial use control. Spatial
planning plays a role in the development and prevention stages of tidal flooding that threatens the coastal area of Bandar Lam-
pung City in order to create safe, comfortable, productive and sustainable spatial activities.

Index Terms—Spatial Planning, Tidal Floods, Vulnerability

I. Pendahuluan bencana gempa bumi, tsunami, angin topan, banjir,


longsor dan lain sebagainya. Dijelaskan dalam UU
Bencana alam di Indonesia sudah sangat sering No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, lokasi
terjadi dikarenakan letak geografis dan kondisi geol- geografis Indonesia yang berada pada kawasan rawan
ogisnya memiliki potensi yang cukup besar terhadap bencana maka diperlukannya penataan ruang yang
52 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkat- terjadi secara perlahan (slow on set) ditandai dengan
kan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan terjadinya kenaikan muka air laut, yang menyebabkan
penghidupan masyarakatnya. Perubahan iklim dapat pasang air laut naik sehingga menyebabkan banjir dan
dikategorikan sebagai bencana karena dampak dari abrasi pantai yang tidak dapat dikendalikan. Melihat
perubahan iklim yang bisa merugikan serta merusak. kondisi ancaman seperti ini wilayah padat penduduk
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peris- pesisir pantai mulai terancam bencana banjir rob.
tiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan Menurut BNPB dalam Sitadevi (2016) disebutkan 41
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik kota pesisir di Indonesia, 32 kota rentan terhadap ban-
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun jir, 29 kota rentan terhadap tsunami dan 15 kota rentan
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban terhadap gelombang tinggi.
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian har- Kota Bandar Lampung rawan terhadap bencana
ta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun alam, dengan meliputi bencana banjir, tanah longsor,
2007 tentang Penanggulangan Bencana). Salah satu air pasang yang menyebabkan rob, tsunami, gempa
bencana yang mulai mengancam Kota Bandar Lam- bumi dan kekeringan, selain itu juga terdapat risiko
pung adalah banjir rob yang disebabkan oleh peruba- abrasi, erosi, dan sedimentasi yang terjadi di wilayah
han iklim. pesisir (Asian Cities Climate Change Resilience Net-
work, 2010). Hal ini menjadikan bencana banjir rob
A. Latar Belakang sebagai ancaman yang baru-baru ini terjadi di Kota
Bandar Lampung dengan dikategorikan ke dalam ben-
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota cana tahunan, karena hanya terjadi beberapa kali da-
secara geografis menghadap Teluk Lampung dengan lam setahun. Banjir rob telah melanda bagian pesisir
panjang garis pantai sepanjang 27.01 Km. Kondi- Kota Bandar Lampung tepatnya di Kecamatan Bumi
si tersebut membuat kawasan pesisir Kota Bandar Waras dengan wilayah yang terdampak adalah Kelura-
Lampung menjadi terancam terhadap bencana, salah han Kangkung, Kelurahan Bumi Waras dan Kelurah-
satunya adalah bencana banjir rob. Banjir rob mulai an Sukaraja. Salah satu dampak dari perubahan iklim
terjadi di Kota Bandar Lampung dirasa akibat naiknya yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dan
air pasang dengan kurun waktu terjadi tahunan secara banjir rob yaitu dapat menyebabkan rusaknya infras-
perlahan. Bencana alam juga merupakan suatu kejad- truktur, abrasi di wilayah pesisir/pinggir pantai, tim-
ian alam yang tidak dapat diprediksi waktu kejadiann- bulnya bencana sosial seperti penyakit akibat anomali
ya (Desmonda & Pamungkas, 2014). cuaca (ACCCRN, 2010).
Dikarenakan besarnya dampak yang akan ditimbul- Kelurahan Bumi Waras, Kelurahan Kangkung
kan akibat kenaikan muka air laut maka diperlukannya dan Kelurahan Sukaraja secara penggunaan lahan
langkah strategi dalam penanganannya. Wilayah yang mayoritas adalah kegiatan permukiman daerah pe-
paling terancam akibat dari bahaya banjir rob adalah sisir pantai. Pemukiman pesisir Kota Bandar Lam-
wilayah pesisir yang dihuni permukiman padat karena pung telah ada sejak lama dan semakin berkembang
akan meningkatkan tingkat kerentanan terhadap ben- hingga menjadi pemukiman kumuh dan squatter.
cana itu sendiri. Pada kondisi banyaknya kegiatan penggunaan lahan
Dalam 10 tahun terakhir, paras laut meningkat set- permukiman di daerah pesisir secara langsung akan
inggi 0.1 hingga 0.3 meter, lewat model prediksi dapat memengaruhi tingkat kerentanan pada daerah pesisir
diperkirakan ada perubahan paras laut antara 0.3 terhadap bahaya banjir rob karena salah satu indika-
hingga 0.5 meter yang kemungkinan akan menutup tor dalam penilaian kerentanan berdasarkan Perka
area seluas satu juta km2 (Roessig dkk, 2004). Ber- BNPB No. 2 Tahun 2012 dalam penilaian kerentanan
dasarkan keterangan Sarwar dan Roessig dengan men- sosial dan kerentanan fisik terdapat parameter kepa-
cairnya gletser di daerah kutub artinya hal ini mengin- datan penduduk dan rumah.
dikasikan ancaman untuk negara-negara kepulauan Hal ini jika tidak ditangani serius oleh pihak-pihak
karena dampaknya yang dapat menenggelamkan pulau yang terlibat akan menjadi bencana yang sulit ditan-
hingga mengurangi luasan daerahnya. Indonesia den- gani pada kemudian hari karena tingkat kerentanan
gan karakteristik negara kepulauan kini terancam aki- yang mungkin saja akan sulit dikendalikan. Keren-
bat dari dampak perubahan iklim. Ancaman tersebut tanan wilayah merupakan salah satu kelemahan yang
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 53

harus diatasi guna mengatasi risiko terhadap bencana. dan kerentanan lingkungan).
Kerentanan merupakan rangkaian kondisi yang me- 3. Merumuskan strategi penataan ruang berbasiskan
nentukan apakah bahaya yang terjadi akan dapat me- mitigasi bencana.
nimbulkan bencana atau tidak. Rangkaian kondisi ini
pada umumnya dapat berupa fisik, sosial, ekonomi, II. Metodologi
lingkungan dan sikap yang memengaruhi kemampuan
masyarakat dalam melakukan pencegahan terhadap Dampak dari kenaikan muka air laut yang terlihat
ancaman bahaya. secara fisik adalah sebagian wilayah pesisirnya teng-
gelam atau terkena banjir rob. Untuk dapat mengeta-
B. Tujuan Penelitian hui karakteristik bahaya banjir rob, perlu dilakukan-
nya proses identifikasi karakteristik bencana melalui
Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi pengumpulan data primer menggunakan kuesioner
penataan ruang berbasis mitigasi bencana berdasarkan terkait variabel-variabel kebutuhan data di lapangan
tingkat kerentanan wilayah pesisir dari bahaya banjir dengan menanyakan langsung ke masyarakat pesi-
rob. Secara rinci proses ini akan menjabarkan melalui sir. Berdasarkan data historis kejadian bencana dan
identifikasi bahaya banjir rob, identifikasi kerentanan dampak yang terjadi akibat dari banjir rob berdasar-
wilayah dan perumusan strategi penataan ruang ber- kan fakta-fakta terkait, selanjutnya peneliti berusaha
basis mitigasi bencana sehingga diharapkan dapat untuk menginterpretasikan tujuan dari proses identi-
mengurangi kerentanan pada wilayah studi. Peran pe- fikasi bahaya banjir rob agar dapat menggambarkan
nataan ruang dalam penelitian ini adalah berupa pros- kelas bahaya pada daerah penelitian.
es pengembangan dan pecegahan terhadap penataan Selain itu perlu juga dilakukannya pengumpulan
wilayah pesisir dalam menghadapi bencana yang akan data sekunder untuk dapat mengidentifikasi kerentan-
terjadi. Sedangkan proses mitigasinya dapat berupa an wilayah pesisir sehingga diketahui tingkat keren-
upaya teknis dalam merespon bahaya banjir rob. tanannya. Adapun metodologi pengumpulan data da-
Sasaran yang ditempuh guna mengurangi tingkat lam penelitian ini meliputi pengumpulan data primer
kerentanan terhadap bahaya banjir rob melalui penata- dan pengumpulan data sekunder. Hal ini merupakan
an ruang berbasis mitigasi bencana antara lain adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dan
sebagai berikut: informasi. Pengumpulan data primer akan dilaku-
1. Mengidentifikasi bahaya banjir rob di kawasan pe- kan melalui observasi lapangan dan penyebaran kue-
sisir. sioner ke masyarakat. Sedangkan pengumpulan data
2. Mengidentifikasi kerentanan wilayah studi (keren- sekunder didapatkan melalui studi literatur dan survei
tanan sosial, kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, instansi. Tabel 1 di bawah ini merupakan kebutuhan

