Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Spasial Vol. 9, No.

1, 2022
ISSN 2442-3262

MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG


MONGONDOW TIMUR
TSUNAMI DISASTER MITIGATION IN THE COASTAL AREA OF EAST BOLAANG
MONGONDOW REGENCY

Tri Wijanarko1, Linda Tondobala2,& Frits Ontang Poedjianto Siregar3


1
Mahasiswa S1, Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : tri170299@gmail.com
ABSTRAK
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur merupakan salah satu Kabupaten yang berada di provinsi
Sulawesi Utara, secara struktur ruang berada di wilayah pesisir, dan berbatasan langsng dengan Laut
Maluku yang intesitas gempa tektoniknya cenderung tinggi, sehingga bencana tsunami sangat mungkin
terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan daerah rawan tsunami dan merencanakan
mitigasi bencana di wilayah pesisir kab.Boltim. Tahap penanganan bencana sejatinya harus melihat
bagaimana tingkat keterpaparan dan kerugian dari bencana tsunami atau analisis terhadap risiko sebuah
bencana. Tingkat risiko bencana melihat indeks bahaya, kerentanan suatu bencana, untuk mendapatkan
gambaran tentang tingkat risiko tsunami. Untuk mengidentifikasi risiko bencana, menggunakan Peraturan
Kebijakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012 Pedoman Umum Penilaian
Risiko Bencana. Hasil dari tingkat risiko yang ada selanjutnya akan menjadi rekomendasi untuk
pengurangan bencana tsunami baik secara struktural maupun non struktural,

Kata Kunci : Mitigasi Bencana, Tsunami, Kawasan Pesisir


ABSTRACT

East Bolaang Mongondow Regency is one of the regencies in the province of North Sulawesi, spatially
located in a coastal area, and directly adjacent to the Maluku Sea where the intensity of tectonic
earthquakes tends to be high, so a tsunami disaster is very likely to occur. The purpose of this research is
to map tsunami-prone areas and plan disaster mitigation in the coastal areas of Boltim Regency. The stage
of disaster management actually has to look at the level of exposure and losses from a tsunami disaster or
an analysis of the risk of a disaster. Disaster risk levels look at the hazard index, the vulnerability of a
disaster, to get an idea of the level of tsunami risk. To identify disaster risk, using the National Disaster
Management Agency Policy Regulation No. 2 of 2012 General Guidelines for Disaster Risk Assessment.
The results of the existing risk levels will then become recommendations for tsunami disaster reduction
both structurally and non-structurally.