Tabel I
Kebutuhan Data Penelitian
Sub Output Analisis Rincian Analisis Kebutuhan Data
Program Analisis Arahan penataan ruang dalam merumuskan RTRW Kota Bandar Lampung
Penanggulangan SWOT strategi/program penataan ruang berbasis
Bencana terhadap dampak perubahan iklim (banjir
rob) di Pesisir Kota Bandar Lampung
Arahan strategi kesiapsiagaan dalam Kebijakan khusus dalam kebencanaan
merespon bencana di Kota Bandar Lampung yang dikeluarkan oleh BPBD
Peta Kerentanan Analisis Rasio Jenis Kelamin Tiap kelurahan wilayah studi
Kerentanan Rasio Kelompok umur
Rasio Penduduk Miskin
Identifikasi Analisis Historis Bencana Perkelurahan
Bahaya Banjir Deskriptif Dampak Bencana
Rob
Kesiapan Masyarakat
54 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

data yang belum didapatkan secara online melalui administratif wilayah studi memiliki batas-batas se-
website Badan Pusat Statistik/BPS sehingga peneliti bagai berikut:
perlu untuk turun ke lapangan dan melakukan survei 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bumi
instansi. Raya dan Kelurahan Garuntang.
Penyusunan strategi dalam mengurangi dampak 2. Sebelah Selatan berbatan dengan Teluk Lampung.
bencana banjir rob yang melanda serta melakukan ske- 3. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Way
ma-skema penanggulangan bencana dapat dilakukan Lunik.
berdasarkan hasil dari analisis SWOT. Analisis SWOT 4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Pesawa-
dalam perumusan strategi penataan ruang berbasiskan han.
mitigasi bencana, dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini Tabel II
berasal dari dalam wilayah penelitian berupa kekua- Luas Lahan Penelitian
tan dan kelemahan yang dimiliki wilayah pesisir Kota No Kelurahan Luasan (Ha)
Bandar Lampung. Sub-faktor internal yang merupa-
kan kekuatan dan kelemahan pada penelitian ini ber- 1 Bumi Waras 73
asal dari hasil observasi, analisis deskriptif kuantitatif 2 Kangkung 30.3
bahaya bencana banjir rob, dan analisis kerentanan. 3 Sukaraja 80.3
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang Total 183.5
berasal dari luar wilayah penelitian dimana wilayah
tersebut tidak dapat mengubah bentuk intervensi B. Metode Analisis Penelitian
yang dapat memengaruhi kondisi internal wilayah
tersebut. Faktor eksternal tersebut dapat berupa pel- 1.) Analisis Deskriptif
uang dan ancaman pada wilayah penelitian. Sub-fak- Analisis deskriptif menurut (Sugiyono, 2009)
tor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman digunakan untuk menjelaskan keberadaan variabel
pada penelitian ini berasal dari hasil observasi, anali- mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
sis konten pengaruh eksternal wilayah pada dokumen (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat per-
RTRW Kota Bandar Lampung, dan analisis keren- bandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan
tanan. variabel yang lain. Pada penelitian ini analisis deskrip-
tif digunakan dalam mendeskripsikan hasil data prim-
A. Lokasi Penelitian er dari kuesioner yang telah disebarkan ke masyarakat
oleh peneliti. Variabel mandiri yang dimaksud adalah
data terkait historis bahaya bencana banjir rob seper-
ti: (1) intensitas kejadian banjir rob dalam setahun.
(2) lama genangan banjir rob, dan (3) tinggi genan-
gan banjir rob. Pada analisis ini bahaya digambarkan
dengan penjelasan variabel-variabel tersebut dari hasil
kuesioner yang menjelaskan historis kebencanaan dan
dampak bencana banjir rob. Berdasarkan data historis
kejadian bencana dan dampak yang terjadi akibat dari
banjir rob berdasarkan fakta-fakta terkait, selanjutn-
ya peneliti berusaha untuk menginterpretasikan agar
dapat menggambarkan kelas bahaya pada daerah pe-
nelitian.
2.) Analisis Kerentanan
Gambar 1. Wilayah Studi Penelitian Untuk mengetahui tingkat kerentanan pada suatu
wilayah perlu dilakukan proses identifikasi tingkat
Secara geografis lokasi wilayah studi terdapat di kerentanan menggunakan metode skoring (Badan
pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya di Kecamatan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012). Secara
Bumi Waras yang terdiri dari tiga kelurahan. Secara teknis metode skoring pada analisis kerentanan den-
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 55