Keywords : Disaster Mitigation, Tsunami, Coastal Area

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 117


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
PENDAHULUAN untuk meminimalkan dampak korban jiwa
Faktor bencana alam di Indonesia adalah maupun kerusakan terutama di wilayah pesisir
karena faktor geologi dan hidrometeorologi, pantai, yang akan terjadi nantinya
salah satu bencana di Indonesia adalah, karena Mitigasi bencana tsunami diperlukan untuk
faktor geologi yaitu bencana tsunami, karena mendukung proses wilayah pesisir dalam
Indonesia merupakan daerah yang berada pada konteks meminimalkan dampak negatif yang
“Fair Ring” atau Cincin Api dan juga akan terjadi karena bencana tsunami. Untuk
merupakan Pertemuan Tiga Lempeng Aktif alasan ini, beberapa masalah yang didasari
Terbesar di dunia yaitu Lempeng Eurasia, studi ini adalah:
Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik, dari 1. Bagaimana risiko bencana tsunami
ketiga lempeng tersebut saling bertabrakan, berdasarkan analisis bahaya dan kerentanan
sehingga terbentuklah gunung api dan gempa di wilayah pesisir Kabupaten Bolaang
bumi juga dapat terjadi. Mongondow Timur?
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 2. Bagaimana bentuk mitigasi bencana
adalah salah satu wilayah di Indonesia yang tsunami berdasarkan hasil analisis risiko
berada di wilayah pesisir, Kabupaten ini hasil bencana tsunami di wilayah pesisir
dari pemekaran Kabupaten Bolaang Kabupaten Bolaang Mongondow Timur?
Mongondow yang berada di Provinsi Sulawesi Sesuai dengan rumusan masalah, maka
Utara, dengan luas wilayah ± 901.12 km², dan tujuan dari penelitian ini adalah:
memiliki 7 Kecamatan dengan jumlah Desa 81 1. Menganalisis risiko bencana tsunami
dengan pusat pelayanan kota terletak pada berdasarkan hasil analisis bahaya dan
Kecamatan Tutuyan, daerah ini masih kerentanan di wilayah pesisir Kabupaten
tergolong muda karena didirikan pada tahun Bolaang Mongondow Timur.
2008, berdasarkan Undang – Undang Nomor 2. Merekomendasikan bentuk mitigasi
29 Tahun 2008 dan diresmikan oleh Menteri bencana di wilayah pesisir berdasarkan
dalam Negeri pada tanggal 30 september 2008. analisis risiko bencana tsunami.
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur KAJIAN PUSTAKA
berbatasan langsung dengan empat Kabupaten Dalam penelitian ini terdapat beberapa
dan satu Kota, serta berbatasan langsung aspek yang akan diteliti, yaitu mengenai
dengan laut Maluku, kawasan pesisir, bencana tsunami dan mitigasi
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur bencana tsunami structural dan non-struktural.
memiliki kawasan yang rawan bencana yaitu Kawasan Pesisir
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan Menurut Dahuri (2001), tafsir wilayah
gerakan tanah, kawasan rawan erosi dan abrasi, pesisir adalah sebagai berikut hingga saat ini
karena Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tidak ada definisi yang pasti tentang wilayah
berbatasan langsung dengan laut Maluku. pesisir. Namun, dunia secara umum bahwa
Kabupaten ini rentan terjadinya gempa bumi pesisir adalah daerah diantara laut dan daratan.
baik dalam skala kecil maupun besar, tercatat Dari garis pantai jika diperhatikan, Kawasan
Kabupaten ini memiliki sejarah kegempaan pesisir ada dua macam tapal batas yaitu, batas
dengan kekuatan (magnitude) lebih dari 5 skala segaris jajar pantai (long shore) dan batas tegak
richter terjadi pada tahun 1999 dan adapun lurus dengan garis sempadan pantai.
gempa yang terjadi pada 23 Februari 2020 Dalam undang – undang Nomor 1 Tahun
dengan magnitude 5.2 yang terletak dilaut pada 2014 (Perubahan atas Undang – Undang
jarak 138 km arah tenggara Kabupaten Bolaang Nomor 27 Tahun 2007), definisi dari wilayah
Mongondow Timur. Gempa bumi yang sering pesisir dan wilayah pulau-pulau kecil mungkin
terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow berbeda, karena tidak ditemukan definisi yang
Timur, bisa saja berpotensi terjadinya tsunami, dapat menjelaskan hak paten. Dalam Undang –
sebelum terjadinya bencana, perlu adanya Undang ini dijelaskan dimana pesisir yaitu
mitigasi bencana, yakni suatu proses sebuah daerah peralihan dimana ekosistem
mengupayakan berbagai tindakan pencegahan darat dan laut memeiliki pengaruh akan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 118


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
perubahan di daratan dan laut. Menurut besaran dampak dari bencana Tsunami yang
kesepakatan universal di dunia, wilayah pesisir berhubungan dengan kejadian pada suatu
marupakan wilayah tengah antara darat dan wilayah. Tolak ukur untuk penentuannya yaitu
laut. luas genangan, kedalaman atau ketinggian
Bencana Pesisir tsunami, kecepatan aliran, material yang
Jenis bencana pesisir yang dijelaskan dalam dibawa oleh, lama waktu tsunami terjadi.
PP RI No. 64 Tahun 2010 yang terdapat dalam 2. Kerentanan (Vulnerability)
PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 diantaranya kerentanan adalah kondisi dari faktor fisik,
yaitu bencana tsunami, bencana banjir, bencana sosial, ekonomi dan lingkungan yang memiliki
abrasi dan gelombang ekstrim, bencana cuaca pengaruh terhadap proses pencegahan dan
ekstrim dan bencana gempa bumi. penanggulangan bencana. Upaya
Tsunami pengidentifikasian dampak bencana seperti
Tsunami adalah kata dalam bahasa Jepang yang korban jiwa, tingkat keterpaparan, kerugian
ditulis dengan dua karakter, yaitu "tsu" yang pada sektor ekonomi dan infrastruktur (sarana
berarti pelabuhan dan "nami" yang berarti dan prasarana), dan kerugian ekonomi jangka
gelombang. Badan Meteorologi dan Geofisika Panjang, dimuat dalam pencarian nilai dari
mendefinisikan tsunami sebagai rangkaian kerentanan
gelombang laut yang merambat dengan panjang 3. Risiko (Risk)
gelombang hingga 100 km dengan ketinggian Risiko bencana adalah hasil atau perkembangan
beberapa puluh sentimeter di tengah laut dalam. suatu daerah selama periode waktu tertentu
Jadi, dalam istilah yang paling sederhana, termasuk konsekuensi dari cedera dan penyakit,
tsunami adalah perpindahan suatu wilayah kematian, mengancam jiwa, perpindahan,
perairan akibat perubahan vertikal permukaan hilangnya rasa aman dan nyaman, kehilangan
laut secara tiba-tiba. Perubahan muka air laut dan kerusakan harta benda dan kerusakan. dari
dapat disebabkan antara lain: kehidupan masyarakat. Badan Nasional
- Gempa bumi yang berpusat di bawah laut, Penanggulangan Bencana menerbitkan
- Letusan gunung api bawah laut, pedoman penetapan risiko bencana, khususnya
- Longsor bawah laut, Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
- Hantaman meteor dari angkasa yang jatuh ke yang memuat pedoman umum penilaian risiko
laut. bencana. Konsep risiko kadang dituliskan
Klasifikasi tsunami terbagi menjadi 2 yaitu dalam bahasa matematika seperti misalnya
tsunami Lokal dan jarak jauh. (Wisner et.al, 2004).
Berikut adalah poin-poin untuk R=HxV
mengidentifikasi kawasan rawan tsunami dengan:
menurut Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau- R = Risk
Pulau Kecil dalam Pedoman Penanggulangan H = Hazard
Bencana Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau V = Vulnerability
(2002), sebagai berikut: Mitigasi Bencana Tsunami
1. Bahaya (Hazard) Mitigasi bencana merupakan upaya
Bahaya merupakan kondisi yang berhubungan pengurangan resiko bencana dengan focus
dengan karakteristik biologis, geologis, dalam mitigasi yaitu pengurangan dampak
hidrologis, geografis, sosial budaya, ekonomi, dapat berkurang. Kegiatan ini yaitu serangkaian
pada sebuah wilayah dalam jangka tertentu upaya pengurangan resiko, dalam mitigasi
yang nantinya dapat mencegah, meredam, terdapat 2 golongan yaitu :
memiliki kesiapan untuk mengurangi 19 1. Mitigasi Struktural
dampak dari sebuah bencana, yaitu variabel Upaya struktural penanggulangan bencana
dalam perhitungan terkait ancaman atau bahaya tsunami adalah upaya teknis yang ditujukan
yaitu dengan parameter menghitung tinggi untuk meredam/mengurangi energi tsunami
genangan, lama genangan, dan frekuensi yang merambat ke wilayah pesisir. Berdasarkan
genangan. Komponen utamanya untuk melihat pemahaman tentang mekanisme terjadinya