gan memberikan rentang nilai pada kelas tinggi, se- Setelah melakukan proses identifikasi masing-
dang dan rendah. Pada proses melakukan penilaian/ masing indeks kerentanan maka akan didapatkan skor
pembobotan terhadap variabel yang berkaitan dengan indeks yang selanjutnya hasil skor tersebut akan dia-
bencana, hal ini dapat memudahkan untuk menilai kumulasikan untuk diketahui indeks kerentanan ban-
wilayah rentan, sehingga pada akhirnya dapat melihat jir menggunakan metode analisis skoring berdasarkan
daerah mana yang perlu ditingkatkan ketahanannya. persamaan dari Peraturan Kepala No. 2 Tahun 2012,
Terdapat empat aspek indikator kerentanan yang di- adapun persamaan perhitungan dan penentuan kla-
gunakan dalam analisis kerentanan, yaitu kerentanan sifikasi indeks kerentanan adalah sebagai berikut di
fisik, kerentanan ekonomi, kerentanan sosial dan ker- bawah ini:
entanan lingkungan.
Tiap aspek indikator memiliki parameternya mas- IKB = 0,4 • IKS + 0,25 • IKF + 0,25 • IKE
ing-masing dan perhitungan masing-masing untuk + 0,1 • IKL (2)
dapat mengetahui skor kerentanannya yang selanjut- Keterangan:
nya digunakan untuk menghitung indeks kerentanan IKB : Indeks kerentanan banjir
banjir rob secara keseluruhan. Berikut dibawah mer- IKS : Indeks kerentanan sosial
upakan persamaan dalam menghitung tingkat keren- IKF : Indeks kerentanan fisik
tanan beserta parameternya yang telah disesuaikan IKL : Indeks kerentanan lingkungan
dengan ketersediaan data yang ada:
Tabel III
IKS = 0.6 • SKP + 0.133 • SRJK + 0.133 Klasifikasi Kelas Kerentanan
• SRKU + 0.133 • SRK (1)
Kelas Skor
Keterangan:
IKS : Indeks kerentanan sosial Rendah 0.00 - 0.33
SKP : Skor kepadatan penduduk Sedang 0.34 - 0.66
SRJK : Skor rasio Jenis Kelamin Tinggi 0.67 - 1.00
SRKU : Skor rasio kelompok umur
SRK : Skor rasio kemiskinan 3.) Analisis SWOT
Penyusunan strategi dalam mengurangi dampak
IKF = 0,4 • SR + 0,3 • SFasum + 0,3 • SFaskris (2)
bencana banjir rob yang melanda serta melakukan
Keterangan:
skema-skema penanggulangan bencana dapat dilaku-
IKF : Indeks kerentanan fisik
kan berdasarkan hasil dari analisis SWOT melalui
SR : Skor rumah
pendekatan penataan ruang yang berbasis mitigasi
SFasum : Skor fasum
bencana. Analisis SWOT dalam perumusan strategi
SFaskris : Skor fasilitas kritis
tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor in-
IKE = 0,6 • SLP + 0,4 • SPDRB (3) ternal dan faktor eksternal dari wilayah penelitian.
Keterangan: Faktor internal dalam penelitian ini berasal dari da-
IKE : Indeks kerentanan ekonomi lam wilayah penelitian berupa kekuatan dan kelema-
SLP : Skor lahan produktif han yang dimiliki wilayah pesisir Kota Bandar Lam-
SPDRB : Skor PDRB pung. Sub-faktor internal yang merupakan kekuatan
dan kelemahan pada penelitian ini berasal dari hasil
IKL = 0,3 • SHL + 0,3 • SHA + 0,1 • SHM observasi, analisis deskriptif kuantitatif bahaya ben-
+ 0,1 • SSB + 0,2 • SRawa (4) cana banjir rob, dan analisis kerentanan. Sedangkan
Keterangan: faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
IKL : Indeks kerentanan lingkungan wilayah penelitian dimana wilayah tersebut tidak
SHL : Skor hutan lindung dapat mengubah bentuk intervensi yang dapat me-
SHA : Skor hutan alam mengaruhi kondisi internal wilayah tersebut. Faktor
SHM : Skor hutan mangrove eksternal tersebut dapat berupa peluang dan ancaman
SSB : Skor semak belukar pada wilayah penelitian. Sub-faktor eksternal yang
SRawa : Skor rawa merupakan peluang dan ancaman pada penelitian ini
56 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

berasal dari hasil observasi, analisis konten pengaruh


eksternal wilayah pada dokumen RTRW Kota Bandar 9;9% < 3 kali
Lampung, dan analisis kerentanan. 3 - 5 kali
Penyusunan strategi yang menggunakan metode 14;14%
SWOT dengan pendekatan penataan ruang ruang di- 6 - 7 kali
maksudkan agar memasukkan indikator bencana da- 4;4%
lam kebijakan penataan ruang, sehingga dengan adan- > 7 kali
ya indikator bahaya diharapkan terdapat pengadaan 8;8%
Tidak Banjir
dan perbaikan sarana pelengkap peringatan dini ter-
hadap bencana, bangunan escape building, dan jalur 65;65%
evakuasi. Selain itu terdapat upaya pendekatan kepada
masyarakat yang memanfaatkan lahan pada kawasan Gambar 2. Intensitas kejadian banjir rob per tahun
rawan bencana agar bersedia untuk direlokasi ke
tempat yang lebih layak dan aman bagi kawasan per-
9%
mukiman dan aktivitas ekonomi masyarakat.
8% < 3 jam
47%
III. Hasil dan Pembahasan 3% 3 - 6 jam
< 6 jam
Pada sub-bab ini akan dijelaskan hasil analisis 2 - 3 hari
14%
yang telah dilakukan pada penelitian, yang terdiri dari
Seminggu
analisis deskriptif untuk mengidentifikasi bahaya ban-
jir rob, analisis kerentanan wilayah, analisis konten Tidak Banjir
bedah dokumen RTRW Kota Bandar Lampung, dan 19%
analisis SWOT dalam penyusunan alternatif strategi
Gambar 3. Lama Genangan Banjir Rob
penanggulanan bencana banjir rob.

A. Identifikasi Bahaya Banjir Rob 9;9%


44;44% < 0,5 m
5;5%
Analisis bahaya banjir rob wilayah pesisir Kota 0,5 - 1 m
Bandar Lampung pada penelitian ini didapatkan
dari hasil analisis deskriptif kuantitatif. Parameter 1-3m
19;19%
yang menjadi tolak ukur dalam analisis bahaya ada-
lah historis kejadian bencana dan dampak kerusakan >3m
yang ditimbulkan dari bencana. Hasil penjabaran dari Tidak
sub-bab historis bencana adalah mengidentifikasi tiga Banjir
23;23%
karakteristik bencana, yaitu (1) intensitas kejadian, (2)
lama genangan, dan (3) tinggi genangan. Gambar 4. Ketinggian banjir rob
Berdasarkan hasil analisis pada kuesioner, tel-
ah didapatkan bahwa Kawasan Pesisir Kota Bandar Berdasarkan hasil survei lama genangan banjir rob
Lampung memang telah terdampak banjir rob yang pada kawasan pesisir sebanyak 47% dari keseluruhan
disebabkan oleh kenaikan muka air laut. Seban- responden berlangsung sekitar kurang dari 3 jam la-
yak 65,65% dari total keseluruhan responden di tiap manya. Rata-rata wilayah yang tergenang banjir rob
masing-masing kelurahan menjawab banjir rob terja- tersebut berada tidak jauh dari bibir pantai, kurang
di sebanyak kurang dari 3 kali tiap tahunnya. Ketiga lebih sekitar ±15 meter. Beberapa wilayah lainnya
kelurahan studi sama-sama pernah mengalami banjir ada yang tergenang hingga 3-6 jam atau bahkan lebih
rob dengan intensitas kejadian lebih dari 7 kali dalam dari 6 jam karena wilayah rumah mereka yang cend-
setahun, namun beberapa rumah dari responden di erung lebih dekat lagi dengan bibir pantai bahkan
Kelurahan Sukaraja lebih sering terdampak banjir rob banyak permukiman yang berada di atas permukaan
dengan intensitas kejadian tersebut. laut. Biasanya yang tinggal di daerah tersebut mer-
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 57