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 119


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
tsunami,maka upaya structural tersebut dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
 Alami, seperti penanaman hutan mangrove/
green belt, disepanjang kawasan pantai dan
perlindungan terumbu karang.
 Buatan, Konstruksi pemecah gelombang,
tanggul, pemecah gelombang di sepanjang
pantai untuk menahan tsunami, Meningkatkan
desain bangunan dan infrastruktur lainnya
dengan prinsip-prinsip rekayasa konstruksi
tahan tsunami dan peraturan perencanaan tata Gambar 1 Peta Administrsi
ruang untuk tanggap bencana. Teknik pengumpulan data yang digunakan
2. Mitigasi Non-Struktural yaitu Studi Pustaka, Wawancara dan Observasi.
Upaya Non-structural merupakan upaya non Teknik pengolahan data yang digunakan adalah
teknis yang menyangkut penyesuaian dan teknik pengolahan data spasial dengan aplikasi
pengaturan tentang kegiatan manusia agar System Informasi Geografi (ArcGIS 10.3).Dua
sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi model data yang menggambarkan data spasial
structural maupun upaya lainnya. Upaya non- di dalam GIS, yaitu vektor dan raster.
structural tersebut meliputi antara lain : Metode yang digunakan untuk mencapai
 Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata tujuan penelitian adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif dan metode scoring
ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
overlay. Metode analisis deskriptif kuantitatif
bencana,
digunakan untuk menganalisis data yang
 Kebijakan tentang standarisasi bangunan
disajikan dan mendeskripsikan risiko bencana
(pemukiman maupun bangunan lainnya)
di wilayah penelitian dengan format gambar
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
ataupun peta dan grafik, yang mengacu pada
 Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam tujuan akhir dari penelitian ini. yaitu sebagai
skala local, berikut:
 Pembuatan peta potensi bencana tsunami, a. Analisis Bahaya Tsunami(Hazard)
peta tingkat kerentanan dan peta tingkat metode yang digunakan dalam analisis bahaya
ketahanan, sehingga dapat didesain tsunami (hazard) yaitu dengan menggunakan
komplek pemukiman “akrab bencana” yang parameter kemiringan lereng, jarak dari garis
memperhaikan berbagai aspek, pantai, jarak dari sungai dan topografi
 Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan (ketinggian daratan), untuk menentukan tingkat
perekonomian masyarakat kawasan pantai, bahaya tsunami dilakukan teknik overlay dan
 Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana juga menggunakan teknik skoring dan
tsunami, pembobotan untuk mendapatkan nilai dari
 Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi setiap parameter. Setelah itu
bencana tsunami dan, mengkalsifikasikan kelas bahaya menjadi tiga
 Pengembangan system peringatan dini kelas yaitu tinggi, sedang, rendah.
adanya bahaya tsunami. H (Bahaya) = (Jarak Dari Garis Pantai*30) + (Ketinggian*30) +
METODE PENELITIAN ( Kemiringan*25) + (jarak dari sungai*15)
Penelitan akan dilaksanakan di Kabupaten Adapun cara untuk memperoleh nilai masing-
Bolaang Mongondow Timur, dengan batas masing indikator pada formula di atas adalah
wilayah sepanjang pesisir pantai Kabupaten dengan cara menggunakan spatial analyst tools
Bolaang Mongondow Timur yang mencakup dalam ArsGis 10.3.
beberapa Kecamatan (Kotaunan, Tutuyan, b. Analisis Kerentanan
Motongkad dan Nuangan) dengan luas wilyah (Vulnerability)
910,18 km2. Analisis kerentanan menggambarkan aset-aset
yang terekspos oleh bencana tsunami termasuk
kehidupan manusia (Kerentanan sosial),

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 120


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
wilayah ekonomi, struktur fisik dan wilayah dari peta penggunaan lahan dan data dalam
ekologi.Analisis kerentanan kemudian dibagi angka wilayah, kemudian dikonversi dalam
kedalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan bentuk angka rupiah. PDRB sendiri
rendah.Output dari analisis ini adalah peta diperoleh dari hasil laporan sektor yang
tingkat kerentanan daerah penelitian. biasanya berada di dokumen wilayah dalam
 Kerentanan Fisik dipengaruhi oleh angka
kerentanan bangunan dan kerentanan
prasarana. Indikator yang digunakan untuk
kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
(permanen, semi permanen, dan non
permanen), ketersediaan bangunan atau
fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas
kritis. Kepadatan rumah diperoleh dengan  kerentanan Lingkungan Indeks
membagi mereka atas area terbangun dan kerentanan lingkungan yaitu menggunakan
dibagi berdasarkan luas wilayah (Ha) dikali data dari tutupan lahan seperti hutan alam,
dengan harga masing – masing satuan hutan lindung, hutan bakau, rawa dan
parameter. kemudian semak belukar. Indeks
kerentanan fisik sangat berbeda dengan
jenis ancaman, dan juga diperoleh dari jenis
tutupan lahan yang di rasiokan