upakan masyarakat dengan mata pencaharian sebagai ta-Rata tinggi genangan banjir rob di Kelurahan Bumi
nelayan. Kasus lainnya yang lebih memprihatinkan Waras bervariasi, mulai dari ketinggian < 50cm, 0,5
terdapatnya genangan banjir rob yang melanda hingga - 1m dan 1-3m. Sebanyak 27 dari 40 responden di
seminggu lamanya tidak kunjung surut dan itu ter- Kelurahan Bumi Waras tergenang banjir rob selama
jadi di beberapa rumah pada Kelurahan Kangkung. < 3 jam lamanya.
Namun dengan kondisi ini masyarakat merespon Kelurahan Sukaraja banjir rob biasanya terjadi <3
cenderung biasa aja, karena menurut mereka bencana kali dalam setahun, namun beberapa rumah mengala-
banjir rob ini biasa terjadi tiap tahunnya dan tidak di- mi > 7 kali kejadian banjir rob dalam setahun. Ra-
anggap terlalu mengancam meskipun berdampak ker- ta-Rata tinggi genangan banjir rob di Kelurahan Su-
ugian untuk mereka. karaja terjadi sekitar < 50cm, beberapa rumah pernah
Banjir rob yang melanda daerah pesisir Kota Ban- terdampak hingga 1 - 3m hinga > 3m. Sebanyak tiga
dar Lampung di ketiga kelurahan memiliki ketinggian belas dari tiga puluh responden di Kelurahan Sukaraja
genangan yang bervariatif, namun banjir rob di tiap mengalami lama genangan banjir rob selama < 3 jam
ketiga kelurahan sebanyak 44,44% dari keseluruhan lamanya, namun di beberapa rumah lainnya genangan
responden memiliki ketinggian genangan kurang dari banjir rob terjadi selama seminggu.
50 cm dengan durasi rata-rata kurang dari 3 jam. Be- Berdasarkan hasil kuesioner ketiga kelurahan
berapa wilayah lainnya ada yang tergenang hingga memiliki klasifikasi bahaya dari rendah hingga tinggi,
ketinggan lebih dari 3 meter, kejadian tersebut terjadi hal ini dikarenakan di tiap-tiap kelurahan ketinggian
di daerah Kelurahan Kangkung dimana rumah-rumah banjir beragam mulai dari ketinggian < 0,5m hingga >
pada daerah kelurahan memang berada di daerah ce- 3m. Namun secara keseluruhan apabila dijumlahkan
kungan dengan posisi rumah yang dibangun berada secara mayoritas hasil kuesioner terklasifikasi bahaya
diatas pantai sehingga air dari laut sangat mudah banjir yang rendah di tiap wilayah kelurahannya.
untuk masuk ke rumah-rumah yang berada tepat di
atas permukaan air. Pada masing-masing tiap kelura- Tabel IV
han juga banjir rob melanda setinggi 1 hingga 3 me- Dampak yang Ditimbulkan Akibat Banjir
ter, namun Kelurahan Bumi Waras berdasarkan hasil
Dampak Kerusakan Akibat Banjir Rob Responden
survei kuesioner yang dilakukan peneliti terdapat 11
responden yang terdampak dengan ketinggian genan- Kerusakan Properti 70
gan tersebut. Melihat dari jumlah tersebut Kelurahan Terputusnya Akses Terhadap Utilitas 16
Bumi Waras memang lebih banyak dari pada Kelura- Ada Korban Jiwa/Luka-Luka 11
han lainnya yang hanya 4 responden di masing-mas- Penyakit Wabah Penyakit 20
ing kelurahan dengan ketinggian 1 hingga 3 meter. Pendapatan Berkurang Akibat Tidak Bisa 35
Secara keseluruhan berdasarkan analisis deskrip- Bekerja
tif dalam mengidentifikasi bencana banjir rob, hasil Tidak Ada 14
dismpulkan terdapat keberagaman bahaya banjir rob,
Lainnya 1
di Kelurahan Kangkung banjir rob terjadi <3 kali da-
lam setahun, namun beberapa rumah mengalami >7
kali kejadian banjir rob dalam setahun. Rata-Rata Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan pe-
tinggi genangan banjir rob di Kelurahan Kangkung neliti, banjir rob memang sudah berdampak secara
berkisar < 50cm, namun beberapa rumah pernah langsung pada kawasan pesisir Kota Bandar Lampung,
terdampak hingga > 3m. Sebelas dari tiga puluh re- baik kerugian dari harta benda atau hal lainnya. Na-
sponden di Kelurahan Kangkung menjawab rumahn- mun mayoritas pada kelurahan studi penelitian mera-
ya tergenang selama lebih dari 6 jam, namun ada be- sakan dampak kerusakan properti rumah tangga ketika
berapa rumah yang hingga 1 minggu tergenang banjir banjir rob melanda, Beberapa responden lainnya juga
rob. Pada Kelurahan Bumi Waras banjir rob biasanya merasakan pendapatan mereka berkurang akibat dari
terjadi < 3 kali dalam setahun, dan di beberapa pada tidak bisa bekerja ketika banjir rob sedang melanda
kelurahan ini terdapat rumah-rumah yang tidak ter- rumahnya. Hal lainnya seperti wabah penyakit seperti
genang banjir karena wilayahnya dikarenakan wilayah diare punya sudah menjadi langganan ketika banjir rob
rumah tersebut cenderung lebih tinggi lahannya. Ra- melanda, dimana hal tersebut disebabkan oleh kondisi
58 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

fisik lingkungan yang cenderung kumuh akibat dari dai. Hal ini dikarenakan dampak yang telah terjadi
kebiasaan masyarakat yang tidak disiplin dalam mem- sangat merugikan masyarakat baik secara kerugian
buang sampah dan tidak ikutnya masyarakat ke dalam materi atau tidak. Kondisi wilayah pesisir yang mer-
sistem pengelolaan sampah yang disediakan oleh pe- upakan mayoritas adalah permukiman sangat rent-
merintah. an apabila terjadi bahaya, ditambah kondisi wilayah
pesisir Kota Bandar Lampung pada ketiga kelurahan
penelitian cenderung termasuk wilayah kumuh. Hal
tersebut semakin memperparah kondisi apabila ter-
jadi banjir rob. Karena wabah penyakit sangat mudah
mewabah. Bahaya dan kerentanan memiliki sifat ber-
banding lurus apabila dilihat dari tingkat risiko ben-
cana. Semakin tinggi tingkat kerentanan dan bahaya
maka semakin tinggi tingkat risiko bencana pada
wilayah tersebut.

B. Kerentanan Wilayah Pesisir

Pada analisis tingkat kerentanan sosial di Wilayah


Gambar 5. Kondisi lingkungan pesisir Kota Bandar Lampung Pesisir Kota Bandar Lampung yang perhitungan pe-
nilaian kerentanannya didasarkan Pedoman Perka
Banjir rob yang melanda pada daerah pesisir kota BNPB No. 2 Tahun 2012. Parameter atau indikator
ini diperparah dengan banyaknya sampah pada ka- penilaian yang digunakan dalam analisis kerentanan
wasan permukiman sekitar pinggiran pantai yang be- sosial di wilayah studi adalah kepadatan penduduk,
rasal dari laut sendiri maupun warga yang membuang rasio jenis kelamin, rasio kelompok umur, dan rasio
sampah di pantai. Sehingga ketika air laut masuk kemiskinan. Parameter penilaian penduduk cacat ti-
kepemukiman dan terjadi genangan sampah yang ada dak digunakan dalam perhitungan kerentanan sosial
di lingkungan tersebut ikut membanjiri pemukiman- dikarenakan peneliti tidak mendapatkan data yang
pemukiman masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan dimaksud sesuai ketentuan dan ilmiah penelitian.
oleh banyak faktor, mulai dari kebiasaan yang kurang Namun pembagian perhitungan dalam pengkalian
baik, dranaise yang tersumbat sampah dan mengalami penduduk cacat didistribusikan kedalam parameter
pendangkalan akibat sedimentasi. Hal ini juga dise- kelompok rentan.
babkan oleh kondisi sarana pengelolaan persampahan Dalam mengidentifikasi kerentanan wilayah
di tiap kelurahan sangat memprihatinkan dan belum dilakukan dengan memberikan penilaian yang diba-
berjalan secara optimal sebagaimana mestinya. gi menjadi empat aspek dalam perhitungannya yakni,
Hal ini terjadi akibat dari pengelolaan sampah kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan
belum berjalan dengan baik diakibatkan karena ter- fisik, dan kerentanan lingkungan (BNPB, 2012). Ber-
batasnya sarana pengumpulan sampah di tingkat ru- dasarkan hasil analisis di atas maka didapatkan ting-
mah tangga, sarana pengangkutan dan tempat pem- kat kerentanan sosial di wilayah pesisir Kota Bandar
buangan sementara yang tidak terletak atau berjalan Lampung khususnya wilayah studi, nilai kerentanan
sesuai dengan standarnya pengelolaan persampahan. yang paling tinggi terdapat di wilayah Kelurahan
Banyak masyarakat yang melakukan pengelolaan Kangkung, sedangkan kedua wilayah studi kelurah-
sampah secara pribadi atau mandiri tanpa adanya an lainnya memiliki klasifikasi tingkat kerentanan
koordinasi yang maksimal dengan pihak terkait se- sedang.
hingga banyak rumah tangga yang tidak ikut dalam Ada beberapa faktor yang menyebabkan Kelurah-
sistem pengelolaan sampah tersebut. Pada akhirnya an Kangkung tergolong klasifikasi kerentanan sosial
mengakibatkan sampah masih banyak berserakan di tinggi, seperti tingginya tingkat kepadatan penduduk
lingkungan-lingkungan tempat tinggal mereka. pada kelurahan tersebut. Adapun faktor lainnya yang
Bahaya banjir rob di Kota Bandar Lampung secara membuat Kelurahan Kangkung tergolong klasifikasi
keseluruhan, bencana ini patut perlu untuk diwaspa- tingkat kerentanan sosial tinggi adalah rasio ketergan-
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 59