 Kerentanan Sosial Indikator dalam


kerentanan sosial yaitu jenis kelamin,
kemiskinan, kepadatan penduduk,
kemiskinan, kelompok umur, dan rasio
c. Analisis Risiko (Risk)
orang cacat. Indeks kerenatan social
Setelah menentukan analisis bahaya dan
didapat dari rasio jumlah kelompok rentan
analisis kerentanan, maka akan kita dapatkan
(40%) yang tersusun atas perbandingan
suatu kajian mengenai analisis risiko bencana
jumlah jenis kelamin (10%), rasio orang
dengan cara overlay kedua analisis tersebut,
cacat (10%), rasio kemiskinan (10%), dan
dan mengunakan tiga klasifikasi kelas risiko
jumlah perbandingan dari kelompok umur
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dengan
(10%), serta bobot dari kepadatan
formula sebagai berikut :
penduduk (60%). Persamaan untuk
konversi indeks kerentanan sosial adalah :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
didaptkan pengkelasan dari bahaya, kerentanan
dan risiko bencaana tsunami yang terdapat di
pesisir pantai molibagu yaitu sebagai berikut:
Analisis Bahaya Tsunami
 Kerentanan Ekonomi Dalam indeks Berdasarkan formula matematis yang telah
kerentanan sisi ekonomi, indikator yang diuraikan pada bagian metodelogi penelitian
dipakai yaitu luas lahan yang digunakan mengenai analisis bahaya, maka pengkelasan
atau dipekerjakan seperti lahan hutan bahaya tsunami di wilayah penelitian terbagi
perkebunan, sawah, tambak, dan lahan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang, rendah untuk
pertanian dan produk domestik regional lebih jelas dapat di lihat pada tabel dan peta
bruto. Luas lahan yang digunakan didapati berikut :

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 121


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
+ (0.1*Skor Kerentanan Lingkungan)
Setelah mendapatkan nilai dari kerentanan
tersebut selanjutnya akan di input ke dalam
peta dan di klasifikasikan menjadi 3 kelas
kerentanan yaitu kelas rendah, kelas sedang dan
kelas tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dan peta berikut :

Dari tabel dan peta diatas, hasil dari analisis


bahaya untuk Kecamatan Tutuyan
menunjukkan bahwa dua desa memiliki
klasifikasi tingkat bahaya tsunami tinggi yaitu
Desa Dodap Pantai dengan luas 4.34 Km2 dan
Desa Dodap Mikasa dengan luas 1.74 Km2. Berdasarkan tabel dan peta diatas, hasil dari
Untuk tingkat bahaya di Kecamatan Tutuyan di analisis untuk Kecamatan Tutuyan dimana
dominasi oleh tingkat bahaya rendah dengan persentase tertinggi berada di kelas tinggi
luas 109.6 Km2. dengan persentase 70%, dan persentase
Analisis Kerentanan Tsunami terendah berada di kelas sedang dengan
Metode penilain yang digunakan untuk persentase 10%. Persentase Desa dengan kelas
mendapatkan nilai kerentanan, sesuai dengan tertinggi berada di Desa Tutuyan, Togit, dengan
metode analisis sebelumnya, setelah nilai kerentanan 0. 650 dan Desa dengan kelas
menadapatkan nilai dari masing – masing terendah berada di Desa Dodap Mikasa dengan
indikator kerentanan. Setiap parameter dalam nilai kerentan 0.330.
kerentanan yang telah dihitung sebelumnya Analisis Risiko Tsunami
kemudian diberikan skor untuk kelas rendah Analisis resiko bencana tsunami didapatkan
0.33, kelas sedang 0.67 dan kelas tinggi 1. dengan menggabungkan antara nilai bahaya
Hasil dari skor tersebut nantinya akan dan nilai kerentanan, proses ini dilakukan
digunakan dalam perhitungan total untuk nilai dengan perkalian field antara analisis bahaya
kerentanan. Maka peneliti akan dan analisis kerentanan, sehingga menghasilkan
mengaplikasikannya pada persamaan rumus peta resiko dan nilai resiko yang dapat
untuk mendapatkan nilai kerentanan tsunami dipergunakan dalam penyusunan dan
keseluruhan yaitu sebagai berikut : penjelasan peta resiko. Berikut rumus yang
Kerentanan Tsunami digunakan dalam analisis ini :
= (0.25*Skor Kerentanan Fisik) R=HxV
+ (0.4*Skor Kerentanan Sosial) R = Risk (Resiko)
+ (0.25*Skor Kerentanan Ekonomi) H = Hazard (Bahaya)