tungan umur non produktif terhadap usia produktif yang terdampak maka semakin tinggi nilai kerentanan
termasuk tinggi dan faktor rasio jenis kelamin yang yang akan dihasilkan daerah tersebut.
cukup tinggi sehingga indeks kerentanan sosial secara Dari hasil analisis kerentanan ekonomi dapat
keseluruhan pada Kelurahan Kangkung menjadi ting- diketahui bahwa tingkat kerentanan ekonomi rendah
gi. pada wilayah studi terdapat di Kelurahan Bumi Waras
dan Kelurahan Kangkung. Adapun wilayah studi yang
terklasifikasi dengan tingkat kerentanan ekonomi se-
dang adalah Kelurahan Sukaraja. Faktor utama yang
menyebabkan rendah adalah karena tidak adanya je-
nis lahan produktif yang dimaksud di masing-masing
wilayah studi.
Namun secara dari sub-indikator penilaian ker-
entanan berdasarkan parameter kontribusi PDRB di
kelurahan ketiga wilayah tergolong kerentanan ting-
gi. Dari hasil tersebut perlu diperhitungkan kembali
strategi untuk penanggulangan bencana berdasarkan
penataan ruang agar mengurangi konsentrasi perkem-
bangan sektor perdagangan dan jasa di wilayah Pesisir
dan memindahkan arah investasi di daerah yang relatif
Gambar 6. Peta Kerentanan Sosial lebih aman dari bencana.

Klasifikasi kerentanan fisik paling tinggi ada di


Kelurahan Sukaraja dan Bumi Waras sisanya terma-
suk klasifikasi kerentanan sedang dengan skor keren-
tanan fisik di Kelurahan Kangkung 0.42. Faktor yang
sangat memiliki pengaruh dalam analisis kerentan
fisik di atas dan membedakan hasil kerentanan di
masing-masing kelurahan studi adalah luasan jumlah
rumah dan jumlah fasilitas umum. Perhitungan keren-
tanan fisik di atas merupakan dugaan kerugian secara
keseluruhan, wilayah yang tergolong sedang dan ting-
gi diakibatkan dari masing-masing parameter yang
memengaruhi karena semakin mahal harga kerugian
lahan perumahan, fasilitas umum dan fasilitas kritis
Gambar 8. Peta Kerentanan Ekonomi

Kerentanan lingkungan terdiri dari parameter hutan


lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, semak
belukar, dan rawa. Setiap parameter dapat diidentifi-
kasi menggunakan data tutupan lahan. Masing-mas-
ing parameter dianalisis dengan menggunakan metode
skoring sesuai pedoman untuk memperoleh nilai skor
kerentanan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis
kerentanan lingkungan, didapatkan klasifikasi tingkat
kerentanan rendah di tiap masing-masing kelurahan.
Hal ini dikarenakan hanya paramater semak belu-
kar yang memiliki nilai skor, karena hanya lahan se-
mak belukar yang ada di ketiga kelurahan studi yang
Gambar 7. Peta Kerentanan Fisik teridentifikasi dari kondisi tutupan lahan yang ada di
60 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

Kota Bandar Lampung. Persentasi indikator semak Simpulan dari hasil temuan ini bahwa perlu adanya
belukar dalam penilaian indeks kerentanan lingkun- strategi khusus terkait sub indikator-indikator yang
gan juga tidak terlalu besar luasannya. memiliki tingkat kerentanan tinggi, seperti kerentan-
an sosial dan kerentanan fisik. Maka dari itu dengan
adanya strategi khusus diharapkan dapat menurunk-
an tingkat kerentanan terhadap bahaya banjir rob di
wilayah pesisir. Selanjutnya hasil temuan-temuan
pada analisis ini selanjutnya akan dijadikan dasar
dalam penentuan strategi dalam penanganan keren-
tanan bencana banjir rob pada Wilayah Pesisir Kota
Bandar Lampung.

Gambar 9. Peta Kerentanan Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis penilaian tingkat ker-


entanan dari masing-masing indikator kerentanan,
sub-indikator kerentanan yang menyumbang indeks
kerentanan paling tinggi adalah Indeks Kerentanan
Sosial (IKS) di Kelurahan Kangkung dan Indeks
Kerentanan Fisik (IKF) di Kelurahan Bumi Waras.
Hal ini didasarkan pada analisis di masing-masing Gambar 10. Peta Kerentanan Banjir Rob
sub-indikator di Kelurahan Kangkung jumlah kepa-
datan penduduk, rasio ketergantungan, rasio jenis C. Strategi Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Ben-
kelamin, dan rasio penduduk miskin di kelurahan cana
tersebut memiliki nilai kerentanan tinggi semua,
sedangkan di Kelurahan Bumi Waras dalam anal- Penyusunan strategi dalam mengurangi dampak
isis sub-indikator kerentanan fisik jumlah fasilitas bencana banjir rob yang melanda serta melakukan
umum dan jumlah luasan lahan rumah memiliki skema-skema penanggulangan bencana dapat dilaku-
tingkat kerentanan tinggi sehingga dari hasil sub-in- kan berdasarkan hasil dari analisis SWOT melalui
dikator tersebut menjadikan pengaruh yang cukup pendekatan penataan ruang yang berbasis mitigasi
besar dalam penilaian indeks kerentanan banjir rob bencana. Analisis SWOT dalam perumusan strategi
di wilayah pesisir. tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor in-
Sub-indikator kerentanan yang paling kecil ada- ternal dan faktor eksternal dari wilayah penelitian.
lah Indeks kerentanan Lingkungan (IKL) di Kelu- Faktor internal dalam penelitian adalah faktor-fak-
rahan Kangkung, karena tidak adanya guna lahan/ tor yang memiliki keterkaitan langsung dengan ka-
tutupan lahan yang menjadi parameter di wilayah wasan pesisir yang berupa kekuatan hingga kelemahan
kelurahan studi. Maka dari itu sub-indikator keren- yang dimiliki oleh kawasan pesisir tersebut. Adapun
tanan lingkungan di Kelurahan Kangkung tidak ter- peneliti melakukan pengelompokan faktor internal
lalu menyumbang tingkatan kerentanan. Namun ber- pada kawasan pesisir Kota Bandar Lampung sehing-
dasarkan hasil analisis keseluruhan dalam penilaian ga selanjutnya akan dilakukan analisis hubungan antar
Indeks Kerentanan Banjir Rob didapatkan hanya ada faktornya yang memengaruhi kawasan pesisir Kota
satu klasifikasi tingkatan kerentanan. Tidak ada ka- Bandar Lampung. Di bawah ini merupakan hasil pen-
wasan studi penelitian yang termasuk kedalam kate- jabaran dari pengumpulan faktor-faktor internal sep-
gori kerentanan tinggi atau rendah. erti kekuatan dan kelemahan yaitu terdiri:
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 61