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 122


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
V = Vulnerability (Kerentanan) Alami
Setelah menganalisa resiko bencana tsunami Zonasi jalur hijau (green belt) merupakan
dengan cara perkalian field tersebut, maka salah satu upaya guna melindungi sabuk pantai,
kemudian mengklasifikasikan resiko tsunami yang biasanya dilakukan dengan menanam
dalam tiga kelas klasifikasi yaitu kelas rendah, tanaman di sepanjang garis pantai. Dalam
kelas sedang dan kelas tinggi, kemudian perencanaan zonasi jalur hijau ini perlu
mendapatkan nilai indeks resiko bencana untuk mengetahui beberapa factor lingkungan,
lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan peta khususnya daerah yang menjadi titik
berikut : perencanaan jalur hijau perlu didasarkan pada
jenis tanaman yang sesuai dan dapat tumbuh di
daerah pantai serta memiliki kemampuan antara
lain, tahan terhadap angin agar dapat
menstabilkan daerah pantai, juga dapat
digunakan sebagai tanaman hias untuk
memparcantik daerah sekitar pantai, dengan
Berikut adalah nilai indeks dan kelas risiko adanya konsep perencanaan dan penataan
bencana tsunami yang ada di Kecamatan zonasi green belt ini diharapkan mampu
Tutuyan : menjadi rekomendasi antisipasi dalam
mereduksi tingkat abrasi ataupun gelombang
tsunami ketika bencana benar – benar terjadi.

Berdasarkan tabel diatas, Hasil analisis


mengenai resiko bencana tsunami di
Kecamatan Tutuyan, dimana hasil analisis
menunjukkan bencana tunami di wilayah ini di Dari peta tersebut, tampak satu zona untuk
dominasi dengan kelas sedang dengan perencanaan jalur hijau, secara fisik Kawasan
persentase yaitu 90%. Ini menunjukkan ini cenderung dapat direkomendasikan untuk
Kecamatan Tutuyan memiliki tingkat resiko jalur hijau agar dapat melindung permukimna
sedang ketika terjadi bencana tsunami nantinya. yang ada di bagian Kawasan tersebut. Adapun
Adapun Desa yang memiliki kelas resiko dari foto kondisi eksisting terlihat bahwa
rendah dengan persentase 10% dan untuk Kawasan ini memiliki karakteristik pantai
Kecamatan Tutuyan tidak mendapatkan kelas berpasir sehingga cocok untuk jenis – jenis
resiko tinggi tumbuhan seperti cemara laut.
mangrove merupakan salah satu jenis
vegetasi di kawasan pesisir, yang peranannya
dapat digunakan sebagai pengurangan dampak
gelombang pasang, tsunami, atau ancaman lain
dari arah laut. Dalam referensi yang ada
dijelaskan bahwa mangrove dapat hidup di
muara sungai yang berlumpur dan terpengaruh
pasang surut air laut serta daerah - daerah yang
sudah pernah ditanami mangrove sebelumnya.
Mitigasi Bencana Tsunami Menurut penelitan yang dilakuakan oleh Kenji
1. Mitigasi Secara Struktural Harada dan Fumihiko (2002) menjelaskan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 123