a. Kekuatan (Strength) yang rendah tidak dapat melakukan proses re-


1. Tidak ada lahan hutan lindung, hutan alam, covery sendiri dari kerugian yang dialaminya
rawa, dan semak belukar pada lokasi kawasan dan cenderung bergantung terhadap bantuan
pesisir yang menjadikan kawasan tersebut tidak dari pihak terkait.
rentan kehilangan kawasan yang memiliki nilai 5. Berdasarkan hasil survei kuesioner ke mas-
khusus. yarakat dapat diketahui pengetahuan mas-
2. Tidak ada lahan produktif berupa sawah, tam- yarakat terkait kebencanaan masih rendah
bak, dan kebun sehingga tidak ada nilai keru- sehingga kondisi ini sangat rentan terhadap
gian yang akan ditanggung oleh masyarakat bencana yang akan terjadi dan perlu adanya
sekitar. pengedukasian lebih dalam lagi terkait penge-
3. Tidak ada Fasilitas Kritis yang dimaksud pada tahuan kebencanaan baik secara kesiapsiagaan
wilayah studi sehingga tidak perlu adanya ker- maupun tanggap darurat terhadap bahaya banjir
ugian cukup bernilai tinggi ketika terjadi ben- rob.
cana. 6. Harga lahan perumahan tinggi pada wilayah
4. Terciptanya prinsip empati gotong royong dari studi menjadi salah satu parameter nilai ker-
leluhur budaya Indonesia sehingga ketika terja- ugian yang cukup tinggi karena pemerintah
di bencana memudahkan proses recovery. memiliki tanggung jawab bantuan materi bagi
5. Berdasarkan hasil survei kuesioner masyarakat korban terdampak bencana karena sebagaima-
merasa mampu dalam proses memitigasi diri na tercantum dalam undang-undang sebagai
sendiri dan keluarganya ketika terjadi bencana. pemenuhan kebutuhan mendasar.
6. Masyarakat kawasan pesisir mencoba berusaha 7. Kawasan pesisir adalah kawasan yang rentan
adaptif melalui kesiapsiagaan yang mereka ter- terhadap multi bencana karena karakterisitik
apkan di lingkungan tempat tinggalnya. wilayahnya yang merupakan daerah peralihan
b. Kelemahan (Weakness) antara laut dan darat sehingga memiliki potensi
1. Permukiman berkepadatan tinggi, yang dinilai ancaman bencana yang cukup tinggi.
sangat rentan terhadap bencana karena memili-
ki risiko yang tinggi sehingga dikhawatirkann- Faktor eksternal pada penelitian ini adalah faktor-
ya terjadi korban jiwa masyarakat yang cukup faktor yang berasal dari luar dengan memiliki pen-
banyak. garuh pada kawasan pesisir Kota Bandar Lampung
2. Permukiman kumuh termasuk ke dalam yang berupa peluang atau ancaman bagi kawasan
kelemahan disebabkan kondisi lingkungan tersebut. Faktor-faktor eksternal tersebut nantinya
mereka yang cenderung semrawut dan biasanya akan dikelompokkan dan dilakukan analisis lanjutan
tingkat kepadatan penduduknya tinggi dengan dalam penentuan strategi yang tepat dalam melakukan
kondisi ekonomi rendah sehingga cenderung penanggulanan bencana banjir rob di masa mendatang,
rentan terhadap bencana. berikut ini adalah hasil penjabaran dari pengumpulan
3. Rasio ketergantungan terhadap usia produk- faktor-faktor eksternal seperti peluang dan ancaman
tif dan rasio jenis kelamin yang cukup tinggi yang ada pada di kawasan pesisir Kota Bandar Lam-
menjadi salah satu kelemahan dalam kawasan pung, yaitu terdiri:
pesisir Kota Bandar Lampung akibat tingkat a. Peluang (Opportunities)
ketergantungan terhadap usia produktif ting- 1. Pada dokumen RTRW Kota Bandar Lampung
gi karena jumlah usia non produktifnya juga kawasan sempadan pantai merupakan kawasan
tinggi dan juga jumlah jenis rasio kelamin di lindung setempat.
wilayah studi yang cenderung kelompok wan- 2. Pada dokumen RTRW Kota Bandar Lampung
ita yang dianggap rentan bergantung terhadap terdapat arahan bahwasanya pesisir Teluk Lam-
laki-laki. pung termasuk ke dalam zonasi kawasan resa-
4. Jumlah penduduk miskin yang tinggi pada ka- pan yang dipengaruhi air laut, sehingga artin-
wasan pesisir Kota Bandar Lampung menja- ya kondisi harusnya memang diarahkan untuk
dikan kondisi tersebut menjadi rentan karena kawasan sepadan pantai dengan kegiatan yang
dikhawatirkan masyarakat dengan ekonomi tidak kompleks.
62 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

3. Pada dokumen RTRW Kota Bandar Lampung pung terdapat arahan mewajibkan seluruh ka-
juga terdapat arahan untuk membuat pengen- wasan terbangun memiliki sumur resapan yang
dali banjir di bagian hilir dan membangunk- berguna sebangai cadangan air tanah dikedepan
an sebagai saluran drainase sebagai bentuk hari, ketika musim kemarau, ini bisa jadi pen-
pengembangan yang harus dibangun dalam etrasi air di bawah tanah supaya air laut tidak
mempersiapkan bencana banjir jika terjadi, masuk. Karena air bawah tanah kita kalau ker-
sehingga tidak terdampak besar bagi kawasan ing, bisa terjadi intrusi air laut.
pemukiman dan sekitarnya. b. Ancaman (Threats)
4. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung, Gunung 1. Perubahan iklim dan pemanasan global adalah
Kunyit yang terletak di Kelurahan Bumi Waras ancaman yang sedang dihadapi seluruh neg-
diperuntukan sebagai jalur evakuasi bencana ara di bumi ini, karena dampaknya yang mu-
bagi kawasan pesisir. lai dirasakan di beberapa wilayah. Perubahan
5. Terdapat arahan dalam RTRW Kota Bandar iklim sebagai peristiwa yang disebabkan baik
Lampung untuk menetapkan garis sempadan secara langsung atau tidak langsung oleh akti-
pantai Kota Bandar Lampung agar tetap ter- vitas manusia sehingga mengubah komposisi
jaga keseimbangan eko-sosio-lingkungan juga dari atmosfer global dan variabilitas iklim ala-
melindungi ekosistem pesisir dan juga dapat mi pada periode waktu yang dapat diperband-
mengurangi dampak negatif terhadap bencana. ingkan. Hal ini tentu menjadikan kawasan pe-
6. Dalam dokumen RTRW Kota Bandar Lam- sisir rentan terhadap bencana yang disebabkan
pung juga pemerintah bertanggung jawab da- oleh perubahan iklim seperti kenaikan muka
lam hal menata kawasan pemukiman kumuh, air laut, kekeringan.
menyediakan pelayanan umum yang memadai 2. Tidak adanya hutan mangrove bisa menjadi
dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup salah satu penyebab banjir rob terjadi, kawasan
masyarakat yang ada di dalamnya sehingga yang dimana harusnya menjadi buffer antara
wilayah tersebut tidak menjadi rentan dari segi lautan banyak diisi dengan kegiatan lainnya.
fisik ataupun kualitas lingkungan hidupnya. Hutan mangrove dan bakau merupakan eko-
7. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung ter- sistem alami yang biasanya terdapat pada daer-
dapat arahan mengatur kepadatan penduduk ah pesisir pantai yang memiliki fungsi untuk
di seluruh BWK Kota Bandar Lampung ter- menahan gelombang air laut yang menghantam
cantum dalam dokumen RTRW Kota Bandar daratan.
Lampung, yang artinya pemerintah memiliki 3. Pemerintah tidak pernah/belum ada melakukan
tanggung jawab dalam mengatur kepadatan sosialisasi terkait bahaya dampak perubahan
agar tidak terkonsentrasi di satu wilayah saja. iklim sehingga pengetahuan yang dimiliki mas-
8. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung kawasan yarakat sekitar terbatas. Harusnya di era zaman
pesisir merupakan kawasan pariwisata dengan sekarang merupakan era yang borderless/tan-
program menata kawasan pesisir dan pantai pa ada batasan, sosialisasi terkait bahaya dan
kota sebagai salah satu kawasan penggerak dampak dari perubahan iklim bisa saja melalui
ekonomi wilayah dimana komitmen ini ter- media-media sosial sehingga diharapkan mas-
cantum dalam dokumen RTRW Kota Bandar yarakat sendiri dapat mudah dimengerti.
Lampung hal ini memang tidak mudah namun 4. Kawasan pesisir Kota Bandar Lampung dalam
bukan berarti tidak bisa diterapkan, kawasan dokumen RTRW Kota Bandar Lampung ter-
pesisir sendiri apabila dikelola dan ditata den- masuk lahan untuk perumahan kepadatan ting-
gan baik akan menjadi daya tarik sendiri bagi gi di masa mendatang. Hal ini akan menjadikan
wilayah tersebut, terlebih lagi Kota Bandar kawasan pesisir menjadi sangat rentan terhadap
Lampung memiliki cukup panjang garis pantai. bencana, karena di atasnya terdapat kegiatan
Sehingga kawasan pesisir dapat menjadi suatu yang cukup kompleks sehingga harus perlu
kawasan yang memiliki potensi penggerak diperhitungkan lagi kawasan-kawasan pesisir
ekonomi baik perikanan ataupun wisatanya. yang memang harusnya tidak boleh dibangun
9. Dalam dokumen RTRW Kota Bandar Lam- untuk pemukiman melainkan harus dijadikan
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 63

kawasan hutan mangrove guna untuk mengu- lingkungan yang buruk - (WO).
rangi dan mencegah air laut masuk ke daratan. 6. Melakukan edukasi berupa penyuluhan dan
pelatihan kepada masyarakat di kawasan pe-
Dari menghubungkan keterkaitan antar sub-fak- sisir terkait kebencanaan dan kesadaran akan
tornya diperoleh rumusan strategi yang dikemas pentingnya kesiapan menghadapi bencana guna
dengan pendekatan penataan ruang sesuai amanat memperkuat pengetahuan kebencanaan mas-
undang-undang tujuan penyelenggaraan penataan ru- yarakat - (ST).
ang adalah mewujudkan ruang wilayah yang aman, 7. Melakukan pembentukan organisasi penanggu-
nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Artinya da- langan bencana di tingkat kelurahan - (ST).
lam penyelenggaraan penataan ruang yang merupa- 8. Menata kawasan pesisir dengan membangun
kan suatu serangkaian proses dapat diartikan sebagai infrastruktur bozem sebagai salah satu ben-
siklus yang berulang harus dapat menciptakan kondisi tuk daerah resapan dan dapat dijadikan wisata
yang aman atau dengan kata lain penataan ruang harus daerah - (WO).
bersifat memitigasi terhadap ancaman bencana yang b. Pemanfaatan Ruang
ada. Penataan ruang mempertimbangkan bencana ter- 1. Mengatur realignment garis pantai Kota bandar
dapat dalam manajemen bencana. Lampung - (WO).
Hal tersebut dilakukan karena keduanya merupakan 2. Menciptakan jalur hijau sebagai bentuk buffer
suatu bentuk arahan pengembangan yang dapat ber- di kawasan pesisir dan mengkonversi fungsi la-
sifat mengurangi risiko bencana. Sebagaimana yang han yang tergenang menjadi kawasan mangrove
dimaksud sesuai undang-undang penanggulangan dan kawasan wisata - (WO).
bencana, manajemen bencana merupakan serangkaian 3. Memindahkan bangunan ilegal dan penduduk
proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk mening- yang terancam - (WO).
katkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dengan observasi dan analisis bencana serta pencega- 1. Memberikan kebijakan tidak ada pembangu-
han, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penan- nan fisik pada kawasan rawan - (WO).
ganan darurat, rehabilitiasi, dan rekonstruksi. 2. Memberlakukan kebijakan insentif dan disin-
Adapun hasil dari menghubungkan keterkaitan sentif di kawasan tertentu - (WT).
masing-masing faktor internal dan eksternal dalam 3. Pengaturan kepadatan bangunan dengan me-
penyusunan strategi menggunakan pendekatan pena- nerapkan Building Codes seperti Koefesien
taan ruang terdapat di bawah ini: Dasar Bangunan (KDB), Koefesien Lantai
a. Perencanaan Tata Ruang Bangunan (KLB), dan Koefesien Dasar Hijau
1. Menyiapkan ruang evakuasi bencana yang me- (KDH) - (WT).
madai dan mudah diakses untuk masyarakat
kawasan pesisir kota - (SO). Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah
2. Melibatkan masyarakat dalam penyusunan pe- dilakukan, poin-poin di atas merupakan klasifika-
metaan jalur evakuasi bencana - (SO). si hasil strategi-strategi dari matriks TOWS ke da-
3. Pembangunan infrastruktur tanggul berupa lam pendekatan penataan ruang. Pengklasifikasian
penahan dan pemecah serta sistem kanalisa- tersebut guna memudahkan ke dalam bagian-bagian
si ombak dan air laut masuk ke daratan guna penerapan strategi dengan pendekatan penataan ru-
mengurangi dampak kenaikan muka air laut - ang. Penataan ruang sebagai landasan pembangunan
(WO). dapat memberikan keuntungan dari segi sosial, fisik,
4. Memperkuat masyarakat dalam kesiapsiagaan, ekonomi dan lingkungan. Strategi-strategi pada tabel
melalui program pembuatan lubang biopori se- di atas dapat menjadi peran penataan ruang dengan
bagai bentuk tanggap bencana banjir yang did- memperhitungkan bahaya, kerentanan, dan berusaha
ampingi oleh BPBD - (SO). mengurangi dampak risiko bencana yang akan terjadi.
5. Melakukan edukasi berupa penyuluhan dan Secara sederhana peran penataan ruang dalam
pelatihan kepada masyarakat di kawasan pesi- memitigasi suatu bencana berada pada tahap praben-
sir terkait kesadaran akan pentingnya pengelo- cana. Hal ini dapat dicontohkan dengan salah satu
laan sampah terpadu guna mencegah kondisi strategi penataan ruang dalam tahapan pengendalian
64 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 11, NO. 1, TAHUN 2020