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
tentang ketentuan tebal hutan 200 meter, diungsikan ke tempat yang lebih aman,
kerapatan 30 meter per 100 m2 dan diamaeter menentukan titik evakuasi secara acak, akan
pohon 15 cm, dapat meredam 50% energi tetapi memper-timbangkan jarak, ketinggian
gelombang tsunami dengan ketinggian yang aman,dari gelombang tsunami,
gelombang 3 meter. Adapun luasannya, belum Selanjutnya dari titik-titik tersebut di buat
bisa di tentukan secara pasti. Dalam referensi service area, lokasi evakuasi harus mudah
yang ada dijelaskan bahwa semakin luas hutan dijangkau
mangrove maka semakin baik untuk
mengurangi energi gelombang tsunami yang
datang dari laut. Sedangkan kawasan mangrove
yang sudah ada tetap di pertahankan sebagai
kawasan hutan mangrove dengan luasan yang
lebih besar lagi. Sesuai dengan survei lokasi
yang dilakukan terdapat tiga zona yang di
rekomendasikan sebagai kawasan hutan
mangrove,
Setelah didapatkan lokasi titik lokasi
evakuasi di setiap Kecamatan, kemudian di
lakukan analisis dalam penentuan jalur
evakuasi dengan mempertimbangkan estimasi
waktu yang dibutuhkan pejalan kaki maupun
menggunakan kendaraan bermotor saat
evakuasi, menurt Faisal Ashar dan Oktaviani
(2012) sebagai berikut

Buatan
 Mitigasi struktural yang bersifat buatan
dilakukan dengan cara membangun breakwater Dengan menggunakan data kecepatan rata-rata
(pemecah gelombang), seawall (tembok laut), manusia dan kendaraan, maka dapat
untuk menahan gelombang dari arah laut dalam dirumuskan jalur penyelamatan di Kabupaten
skala besar yang dapat merusak ekosistem yang Bolaang Mongondow Timur dengan
ada di daratan. Ketinggian diatas 15meter, data tersebut
 Adapun salah satu upaya mitigasi structural menunjukkan waktu rata – rata yang
dalam mitigasi bencana tsunami adalah dengan dibutuhkan masyarakat untuk mencapai titik
membuat sensor detector tsunami, sensor evakuasi yaitu di bawah 20 menit, dengan jarak
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk capaian zona evakuasi kurang dari 3.3 Km.
mendeteksi gejala – gejala atau sinya -sinya
yang berasal dari perubahan suatu energi di
tengah lautan. sehingga semua orang yang ada
di sekitar pesisir pantai dapat mengetahui
informasi terjadinnya tsunami dengan cepat
sehingga masyarakat yang ada di sekitaran
pesisir dapat mengevakuasi diri ketempat yang
aman
 Titik dan Jalur Evakuasi 2. Mitigasi Secara Non-Struktural
Titik evakuasi atau titik kumpul adalah area Berikut merupakan rumusan peneliti terkait
terbuka yang berada dekat dengan permukiman dengan mitigasi non-struktural yang kiranya
yang apabuka terjadi bencana maka menjadi dapat di pertimbangkan untuk Kawasan pesisir
titik pertemuan penduduk yang hendak Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 124


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
A. Adanya kebijakan daerah yang merumuskan mendapatkan luas 109.6 Km2
peraturan daerah yang mengatur tentang 2. Hasil dari perhitungan variable kerentanan
mitigasi bencana alam khususnya bencana menghasilkan nilai kerentanan kelas tinggi
tsunami. Misalnya, kebijakan tentang tata guna pada Kecamatan Tutuyan yaitu pada Desa
lahan/ tata ruang/ zonasi Kawasan pantai yang Tutuyan, Tutuyan III, Togit, Tombolikat,
aman bencana. Tombolikat Selatan, dan Kayumayondi,
B. Menentukan kebijakan tentang standarisasi untuk kelas sedang berada di Desa Tutuyan
bangunan (permukiman maupun bangunan II dan untuk kelas rendah berada di Desa
lainnya) serta infrasruktur sarana dan prasarana Dodap Pantai, dan Dodap Mikasa
yang tahan terhadap bencana. 3. Hasil dari perhitungan variable risiko
C. Membuat mikrozonasi daerah rawan dimana Kecamatan Tutuyan tidak
bencana dalam skala lokal. mendapatkan nilai kelas risiko tinggi,
D. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, namun ada desa yang mendapatkan kelas
peta tingkat kerentanan dan peta tingkat sedang dan rendah.
ketahanan, sehingga dapat di desain kompleks 4. Rencana untuk mitigasi bencana tsunami di
permukiman “akrab bencana” di wilayah Kawasan pesisir Kabupaten Bolaang
pesisir Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Mongondow Timur terbagi menjadi dua
dengan meperhatikan beberapa aspek seperti point besar yaitu struktural dan non-
 Bangunan permukiman tahan terhadap struktural.
bencana tsunami a. Upaya mitigasi struktural terbagi
 Kesiapsiagaan masyarakat dalam menajadi dua yaitu alami dan buatan, untuk
menghadapi bencana alami menjelaskan tentang permodelan
 Ruang fasilitas umum untuk keperluan jalur hijau dan ekosistem mangrove, untuk
evakuasi upaya mitigasi struktural buatan
 Aspek soisal ekonomi masyarakat yang menjelaskan tentang permodelan
kegiatan perekonomiannya tergantung pada breakwater, seawall sebagai peredam
hasil budidaya Kawasan pantai tsunami, Adapun salah satu upaya mitigasi
E. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan struktural yaitu dengan pembuatan sensor
perekonomian masyarakat Kawasan pesisr, detector yang dapat menyampaikan
serta pelatihan dan simulasi mitigasi bencana informasi kedatangan gelombang tsunami.
tsunami yang harus dilakukan oleh 237 Penentuan titik dan jalur evakuasi secara
pemerintah di awali dengan bentuk penyuluhan acak akan tetapi mempertimbangkan jarak
dan sosialisasi mengenai kesiap-siagaan ketinggian yang aman dari gelombang
masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana tsunami
tsunami. b. Upaya mitigasi non-struktural
F. Pengembangan sistem peringatan dini merupakan upaya non teknis yang
adanya bahaya tsunami dengan cara menyangkut penyesuaian dan pengaturan
penyebaran informasi menggunakan alat tentang kegiatan manusia agar sejalan dan
komunikasi yang terhubung setiap saat agar sesuai dengan upaya mitigasi struktural
dapat memberikan informasi sedini mungkin. mengenai pengurangan dampak bencana
KESIMPULAN tsunami.
Dari berbagai pembahasan dan analisis yang DAFTAR PUSTAKA
telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka di Anonim, Undang – Undang Nomor 24
dapat disimpulkan beberapa point penting dari Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
hasil analisis sebagai berikut : Anonim, Peraturan Mentri dalam Negeri
1. Hasil dari perhitungan variable bahaya, Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman
menghasilkan tiga klasifikasi. Potensi Umum Mitigasi Bencana.
bahaya tinggi pada Kecamatan Tutuyan Anonim, Badan Nasional Penanggulangan
memiliki luas 28.1 Km2 dan sedang Bencana Tahun 2015 – 2019 tentang Rencana
memiliki luas 27.3 Km2 untuk rendah Nasional Penanggulangan Bencana.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 125


Jurnal Spasial Vol. 9, No. 1, 2022
ISSN 2442-3262
Anonim, Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nasional Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Resiko Bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencanan
2014, Pedoman Perencanaan Jalur dan Rambu
Evakuasi Tsunami.
Dr. Sudirman Saad, S.H., M.Hum 2012.
Pedoman Mitigasi Tsunami dengan Vegatasi
Pantai, Direktorat Jendral Kelautan,
Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Pratomo, Rahmat Aris dan Iwan
Rudiarto.2013. Permodelan Tsunami dan
Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di
Kota Palu.Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota. Planologi Undip, Semarang.
Zaiyana, Dara dan Imam Buchori. 2014.
Skripsi Kajian Kembali Terhadap Risiko
Tsunami di Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik
PWK, Undip

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 126

Anda mungkin juga menyukai