dari bahaya bencana banjir rob yaitu penerapan pen- rasio ketergantungan, rasio kelompok, rasio penduduk
gaturan kepadatan bangunan dengan Building Codes. miskin, jumlah luasan rumah, dan jumlah fasilitas
Building Codes yang dimaksud adalah berupa penga- umum di wilayah penelitian.
turan Koefesien Dasar Bangunan (KDB), Koefesien Berdasarkan hasil analisis SWOT dengan pendeka-
Lantai Bangunan (KLB), dan Koefesien Dasar Hijau tan penataan ruang guna mengurangi tingkat risiko
(KDH) guna mengendalikan kepadatan bangunan bencana dengan menghitung tingkat kerentanan, pe-
dari perencanaan tata guna lahan pada kawasan pe- nataan ruang berperan dalam pengembangan dan
sisir Kota Bandar Lampung dengan diperkuat oleh pencegahan terhadap bahaya banjir rob yang mengan-
kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana cam wilayah pesisir Kota Bandar Lampung agar ter-
yang akan datang. ciptanya kegiatan ruang yang aman, nyaman, produk-
Kombinasi perencanaan tata ruang dengan edu- tif, dan berkelanjutan. Tujuan penataan ruang dalam
kasi kepada masyarakat dapat menghasilkan suatu penelitian ini berupa dilakukan pengembangan berupa
sistem evakuasi yang baik, dimana jalur evakuasi dengan menyiapkan ruang evakuasi bencana, melibat-
yang ditetapkan dipertimbangkan dengan seksama kan masyarakat dalam pemetaan jalur evakuasi, men-
serta masyarakat itu sendiri memahami tindakan ciptakan buffer berupa hutan bakau, dan membangun
evakuasi apa yang harus dilakukan pada suatu ke- tanggul/seawall untuk menahan dan pemecah air laut
jadian bencana (Sagala, 2011). Sebagai contoh da- yang masuk ke daratan. Sedangkan proses mitigasi
lam penelitian ini kombinasi perencanaan tata ruang lebih juga bersifat preventif dengan memberikan kebi-
dengan edukasi kepada masyarakat sebagai bentuk jakan tidak ada pembangunan fisik di kawasan rawan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya banjir rob dan memberlakukan kebijakan insentif dan disinsentif
yaitu dengan melibatkan peran masyarakat dalam di wilayah pesisir.
melakukan pemetaan jalur evakuasi bencana dan Secara keseluruhan penelitian ini mencoba untuk
pembentukan organisasi penanggulangan bencana merumuskan strategi penataan ruang berbasiskan mit-
di tingkat kelurahan yang prosesnya seiringan den- igasi bencana berdasarkan tingkat kerentanan yang
gan pembekalan edukasi kepada masyarakat terkait ada di wilayah penelitian. Maka dari itu strategi dalam
pengetahuan dan pelatihan terhadap kebencanaan. pengurangan tingkat kerentanan terhadap bahaya ban-
Penataan ruang yang merupakan landasan dalam jir rob haruslah mempertimbangkan perencanaan tata
pembangunan dapat dijadikan suatu sistem terpadu ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian peman-
untuk melakukan penanggulangan bencana dikare- faatan ruang. Perencanaan tata ruang yang dimaksud
nakan sifatnya yang dapat mengurangi risiko bencana dalam mengurangi tingkat kerentanan adalah dengan
dengan mempertimbangkan kajian-kajian akademis (1) menyiapkan ruang evakuasi bencana, (2) melibat-
serta memperhitungkan dampak bencana terhadap kan masyarakat dalam pemetaan jalur evakuasi ben-
lingkungan sekitarnya. cana, (3) pembangunan infrastruktur tanggul pemecah
ombak, (4) menata kawasan dengan pembangunan in-
IV. Kesimpulan dan Saran frastruktur bozem sebagai salah satu bentuk daerah
resapan guna mengurangi intrusi air laut, (5) mem-
A. Simpulan Penelitian perkuat kesiapsiagaan melalui program biopori di tiap
masing-masing rumah, (6) memperkuat masyarakat
Berdasarkan hasil analisis kerentanan yang tel- dengan edukasi kebencanaan dan pelatihan terhadap
ah dilakukan peneliti, didapatkan tingkat kerentanan kebencanaan, (7) melakukan edukasi dan pelatihan
di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung khususnya tekait kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah
daerah penelitian di Kelurahan Bumi Waras, Kelurah- tepadu guna menjaga kualitas lingkungan di daerah
an Kangkung dan Kelurahan Sukaraja memiliki ting- pesisir, dan (8) membentuk organisasi penanggulan-
kat kerentanan sedang. Adapun sub-indikator yang gan bencana di tingkat kelurahan.
memiliki pengaruh besar yang menjadikan tingkatan Dalam RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2011-
kerentanan tinggi adalah sub-indikator sosial dan 2031 kawasan sempadan pantai diperuntukan se-
sub-indikator fisik. Faktor utama yang menyebabkan bagai kawasan lindung setempat (Badan Perencanaan
tingkat kerentanan tinggi dalam sub-indikator sosial Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung, 2016).
dan fisik adalah faktor tingkat kepadatan penduduk, Maka dari itu perlu adanya strategi penataan ruang
WIBISONO, ASBI: STRATEGI PENATAAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA 65

yang bersifat dapat memitigasi wilayah pesisir yaitu Kota Bandar Lampung Bandar Lampung Ta-
dengan (1) mengatur realignment garis pantai Kota hun 2011-2031. Badan Perencanaan Pemban-
Bandar Lampung, (2) menciptakan jalur hijau sebagai gunan Kota Bandar Lampung.
bentuk buffer di kawasan pesisir dan mengkonversi Desmonda, N.I. & Pamungkas, A. (2014). Penentuan
fungsi lahan menjadi kawasan mangrove, dan (3) me- Zona Kerentanan Bencana Gempa Bumi Tek-
mindahkan bangunan ilegal dan penduduk yang ter- tonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan.
ancam. Sedangkan bentuk pengendalian dalam men- Jurnal Teknik ITS, 3(2), C107-C112.
gantisipasi bahaya banjir rob berupa (1) memberikan Roessig, J.M., Christa, M.W., & Joseph J. Cech Jr.
kebijakan tidak ada pembangunan fisik pada kawasan 2004. Effect of global climate change on marin
rawan, (2) memberlakukan insentif dan disinsentif di and estuarine fishes and fisheries. Reviews in
kawasan fungsional tertentu, dan (3) pengaturan ke- Fish Biology and Fisheries 14: 251-275
padatan bangunan dengan menerapkan building codes Sagala, S. dan Bisri, M. 2011. Perencanaan Tata Ru-
berupa koefesien dasar bangunan, koefesien lantai ba- ang Berbasis Kebencanaan di Indonesia dalam
ngunan dan koefesien dasar hijau. Anwar, H. dan Harjono, H. (ed), Perspektif ter-
hadap Kebencanaan dan Lingkungan di Indo-
B. Saran nesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
Adapun saran dalam bentuk rekomendasi yang di- Sitadevi, L. 2016. Membangun Ketahanan Kota Ter-
usulkan yakni: hadap Dampak Perubahan Iklim: Studi Kasus
1. Bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung agar Kota Bandar Lampung. Bandung. ITB, ASPI,
segera menerapkan strategi penataan ruang berba- dan IAP Sustainable Development Goals
siskan mitigasi bencana dalam upaya penanggu- (SDG’s) Nomor 13 tentang Climate Action.
langan bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Bandar Lampung. Pemerintah juga harus men- R&D. Bandung: Alfabeta.
dampingi dalam memberikan pemahaman mitigasi
dan adaptasi terhadap masyarakat wilayah pesisir.
2. Bagi masyarakat wilayah pesisir harus dapat leb-
ih memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana. Selain itu masyarakat harus membentuk
organisasi penaggulangan bencana di tingkat kelu-
rahan didampingi peran pemerintah atau pihak ter-
kait agar penanganan bencana tiap kelurahan dapat
terorganisir dengan baik. Hal lainnya juga yang
penting adalah masyarakat harus proaktif, reaktif
dan patuh terhadap kebijakan yang akan disusun
pemerintah dalam menghadapi risiko bencana
banjir rob agar terciptanya keserasian antara per-
encanaan penataan ruang dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

ACCCRN. (2010). Strategi Ketahanan Kota Bandar


Lampung Terhadap Perubahan Iklim 2011-
2030. Bandar Lampung.
BNPB. (2012). Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun
2012.
Bappeda Kota Bandar Lampung. (2016). Evalua-
si Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

Anda mungkin juga menyukai